KKN 110

By Elsabet09

145K 12.4K 4.3K

Sebenernya KKN itu apa sih? Kuliah Kerja Nyata? Kenalan Ketemuan Ngilang? Kisah Kasih Nyata? atau Kejebak Ken... More

0.0 UDARA⭐
1.1 Pengumuman
1.2 Kesan Pertama
1.3 Survei
1.4 KKN, is begin?
1.5 Kekuatan Doa
1.7 Traktiran Januar
1.8 Kedatangan Tamu
1.9 Cerita Malam
2.0 Posyandu
2.1 Free Day
2.1.1 Asing
2.2 Hari Sendu
2.2.1 Haidar dan Dhisti
2.3 FGD
2.4 Dejavu
2.4.1 Agenda Malam
2.5 Rukun Tetangga
2.6 Nervous
2.6.1 Sosialisasi
2.6.2 Who dis?
2.7 Hari Raya
2.8 TTS
2.9 Accident
2.9.1 Girls Talk
2.9.2 Rapat
3.0 Posbindu
3.1 Guest Star
3.1.1 Cilok or Cinlok
3.2 Sakit
3.3 Minggu Kerja
3.4 Ada apa?
3.4.1 Makan Siang
3.4.2 The Truth Untold
3.5 Invisible
3.6 Yang Tak Terucap
3.7 Calon Mantu
3.8 Pasar Malam
3.9 K-Fest
4.0 Sepenggal Cerita Hari Ini
4.1 Diskusi & KRS
4.2 Grocery Shopping
4.3 Gladi Bersih

1.6 Hari Pertama Kerja

3.8K 356 154
By Elsabet09


Jangan lupa vote & comment ya guys <3
Sorry for typo 🙏

---

Pukul 7 pagi lebih 25 menit, keadaan posko baru kelompok 110 nampak sedikit rungsing karena mereka semua telat bangun yang disebabkan kelelahan setelah pindahan semalam.

Mereka baru selesai pindahan pada pukul 9 malam, yang kemudian dilanjut tahlilan walaupun cuma baca Yasin untuk meminta keselamatan dan ketentraman selama mereka menempati rumah baru itu.

Mereka kelewatan subuh di mushola, mereka baru bangun sekitar pukul 7 kurang 15 menit. Bahkan Naura dan Dhisti yang sensitif dengan suara berisik saja tidak kebangun mendengar suara adzan maupun alarm yang dipasang Dhisti.

Kini Nadhif, Yeshika, dan Dhisti tengah sibuk membuat sarapan untuk para keturunan homo sapiens itu, karena nanti pukul 8 kelompok yang mengajar di Sekolah akan pergi ke SD untuk memulai kegiatannya. Dan juga Kirana akan pergi ke Kelurahan di temani Gauri.

Jadi mereka semua sibuk bersiap-siap, ada yang rebutan kamar mandi untuk buang hajat seperti Samuel, Lita dan Gauri, sampai Kirana dan Naura mengalah untuk mandi di kamar mandi mushola dekat posko. Sedangkan Januar memilih bersantai menunggu gilirannya, toh laki-laki kalau dandan tidak perlu waktu lama.

"Yang mau gawe sarapan dulu, walaupun cuma mie yang penting isi perut dulu." Nadhif bersuara, iya dia tadi masak mie karena belum belanja sayur sekaligus memilih masak yang praktis dan cepat dulu.

"Pagi-pagi udah makan mie aja." cicit Haidar. Dia baru selesai menyeduh kopinya.

Padahal Dhisti sudah membuat teh tadi untuk diminum bareng-bareng.

"Enggak mau yaudah, gausah ikut sarapan." sahut Yeshika seraya meletakan piring dan sendok di ruang tamu.

"Iya-iya galak banget buset."

"Lu bikin kopi enggak bagi-bagi, Dar." seloroh Aji. Dia kan juga pengen minum kopi sebenarnya.

"Minum teh nya Dhisti noh, kasian udah capek bikin, enggak ngehargain banget." Ujar Raihan yang sebenarnya menyindir.

Aji melipat bibirnya tidak jadi membuka mulut. Dhisti hanya tergelak. Masih pagi Raihan sudah ngomel saja.

Januar yang masih menunggu giliran mandinya memilih sarapan terlebih dahulu. Pria yang tidak banyak bicara itu segera menghabiskan sarapannya dan segera melesat ke kamar mandi setelah mengetahui Lita sudah keluar dari kamar mandi.

---

Samuel bersama ketiga anggota kelompoknya yaitu Lita, Naura dan Januar sudah berada di pelataran SD Sukasitu 3. Nampak kegiatan belajar mengajar sudah dimulai. Mereka melangkahkan kaki menuju kantor kepala sekolah.

Setelah mengobrol dengan kepala sekolah dan wali murid kelas 3,4,5 mengenai silabus dan kegiatan yang akan mereka lakukan di sekolah ini, diputuskan mereka akan mengajar seminggu 3x dengan jadwal yang berbeda setiap mahasiswa. Mereka mulai mengajar besok pagi. Untuk hari ini mereka akan diperkenalkan lebih dahulu ke para siswa.

"Ternyata muridnya enggak banyak juga ya." ucap Lalita. Kini mereka tengah berada di depan kelas 6, karena sekarang sedang istirahat.

"Iya, karena kebanyakan sekarang pada sekolah di Madrasah Ibtidaiyah yang gratis itu." sahut Naura. Dia sedikit mengerti bagaimana keadaan SD yang makin lama kehilangan muridnya.

Lalita mengangguk menyetujui, karena SD di daerahnya juga sama, "Ini kita abis ini mau kemana?" tanya Lalita.

"Pulang aja." balas Januar.

"Keliling aja gimana, sekalian liat-liat gimana keadaan dukuh ini. Kemarin belum sempet kan." usul Samuel.

"Boleh tuh, aku setuju." balas Naura.

Januar yang merasa kalah akhirnya mengalah untuk mengikuti ketiga temannya itu. Padahal dia ingin lanjut tidur karena semalam dia begadang karena main game.

Beralih ke kelurahan dimana Gauri dan Kirana berada. Kini keduanya sedang membantu warga yang tengah mengurus pembuatan KK baru. Kirana sih yang membantu sedangkan Gauri di beri mandat untuk membantu mengarsipkan berkas-berkas yang sudah lama.

"Ini pak suratnya, silahkan." ucap Kirana ramah.

"Terima kasih ya mbak, saya pamit dulu."

"Iya pak, hati-hati."

Warga itu hanya mengangguk sebagai balasan dan setelah itu bergegas meninggalkan kelurahan untuk segera mengurus ke dukcapil.

"Udah belum sis?" tanya Gauri yang baru saja kembali ke ruangan Kirana.

"Udah, mau pulang sekarang?" tanya Kirana.

Pasalnya pagi tadi setelah berdiskusi dengan pihak kelurahan tentang pekerjaan apa saja yang bisa dibantu oleh mahasiswa KKN, pihak kelurahan juga memberikan batasan jam kerja sampai dhuhur saja. Dan sekarang sudah memasuki waktu dhuhur.

"Boleh yuk, tapi mampir dulu ya ke penjual es, pengen yang seger-seger." balas Gauri.

"Iya, nanti kita cari. Tanya sekalian gih digrup ada yang nitip sekalian enggak."

"Ok."

---

Para mahasiswa yang baru kembali setelah melaksanakan tugas hari pertamanya itu tiba di posko tepat setelah makan siang yang dimasak oleh Nadhif, Yeshika, dan Dhisti matang. Aji dan Raihan bagian cuci piring.

Tadi Haidar dan Dhisti yang disuruh Nadhif membeli sayur entah dimana. Soalnya tadi pagi tukang sayur yang biasa lewat di depan posko libur, begitu kata tetangga.

Jadi biasanya setiap pagi sekitar jam 6 akan ada tukang sayur bermobil pick up lewat di depan posko mereka. Dan kebetulan sekali tadi pagi tukang sayurnya libur, jadi baru besok pagi berjualan lagi.

"Eh udah bilang pak Jinan belum sih kalo kita pindah posko?" tanya Kirana setelah menyelesaikan makan siangnya.

"Oh ya sampe lupa. Gue chat sekarang deh." sahut Dhisti yang akan segera bangkit untuk mengambil hpnya yang ia taruh di kamar namun dicegah Haidar.

"Entar aja. Abisin dulu makan lo." ucapnya seraya memegang tangan Dhsiti.

Dhisti mengurungkan niatnya dan kembali lagi menyantap makan siangnya itu.

"Nanti sore yang tadi di posko keliling deh mending liat-liat keadaan dukuh ini gimana. Tadi gue sama anak-anak yang abis ngajar udah keliling bentar." ucap Samuel.

"Dih enggak ngajak lu Sam." pekik Gauri.

"Ya gue pikir kalian beresnya sore. Nanti sore aja bareng yang lain." kilah Samuel.

"Eh Sam kira-kira di SD butuh bantuan gue enggak?" tanya Nadhif.

"Tadi aku tanya ke pihak guru katanya disana enggak ada lab komputernya Dhif, jadi kayaknya kamu gabisa ngajar disana deh." balas Naura.

"Disana juga muridnya enggak terlalu banyak, bahkan kata gurunya makin tahun makin sedikit yang sekolah disana karena pada milih sekolah di MI." imbuh Lalita.

"Emang disana rata-rata berapa siswa perkelas?" tanya Raihan penasaran.

"Sekitar 15an orang, dan itu udah paling banyak." balas Samuel.

"Dikit juga ya. Emang MI nya deket ya dari SD kok malah pada milih di MI?" tanya Aji.

"Justru malah lebih jauh dari SD katanya. Orang di desa sebelah MI nya." jelas Lita yang diangguki Samuel.

"Terus kalian ngajar tiap hari?" tanya Yeshika.

"Enggak, seminggu 3x doang." balas Januar.

KELOMPOK KKN 110 SUKASITU

Dhisti
Assalamu'alaikum pak, selamat siang. Maaf menggangu kami hanya mengabari bahwasanya kami pindah posko🙏 jadi kami sudah tidak menempati aula yang kemarin

Pak Jinan Dosen
Wa'alaikumslm. kpn pndhny?

Haidar KKN
Tadi malam pak

Pak Jinan Dosen
Kk tbtb pndh knawhy?

Yeshika KKN
Setelah pembagian wilayah dengan kelompok sebelah kemarin diputuskan bahwa kelompok kami mengampu RT 11-16 pak, dan kebetulan dukuh di RT tersbut jauh dari posko yang lama, jadi kami memutuskan untuk pindah posko sekalian.

Pak Jinan Dosen
Itu dirmh wrga a/ bgaimna?

Nadhif KKN
Rumah milik seorang dokter pak, tapi beliau sedang tugas di Medan, jadi rumahnya kosong dan akhirnya dikontrakkan. Namun spesial untuk mahasiswa KKN dikasih gratis alias free no bayar-bayar.

Pak Jinan Dosen
Wah, bruntung klian. rmhnya msih bgus?

Gauri KKN
Sangat bagus pak, cuma mungkin krna udah lama gak ditempati jadi yaa begitulah pak.

Pak Jinan Dosen
Yg pntg klian ttp brdoa dimnpun itu brada. yg sopan. Kdg mahkluk hlus tdk suka org yg suka bicara kotor. Jd klo bisa dikurangi ngmng kotornya.

Haidar KKN
@Raihan KKN @Gauri KKN dengerin

Gauri KKN
Apasih monyet

Kirana KKN
Baru aja diingetin...

Gauri KKN
Lah monyet mah nama hewan kali, bener enggak pak? @Pak Jinan Dosen

Aji KKN
↪️Stupid

Samuel KKN
Yang sopan tolong.

Lita KKN
Waduh Sam pake titik

Pak Jinan Dosen
Hhhhh,,sdh tdk pp. @Dhisti tolong ya stiap hr updte kegiatan klian ngpain sj dlm shri. Sy jg ingin tahu prkmbngan Xan. Pnts sj smlm sy tnggu² tdk ad kbr trnyta lg pndhn.

Dhisti
Baik Pak Jinan. Kemarin saya lupa. Agenda kemarin, pagi sehabis Samuel dan Haidar dari kelurahan kami langsung silaturahmi ke rumah RT 11-16. Dimana 6 RT itu terdapat di 3 dukuh yaitu dukuh Pacaran, Sukadana, dan Sukamulya. Setelah mendapat tempat tinggal baru kami segera bebersih dan mengurus pindahan dan selesai jam 9 malam. Dan kami langsung tidur setelah semuanya selesai.

Pak Jinan Dosen
Dk pacaran? yg bner ada dkuh nmnya itu?

Naura KKN
Benar Pak Jinan

Pak Jinan Dosen
hhh, lucu sekali nmnya. Llu klian tnggl di dkuh mna?

Samuel KKN
Di dukuh Sukadana pak🙏

Pak Jinan Dosen
kok tdk di pcran sj? kn lucuu klo klian cinlok jg dsna. Hhhh

Nadhif KKN
Maunya sih gitu pak😁

Gauri KKN
Harusnya iya ya pak, biar greget nanti kalo saya pacaran sama @Januar KKN

Januar KKN
?

Haidar KKN
@Gauri KKN nice try wkakawkwk

Yeshika KKN
Di pacaran tidak ada rumah kosong yang disewakan pak.

Pak Jinan Dosen
Oalachh. Ysdh smngt trus yh. Minggu dpn insyallh sy akn mngunjungi Xan. Nnti mintol sharelock sj.

Naura KKN
Baik pak Jinan, di tunggu kedatangannya di posko 110🙏

Dhisti
Baik pak

Haidar KKN
Siap pak

---

Sesuai arahan sang ketua berpipi bolong, kini mahasiswa yang tadi pagi tidak mengajar berkeliling desa. Namun minus Yeshika yang harus bertemu dengan ibu ketua PKK yang kemarin sudah membuat janji temu untuk membahas prokernya. Jadinya digantikan Januar yang sekaligus sebagai penunjuk jalan.

Nadhif sih yang mengajaknya, biar sahabatnya itu banyak melakukan kegiatan yang bermanfaat selama KKN ini. Soalnya Januar kan orangnya mageran. Ngomong aja mager kadang.

Januar sang penunjuk jalan yang membonceng Kirana melajukan KLXnya pelan di depan, di belakangnya ada motor beat Raihan yang membonceng Aji, lalu disusul scoopy abu milik Nadhif dimana ia membonceng Gauri, dan yang terakhir ada Haidar dan Dhisti dengan menaiki scoppycute, begitu nama yang diberikan Kirana pada motor kesayangannya.

"Dar, liat deh orang-orang tadi, pandangan mereka ke kita udah kaya zombie aja. Padahal kita juga udah nyapa." ucap Dhisti memulai obrolan dengan Haidar yang menyetir di depan.

Mereka melewati pemukiman warga, dimana tadi banyak warga yang berada di luar rumah, dan seperti yang dibicaran Dhisti, banyak warga yang memandang mereka dengan tatapan menakutkan. Begitu perasaan Dhisti.

"Perasaan lu aja. Mungkin mereka penasaran ngapain bocah-bocah pake jas ijo mentereng lewat di dukuh mereka." balas Haidar. Mereka memang berkeliling dengan memakai jas almameter kampusnya.

"Mungkin mereka kita kurir tokped yang nyasar kali ya." sahut Dhisti.

Haidar terperangah dengan omongan Dhisti, ada saja pikirannya, "Enggak sekalian go*jek?" lanjutnya.

"Enggaklah. Kita kan enggak bawa helm." tukas Dhisti.

"Lah lu pikir kurir enggak bawa helm?" Haidar tak habis pikir dengan jalan pikir Dhisti. Ada-ada saja tompel opah.

Di motor paling depan mungkin kalian pikir akan terasa sepi karena tidak ada obrolan antara manusia es Januar dan Kirana. Namun salah, Kirana selalu mengajak Januar mengobrol entah dari hal yang penting ataupun tidak penting.

Januar sendiri awalnya tidak menanggapi karena menurutnya wanita itu brisik. Tapi semakin tidak ditanggapi Kirana semakin menjadi. Januar pikir wanita itu kalem, pendiam, anggun dan elegan saat mereka pertama bertemu, namun ternyata salah besar.

Kirana tak jauh berbeda dengan Gauri yang berisik dan cerewet. Namun Kirana lebih mending sih.

"Lo kenapa deh kuliah disini? Kenapa enggak di Jakarta aja. Kan banyak tuh disana kampus-kampus bagus. Gue aja pengen kesana tapi kehalang restu orang tua." tutur Kirana, memang kadang dia tanpa sadar suka oversharing. Apalagi kalau sudah keliatan nyaman dengan seseorang. Bisa-bisa semua rahasianya, keluarga dan tetangganya bisa diumbar dia kepada lawan bicaranya.

"Enggak keterima." jawab Januar singkat.

"Terus kok lo milih disini. Di Jakarta kan juga banyak kampus swasta yang bagus."

"Dapet rekomendasi dari temen. Disini biaya hidupnya juga lebih murah. Biaya kampus udah mahal jadi setidaknya biaya hidup gue harus lebih murah." jelas Januar. Memang hidup di Jakarta tidak semurah itu. Biaya hidup sehari di Jakarta saja bisa buat biaya hidup tiga hari kalau di Solo.

"Emang kerjaan orang tua lu apa" tanya Kirana, namun kurang dari 10 detik dia meralat perkataanya "Eh sorry-sorry gue jadi kepo gini. Gausah dijawab." ucapnya tak enak.

"Bokap punya usaha toko ritel, kontrakan sama kos-kosan. Nyokap guru SD." balas Januar enteng. Tak sungkan memberitahu Kirana. Padahal kalau dipikir-pikir baru Nadhif dan satu teman di kelasnya yang tahu menau soal keluarganya, kini tambah Kirana. Januar memang setertutup itu.

"Oalah, pantes lo mau jadi guru, nyokap lu guru juga ternyata."

"Enggak juga. Gue milih jurusan yang paling gampang aja menurut gue." kilah Januar.

"Tapi jadi guru juga berat tau, apalagi kalau berhadapan sama anak-anak kecil, belum lagi kalau mereka bandel." Kirana seperti curhat, dia sering menghadapi adik-adik keponakannya yang petakilan, bandel, belum lagi ada yang cengengan.

"Setiap guru punya trik sendiri buat ngadepin hal kayak gitu. Yang penting jangan pake kekerasan aja." sahut Januar.

"Iya sih, bener kata orang-orang guru itu pahlawan tanpa tanda jasa. Mereka melakukan apapun dalam mendidik kita selain orang tua kita. Ngadepin murid yang bandel, nakal udah jadi makanan sehari-hari. Gue kayaknya enggak bakal sanggup deh. Semangat terus ya lo sebagai calon guru." cicit Kirana. Dia bahkan tidak ada minat sedikit pun menjadi guru.

Januar tersenyum tipis tak menanggapi perkataan Kirana terakhir.

Kini mereka berhenti disebuah embung yang terletak di RT. 16.

"Wow gue baru tau ada tempat sebagus ini disini. Januar emang paling top dah." ucap Gauri takjub. Dia memperhatikan pemandangan sekitar embung yang dipenuhi warga hanya sekedar untuk menikmati senja dan bahkan ada yang sedang memancing.

"Gue juga enggak tau, tadi pagi enggak sampe sini kelilingnya. Asal belok aja tadi." sanggah Januar. Karena memang benar dia tadi tidak membawa teman-temannya keliling melewati rute seperti tadi pagi bersama teman mengajarnya.

Soalnya tadi dia tidak konsen karena diajak berbicara Kirana terus. Jadi asal membelokan motornya saja. Eh malah dapet Jackpot.

"Keren tempatnya buat sekedar nongkrong sama liat sunset mana rame. Apa gue jual es teh sama kopi aja ya disini tiap sore." ujar Dhisti, dia jadi mendapat ide untuk menghasilkan uang selama KKN.

"Mentang-mentang anak ManBis otak lu langsung konek aja ya Dhis sama hal yang begituan." sahut Aji terkekeh. Tidak habis pikir dengan jalan pikir teman KKN nya itu.

"Yakan kita harus pinter-pinter liat peluang. Yang sekiranya bisa menghasilkan bisa buat ladang cuan, ya enggak, Han?" ucap Dhisti meminta persetujuan Raihan.

"Ya lu yang jualan gue yang nerima duit." sahut sang anak Akuntansi cuek.

"Ya minimal mikir & tau situasi lah njir. Ya kali lagi KKN malah jualan. Bukannya fokus KKN malah fokus dagang. Dapet nilai D baru tau rasa." tambah Haidar seraya meremat kepala Dhisti. Gemes lama-lama. Rasanya pengen nyubit, pake tang.

"Aduh Haidar, rambut gue berantakan." ucap Dhisti seraya merapikan rambutnya lagi. Namun malah tambah diacak-acak Haidar.

Kurang ajar memang. Padahal Dhisti baru saja sisiran dari hari pertama KKN. Terlalu malas dia untuk melakukan hal-hal seperti itu. Mending kalau dirumah kadang ada ibu atau kakaknya yang membantu menyisir soalnya mereka gregetan lihat rambut singa Dhisti yang jarang disisir. Tapi kalo KKN sekarang siapa yang mau membantu?

Nadhif agak menjauh dari teman-temannya untuk mengbadikan pemandangan disana menggunakan kameranya. Lumayan bisa buat dokumentasi dan konsumsi pribadi nanti jika sudah selesai KKN.

Banyak pasang mata yang memperhatikan para mahasiswa itu karena terlihat sangat mencolok dengan almameter hijau cerah udah kaya stabilo.

"Gau liat deh orang-orang kaya pada mau makan kita." ucap Dhisti mendekati Gauri.

"Alah mereka paling penasaran sama kita." balas Gauri cuek, dia juga sedang mengabadikan pemandangan disana menggunakan ponselnya. Lumayan buat update instastory.

"Dikasih tau ngeyel banget lu Dhis." sahut Haidar yang bergabung dengan Dhisti dan Gauri.

"Na, fotoin dong." ucap Kirana yang sudah siap berpose dipinggir embung.

"Hati-hati, entar jatuh sakit." ucap Januar mengingatkan.

"Yang namanya jatuh sakit bodoh." sahut Raihan.

"Ada kok yang enggak sakit. Jatuh cinta." sahut Nadhif yang sudah siap memotret Kirana.

"Kok gue selalu sakit ya kalo jatuh cinta." ucap Gauri tak sadar.

"Itu namanya lo jatuhnya bukan sama orang yang tepat." sahut Raihan menohok.

Tanpa disadari ada seseorang disana yang hatinya merasa tersentil dengan ucapan Raihan.

"Dhif, fotoin gue juga dong." ucap Haidar yang sudah siap berpose dengan memakai almameter kebangangganya itu di depan tulisan Embung Cinta Kasih yang cukup besar.

Nadhif mah nurut-nurut aja. Memang kerjaanya kan tukang foto.

"Giliran gue ya Na, nanti. Entar gue fotoin balik, tenang." ucap Gauri berpesan. Nadhif hanya mengangkat jempolnya tanda 'Ok'.

"Sana dulu dah Dhis, gue mau foto sendiri." sergah Haidar, dari tadi Dhisti menganggu sesi fotonya.

Nadhif menggeleng melihat kelakuan temannya itu, "Daripada ribet mending kalian foto bareng." usulnya.

"Nah boleh tuh, fotoin Na." Dhisti sudah bersiap dengan pose black mamba.

"Ya Allah Dhisti, eling lu cewek tolong pose yang bener." Haidar sudah nampak tertekan melihat tingkah wakilnya itu.

"Ini udah bener. Gue lagi cosplay jadi Karina Itzy nih." kekeh Dhisti masih melanjutkan posenya.

Nadhif ikutan terkekeh, segera ia mengambil gambar kedua rekannya itu. Haidar nampak mengikuti kegilaan Dhisti dimana dia memilih pose kayang.

"Orang gila." ucap Raihan melihat kedua rekannya itu.

"Temen lu tuh." sahut Aji.

Nadhif beralih ke Gauri yang tadi juga meminta tolong untuk memfotonya. Gauri sudah siap berpose dengan bunga warna ungu yang sudah ditangannya, entah tadi metik dimana.

"Rambut lo ada daunnya, Gau." ucap Nadhif mengingatkan.

Gauri segera meraba rambutnya untuk membuang daun yang dirambutnya, jadi tidak estetik nanti kalau ada daun nyangsang di rambutnya.

"ck." Nadhif segera menghampiri Gauri karena wanita itu tak kunjung menemukan daun yang ada dirambutnya. Segera dia membuang daun kering yang menyangkut di rambut wanita itu seraya merapikan kembali rambut yang digerai itu.

"Hehe, makasih." balas Gauri sambil tersenyum.

Namun ada satu orang yang memperhatikan adegan tadi nampak mendesis tak suka.

"Woy ayo foto bareng." usul Haidar tiba-tiba.

"Yuklah, buat dokumentasi hari ini terus dikirim pak Jinan." tambah Dhisti.

Segera para mahasiswa itu merapat dan siap berpose di depan tulisan EMBUNG CINTA KASIH.

"Janu, ayo foto bareng itu." Kirana menghampiri Januar seraya menggeret tangan lelaki itu. Karena dari tadi Januar hanya bengong melihat air. Kirana kan takut kalo Januar kesambet jin penunggu embung.

"Pose yang formal dulu, terus yang keren, terus yang gila ya guys." ucap Gauri memberi arahan.

"Yang gila itu yang gimana ya tolong." sahut Haidar. Makin kenal dengan teman KKNnya semakin bikin istigfar saja melihat kelakuan mereka.

"Yang kaya lu Dar, kaya monyet." Aji menanggapi.

"Males ah, dikira cosplay jadi Haidar nanti." tambah Raihan yang membuat Haidar naik pitam, numul.

"Udah-udah cepet atur formasi, keburu maghrib." ucap Nadhif menengahi. Sudah lelah meliht teman-temannya itu banyak bacot. Mna dari tadi dia mulu yang disuruh ngefotoin.

Cekrak
Cekrek
Cekrak
Cekrek

Sudah banyak foto yang diabadikan melalui kamera mahal Nadhif. Teman-temanya juga sudah bergonta-ganti gaya dari gaya foto ktp, gaya ala tim sepak bola, gaya ayam encok, gaya monyet, bahkan gaya tarik menarik (fisika kali ah) juga sudah mereka lakukan.

"Sini Dhif, gantian." Akhirnya Gauri mengambil alih kerjaan Nadhif.

Dengan senang hati Nadhif bergabung dengan teman-temannya yang lain itu. Dan melakukan berbagai gaya foto sampai mati gaya.

Setelah puas berfoto-foto mereka kembali ke posko lagi karena hari sudah menjelang maghrib. Takut di gondol wewe nanti kalo maghrib masih kluyuran.

---

Sesampainya di posko semua berebutan mandi, karena kalau mandi malam-malam takut. Soalnya di dekat kamar mandi kan ada sumur tua, jadi ya takut nanti diganggu temannya mbak kunti.

Dhisti sudah selesai mandi sekaligus sholat maghrib jamaah di mushola dekat posko karena tadi dia mandi di mushola dengan Gauri.

"Lo ngapain sih, Dhis? Enggak dingin ngehidupin kipas jam segini, mana habis mandi." tanya Aji heran dengan kelakuan Dhisti yang menyetel kipas angin dengan kecepatan paling kencang.

"Ini lagi ngeringin rambut." jawab Dhisti dengan masih menundukan wajahnya karena rambutnya ia bawa kedepan muka sehingga diharapkan bisa segera kering kena kipas angin. Dia tadi habis keramas. Dia kan belum keramas dari hari pertama KKN. Pokoknya dia terakhir keramas pas mau berangkat KKN itu.

"Gue kan bawa hair dryer, Dhis." ucap Kirana yang melihat itu juga.

"Males ah ribet."

"Nanti kamu masuk angin lho Dhis kalau anginnya sekenceng itu." tambah Naura mengingatkan.

"Awas ya, lu masuk angin kagak gue kerokin." ucap Haidar.

"Yee siapa juga yang mau lu kerokin. Mau di bacok bapak gue?" balas Dhisti.

Setelah kurang lebih 10 menit di depan kipas angin, akhirnya kering juga rambut Dhisti.

Gauri yang melihat bentukan rambut temannya itu nampak lelah, "Sisiran napa Dhis, rambut kaya singa gitu." suruhnya.

"Males, mau dibawa tidur juga nanti." ucap Dhisti seraya bangkit dari duduknya untuk mengambil minum. Haus juga dia habis terkena hembusan angin yang kencang.

"Ya Allah... gue kalo tidur suka jambak orang loh, Dhis." cicit Lita namun tidak ditanggapi Dhisti.

"Anak siapa sih tuh, ngeyel banget heran." sungut Raihan.

"Guys nanti habis isya, kita diundang ke pengajian rutinan tiap malam rabu di mushola RT.12." ujar Yeshika, tadi sehabis pertemuannya dengan ketua PKK dia diberitahu tentang pengajian nanti.

"Siapa yang mau dateng?" tanya Samuel.

"Lah kita semua enggak sih?" sahut Lita.

Samuel mengambil duduk di kasur dekat Naura, "Perwakilan aja enggak papa." ujarnya.

"Entar kalo berangkat semua ngehabisin makanan." sahut Nadhif.

"Lu kali, Na. Badan lu kan paling gede, makanya pasti juga paling banyak." ucap Lita.

"Sembarangan. Badan gue gede karena sering olahraga. Otot semua ini." kilah Nadhif.

"Halah paling banyak timbunan lemak aja tuh." ejek Haidar yang membuat Nadhif melotot. Tidak terima hasil ngegymnya selama ini tidak diakui oleh semut cangcorang alias si Haidar.

"Sini pancho sama gue, gue pake jempol doang juga kalah lu." sungut Nadhif menantang.

"Ya jelas kalah lah, orang Haidar aja lembek orangnya. Badanya isinya cuma dosa sama kentut doang." sahut Raihan.

Nama yang disebut tak terima, "Napa lu pada body streaming gue."

"Body shamming, Dar." ucap Naura mengoreksi.

"Iya itu maksud gue. Gini-gini gue juga olahraga ya walaupun belum punya abs kaya Januar sama Aji."

Memang para lelaki itu sudah melihat tubuh satu sama lain, karena kebiasaan tidur mereka ada yang tidak pakai baju, seperti Haidar, Januar sama Aji.

Untungnya tidurnya para cewek dan cowok dipisah. Kalo tidak bisa bahaya kalau tiap malam para cewek melihat tubuh toples milik teman lelakinya itu. Bisa mimisan apalagi Gauri dan Lita.

"Malah pada bacot, jadi siapa yang mau berangkat. YMMA. Yang mau-mau aja lah." sela Yeshika. Malah pada oot pembahasan temen-temannya itu. Dari membahas pengajian malah sampe bahas abs. Astagfirullah🌚

"Aku mau, Yes." ucap Naura mengajukan diri.

"Gue juga dah, biar dapat barokahnya pengajian." sahut Haidar.

"Dapet barokahnya apa dapet beseknya, Dar?" usil Aji.

Haidar cengengesan, "Ya dua-duanya kalo bisa."

"Yaudah gue sama Gauri juga." ucap Lita.

Kirana ikut mengajukan diri "Gue juga, Yes."

"Ada apa nih?" tanya Dhisti yang baru kembali dari dapur. Tadi dia sempat mengobrol dengan Januar yang tengah menjemur pakaian yang baru saja ia cuci. Dia mendapat urutan mandi terakhir tadi.

"Lu mau ikut pengajian enggak, Dhis?" tanya Aji.

"Eh, Pengajian dimana?"

"Di mushola RT. 12." jawab Samuel.

"Ikut dong, pasti banyak makanan disana." balas Dhisti.

"Pikiran lu makanan aja. Pengajian tuh berharap dapat ilmu baru yang barokah dan bermanfaat supaya kita dapet hikmahnya. Bukan makan mulu yang ada dipikiran lu." Raihan mengetuk kepala Dhisti dengan pulpen yang ada ditangan.

Dhisti mengaduh, "iyaiya yaelah becanda doang."

"Orang yang gak sisiran enggak boleh ikut." tukas Yeshika.

"Noh dengerin kata Yeshika, sisiran dulu sana." ucap Haidar memprovokasi.

"Kenapa sih di dunia ini harus ada sisiran. Buang-buang waktu aja." sungut Dhisti.

"Tinggal sisiran doang apa susahnya sih nyet, ya Allah anaknya bu Amira badung bener." Haidar bangkit dari duduknya untuk mengambil sisir di kamar dan di lempar pada Dhisti. "Cepet sisiran." titahnya.

Dhisti cemberut. Dia menoleh ke samping kirinya ternyata Raihan. Dia tidak berani meminta tolong ke rekannya yang itu. Lalu menoleh ke samping kanannya, ada Aji. Dhisti segera memasang wajah puppy untuk meminta Aji membantu dia sisiran.

"Apa?" tanya Aji agak nyolot.

"Minta tolong sisirin. Hehehe. Aji kan baik." ucapnya diselingi senyuman membujuk.

Mau tidak mau Aji membantu Dhisti. Dia segera menitah Dhisti untuk menghadap kesamping supaya bisa dengan baik menyisir rambut rekannya itu. Jadi kangen adik perempuannya yang kadang juga suka memintanya untuk menyisir rambutnya.

"Diiket sekalian enggak?"

"Emang bisa?"

"Mau iket model apa aja gue bisa."

"Yaudah terserah lo aja deh. Yang bagus ya." Request Dhisti. Sudah minta tolong masih banyak mau.

Anggota lain yang melihat itu hanya menggelengkan kepala, darah anak bungsu sangat mengalir deras di tubuh Dhisti.

Untung teman-temannya sabar. Kalau tidak bisa diceburin ke sumur tua dekat kamar mandi dia.

Tak lama kumandang adzan isya berkumandang, para lelaki dan perempuan yang melaksanakan sholat segera bersiap untuk ke mushola. Spesial tadi yang adzan Haidar.

Entah ada angin apa tadi waktu mendekati sholat isya dia sudah duluan pergi ke masjid. Ternyata mau adzan. Masyaallah suaranya tidak kalah dengan Muzamil Hasballah. 10 30 lah kira-kira.

Setelah sholat isya yang akan ikut menghadiri pengajian segera bersiap untuk berangkat. Jadinya anggota perempuan ikut semua. Dan yang laki-laki minus Samuel dan Aji yang akan menjaga posko.

Semoga para cucu nabi adam itu benar-benar mendapat hikmahnya setelah menghadiri pengajian. Bukan cuma mendapat rasa kenyang semata karena beseknya.

***

Reaksi DPL (real) aku dulu :

Kalo Dhisti be like :

Continue Reading

You'll Also Like

196K 23.7K 22
⚠️ BL Gimana sih rasanya pacaran tapi harus sembunyi-sembunyi? Tanya aja sama Ega Effendito yang harus pacaran sama kebanggaan sekolah, yang prestas...
1.7M 72.6K 51
"Jangan deket-deket. Mulut kamu bau neraka-eh, alkohol maksudnya!" Ricardo terkekeh mendengarnya lalu ia mendekatkan wajah mereka hingga terjarak sat...
643K 18.7K 40
Ivander Argantara Alaska, lelaki yang terkenal dingin tak tersentuh, memiliki wajah begitu rupawan namun tanpa ekspresi, berbicara seperlunya saja, k...
977K 30.2K 42
-please be wise in reading- ∆ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ∆ Tentang Vanila yang memiliki luka di masalalu dan tentang Vanila yang menjadi korban pelecehan...