About Us 1 (2Hwang)

By historiachoi_14

5.8K 358 181

Especially for you, penumpang kapal Hwang Yeji & Hwang Hyunjin 😉 - kumpulan cerita 2hwang - More

Midnight Date
Jealous
Best Of Me 🔞
Tears of First Love (1)
Tears of First Love (2)
Tears of First Love (Yeonjun)
Ice Cream
Anamnesis/Pasangan Takdir (Mystery)
Winter Magic (Bitter Chocolate)
A Moment
Future Is Ours (1)
Future Is Ours (2/end)
Destiny (2/end)
YOU SAID OUR THIRD PERSON? YOU SURE?! (1)
YOU SAID OUR THIRD PERSON? YOU SURE?! (2/end)
In My Eyes
Move On (My Lucy)
Move On (My Lucy) - end
YEARNING SUMMER (1)
YEARNING SUMMER (2)
-
Remedy
AT LAST TRAIN STATION
Runaway
The One I Love (1-2)
The One I Love (2-2)
After Party 🔞
No Skin Contact (Special Collab)
Go Away

Destiny (1)

90 4 1
By historiachoi_14

⚠️⚠️⚠️ SAD ENDING ⚠️⚠️⚠️

Silakan komentar apa pun ya tentang cerita ini, berikan aku semangat hehe 

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



Mataku menatap datar pada baju-baju dan beberapa barang yang dimasukkan ke dalam sebuah tas travel. Tas yang cukup besar, mengingat begitu banyak peralatan yang masuk di dalamnya. Aku tidak menyangka hari seperti ini terjadi dalam hidupku.

"Hyunjin, bagaimana dengan ini?"tanya gadis berlipstick merah dibibir tipisnya yang selalu menjadi candu bagiku. Lamunanku tersadar saat sekali lagi dia memanggil namaku.

"Terserah,"jawabku. Dia menatap bantal berwarna putih dan bundar dengan nama kami berdua itu dengan seksama. Bantal yang sering kami pakai berdua. Hanya satu, tapi itu milik bersama.

"Dibuang saja,"jawabnya singkat. Menyakitkan hatiku. Bagaimana bisa benda kenangan seperti itu dengan mudahnya dia singkirkan? Oke, aku tau hubungan ini sudah berakhir. Aku tau semua telah hancur. Dan kupikir perasaannya sekarang benar-benar dingin. Tapi tidakkah dia memiliki satu ruang dimana dia masih menghargai hari-hari yang kami lalui dulu?

"Hyunjin?"tanyanya lagi. Kali ini dia menatapku lekat. Aku memberikan tatapan datar padanya.

"Terserah,"jawabku lagi. Dia tidak mendengus seperti biasanya atau protes dan mengomel. Dengan santainya dia memasukkan benda itu ke sebuah kardus yang kuyakin kardus itu akan dia letakkan di depan rumahku, tepat di depan tempat sampah.

"Aku sudah selesai. Barang-barangku sudah tidak ada lagi. Terimakasih kau sudah membiarkanku mengambilnya,"dia beranjak dari tempatnya duduk tadi.

"Ya, Yeji,"jawabku singkat. Hatiku terasa begitu senyap.



***

Semua telah usai. Aku mengambil bantal putih bundar yang selama ini selalu kami peluk bersama atau secara bergantian. Sempat kuselamatkan benda ini, hanya benda ini, ah satu lagi adalah mug yang sering kami pakai bersama. Aku berpikir kembali dengan apa yang sudah terjadi dalam hidupku. 8 tahun yang lalu aku bertemu Yeji di sekolah dan dekat karena berada dalam satu kelompok belajar bersama pada mata pelajaran Biologi. Teman kami saat itu adalah aku, Yeji, Somi yang berisik dan sukanya menarik perhatian cowok dan tidak peduli dengan tugas, lalu Haechan yang sama saja seperti Somi. Karena merasa cocok dan satu ide, aku lebih sering bekerjasama dengan Yeji hingga akhirnya kami benar-benar dekat sebagai seorang teman. Padahal saat itu Yeji juga sedang berpacaran dengan teman sekelas kami, Seungmin, namun entah bagaimana aku dan Yeji memiliki perasaan romantis yang berkembang dalam diri kami. Saat kenaikan kelas, Yeji putus dengan Seungmin entah apa alasannya dan aku mengambil kesempatan itu. Kami berpacaran sampai dengan 3 hari yang lalu. Ya, 6 tahun sudah kami berpacaran. Awalnya hubungan kami begitu baik dan aku pikir sangat sempurna. Yeji cinta pertamaku walau aku bukan cinta pertamanya. Yeji banyak mengajariku tentang cinta dan entah sejak kapan aku yang mulai mengendalikan dia dalam hubungan percintaan kami. Walau aku sudah menjadi seorang vice president di perusahaan keluargaku dan banyak godaan yang menghantui hubungan kami, aku tetap bertahan pada Yeji. Aku sangat mencintainya, selain pekerjaan, dipikiranku hanya ada Yeji. Namun hubungan kami menjadi dingin karena kesibukanku dan dia yang juga mulai sibuk setelah lulus dari pendidikan kedokterannya. Bahkan akhir-akhir ini sebelum kami putus, dia tetap pulang ke rumah ini namun kurasa dia hanya menggunakannya sebagai tempat untuk tidur dan mandi karena banyak barangnya yang berada disini. Aku pun sempat tidak peduli karena aku selalu pulang saat Yeji telah tertidur dan dia selalu berangkat sebelum aku terbangun. Benar-benar hubungan yang mendingin. Sampai akhirnya Yeji memutuskan untuk mengakhiri hubungan ini. Telah ada laki-laki lain dikehidupan Yeji selain diriku. Dia adalah senior Yeji di rumah sakit dan kurasa karena profesi mereka yang sama, Yeji bisa menerima laki-laki itu dengan mudah. Esoknya setelah permintaan putus dari Yeji dideklarasikan olehnya, Yeji dijemput oleh laki-laki itu, Yeonjun.

Sakit? Tentu saja. Yeji cinta pertamaku. Ini adalah pengkhianatan pertama yang kualami. Ini adalah pengalaman putus pertama selama hampir 24 tahun aku hidup di dunia ini. Apa aku menahan Yeji? Apa aku memukul pria bernama Yeonjun itu? Tidak. Aku melepaskan Yeji karena aku pikir ini yang terbaik bagi hubungan yang sudah mendingin ini dan Yeonjun tidak ada hubungannya. Yeji sendiri bilang bahwa dia baru memulai dengan Yeonjun setelah kami putus. Aku harus menerima semua ini. Aku anggap inilah proses pendewasaan diriku.


*Yeji POV*

Aku menatap keluar jendela. Menatap pemandangan kota Seoul yang jarang kulihat dari ketinggian seperti ini. Selama hampir 3 tahun aku menghabiskan kehidupanku di tempat-tempat itu saja. Kampus, rumah sakit, rumah Hyunjin. Berada di flat mewah seperti ini sangat jarang kurasakan dan sekarang aku berada disini.

"Apa yang kau pikirkan, hmm?"seseorang memelukku dari belakang. Aku tersenyum dan menyentuh lengannya yang memelukku. Desau nafasnya menyapu leherku dan itu sedikit menggelitik. Kini aku merasakan nafas baru dari seorang lelaki. Hidupku telah berubah. Sekarang kupikir dialah nafas dalam hidupku.

"Aku tidak pernah melihat pemandangan Seoul dari tempat seperti ini,"jawabku. Dia, Yeonjun Oppa, tersenyum dan ikut menatap ke luar jendela sambil terus memelukku dari belakang.

"Mulai hari ini kau boleh melihatnya setiap hari,"Yeonjun mengecup pipiku dengan singkat.

"I love you,"ucap Yeonjun lagi. Dia memutar tubuhku sehingga sekarang kami berhadapan. Aku tersenyum lalu dengan alaminya tanganku kulingkarkan ke lehernya. Kami mulai berciuman panjang. Ciuman Yeonjun berbeda dari yang sebelumnya sering kurasakan. Pria ini penuh kelembutan namun begitu tegas. Dia akan memperlakukanku seperti seorang putri yang hanya satu-satunya di dunia miliknya. Berbeda dengan sebelumnya. Aku menjalani hubungan yang kasual dengan Hyunjin. Kami memulai hubungan ini dengan pertemanan, jadi saat kami pacaran pun bukan kelembutan dan hasrat dalam percintaan yang sering kualami, tapi hubungan kikuk yang lucu namun sempat kusukai selama beberapa lama. Mungkin Yeonjun hadir dihidupku saat kami telah dewasa, saat aku telah dewasa, jadi kurasa dia membawaku lebih serius. Tidak seperti Hyunjin yang masih memperlakukanku sama seperti 6 tahun yang lalu walau dia sekarang sudah berdasi dan duduk di gedung bertingkat. Aku pun memutuskan mengakhiri hubunganku dengan Hyunjin karena kulihat tidak ada perkembangan dalam hubungan kami selain kami hanya hidup bersama seperti sepasang suami istri. Aku menginginkan komitmen dan aku ingin menjadi seorang istri, itu yang kupikirkan.

***

Aku terbangun seketika, ketika mimpi itu datang. Mimpi tentang masa lalu. Dimana aku masih bersama Hyunjin dan banyak merajut mimpi. Aku tidak berbohong jika Hyunjin masuk ke kehidupanku terlalu jauh. Tidak mungkin orang yang kusukai secara dangkal dapat kupercaya untuk hidup bersama denganku. Aku sangat mencintai Hyunjin. Mungkin Minho Oppa adalah pacar pertamaku, tapi Hyunjin adalah cinta pertamaku. Aku tidak pernah merasakan cinta selain dengan Hyunjin. Aku menyerahkan segalanya pada Hyunjin, aku memutuskan untuk tinggal di rumahnya berdua saat aku kuliah. Putus dari Hyunjin adalah keputusan terberat yang pernah kuambil. Aku masih mencintainya, sekali lagi kutekankan ini. Namun kalian tau, cinta saja tidak cukup untuk menjadi alasan kau dapat menyerahkan hidupmu pada seseorang. Aku membutuhkan komitmen. Aku adalah seorang wanita saat ini, aku telah meraih gelar dokterku dan yang kubutuhkan sekarang adalah pernikahan. Dan beberapa bulan kuperhatikan, Hyunjin tidak memperlihatkan hal yang kuinginkan. Kami mulai menjauh karena kesibukan masing-masing. Hyunjin terlalu tenggelam dalam pekerjaannya.

Kuperhatikan Yeonjun oppa yang tertidur disampingku. Wajahnya begitu menenangkan dan seperti malaikat. He's my crush. Aku menyukai Yeonjun oppa sejak aku masuk fakultas kedokteran. Dia adalah senior yang selalu membimbingku dan memang, dia sudah menembakku sejak lama. Tapi kukatakan sekali lagi, aku sangat mencintai Hyunjin dan dulu memang aku sangat terhanyut dengan Hyunjin. Walau aku menyukai Yeonjun oppa, aku menolaknya dan kami menjadi kakak-adik biasa. Suatu hari Yeonjun oppa bertanya padaku tentang hubunganku dengan Hyunjin. Disana aku mulai membeberkan keresahanku, keinginanku untuk mendapatkan sebuah komitmen. Awalnya Yeonjun mengatakan bahwa Hyunjin mungkin berkomitmen padaku karena sudah 6 tahun kami bersama, tidak pernah putus, Hyunjin tidak pernah selingkuh bahkan menoleh pada gadis lain pun tidak walau banyak sekali godaan dari mereka yang mampu membumbui hubungan kami. Menurut Yeonjun itu adalah komitmen. Tapi kemudian dia menarik kata-katanya lagi dan mulai meragukan Hyunjin, aku pun terpengaruh olehnya. Pada momen itu, dengan tegas Yeonjun mengatakan dia ingin menikahiku. Dia ingin memberikan komitmen itu. Dia tidak pernah berhenti mencintaiku. Dan kurasakan gejolak aneh yang selama ini kucari. Kupikir, Yeonjun adalah jawabannya.

"You like my face so much?"gumam Yeonjun dengan matanya yang masih tertutup. Aku terkejut, ternyata dia belum tidur, atau terbangun? Dan dia menyadari aku menatapnya?

"Sini Yeji,"Yeonjun menarik leherku agar aku mendekat dengannya. Kini kami berhadapan. Dadaku berdebar cepat saat menatap wajahnya yang tersenyum lembut padaku. Kami saat ini sama-sama tidak berbalut sehelai benang pun selain selimut tebal berwarna putih yang menyelimuti tubuh kami berdua. Aku tidak menyesal melakukannya dengan Yeonjun. Kami sudah berpacaran, ah bukan, kami sudah bertunangan malah. Yeonjun langsung mengajakku bertunangan selepas aku putus dari Hyunjin dan walau aku agak keberatan tapi aku tidak ingin menolak Yeonjun karena aku takut kehilangan dia.

"Aku bermimpi tentang masa lalu,"jawabku dipelukan Yeonjun. Aku selalu terbuka dengannya, dia bisa mengerti bahwa berat bagiku melupakan cinta pertamaku yang sudah 6 tahun bersamaku itu dan aku menjalani hubungan kami dengan serius. Yeonjun tidak mengeluh, dia tau bahwa dia sudah memenangkanku dengan komitmen yang dia berikan.

"Apa kau menyesal?"tanya Yeonjun sedikt berbisik. Aku menggeleng dalam dekapannya.

"Aku sudah memutuskan bersama oppa,"jawabku.

Ya, aku telah memutuskan menerima komitmen dari pria ini daripada menunggu dari Hyunjin. Mungkin aku tidak sabar, mungkin aku terlalu ambisius, tapi Hyunjin sendiri tidak menunjukkan kenaikan selama bertahun-tahun ini. Berciuman, berpelukan, berpegangan tangan, tidur bersama, makan bersama, hanya itu. Hanya itu yang kami lakukan, tidak ada peningkatan selama 6 tahun ini. Hubungan kami datar, normal dan harmonis.

Aku tidak harus berpikir dua kali dengan keputusanku ini. Aku tidak akan meninggalkan Yeonjun oppa.



*Hyunjin POV*

Aku menghembuskan nafas dengan kasar menatap tubuh polos yang tidur disampingku ini. Aku tidak sanggup menyentuhnya. Bukan, hatiku yang tidak sanggup. Entah kenapa. Padahal dia begitu memikat. Dia menyukaiku dan dia mau melakukan apa pun untukku. Kami berciuman dan bercumbu di kasur yang selama ini hanya kutiduri dengan Yeji. Namun saat aku akan memasuki permainan utamanya, ada sebuah perasaan bergejolak dalam diriku. Aku tidak bisa menyentuh gadis ini.

"Hyunjin-ah, kau mau kemana?"tanyanya yang terbangun saat menyadari aku menuruni kasur ini. Aku memakai celana panjangku lagi dan duduk dipinggir tempat tidur. Kuraskaan tangannya melingkari pinggangku.

"Maafkan aku noona,aku...,"

"Kau masih membayangkan bahwa ranjang ini adalah istanamu dengan Yeji?"tanya Sana noona sambil menyapu beberapa helai rambutku. Aku tidak menjawabnya.

"Kau hebat Hwang Hyunjin. Seorang gadis secantikku tanpa sehelai benang pun, sejak tadi mencium tubuhmu dan menyentuh bagian-bagian vitalmu namun kau tidak tertakhlukkan. Kau benar-benar berpendirian kuat dan kau memang sangat setia,"Sana sekarang beranjak dan memakai one piece berwarna cokelat miliknya yang kulemparkan ke lantai tadi saat membukanya.

"Mungkin aku belum terbiasa. Maafkan aku noona melibatkanmu dalam hal ini,"aku menundukkan wajahku. Aku yakin alasannya bukan Yeji. Bukan Yeji yang membuatku tidak bisa meniduri gadis lain selain dia. Ini hanya soal belum terbiasa. Seumur hidupku aku hanya pernah menyentuh dan memeluk tubuh Yeji selama 6 tahun lamanya, wajar jika tidak semudah itu aku mengganti sosok Yeji dengan wanita lain.

"Kau yakin Hyunjin-ah, tidak mencintai Yeji lagi?"tanya Sana penasaran.

"Aku mencintainya. Tapi itu bukan satu-satunya alasan noona,"jawabku sambil menyandar di tempat tidurku.

"Aku tidak mengerti,"ucap Sana.

"Tidak cukup hanya mencintainya jika memang dia bukan takdirku. Aku tidak mungkin menahannya,"ucapku pelan. Aku lelah memikirkannya. Aku hanya ingin cepat menerima semua ini. Mungkin saat ini Yeji bisa tertidur di pelukan orang lain, tapi aku tidak. Apa yang salah padaku? Aku adalah seorang laki-laki tapi malah aku yang begitu setia.

"Yah Hwang Hyunjin! Sejak kapan kau sok tau soal takdir? Hanya karena Yeji meninggalkanmu dengan laki-laki lain bukan berarti takdirmu selesai sampai disini. Yeji belum menikah kan dengan pria itu? Kalian sudah 6 tahun bersama. Tidak mungkin Yeji semudah itu menggantikan posisimu,"

"Pada kenyataannya Yeonjun telah menggantikan posisiku,"ucapku pahit membayangkan jika saat ini Yeji terlelap dipelukan pria lain.

"Perempuan itu akan takhluk dengan pria yang berjuang deminya. Aish, aku menyukaimu Hyunjin, kenapa aku malah mendukungmu?"ujar Sana frustasi.

"Sudahlah noona. Kupikir ini yang terbaik. Yeji bersama Yeonjun, profesi mereka sama-sama dokter dan kurasa mereka berada dalam satu kecocokan yang sangat penting,"ucapku.

"Ya ya ya...ini soal partner dalam kehidupan Hwang Hyunjin, bukan soal partner dalam bekerja. Hhhh...aku tidak percaya, aku kesini berpikir ingin merebutmu dari gadis bernama Hwang Yeji itu, ingin menguasaimu namun kau sendiri tidak bisa melupakannya,"rutuk Sana.

Continue Reading

You'll Also Like

6.1K 268 5
🔞 Kejadian tidak sengaja yang menorehkan luka - sempat di post di Blog juga ^_^
220K 7.1K 21
Maia, a young and respected Knight, is ordered to look over the King's daughter, the princess before she is made Queen. It surprises many when the pr...
587K 13.1K 40
In wich a one night stand turns out to be a lot more than that.
1.1M 49.3K 95
Maddison Sloan starts her residency at Seattle Grace Hospital and runs into old faces and new friends. "Ugh, men are idiots." OC x OC