Jisung masuk ke kamar seokjin untuk membujuknya makan karena dia masih belum mau makan setelah di jewer.
"Cho." panggil jisung.
Seokjin yang sudah mandi dan ganti baju itu hanya duduk nenyadar dinding tanpa menjawab.
"Kau benar-benar marah?" tanyanya dan seokjin hanya melirik.
Jisung berkacak pinggang sambil berjalan mendekati seokjin.
"Kenapa pakai sweater? Kau sakit?" jisung menempelkan punggung tangannya ke kening seokjin. " hangat" gumamnya, kemudian menyentuh bokongnya.
"Sama, berati kau tidak sakit" lanjutnya membuat seokjin langsung mendengus kesal.
"Kau samakan keningku dengan bokongmu, hyung?" kesal seokjin.
Jisung tertawa membuat seokjin semakin kesal.
"Kenapa pakai sweater? Kau mau pergi?" tanyanya dan seokjin mengangguk.
"Kemana?"- jisung.
"Ke kos-san jimin, tapi kepala ku pusing,hyung." keluh seokjin membuat jisung khawatir.
"Pusing, kenapa?" tanya jisung.
"Kurang dana" jawab seokjin membuat jisung menghela nafas.
Tanpa mengatakan apapun, jisung mengambil ponselnya dan mengetik sesuatu untuk beberapa saat.
"Sudah hyung transfer" jisung menunjukan bukti transfer melalui ponselnya.
Seokjin tersenyum dan langsung berdiri." Asik, terimakasih, jie hyung."seru seokjin dan beranjak pergi.
"Makan dulu! Baru boleh pergi" tegas jisung.
"Oke" jawab seokjin tanpa menghentikan langkahnya.
"Dasar anak nakal" gumamnya dan pergi dari kamar seokjin.
.
.
.
.
Seokjin melepas sweaternya dan duduk untuk makan. Dia menoleh pada namjoon yang baru datang.
"Namu hyung, kau sudah makan?" tanyanya Pada namjoon yang berjalan ke arahnya.
"Sudah. Kau makan saja yang banyak," sahut namjoon." kau tau dimana jie?" tanyanya pada seokjin.
"Tadi dikamarku, hyung. Mungkin sekarang ada di kamarnya" jawab seokjin dan namjoon mengangguk, kemudian melangkah pergi menuju kamar jisung.
"Hyung" panggil seokjin.
Namjoon menghentikan langkahnya dan berbalik melihat seokjin.
"Apa yang kau lakukan?" tanya namjoon saat melihat seokjin mengarahkan tangan padanya.
"Dor!" katanya sambil menggerakkan tangan seolah sedang menembak.
Namjoon meladeni candaan seokjin dengan berakting pura-pura tertembak di dadanya.
"Akh, dadaku" kata namjoon sambil meremat dadanya, kemudian meberikan finger heart pada seokjin.
"Hyung menyayangimu, chocho" kata namjoon membuat seokjin senang.
"Aku juga menyayangimu, namu hyung" sahutnya membuat namjoon tertawa geli.
"Sudah, makan sana! Hyung mau menemui jie dulu" kata namjoon dan pergi setelahnya.
Namjoon masuk ke kamar jisung setelah mengetuk pintu.
"Jie" panggilan namjoon membuat jisung menoleh ke arahnya.
"Hyung, kenapa?" tanya jisung sambil memakai baju.
"Kau sudah rapi, mau kemana?" Namjoon duduk di tempat tidur jisung dengan santai.
"Kampus, bukankah aku mengurus berkas agar bisa kuliah?" Sahutnya tanpa melihat lawan bicara.
"Ah, benar, kau kan akan pindah kuliah," kekeh namjoon." kau sudah lihat kan foto yang ku kirim?" tanyanya dan jisung mengangguk.
"Dia, hyungnya chocho? Lalu mana foto adiknya?" jisung menoleh setelah selesai mengancing baju.
Namjoon mengambil ponsel dan menunjukan foto seseorang pada jisung.
"Dia Jungkook, usianya sama dengan Chocho. Dari informasi yang ku dapat, dia akan pindah sekolah ke sekolah chocho"
Namjoon memasukan kembali ponselnya setelah jisung tak lagi melihat fotonya.
"Bagus," kata jisung dan tersenyum setelahnya." hyung, aku pergi dulu, takut terlambat." pamitnya.
"Oke, hati-hati."sahut Namjoon.
Jisung yang akan pergi ke kampus berpamitan pada seokjin yang sedang makan.
"Cho, Hyung pergi dulu." pamitnya.
Seokjin menoleh." wah, hyung, kau terlihat keren dan dewasa. Padahal wajahmu kan cute, bahkan aku lebih terlihat dewasa darimu" katanya membuat jisung langsung memasang ekspresi tengil.
"Aku memang tampan, cool dan juga cute," sombongnya membuat seokjin berdecak. " Aku harus terlihat dewasa dulu sekarang karena akan jadi mahasiswa baru" lanjutnya dan seokjin mengangguk.
"Terserah kau saja" kata seokjin di sela mengunyah makanannya.
"Hyung, juga harus terlihat dewasa darimu."- jisung.
"Kenapa?"- seokjin.
"Karena aku, hyungmu. Jadi aku tidak mau terlihat lebih muda darimu" jawab jisung membuat seokjin terkekeh.
"Kenapa tertawa? Apa ada yang lucu?" tanyanya.
"Hyung, kenapa kau berpikir seperti itu? Aku kan bukan adik kandung, sudah pasti berbeda. Dari wajah dan juga ~ " Seokjin menghentikan ucapannya saat Jisung menatapnya dengan tajam dan terlihat marah.
Jisung hanya melihat tanpa mengatakan apapun, tapi walau begitu terlihat jelas kalau dia marah.
"Hyung, maafkan aku. Aku-- " Lagi-lagi seokjin menghentikan ucapannya karena jisung pergi begitu saja.
"Hyung, tunggu!" seokjin buru buru beranjak dari duduknya dan mengejar jisung yang berjalan keluar.
"Hyung, jangan marah. Maafkan aku, hyung" melas seokjin sambil menahan tangan jisung, tapi jisung tidak merespon dan tetap pergi menggunakan mobil sport.
Seokjin berdecak dengan lesu setelah jisung pergi. "Kenapa jie hyung selalu marah setiap aku bicara seperti itu? Padahal aku kan bicara fakta.
"Aku dan dia memang tidak mirip, Aku juga memang bukan adik kandungnya kan? Tapi kenapa joe hyung selalu marah setiap aku bilang begitu?"
Seokjin yang bingung menggaruk kepalanya yang tidak gatal, kemudian masuk ke dalam untuk mengambil kunci motor.
"Sudahlah, tidak usah di pikirkan. Nanti juga baik sendiri" katanya dengan santai. Lebih tepatnya tidak mau ambil pusing masalah yang tidak penting itu.