THE ARTIST (GXG) JENLISA

By jenmanoban2602

96.1K 9.5K 872

WHO ARE YOU? More

2. She's okay?
3. Show off
4. Agreement
5. different
6. Stressed
7. WHO ARE YOU?
8. Hard Mistake
9. Don't
10. Anything I do
11. Red Hat.
12. Warning
13. Need
14. You are my strength
15. Pain
16. Not me
17. LALISA
18. her family
19. Wifey
20. Naughty bunny (END)

1. The Name

17.9K 700 59
By jenmanoban2602

Seorang wanita yang memancarkan aura kemewahan itu tengah berjalan memasuki lobby perusahaan tempat ia bekerja.

The KIM'S ENTERTAIMENT

"Annyeonghaseo, ahjumma. Selamat bekerja!"

"Ah, annyeonghaseo, Ms. Manoban, kamsahamnida, semangat bekerja juga untukmu!"

"Annyeonghaseo, ahjussi, semoga harimu berjalan dengan lancar."

"Annyeonghaseo, Ms. Manoban, semoga harimu selalu menyenangkan!"

Iya, dia adalah Lalisa Manoban, wanita berkewarganegaraan Thailand dan berusia dua puluh enam tahun itu adalah seorang aktris Korea Selatan yang kini sedang naik daun karena kehebatannya dalam beracting. Tetapi, bukan hanya itu, keramahannya juga membuat namanya semakin di cintai oleh banyak orang.

Seperti sekarang ini, dia sedang menyapa para karyawan yang tengah bekerja, bahkan, ia juga baru saja menyapa seorang cleaning service di perusahaannya, dia benar-benar di kenal dengan attitudenya yang sangat baik.

Lalisa tengah berjalan di sebelah Kim Jisoo, dia adalah asisten manager dari Lalisa Manoban yang sudah bekerja dari awal Lalisa debut di usianya lima belas tahun dan Jisoo menginjak tujuh belas tahun, mereka lebih terlihat seperti kakak ber-adik di bandingkan seorang aktris dan manager karena kedekatan mereka.

Bruukkhh.

Sebuah wadah yang berisikan air pel itu tak sengaja jatuh dan menumpahkan seluruh air di dalamnya.

"Aah, jeongsonghamnida, jeongsonghamnida, Ms. Manoban." Wanita paruh baya itu membungkuk berkali-kali meminta maaf pada Lalisa, dan wanita paruh baya itu berjongkok untuk membenarkan wadah tersebut, namun, kedua matanya terbelalak ketika ia melihat kedua kaki Lalisa yang terkena air hingga mengenai heels dan kedua kakinya, wanita itu segera mengelap menggunakan lap kecil yang menggantung di satu bahunya.

"Eoh, tidak perlu seperti ini, ahjumma, aku baik-baik saja." Kata Lalisa yang berusaha membangunkan wanita paruh baya itu yang bekerja sebagai salah satu cleaning service.

Jisoo ikut membantu, dia juga berusaha membangunkan wanita itu.

"Jeongsonghamnida, sekali lagi saya minta maaf, Ms." Ucap wanita itu dengan perasaan yang sangat menyesal, hal itu menjadikan Lalisa kini menjadi pusat perhatian di lobby perusahaannya, beberapa mata tertuju padanya.

Lalisa tersenyum simpul. "Ne, arayo, ahjumma, aku baik-baik saja, aku juga minta maaf karena aku tidak melihat wadah itu." Ucap Lalisa yang justru meminta maaf pada wanita itu, semuanya sungguh terkagum.

"Lihat, bagaimana namanya tidak terus berada di puncak? Dia bahkan tidak memiliki kekurangan apapun."

"Attitudenya sangat baik."

"Fisiknyapun sempurna."

Para staff yang melihat ikut berbisik memberi komentar, Lalisa yang merasa dirinya menjadi pusat perhatian, dia melihat ke arah para staff yang berada. "Aku baik-baik saja, jadi.. kalian bisa melanjutkan pekerjaan kalian lagi, maaf jika aku sempat mengganggu pagi kalian, kamsahamnida." Gumam Lalisa lalu membungkuk, membuat para staff mengerjap.

"Ah, maaf, Ms. Manoban, pasti anda tidak nyaman, selamat bekerja." Sahut salah satu staff dengan sopan, Lalisa membalasnya dengan senyuman, dia beralih lagi ke wanita paruh baya itu yang masih menundukan kepalanya dan meringis menyesal.

"Aku sudah bilang bahwa aku baik-baik saja, ahjumma. Kau bisa melanjutkan pekerjaanmu." Kata Lalisa lalu wanita itupun mengangguk.

"N-ne, sekali lagi aku minta maaf."

Lalisa hanya mengangguk.

"Lain kali, tolong hati-hati dengan pekerjaanmu, ahjumma." Ujar Jisoo mengingatkan.

"Ne, Arasseumnida, Ms." Ucap wanita itu dengan sopannya.

Lalisa memegang lengan Jisoo. "Gwenchana, eonnie. aku baik-baik saja." Bisik Lalisa yang di angguki oleh Jisoo, keduanyapun melanjutkan langkahnya menuju lift.

"Apa kau tidak bisa marah, Lalisa?" Tanya Kim Jisoo ketika keduanya sudah berada di dalam lift khusus aktris atau aktor, di dalamnya hanya ada Lalisa karena hampir semua dari mereka berada di lokasi shooting, namun untuk Lalisa, dia mendapatkan panggilan ke perusahaan hari ini.

Mendapat pertanyaan itu, Lalisa hanya terkekeh dan melepaskan kacamata bening yang bertengger di matanya, dia memasukannya ke dalam tas kecilnya. "Apa yang perlu di marahi? Aku bahkan tidak apa-apa." Jawab Lalisa dan Jisoo hanya menghembuskan napasnya samar lalu menggelengkan kepalanya.

"Mendiang eomma dan appa mu pasti akan bangga melihatmu seperti ini." Ucap Jisoo yang hanya di senyumi oleh Lalisa.

"By the way, apa kau sudah tahu kenapa Presiden memanggilku kesini, eonnie?" Tanya Lalisa penasaran.

"Dia akan menyuruhmu untuk menggantikan Irene di pemotretan Celine nya." Ucap Jisoo yang membuat Lalisa menyeringit.

"Maksudmu?"

Ting.

Pintu lift sudah terbuka di lantai empat belas yang berada di paling atas yang mereka tuju, keduanyapun keluar bersamaan.

"Hmm, nanti kau juga akan tahu, aku akan menunggu di ruanganmu, kau masuklah ke ruangan Presiden." Ujar Jisoo yang di angguki oleh Lalisa, akhirnya merekapun berpisah dan Lalisa melanjutkan langkahnya menuju ruang CEO berada.

Knock knock

Dia mengetuk dengan sopan, memastikan bahwa CEO nya memang berada di dalam.

"Ne, masuklah." CEO nya telah menjawab dari dalam ruangannya, mempersilahkan Lalisa untuk masuk dan Lalisa membuka pintunya, CEO nya pun sudah berada di sofa single nya untuk menunggu kedatangan Lalisa.

"Annyeonghaseo, Presiden Kim." Sapa Lalisa membungkuk.

Pria paruh baya yang memiliki tubuh tinggi tegap itupun berdiri merapihkan jas hitamnya. "Annyeong, Lalisa. Duduklah." Ucapnya dan Lalisa segera duduk di sofa panjang berwarna hitam itu yang di susul oleh CEO nya yang juga duduk kembali di sofa singlenya, pria itu berdeham. "Apa kau sudah mendengarnya dari Jisoo, kenapa aku memanggilmu kemari?" Lanjutnya bertanya.

Lalisa mengangguk. "Hanya sebagian, Presiden." Kata Lalisa yang mengenggam jari-jari tangannya sendiri, sementara pria itu menyender pada sofanya dan membenarkan kacamata yang berada di matanya.

"Jadi kemarin malam, Bae Joohyun terkena skandal, dia terciduk tengah berciuman di dalam mobilnya di tepi sungai han." Ucap Presiden Kim dengan raut wajah yang kecewa, sementara Lalisa terbelalak.

"Jadi.. Irene eonnie sudah memiliki kekasih?"

"Hmm, dan tahukah kau yang membuatku memberinya hukuman? Seseorang yang berciuman dengannya itu juga seorang perempuan."

Lalisa terkejut, dia bahkan terbatuk mendengarnya. "Jeongsonghamnida, Presiden." Gumam Lalisa lalu Presiden itu menyodorkan cangkir yang memang sudah di sediakan untuk Lalisa sebelum melanjutkan ceritanya.

"Aku tidak peduli dengan seksualitas kalian, tetapi.. apakah kalian tidak bisa lebih berharti-hati lagi? Kalian adalah seorang public figure." Ucapnya dengan raut wajah yang kecewa, sementara Lalisa berdeham untuk menetralkan tenggorokannya, dia mengangguk-anggukan kepalanya mengerti.

"Tetapi, Presiden.. kenapa berita ini tidak ada?" Tanya Lalisa terheran, karena memang media hari ini baik-baik saja, tidak ada pemberitaan apapun yang terjadi.

"Seperti biasa, aku memberi mereka bayaran untuk tidak memproses berita itu, Lalisa. Sebagai gantinya, aku tetap memberi hukuman pada Bae Joohyun, aku menskors nya selama satu bulan." Ucapnya dengan suara tegas dan Lalisa mengangguk-anggukan kepalanya, mendengarkan ucapan dari CEOnya. "Maka dari itu, aku ingin kau menggantikan kontraknya di Celine hari ini, aku sudah menjelaskan pada pihak Celine bahwa Bae Joohyun tidak bisa mengambil kontrak ini karena beberapa alasan yang kuberikan, salah satunya Bae Joohyun sedang dalam pengobatan penyakitnya, aku menjadikan itu alasan."

"Tetapi, bagaimana pada pihak Celine? Apakah mereka setuju bahwa aku yang akan melakukannya?" Tanya Lalisa.

"Justru mereka sangat senang mendengarnya bahwa kaulah yang berada di projectnya ini, jadi.. mereka setuju saja." Jelas pria itu. "Dan kau akan tetap bisa melanjutkan shooting di serial K-drama mu di JTBC, Lalisa." Lanjutnya dan Lalisa akhirnya mengangguk.

"Baiklah, aku akan melakukan apapun untuk perusahaanmu, Presiden. Lagipula aku tidak akan mungkin menolak karena ini sudah menyangkut project bersama perusahaanmu." Ujar Lalisa yang akhirnya menerima tawaran itu, senyum pria itu mengembang, dia mengulurkan tangannya dan Lalisa segera menjabatnya, pria itu memeluk Lalisa dan menepuk punggung Lalisa.

"Terimakasih, Lalisa."

"Terimakasih, kau sudah membantuku." Sambungnya dengan senang, Lalisa juga tersenyum lebar dan membungkuk sopan.

"Ne, Cheonmaneyo. Presiden. Terimakasih juga karena telah mempercayaiku." Balas Lalisa dan merekapun saling melempar senyum.

•••

"Eonnie, are you okay?"

"Bagaimana menurutmu? Aku di skors selama satu bulan, apakah menurutmu aku baik-baik saja?" Jawab Irene dengan kesal kepada sang asisten manager yang bernama Son seung wan atau biasa di kenal sebagai Wendy, dia sudah menjadi menjadi manager Irene selama dua belas tahun lamanya.

Wendy mengusap bahu Irene dengan lembut, mereka tengah berada di unit apartement milik Irene. "Jangan terlalu di pikirkan, eonnie. Anggap saja ini waktu untuk istirahatmu, 'kan? Jadi lebih baik, kita pergi berlibur, bagaimana?" Ucap Wendy untuk membujuk hati Irene dan Irene mendengus sebal.

"Liburan katamu? Lagipula, ini semua karenamu, jika saja kau tidak meninggalkanku dengan temanmu yang idiot itu, ini tidak akan terjadi." Ujar Irene dengan kesal dan Wendy menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal itu.

"Mian, semalam aku ada panggilan mendesak dari eommaku, jadi aku harus pulang, aku tidak tahu akan jadi seperti ini, eonnie." Jawab Wendy meminta maaf.

Bar itaewon

"Kau cantik sekali, apa kau sudah memiliki seorang kekasih?" Tanya Kang Seulgi, dia adalah sahabat dari Wendy yang kini hanya berdua dengan Irene karena Wendy baru saja mendapat telepon dari ibunya dan harus pulang ke rumahnya.

Irene mendengus ketika berhasil memasukan Seulgi yang sedang mabuk ke dalam mobilnya, dia mengusap wajahnya sendiri dengan kasar sebelum akhirnya memasuki mobilnya.

"Aku bertanya padamu, apa kau sudah memiliki kekasih?" Seulgi masih merancau, sedangkan Irene masih terdiam, dia memasangkan seat bell pada Seulgi. "Haish, sombong sekali! Atau jangan-jangan, kau bisu, huh?"

"Ck, diam atau ku potong lidahmu itu, dasar idiot." Ucap Irene kesal lalu menancapkan pedal gasnya dengan sangat cepat yang membuat Seulgi akhirnya membungkam mulutnya.

Irene melajukan mobilnya semakin cepat.

"Y-ya! Bisakah kau pelankan lajuannya? A-aku mual.." ucap Seulgi yang memegang perutnya.

Irene tidak menghiraukannya, dia semakin memperdalam pedal gasnya, saat ini keduanya tengah melewati sungai han, dan tanpa di duga, akhirnya Seulgi memuntahkan seluruh isi perutnya mengenai celananya sendiri dan mobil Irene.

Irene mengerang kesal, dia akhirnya menepikan mobilnya. "Kau gila, huh?! Bagaimana bisa muntah di mobil orang sembarangan seperti ini?!" Oceh Irene dengan kesal, sementara Seulgi yang masih di bawah pengaruh alkohol justru terkekeh.

"Sudahku bilang aku ingin muntah, kau malah mempercepat lajuannya."

Irene menjambak rambutnya sendiri dengan frustasi, sampai beberapa lama akhirnya Seulgi terdiam, situasi mulai hening, Irene menghelakan napasnya dan menoleh ke arah Seulgi yang sudah menyender pada jendela mobil dan wajahnya membelakangi Irene. "Kau bisa mencuci mobilku nanti." Kata Irene sambil mematikan pendingin mobilnya dan membuka sebagian kaca jendelanya untuk membuang aroma bau yang berada di dalam mobil akibat muntahan Seulgi.

Tidak ada jawaban dari mulut Seulgi, lalu Irene kembali menancapkan pedal gasnya, mobil itu melaju kembali tetapi, tubuh Seulgi terhuyung ke samping dan kepalanya terjatuh di bahu Irene yang membuat Irene lagi-lagi menghentikan mobilnya. "Ya! Berani-beraninya kau...," suara Irene berhenti kala Seulgi membuka kedua matanya dan melihat wajah mereka saling dekat, Seulgi menelan ludahnya dengan susah payah, smeentara Irene menutup hidungnya sendiri. "Shibal, bau sekali." Gerutunya mencium aroma yang tak sedap dari bibir Seulgi yang habis muntah itu, Irene mengambil tissue, dia mencoba untuk membersihkan sudut mulut milik Seulgi sementara yang punya mulut, dia hanya terdiam dengan tenggorokan yang naik turun.

"Kau benar-benar cantik, dari dekat bahkan kau terlihat semakin cantik." Ucap Seulgi dengan deep voicenya, Irene menelan ludahnya, dia berusaha untuk menjauhkan kembali wajah Seulgi dari tubuhnya, namun, tanpa tersadar, Seulgi mengecup bibir Irene.

Tanpa di sangka, momen itu justru di manfaatkan oleh seseorang untuk menjatuhkan nama Irene yang sudah mengikutinya sejak berada di bar, dan foto-foto Irene berciuman resmi di abadikan.

Flashback off

Irene mengehalakan napasnya. "Kau sudah tahu siapa yang mengambil foto-foto itu, belum?" Tanya Irene pada Wendy.

Wendy menggeleng. "Belum, eonnie. Tetapi, sepertinya seseorang itu sudah menguntitmu di bar."

Irene memijat pelipisnya dan beranjak dari sofanya. "Sudahlah, kepalaku sakit memikirkan ini, aku istirahat dulu, kau bisa pulang karena kau tidak ada pekerjaan."

"Anni, eonnie. Aku akan tetap disini menemanimu."

"Terserah." Jawab Irene yang membuka pintu kamarnya.

"Aah, eonnie. Aku dengar, bahwa Lalisa mengambil projectmu di Celine." Ucap Wendy dan Irene masiu berdiri di depan kamarnya.

Irene berdecak sebal. "Sudah kuduga, dia adalah aktris yang paling serakah." Sebalnya dan memasuki kamarnya dengan menutup pintu yang paling kencang.

Lalisa VS everyone.

Dia selalu menjadi saingan siapapun di dunia Entertaiment, bagi aktris dan aktor, dia adalah seseorang yang tak bisa di kejar ketenarannya.

.

.

.

To be continued

Tes ombakk~

Continue Reading

You'll Also Like

891K 70.3K 51
Rifki yang masuk pesantren, gara-gara kepergok lagi nonton film humu sama emak dia. Akhirnya Rifki pasrah di masukin ke pesantren, tapi kok malah?.. ...
1.8K 150 11
SINOPSIS : Kimhan yang menjalani hari-hari biasanya, tiba-tiba di kejutkan dengan tawaran CEO perusahaan tempat ia bekerja sebagai 'teman dekat'. Aw...
32.2K 3.3K 17
Park Limario Manoban adalah Seorang Driver F1 Popular Dan Jennie kim adalah Seorang Model internasional sekaligus Artis ternama bagaimanak...
455K 41.4K 93
Takdir kita Tuhan yang tulis, jadi mari jalani hidup seperti seharusnya.