Married with Enemy [On Going]

By gitaaam

62.6K 2K 835

[ FOLLOW AKUN AKU TERLEBIH DAHULU SEBELUM BACA ] 16+ Berawal dari sebuah aura permusuhan bebuyutan yang beras... More

[01] Married With Enemy
[02] Married with Enemy
[03] Married with Enemy
[04] Married with Enemy
[05] Married with Enemy
[06] Married with Enemy
[07] Married with Enemy
[08] Married with Enemy
[09] Married with Enemy
[10] Married with Enemy
[11] Married with Enemy
[12] Married with Enemy
[13] Married with Enemy
[14] Married with Enemy
[15] Married with Enemy
[16] Married with Enemy
[17] Married with Enemy
[18] Married with Enemy
[19] Married with Enemy
[20] Married with Enemy
[21] Married with Enemy
[22] Married with Enemy
[23] Married with Enemy
[24] Married with Enemy
[25] Married with Enemy
[27] Married with Enemy

[26] Married with Enemy

2K 72 11
By gitaaam

MWE

Haloo!!
Udah lama ya gak update, aku nulis ini mendadak banget dan asal pikir alur ajaa.

Sebenarnya ini chapter gak terlalu penting ya, cuma gapapa buat pemanis aja😁

🌿🌿🌿

[26] Sudah Baikan?

[ H A P P Y R E A D I N G ]

...o0o...

Setelah kejadian semalam yang dimana Freya meminta tolong di belikan sate kacang membuat Rendi kembali sedikit lebih ceria. Bahkan saat membeli sate kacang Rendi tak berhenti tersenyum.

Hari ini Rendi memutuskan untuk pergi sekolah dan rencanya dia akan menawarkan tebengan ke Freya, hitung-hitung mau memulai komunikasi yang baik dengan Freya.

Tok! Tok! Tok!

Rendi mengusap kedua tangannya yang dingin sambil menanti pintu di depannya terbuka.

Ceklek!

Dipikir pintu unit di depannya terbuka membuat Rendi mengangkat pandangan. Masih tutup. Pintu di depannya masih tutup.

"Mau berangkat sekolah?"

Mendengar suara di belakangnya membuat Rendi menoleh. "Eh, Mas Bian. Iya nih mau berangkat."

Mas Bian mengangguk. "Jadi di sini lagi ngapain?" tanya Mas Bian.

Rendi menyengir bak orang bodoh. "Oh, ini mau berangkat bareng sama Freya, Mas."

"Berangkat bareng?" Mas Bian bertanya dengan alis yang terangkat sebelah. "Oh. Yasudah kalau begitu saya duluan."

"Iya, Mas." Rendi mengangguk sambil tersenyum dan memandangi punggung Mas Bian yang hilang saat memasuki lift.

Ceklek!

Pintu unit Freya terbuka membuat Rendi mengalihkan pandangannya dan langsung bertatapan dengan Freya yang memandangnya heran.

"Ada apa?"

"E—eum, anu—"

"Anu apa?!" sentak Freya.

"Eh!" Rendi terkejut dengan sentakan Freya. "Itu, maupergisekolahbarenggak?"

"HAH? Ngomong yang pelan dong! Lo ngomong apaan?"

'Bangsat! Baru kali ini gue gugup ngomong sama cewek!' gumam Rendi.

"WOY! ADA ORANG DI SINI?" tegur Freya dengan menjentikkan tangannya tepat di wajah Rendi.

Rendi menatap Freya ragu sambil menggaruk tengkuknya. "Berangkat sekolah bareng mau gak?" tanya Rendi ragu.

Melihat Freya yang terdiam membuat Rendi kembali sadar diri. "Oh, gak mau ya? Yaudah sih gapapa. Kalau gitu gur pergi dulu."

Dengan rasa kecewa Rendi meninggalkan Freya yang masih berdiri di depan unit perempuan itu menuju lift. Tangan Rendi yang akan menekan tombol lift tiba-tiba saja menggantung saat mendengar suara di belakang nya.

"Siapa bilang gak mau? Suudzon aja lo sama gue."

Tiba-tiba saja Freya muncul dari belakang Rendi dan sambil menggandeng lengan lelaki itu, dengan tangan satunya lagi menekan tombol di lift.

Perlakuan Freya itu membuat Rendi ingin tersenyum tapi kehalang gengsi membuat Rendi menggigit pipi dalamnya.

...o0o...

Jam pelajaran berjalan begitu cepat membuat semua murid tidak sabar menunggu bel pulang berbunyi.

Kringggg....

Tepat saat bel pulang berbunyi para murid langsung berbondong-bondong keluar kelas menuju parkiran. Ada yang langsung pulang ke rumah dan ada juga yang memutuskan untuk nongkrong terlebih dahulu.

Berbeda dengan Rendi yang sedang menunggu Freya di depan kelas perempuan itu.

"Ada Rendi tuh, Frey. Lo mau pulang bareng sama dia?" tanya Ayna saat matanya tak sengaja menatap Rendi yang berdiri di pintu.

Mata Freya langsung menatap Rendi yang tersenyum padanya. "Iya kayaknya."

"Lah?" Ayna menatap bingung Freya.

"Yuk keluar, Arga juga udah nunggu." Suara Anara membuat mereka keluar dari kelas.

Ternyata di luar kelas bukan hanya Rendi saja yang sedang menunggu, tetapi juga ada Argara, Arka, Elang, dan Zafran. Bedanya mereka duduk di bangku depan kelas, sedangkan Rendi memilih berdiri di depan pintu.

"Pulang bareng, mau?" Rendi bertanya saat Freya sudah berada di pintu tepat di depannya.

Freya mengangguk. "Boleh deh. Tapi ke tempat Mami dulu, gue di suruh kesana," jawab Freya

Lagi dan lagi Rendi ingin tersenyum tapi ia tahan. Bahkan dengan spontan tangannya langsung menggandeng tangan Freya membuat perempuan itu tersentak.

"Eh! Sorry gue reflek tadi."

Dengan segera Rendi ingin melepaskan genggaman tangan itu, tapi langsung di tahan oleh Freya membuat kedua tangan itu kembali bertaut dengan erat.

Freya menatap yang lainnya. "Yuk pulang."

Jangan di tanyakan gimana Rendi sekarang. Keringat sebesar biji jantung sudah memenuhi kening lelaki itu. Rendi mengipaskan tangannya ke muka. "Panas." gumamnya.

Diperjalanan menuju kediaman keluarga Rendi suasana di atas motor terasa senyap sebab tidak ada yang perlu di perbincangkan.

Sesampainya di rumah keluarga Rendi, Freya langsung di sambut dengan Mami Ranti yang memeluknya.

"Aduh! Anak Mami kok udah jarang kesini sih? Mami kan jadi gak ada temen buat cerita-cerita gitu." Mami Ranti melapas pelukannya dan menangkup wajah Freya.

Freya tersenyum. "Freya lagi sibuk-sibuknya belajar buat ujian akhir nanti, Mi."

"Kamu jangan terlalu banyak pikiran ya, inget sama si Ucil di dalam. Masalah kerjaan rumah suruh saja Rendi yang turun tangan kamu jangan!" ucap Mami Ranti mutlak membuat Freya mengangguk saja.

"Yasudah, ayo kita masuk. Mami ingin bercerita sama kamu. Nanti kita saling tukar cerita ya, karena Mami mau tau keseharian kamu sekarang apa saja. Tapi kita cerita di ruangan Mami aja, payah nanti ada aja yang ikut nimbrung." Mata Mami Ranti melirik Rendi saat di kalimat akhirnya. Membuat Freya terkekeh kecil dan mengangguk.

Kedua perempuan itu langsung masuk ke dalam rumah tanpa memperdulikan satu makhluk yang sedari tadi berdiri saja.

"Cih! Anaknya siapa, yang di peluknya siapa. Apa tadi katanya? Gak ada temen cerita? Jadi selama ini temen sosialita nya apaan? Hantu? Arwah? Jin?" Rendi menggerutu sambil berjalan memasuki rumah.

"Abang! Si Unyil selalu mengeong cari Abang di depan kamar Abang. Raden kasian sama Unyil. Abang bawak aja ya si Unyil sama Abang, soalnya si Unyil suka lemes kalau gak ada Abang."

Baru saja satu langkah memasuki rumah, Rendi sudah di sambut Raden yang sedang menggendong hewan berbulu di tangannya.

"Males! Nanti dia ngerusuh lagi, habis sofa Abang di cakar-cakar sama dia."

Meow!

Unyil yang melihat Rendi duduk di sofa pun langsung loncat ke pangkuan Rendi dan merebahkan tubuh bulatnya di paha lelaki itu dengan gaya lemasnya.

Raden melihat itu pun hanya mengehlas napas. "Drama."

...o0o...

Saat ini Rendi berada di unit apartemen Freya. Setelah pulang dari rumah Mami Freya minta di belikan martabak manis seperti punya Rendi yang pernah tidak sengaja ia makan.

Jadilah mereka makan martabak itu bersama di ruang tengah unit Freya. Tadi Rendi ingin pulang tapi di tahan oleh Freya.

"Lo belum ada makan nasi?" tanya Rendi.

Mendengar pertanyaan dari Rendi menbuat Freya menghentikan kunyahannya dan menggeleng. "Belum."

"Ada nasi gak? Atau bahan lainnya?"

"Ada. Tuh, liat aja sendiri di dapur."

Rendi berjalan ke dapur sendirian. Rencanya ia akan membuat nasi goreng saja, sebab hanya menu itu yang ia tau cara dan resepnya.

Setelah di rasa semua alat dan bahan sudah lengkap, Rendi mengambil apron yang tergantung dan memakainya. Barulah Rendi siap untuk berperang dengan bahan-bahan yang ada di dapur.

Rendi sedikit menghiasi nasi goreng itu agar lebih menarik, sama seperti nasi goreng yang ia buatkan untuk Freya dulu.

"Freya!" Rendi berseru dari dapur memanggil Freya.

"Hm?!"

"Makan dulu sini!"

"Nanti!"

"Makan dulu! Atau gue ambil semua itu martabaknya nanti!"

Sedangkan Freya mendengar itu menggerutu. "Iya, iya! Ini mau makan!"

Sesaat Freya sudah di meja makan, matanya langsung tertuju ke nasi goreng yang sudah di sajikan dengan amat cantik.

Freya terkekeh. "Lo pikir gue anak TK?"

"Udah buruan makan, habis itu baru boleh makan martabak lagi," ujar Rendi dengan begitu pengertian.

Freya memakannya dengan lahap karena memang perutnya belum di isi nasi, apalagi sekarang di perutnya ada makhluk lain yang ingin makan juga.

"Enak gak?" tanya Rendi.

"Lumayan," jawab Freya sambil menganggukkan kepanya berulang kali.

Rendi tersenyum melihat respon Freya. "Yaudah lo habisin dulu. Gue mau balik ke unit gue."

Baru saja ingin pergi, Rendi menghentikan langkahnya saat mendengar pertanyaan dari Freya.

"Lo udah makan?"

"Gue bawak bekal aja. Nih!" Rendi mengangkat bekal milik Freya.

"Yaudah! Gih, sana pulang."

"Inget sama pesan Mami tadi. Lo gak boleh capek-capek sama banyak pikiran." Ucapan Rendi hanya dibalas anggukan oleh Freya.

"Lo tadi cerita apa aja sama Mami?" tanya Rendi pemasaran.

"Kepo."

Rendi mendelik mendengar itu. "Pasti ceritain keburukan gue kan? Apalagi si Mami kalau udah cerita bakal jadi panjang lebar."

"Dih! PD amat lo kalau gue sama Mami ceritain lo," sembur Freya.

"Ya gimana ya, soalnya telinga gue tadi panas sih," sambung Rendi.

"Ck!" Freya berdecak. "Udah deh lo balik ke unit lo aja sana, nanti malah gak balik-balik lo!" sentak Freya.

"Yaudah deh."

Setelah mengucapkan itu Rendi beneran langsung pergi dari unit Freya meninggal perempuan yang sedang menikmati masakannya itu sendirian di meja makan.

Ceklek!

Saat pintu terbuka tak sengaja ia berpapasan dengan Mas Bian yang berdiri tepat di tengah-tengah unitnya dan Freya.

Mas Bian memandang aneh Rendi yang baru saja keluar dari unit Freya dengan rambut berantakan akibat berkutat di dapur membuat Mas Bian seperti nya salah paham.

"Eh, Mas."

"Ya." Mas Bian menjawab teguran Rendi dengan mengangguk. "Kamu habis dari unit Freya?" tanya Mas Bian.

"Ah!" Rendi menggaruk tengkuknya. "Iya, Mas."

"Habis ngapain?"

Pertanyaa Mas Bian terdengar ambigu di telinga Rendi. "Habis kerja kelompok tadi, Mas." Rendi membual.

Alis Mas Bian terangkat. "Berdua saja?"

"Kebutalan kelompoknya sama temen sebangku."

Terlihat kepala Mas Bian mengangguk percaya mendengat bualan Rendi. "Ohh. Saya duluan ya."

Setelah mengucapkan itu Mas Bian pergi ke unitnya, dan saat punggung Mas Bian tak terlihat barulah Rendi memasuki unitnya sendiri.



To be continued.....





Kayaknya mereka berdua sama-sama gengsinya tinggi ya.
Kalo sama-sama gengsi gimana mau baikan dan satu unit lagi coba.

Ges apa Mas Bian suka ya sama Freya?
Siapa disini yang dukung Freya dan Mas Bian?
Kalo Rendi sama Citra/Raina.

Freya-Mas Bian

Rendi-Citra

Rendi-Raina

Rendi-Freya

Continue Reading

You'll Also Like

581K 44.9K 29
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
3.5M 180K 27
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
1.1M 17.7K 28
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
2.6M 143K 63
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...