How to Chase Mr. Arrogant

By Shintyachoi

16.7K 1.2K 132

Randra mencintai Embun, namun menjalin hubungan dengan Mita, wanita yang mengejarnya jauh sebelum dirinya ber... More

PROLOG
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Aku Kembali
Part 6

Part 5

1.1K 87 11
By Shintyachoi

Ting!

Bunyi bel diikuti derap langkah seseorang memasuki sebuah kafe kecil di pinggiran desa, derap sepatunya menggema di dalam ruangan, membuat Barista yang tadinya sedang duduk santai, terbirit-birit berlari kembali masuk ke belakang meja kasir.

"Mau pesan apa?" Si Barista bertanya, tersenyum pada lelaki tinggi yang sedang mengedarkan pandangan di sepanjang kafe.

Selama beberapa saat, ia membiarkan lelaki itu melihat interior kafe yang sebenarnya biasa-biasa saja. Kemudian, mengulangi pertanyaannya mengenai pesanan,

"Mau pesan apa?" ulangnya kepada si lelaki yang masih mengedarkan pandangannya.

Si Barista heran, tidak ada apapun yang bisa dilihat di dalam kafe ini. Pelanggan pun tidak ada, itu sebabnya tadi dirinya duduk bersantai sebelum lelaki tinggi ini muncul.

Tapi sepertinya lelaki ini sangat tertarik melihat-lihat kafe, itu sebabnya si Barista mengubah pertanyaannya,

"Ada yang bisa dibantu?" Ia bertanya lagi, masih tersenyum dan bersyukur karena si lelaki melepas sunglasses hitam yang ia pakai untuk kemudian menghadap ke arah Barista.

"Hallo..."

Si Barista mengerjapkan mata, terlihat tersipu malu karena sepertinya ia bengong beberapa saat ketika melihat wajah lelaki di depannya dengan jelas.

Sebagai orang yang hidup di pinggiran desa, ia bersumpah baru pernah melihat orang yang begitu rupawan.

Wajah lelaki di depannya bersih, tanpa bekas hitam jerawat atau apapun sebutannya yang membuat penampilan seorang pria terlihat tidak menarik.

Lelaki di depannya bisa dikategorikan sebagai sangat menarik. Dan itu membuat si Barista tersipu saat pandangan mereka bertemu.

"Sudah siap memesan, pak?" Si Barista kembali bertanya, dengan senyum yang lebih lebar, memperhatikan saat si pria melihat daftar menu di depannya.

"Saya pesan Iced Americano, untuk take away."

Suaranya, bahkan suaranya sangat merdu untuk didengar.

"Baik, ada pesanan lain?"

"Kue ini, siapa yang membuat?"

Si Barista kembali mengerjap, umumnya orang akan bertanya kue apa ini, atau apa ingredients di dalam kue ini sebelum memesan, tapi lelaki tampan yang sedari tadi membuatnya terpesona malah bertanya siapa pembuat kue ini?

Yang benar saja! Itu membuat dirinya semakin terlihat menarik.

Lelaki misterius adalah favoritnya di novel-novel atau komik yang ia koleksi.

Si Barista memperhatikan kue yang ditunjuk pelanggan itu, lelaki itu menunjuk cake berwarna purple berhiaskan potongan strawberry, dengan begitu banyak lapisan hingga membentuk sebuah piramida kue.

"Mille Crepes itu, pak? Bapak mau sekalian dipesan?"

"Ya, siapa yang membuat?" Pelanggan tampannya mendesak, terdengar tidak sabar menunggu jawaban.

Akhirnya si Barista mengungkap siapa pembuat kue itu, sambil memperhatikan ekspresi pelanggannya, Barista itu meminta pembayaran sebelum memproses pesanan lelaki di depannya.

"Apakah anda dekat dengan, tidak. Maksudnya, apakah anda tahu alamat tempat tinggalnya?"

"Setahu saya, Kak Mita tidak tinggal di sini lagi."

"Dia pergi kemana?" Kali ini si Barista benar-benar memperhatikan bahasa tubuh pelanggan di depannya.

Meski terlihat sangat tampan, namun lama-lama ia merasa curiga.

Mengapa lelaki ini mencari Kak Mita?

Apakah mereka saling mengenal?

Apakah si Barista berhak mengatakan apa yang ia tahu mengenai Kak Mita kepada lelaki ini?

Kak Mita, ia mengingat wanita itu.

Dua bulan lalu, di tengah hujan wanita itu masuk ke dalam kafe. Kebasahan dan kedinginan, bibirnya membiru hingga membuat si Barista panik ketika menyajikan minuman hangat untuknya.

Selama berjam-jam sampai kafe tutup, wanita itu masih memakai baju basah, hingga si Barista menawarkan untuk meminjamkan pakaian, namun ditolak halus sampai tiba saatnya kafe tutup dan wanita itu keluar, kembali berjalan di tengah hujan.

Itu pertemuan pertama si Barista dengan Mita, yang keesokan paginya melamar pekerjaan di kafe kecil ini.

Awalnya si Barista tidak menyangka, kalau bosnya akan mengizinkan Mita bekerja di kafe yang sebenarnya tidak terlalu ramai ini. Namun ia tidak terlalu peduli selama pekerjaan ini bisa membantu wanita itu.

Bahkan, meski mereka baru satu kali bertemu. Si Barista tahu kalau Mita tidak dalam keadaan baik-baik saja.

Selama wanita itu bekerja di sini, si Barista senang karena ada satu staf perempuan yang bisa menemaninya mengobrol. Mengingat hanya dirinya seorang yang merupakan perempuan diantara tiga staf yang bergantian mengelola kafe.

Apalagi kue buatan Kak Mita benar-benar lezat, sepertinya wanita itu berbakat menjadi penjual kue, dan diam-diam si Barista mendoakan kalau Mita bisa menjadi pemilik toko kue suatu hari nanti.

"Itu kue yang Kak Mita buat tadi pagi sebelum pamit. Jadi mungkin, kak Mita masih di terminal bus sekarang." Akhirnya, setelah kebimbangan apakah ia berhak mengatakan apa yang ia ketahui tentang Mita, si Barista memilih untuk memberitahu lelaki di depannya.

Hal pertama yang ia lihat adalah betapa tegangnya si lelaki, tubuhnya mendadak kaku, si Barista bahkan tidak sadar lelaki itu sudah pergi keluar dari kafe jika bunyi bel tidak berdenting.

Ia masih memegangi struk pembayaran, hendak memberikannya pada si lelaki yang kini sudah pergi dengan mobilnya.

Si Barista menepuk dahinya, berdoa dalam hati kalau apa yang ia lakukan benar.

Lelaki tadi bukan penagih hutang kan?

Ia tahu kalau Mita memiliki masalah ketika wanita itu datang ke desa ini. Tapi melihat bagaimana lelaki itu terdengar khawatir, pandangan sendunya saat melihat kue buatan Kak Mita, si Barista menyimpulkan kalau mereka mungkin saling mengenal dan saling peduli.

Dan ia sungguh-sungguh berharap, kalau wanita baik itu bisa bahagia, dan tersenyum lebih ceria.

***

Mita memandangi Mille Crepes buatannya. Warna ungu cantik yang ia sukai, dengan taburan potongan strawberry segar membuat mulutnya berair.

Ini kue favoritnya, dan Mita ingin memberikan kue ini kepada Randra di hari ulang tahun lelaki itu.

Mita tersenyum, Randra pasti suka kan?

Ia sudah bekerja keras membuat kue ini. Dulu, neneknya yang mengajari dirinya membuat kue.

Neneknya penjual kue sebelum sakit dan harus dirawat penuh di rumah sakit seperti sekarang.

Mita cukup bangga dengan dirinya sendiri karena ia tahu kue buatannya enak.

Tidak akan terlalu membebani Randra kan jika ia memberi hadiah kue buatannya sendiri di hari ulang tahun lelaki itu?

Toh mereka ...

Toh mereka sudah jauh lebih dekat.

Mita bahagia, namun matanya berair. Ia langsung menepis perasaan sentimentalnya, menghapus air mata yang keluar dan kembali tersenyum.

Ia tidak boleh merusak momen bahagia orang yang ia cintai.

Mereka sudah dekat, dan seharusnya itu sudah cukup.

Mita memeriksa arlojinya, mendapati sudah beberapa jam ia menunggu Randra di apartemen lelaki itu.

Tapi seharusnya Randra sudah pulang. Ia tahu jadwal Embun yang tidak boleh pulang sampai tengah malam.

Tapi hari ini ulang tahun Randra, jadi mungkin mereka berdua akan pulang lebih larut, kan?

Satu jam kemudian, Randra belum juga pulang. Mita memasukkan kue yang ia buat ke dalam kulkas, takut krimnya meleleh karena terlalu lama di suhu ruangan tanpa dimakan.

Perutnya memberi signal lapar, dan sejujurnya gadis itu ingin sekali mencicipi kue buatannya.

Tapi itu untuk Randra...

Ia memutuskan tiduran di sofa ruang tengah, sehingga Mita bisa tahu saat Randra pulang nantinya.

Mita terbangun oleh notif pesan di ponselnya. Ia sengaja tidur memeluk ponsel, berharap Randra memberinya kabar kalau lelaki itu sudah dalam perjalanan pulang.

Ia memperhatikan kurang dari sejam dirinya tidur, dan kini waktu sudah menunjukkan hampir pukul sepuluh malam.

Mita membuka pesan dari Randra, menggigit bibir bawahnya keras-keras.

Jangan menangis...
Jangan menangis...

Ia memohon pada diri sendiri untuk setidaknya jangan menangis di hari seperti ini.

Setelah beberapa saat duduk menenangkan dirinya, Mita kembali ke dapur.

Memastikan ia tidak meninggalkan apapun di dalam apartemen Randra. Gadis itu membuka lemari pendingin, menatap kue buatannya untuk Randra sekali lagi.

Setidaknya, ia berharap kuenya akan dimakan.

Meski sebenarnya ia ingin melihat tanggapan dan ekspresi Randra secara langsung saat memakan kue buatannya.

Tapi Mita senang. Setidaknya di hari ulang tahun lelaki itu, Randra tidak sendirian.

Ada Embun, yang Randra bawa ke tempat tinggalnya.

Dan Mita harus tahu diri dengan posisi hubungan mereka.

To be Continued....

Continue Reading

You'll Also Like

501K 20.4K 31
Disclaimer! WAJIB FOLLOW AUTHOR KALAU PARTNYA GA MAU BERANTAKAN Kuno. Satu kata yang selalu terselip di benak Jenni Subagyo mengingat bahwa dirinya s...
1M 60.4K 54
Story Kedua Neo Ka🐰 Duda Series Pertama By: Neo Ka Gayatri Mandanu itu ingin hidup simpel, tidak ingin terlalu dikekang oleh siapapun bahkan kadang...
830K 37.1K 41
Bekerja selama tujuh tahun sebagai seorang sekretaris dengan model bos seperti Zhafran Afandi, benar-benar membuat Rachel harus memupuk kesabaran sel...
3.1M 163K 61
Takdir itu emang kocak. Perasaan cerita tentang perjodohan itu hanya ada di film atau novel, tapi sekarang apa? Cecilia Janelle terjebak dalam sebuah...