Sebelum 365 Hari (End)

By thedreamwriter13

34.5K 2.6K 7.8K

"Bagaimana bisa aku terus mengingatnya, jika aku saja, tak bisa mengenali diriku sendiri?" - Thea. ... More

0. PROLOG
1. TRAUMA MILIK THEA
2. GALANG DAN SHELLA
3. PENGAKUAN RASA
4. PATAH HATI GALANG
5. KEBINGUNGAN
6. CUPCAKE DI CAFE MENTARI
7. BERTEMU DENGAN ALI
PEMBERITAHUAN • JADWAL UPDATE!
8. GALANG PUNYA PACAR?
9. CEWEK POPULAR
10. BUKAN PACAR NYA
11. MEMBERIKAN RASA AMAN
12. LO, AKAN TETAP JADI THEA
13. SI MATA INDAH
14. KEVIN?
15. SPOILER PERASAAN
16. PROSOPAGNOSIA
17. MAAF, GUE GAK SENGAJA
18. CINTA ATAU KASIHAN?
19. GALANG KENAPA?
20. DUNIA DAN RASA KECEWA
21. KHAWATIR
22. PUNYA GEBETAN
23. THEA SAYANG BUNDA
24. KENA HUKUMAN
25. NIGHT WITH YOU
26. DIA PEMBUNUH
27. SWEET DAY
28. ROOFTOP SEKOLAH
29. PENGAKUAN SHIRA
30. MENYESAL
31. SETENGAH KEPERCAYAAN
32. GRAVITASI CINTA
33. HARUS RELA
34. SEJUTA LUKA
35. RUMAH BARU
36. LIBRARY DATE
37. KESAYANGAN
38. KALIAN SIAPA?
39. ACQUIRED PROSOPAGNOSIA
40. IZIN DARI ALI
41. DANCING IN THE RAIN
42. YANG BELUM USAI
43. MAAF, THEA
44. KITA TERLALU SINGKAT
45. RAIN WITH MEMORIES
47. KEPERGIANNYA
48. JIKA DIA KEMBALI, LAGI
49. NYATA YANG SEPERTI MIMPI
50. KITA SELAMANYA

46. BERDAMAI

473 36 297
By thedreamwriter13

Hai, Love 💕

Selamat membaca Sebelum 365 Hari.

Minimal 20 vote, ya? Bisa dong 😀

Rabu, 30 Agustus 2023-

Happy Reading, Love!

46. BERDAMAI

Note: aku lagi suka lagu di atas, terus pas denger related sama Galathe lagi. Jadi sambil denger ya.

•••

~ Hargai waktu kita, benarkah kau bahagia? Manakah yang harus aku percaya? Senyuman atau air matamu ~ 🎵

🌻🌻🌻

Sudah beberapa Minggu terakhir ini, Shella selalu melihat Galang murung. Entah apa yang terjadi padanya. Karena, Shella juga sudah jarang berbicara dengan Galang, karena lelaki itu terkesan menjauh.

"Galang lagi ada masalah apa sebenarnya, ya? Dia kayak menghindar dari gue, terus juga murung banget."

"Kalau gue ajak bicara sekarang, dia bakal cerita gak ya?"

Shella terus bergumam sejak tadi memperhatikan Galang dari koridor kanan sekolah. Karena sekarang, Galang tengah duduk di sebuah kursi yang ada di tepi lapangan.

Terlanjur penasaran, Shella mendekati Galang dan duduk tepat di sebelahnya. Galang bahkan seperti tak sadar jika ada Shella di sampingnya.

"Lang," panggil Shella.

"Eh, Shell." Galang melirik Shella sekilas dan mengalihkan pandangan lagi.

Setelah menarik nafas pendek, Shella memberanikan diri untuk bertanya. "Maaf gue ganggu. Cuma gue lihat, akhir-akhir ini lo murung banget. Gue juga ngerasa, lo menghindar dari gue," tukasnya.

"Gue lagi banyak masalah aja."

"Iya masalahnya apa? Masa lo gak mau cerita sama gue?" Shella tetap berusaha membuat Galang menceritakan yang terjadi.

"Ya, gue takut aja kalau ada hubungannya sama gue, Lang. Lo menghindar banget soalnya," lanjut Shella.

Memang ini ada hubungannya dengan Shella, pikir Galang berbicara seperti itu. Tapi, rasanya tetap tak harus dia keluarkan.

"Lang ayolah cerita! Lo kenapa sih sekarang jadi tertutup banget sama gue? Kita udah kenal lama. Kita udah bareng-bareng untuk waktu yang panjang. Masa iya untuk masalah kayak gini lo gak mau cerita?" ucap Shella dengan panjang lebar.

Wajah Galang yang tadi tenang, kini terlihat sedikit kesal. Sebab suasana hati nya yang belakangan ini kurang baik, membuat emosi nya lebih cepat terpancing. "Gue putus sama Thea. Udah jelas?"

Pupil mata Shella membesar. Pantas saja, sudah lumayan lama Shella tak melihat Galang bersama dengan Thea. Shella jadi bertanya-tanya, mengapa dirinya tak menyadari ini?

"Kenapa?" tanya Shella.

"Udah ngerasa gak sejalan aja."

"Bohong. Ada hubungannya sama gue?"

"Nggak ada, Shell."

"Lang, jujur aja lah! Iya kan ini ada hubungannya sama gue?"

Galang berdiri seketika saat mendengar ocehan Shella kali ini. "Shell, udah ya. Gue lagi kacau, jangan cecar gue sama pertanyaan yang kayak gini. Gue butuh waktu sendiri, tolong," pinta Galang.

Shella menatap Galang sinis. "Hanya karena ini, Lang?"

Galang menggeleng pelan. "Thea bukan hanya untuk gue, Shell," tukas Galang dengan menegaskan kata hanya.

"Thea dunia gue, Shella."

Ada rasa yang tak biasa di dada Shella saat mendengar empat kata terakhir yang Galang lontarkan. Shella diam tanpa bahasa.

Galang menghela nafasnya sejenak. "Oke, maaf. Gue agak keras bicaranya. Untuk beberapa waktu tolong jangan ganggu gue dulu ya. Emosi gue lagi gak stabil. Maaf, Shell."

Galang membalikkan tubuhnya dan bergegas dari tempat ini, meninggalkan Shella yang masih diam tanpa kata lagi.

Ternyata, se berarti itu Thea untuk Galang saat ini.

🌻🌻🌻

"Buat lo, nih!"

Thea menoleh, menatap heran lelaki yang kini berdiri di sebelah nya.

"Gue Xavi, inget kan?" ucapnya.

"Xavi? Kok lo tau gue di sini?"

Thea saat ini ada di rooftop sekolah, menikmati hembusan angin yang menerpa wajah cantiknya.

"Susu lagi?" tanya Thea.

"Iya. Ambil!" Xavi memberikan sebuah susu kotak vanilla pada Thea.

Thea membuka susu kotak itu dengan sebuah sedotan dan meminumnya perlahan. "Biasanya Ilona yang ngasih, kok tumben sekarang lo?"

"Iya. Ilona lagi pms noh, jadi dikelas mulu males jalan katanya," sahut Xavi.

Thea dan Xavi menatap kearah beberapa gedung yang terlihat dari balik dinding pembatas.

"Gak ada niatan balik sama Galang, The?"

Thea menatap Xavi tajam, kala mendengar ucapan yang tanpa aba itu. "Pertanyaan lo apaan sih?"

"Tinggal jawab juga. Susah amat."

"Gak ada kayaknya."

Xavi mengangguk-angguk sambil tersenyum meledek. "Kayaknya. Oke ada kalimat kayaknya. Berarti lo masih bimbang."

"Eh gak gitu, maksud gue-"

"Udah lah, gak baik bohongin perasaan sendiri. Gue tau lo masih sayang sama Galang. Galang juga masih sayang banget noh sama lo," jelas Xavi.

"Buktinya?"

"Tuh susu yang lo minum."

Thea menjauhkan susu itu dari mulutnya, menatap kotak susu tersebut dengan wajah kaget. "Dari Galang?" tanya Thea.

"Iya. Susu yang saban hari Ilona kasih ke lo, itu titipan Galang. Galang tau lo akhir-akhir ini jarang ke kantin, kata dia, lo kalau lagi sedih suka mogok makan dan cuma suka minum susu. Makannya dia selalu titipin itu ke Ilona, soalnya kalau dia yang ngasih, lo pasti nolak."

Thea memanyunkan bibirnya sejenak, lalu kembali menikmati susu kotak di tangannya. Xavi hanya tersenyum singkat.

"Kirain gue gak bakalan diminum lagi karena tau itu dari Galang," ucapnya.

"Susu nya enak."

"Halah, bilang aja masih sayang sama yang ngasih."

Thea menghela nafasnya panjang.

"Gimana ya, Xav? Gue juga bingung sebenarnya."

"Apa yang lo bingung?"

"Gue gak tau harus gimana, Xav. Sejujurnya, gue masih sayang sama Galang. Tapi...."

Gadis itu memejamkan matanya sekejap. "....tapi gue gak bisa ada sama Galang lagi."

Mata Xavi menggambarkan kebingungan yang mendalam. "Maksudnya? Emangnya ada apa?"

"Gue sakit."

"Gue tau lo sakit. Galang juga tau kan? Dan Galang nerima lo, The. Lalu?"

Thea menatap lelaki di sebelahnya. "Kalau lo ada di posisi gue, lo gak mungkin biarin orang yang lo sayang terus nerima diri lo yang banyak sakitnya, Xav. Gue udah terlalu hancur untuk Galang. Galang bahkan bisa untuk dapat yang lebih," jelas Thea.

"Yang lebih itu bukan lo, dan yang Galang mau itu lo, Thea," kata Xavi yang membuat Thea terdiam.

"Tapi gue udah terlanjur nyakitin dia. Galang gak mungkin-"

"Galang masih sayang lo. Galang akan nerima dan masih akan terus menginginkan lo, Thea," tegas Xavi.

"Kita berangkat lusa ya, sayang. Tiket pesawat nya sudah Bunda pesan."

"Lusa, Bunda?"

"Iya. Siap kan?"

"Keadaan Galang sekarang gimana? Gue sepertinya udah terlalu jauh untuk tau hari-hari dia, Xav," ucap Thea.

"Galang kayaknya gak pernah baik setelah lo semakin jauh, The."

Xavi melanjutkan ucapannya. "Gue dan Toya adalah saksi gimana sedihnya Galang sejak lo mutusin hubungan kalian waktu itu. Galang sering kali nyalahin diri nya, The. Dia selalu ngerasa semua ini terjadi karena dia."

"Bilang Galang, semuanya bukan salah dia. Gue yang mau pergi. Ini kemauan gue."

Thea menatap Xavi lekat. Begitupula dengan lelaki itu. "Xav."

"Gue titip Galang."

"Kenapa?"

"Seperti yang gue bilang, gue gak bisa ada sama dia lagi. Bilang Galang untuk jangan lupa bahagia dan lupain semua tentang gue."

"Lo minta Galang untuk bahagia sedangkan bahagia dia itu ada sama lo. Gue gak yakin sih," elak Xavi.

Xavi benar-benar tak mengerti, Thea terlalu bertele. Kenapa Thea tak langsung bilang apa alasannya untuk tak bisa ada di dekat Galang lagi?

"Gue bisa liat, The, Galang jauh lebih sedih, dari pada saat Shella menjauh."

"Iya? Bukannya Shella cinta pertamanya? Harusnya lebih susah untuk di lupain dong," kata Thea sedikit jutek.

"Cinta pertama emang susah dilupain, The. Tapi cinta yang bikin kita berpaling dari cinta pertama itu gak ada tanding," ucap Xavi pada sisa perkataannya.

Kalian akan paham nanti, tapi bukan sekarang, batin Thea.

🌻🌻🌻

"Eh pengumumannya kapan ada di mading? Lama amat dah," ucap Toya pada salah satu teman sekelasnya.

"Kenapa nanya sama gue?"

"Kan yang ngurus anak OSIS, anjir. Makannya gue nanya lo. Masa iya gue nanya Galang, yang bener aja lo."

Galang memukul pelan perut buncit milik pemuda di sebelahnya ini. "Et, berisik amat lo. Tunggu aja apa. Pusing nih gue denger lo pada ngoceh terus," kesal Galang.

"Iye maaf, Lang."

Pandangan mata Galang kini beralih pada Xavi yang baru saja masuk ke dalam kelas. Lelaki itu berjalan dan duduk di kursi sebelahnya.

"Thea di UKS noh," kata Xavi tiba-tiba.

"Kenapa?"

"Tadi gue abis ngobrol sama dia. Tiba-tiba ngeluh kepalanya sakit, ya gue anterin ke UKS."

Tanpa berbicara apapun lagi, Galang bangkit dari duduknya dan bergegas menuju unit kesehatan sekolah.

Saat sudah dekat dengan UKS, Galang memelankan langkah kakinya. Lelaki itu lebih dulu diam, memperhatikan Thea dari balik dinding, keadaan pintu UKS terbuka.

"Thenyu, lo kenapa lagi sih?" lirih Galang.

"Gimana caranya gue bisa ke dalam? Kalau gue kesana dan langsung tanya keadaan Thea, awkward banget kan?"

Galang tersenyum manis penuh ide saat seseorang berjalan mendekat, sepertinya itu Ella, teman sekelasnya yang merupakan anak PMR, Ella terlihat membawa beberapa barang.

"La, tunggu-tunggu!"

"Iya kenapa, Lang?"

"Ini mau lo bawa ke UKS?" tanya Galang yang di jawab oleh sebuah anggukan.

Lelaki itu menunjukkan cengiran andalannya. "Biar gue aja yang bawa ke dalam. Lo balik aja ke kelas. Atau lo mau ke kantin? Mau mojok juga boleh."

"Loh tumbenan?"

"Tumben kan? Nah kapan lagi gue mau bantuin lo." Galang dengan cepat mengambil alih sebuah box berisi obat-obatan dari tangan Ella.

"Tapi, Lang-"

"Udah, serahin sama gue aja. Tenang, gak bakalan gue colong. Udah sana!"

Ella pergi karena permintaan Galang. Galang mempersiapkan dirinya lebih dulu. Galang terdiam di ambang pintu saat matanya dan Thea bertemu.

Galang pura-pura tak acuh, lelaki itu mendekati lemari yang biasanya menyimpan obat-obatan. "Gue cuma mau naruh obat-obatan doang kok. Tadi di suruh sama pembina UKS," oceh Galang.

Thea hanya mengerutkan keningnya. Untuk apa Galang berbicara seperti ini? Bahkan Thea tak bertanya padanya.

Galang mengambil sebuah minyak angin aromatherapy. "Emangnya ini bisa ngilangin pusing ya?"

Thea hanya diam dan melihat lelaki itu berinteraksi dengan dirinya sendiri.

"Setau gue bisa ngurangin sakit kepala, soalnya hangat. Cobain deh, bener atau nggak?" Galang menyodorkan minyak angin itu pada Thea.

"Kenapa harus gue yang nyoba?"

"Soalnya kalau gue yang nyoba, gue gak lagi pusing," sahut Galang.

"Ya gak usah di coba lah."

"Tapi gue penasaran, itu bener apa nggak?"

Thea menghela nafasnya. Entah apa maksud Galang. Thea menggeleng cepat. "Gak mau. Taruh aja! Gue juga lagi gak pusing."

"Terus kenapa ada di sini? UKS itu tempat orang sakit," cecar Galang. Galang sengaja melakukan ini, untuk menanyakan keadaan Thea secara tidak langsung.

"Lagi capek aja mau istirahat," ketus Thea.

"Oh oke." Galang meletakkan minyak angin tadi di atas meja yang berada tepat di sebelah ranjang yang Thea tiduri. Lelaki itu berbalik, berjalan keluar dari UKS.

Setelah kepergian Galang, Thea melirik sekilas minyak angin aromatherapy tersebut. Melihat sekeliling, memastikan jika Galang sudah benar-benar tak ada di sini.

"Emang iya ya? Apa gue coba aja?" Setelah memastikan bahwa Galang benar-benar tak ada. Thea meraih minyak angin itu dan coba mengoleskan pada pelipis kanan dan kiri nya.

Ternyata benar, ini sedikit melegakan, menghangatkan, membuat rasa sakitnya menipis.

Sedangkan kini seseorang yang mengintip dari balik dinding tersenyum senang.

Thea, Thea, di pakai juga kan akhirnya, batinnya. Galang belum pergi, lelaki itu memperhatikan Thea dari balik dinding.

🌻🌻🌻

"Pengumuman nya udah ada di mading sekolah woi!"

Teriakan salah satu murid di kelas XII IPS 3 membuat suasana menjadi lebih ramai. Ya, pengumuman kelulusan akan di tempel di mading sekolah hari ini, inilah yang sejak tadi seluruh murid kelas 12 tunggu.

Cukup lama memang, bahkan ini sudah jam pulang sekolah. Mereka semua berlari keluar kelas dengan membawa serta tas ransel masing-masing.

Dua mading sekolah dikerubungi oleh seluruh murid. Suasana riuh kian terasa.

"Woi, lulus!" Galang berteriak keras kemudian merangkul kedua temannya, Toya dan Xavi. Mereka bertiga terlihat bahagia. Ya meski tak mendapat peringkat, setidaknya mereka berhasil lulus.

"Burung Gagak, Burung Merpati, alhamdulilah gue lulus," ucap Toya yang di sambut pukulan pelan di bahu nya dari Xavi.

"Gak nyambung, blok!"

"Bodoamat. Ini mah babeh gue bangga banget pasti. Gak nyangka ye gue bisa lulus sekolah," ucap Toya lagi.

"Thea lo peringkat dua teratas!" Teriakan Ilona membuat ketiga lelaki itu menoleh kearah mading yang berada di belakang mereka.

Ilona dan Shira terlihat tengah memeluk gadis berkacamata itu. "Thea gue bangga banget. Ih lo pinter banget dah," ucap Ilona.

Galang, Xavi, dan Toya terlihat menghampiri ketiga gadis ini.

"Makasih."

"Gila sih, bisa nyaingin Kevin anjir," kata Xavi.

Iya, Kevin Alreska, lelaki itu memang sering menduduki peringkat pertama paralel, biasanya beradu dengan Alvi. Tapi setelah lelaki itu di drop out, sekarang teman bersaing nya adalah Thea.

"Selamat, Thea! Ngomong-ngomong-hehe boleh kali The traktiran. Bakso juga gue terima," ucap Toya dengan wajah receh andalannya.

Xavi menyentil pelan perut Toya. "Eh truk molen, makan mulu ya otak lo. Heran."

"Biarin. Orang gue ngomong sama Thea kok. Ya gak, The?"

Thea terkekeh pelan. "Iya, in syaa Allah ya."

Di tengah mereka yang saling bersahutan, pandangan akhir Thea terhenti pada lelaki bertubuh ringkih yang berada di kanan Toya. Galang, dia terlihat diam sejak tadi.

"Eh curut, diem aja lo? Gak mau ngomong apa gitu sama Thea?" beo Toya yang menyenggol pelan Galang.

Galang dan Thea saling menatap dengan gugup. "Em, selamat The," cicit Galang setelahnya.

"Makasih."

Xavi dan Toya saling melirik melihat interaksi canggung antara dua anak muda ini. "Canggung amat, padahal dulu nempel mulu kayak lem sama prangko," sindir Toya.

"Iya ya. Asing bener, kayak gak pernah saling sayang aja," sindir Xavi setelahnya.

"Bukannya masih sayang ya, Xav," ledek Toya.

"Oh iya juga."

"Akh, berisik lo berdua. Udah ah, gue mau balik duluan!" Setelah melirik sekilas kearah Thea, Galang berbalik dan pergi meninggalkan teman-temannya.

"Lah kabur bocah nya." Tawa kecil terdengar dari kedua lelaki rese ini.

"Princess, kita pulang yuk!" ajak Xavi.

"Bareng ya, Na ke depan nya," ucap Shira.

"Iya ayo!"

Xavi melihat kearah Thea lebih dulu. "Oh iya lo balik sama siapa, The?"

"Kayaknya sama Theo. Gampang kok. Kalian duluan aja!"

Keempat teman Thea sekarang ikut pergi. Thea sebenarnya bingung akan pulang bersama siapa. Di saat seperti ini sudah pasti Theo pergi dengan teman-teman satu geng nya itu, untuk merayakan kelulusan mereka.

"Harusnya sih bisa bareng Shira. Tapi kata Shira, dia di jemput sama ayahnya" gumam Thea.

Itulah Thea. Semua fasilitas ada di rumah, tapi Thea lebih memilih bus kota untuk opsi terakhir. Di samping, dia masih belum bisa berdamai dengan trauma nya untuk naik mobil pribadi lagi.

"Thea, tunggu!"

Langkah kaki Thea berhenti, gadis itu menoleh, mendapati seseorang berlari kecil mendekat.

"Hai! Gue Shella," ucap Shella sembari menunjuk nametag di baju nya.

Shella tau Thea pasti tak mengenali wajahnya.

"Ada apa?"

"Lo pulang sama siapa?"

"Kayaknya sendiri, Shell."

Shella mengangguk. "Boleh bareng? Sekalian mau ada yang gue bicarain."

Thea sedikit heran, sebenarnya apa yang membuat Shella harus berbicara dengan dirinya? Agak malas, namun, Thea cukup penasaran.

"Ya udah. Sambil jalan aja."

🌻🌻🌻

"Gue juga gak tau jelas masalah kalian apa. Tapi gue mohon balik sama Galang ya?"

Thea dan Shella kini berjalan menuju halte bus yang berada di perempatan.

"Atas dasar apa lo minta ini ke gue, Shell?"

"Gue kasihan sama Galang. Dia murung akhir-akhir ini."

Thea tersenyum miring. "Harusnya lo senang kan gue sama Galang putus? Artinya lo bisa sama dia. Buat apa lo minta kita balikan lagi?" sinis Thea.

"Gue sadar Thea. Semuanya udah beda. Dunia nya Galang udah bukan gue lagi. Dia sayang banget sama lo. Galang bilang, kalau lo adalah dunia nya," jelas Shella.

Thea lagi-lagi menggeleng. "Gue gak bisa, Shella."

"Gue yakin lo masih sayang sama Galang, dan sebaliknya," tegas Shella.

"Saling sayang bukan berarti harus sama-sama, Shell."

Kedua gadis ini sekarang berada di halte bus yang terlihat sepi. Hanya ada mereka berdua di sini.

"Gue minta maaf kalau misalnya gue bagian dari penyebab kalian berdua putus," pungkas Shella.

"Nggak, Shell."

"Gue bakalan berusaha untuk jaga jarak sama Galang. Gue rela dia sama lo, gue mau liat Galang bahagia."

Thea menatap lekat Shella. "Gak perlu, Shell. Gak perlu ngelakuin itu. Maaf, tapi ini cuma tentang gue dan Galang. Kita udah gak sejalan dan seharusnya udah gak sama-sama aja. Lo gak perlu menyangkut pautkan semua ini sama lo, ya? Tolong," papar Thea.

"Thea, gue-"

Belum selesai Shella berbicara, Thea menarik tubuhnya cukup kuat, gadis itu mencoba menjauhkan Shella dari seseorang yang datang dari arah belakang sana.

"Ada apa?" Shella terlihat heran.

Shella cukup terkejut kala dua orang lelaki berwajah seram turun dari atas motor yang menghampiri mereka berdua.

"Maaf, Shell kalau lo kaget. Tadi mereka mau narik handphone lo," bisik Thea pada gadis di sebelahnya.

Thea dan Shella memundurkan tubuhnya perlahan saat kedua lelaki ini mendekat.

"Kalian siapa?" ucap Thea.

Kedua lelaki itu menyeringai. "Gak usah banyak tanya. Serahin barang-barang kalian!"

"Nggak!"

"Oh jadi gak mau? Kalau gitu, kalian aja ikut sama kami," ucapnya yang tampak mengerikan.

Thea menarik tangan Shella dan hendak berlari, tetapi kedua lelaki itu mengepung mereka, membuat kedua gadis ini tampak kebingungan.

"Lepasin!" Shella berteriak saat lelaki di hadapannya kini memegang erat pergelangan tangan Shella.

Melihat itu, tanpa basa-basi, Thea menendang satu persatu lelaki ini dengan cepat, membuat keduanya terjatuh di aspal.

"Lo mundur, Shell!" perintah Thea.

"Thea, bahaya," bisik Shella.

"Gue bisa. Lo mundur, kalau perlu cari bantuan."

Thea menatap tajam kedua lelaki itu. Entah akan berhasil atau tidak, tapi Thea yakin dia mampu mengatasi ini. Ilmu bela diri nya cukup mumpuni.

"Maju lo berdua!" tantang Thea dengan kuda-kuda nya.

Perkelahian terjadi antara mereka. Thea sekuat mungkin berusaha melawan pukulan demi pukulan yang dua lelaki ini berikan. Sebisa mungkin, Thea bertahan untuk melindungi dirinya dan Shella.

Thea kewalahan, gadis itu jatuh tersungkur di atas aspal dengan memegangi dadanya. "Awh," ringis Thea.

"Thea," beo Shella.

"Segitu doang? Masih mau ngelawan kami?" ucap sombong salah satu lelaki itu.

"Udah lah. Serahkan saja barang-barang kalian kalau masih mau hidup."

"TOLONG!" Shella tiba-tiba berteriak.

Bukan tentang harga barang yang mereka miliki, tapi bagaimana mereka bisa mempertahankannya.

Bugh!

Suara pukulan keras terdengar bersamaan dengan ambruknya tubuh kedua lelaki berwajah seram itu. Kini, seseorang berdiri tepat di hadapan Thea yang masih terduduk.

"Thea," lirihnya. Lelaki itu menoleh, menghampiri Thea dan membantunya untuk berdiri.

"Lo gak apa-apa?" tanyanya khawatir.

"Gak apa-apa, Lang. Makasih."

Ya, Galang Reynandika. Lelaki tampan itu tiba-tiba saja datang dan menendang kedua lelaki itu menggunakan jurus andalannya.

Wajah Galang memerah, menatap kedua lelaki itu dengan tajam. "Pengecut! Bisa-bisa nya lo berantem sama cewek?"

Galang memajukan tubuhnya. "Kalau lo berdua merasa kuat, lawan gue sekarang!"

Shella kini menghampiri Thea yang berdiri tepat di belakang Galang.

"Galang, jangan!" pinta Thea pelan.

"Lebih baik sekarang kalian pergi, cari bantuan! Gue bisa urus mereka," ucap Galang.

Galang dan kedua lelaki itu memulai perkelahian mereka. Thea takut Galang akan kewalahan dan berujung terluka, Thea tak mau itu terjadi

"Ayo, Thea!" ajak Shella.

"Nggak, Shell. Gue gak bisa ninggalin Galang."

"Tapi Galang yang minta kita untuk pergi," debat Shella.

Pupil mata Thea membulat saat melihat Galang tersungkur akibat beberapa pukulan yang mengenainya. "Galang!" teriak Thea.

Thea akan mendekat, tapi tahanan tangan Shella serta suara Galang menghentikan.

"Shella, lepas!"

"Jangan kesini, Thenyu! Pergi, selamatin diri lo!" pinta Galang.

Gua bahkan gak mungkin untuk ninggalin lo dalam keadaan kayak gini, Lang. Gak akan pernah, batin Thea.

Thea menatap Shella penuh harap. "Shell tolong. Lo yang cari bantuan, gue mau bantu Galang. Tolong, Shell."

Shella mengangguk. Gadis itu berlari menjauh, untuk mencoba meminta bantuan pada siapapun. Sedangkan Thea kini mendekati Galang dan kedua lelaki itu.

"Dua lawan dua, biar adil," ucap Thea.

"Thea?" lirih Galang. Lelaki itu bangkit, menatap Thea penuh harap, berharap untuk gadis itu pergi saja. Galang tak mau dia terluka.

Thea tampak tak peduli dengan tatapan Galang, gadis itu memulai perkelahian mereka lebih dulu, dengan memukul lawannya. Galang dan Thea melawan masing-masing satu orang agar seimbang.

Thea berhasil mengalahkan lawannya, gadis itu tersenyum kecil lalu melihat kearah Galang yang masih berkelahi. Kelihatannya lawan Galang sudah mulai kewalahan.

Thea yakin Galang akan mengalahkannya. Tak lama, benar saja lelaki yang melawan Galang jatuh.

Mata Galang mencari keberadaan Thea, lelaki tampan itu tersenyum tipis. Hal yang sama Thea lakukan.

Namun, ada sesuatu yang mengambil alih fokus Thea. Penjahat yang tadi berhasil Galang kalahkan terlihat akan bangkit. Mata Thea membulat melihat apa yang penjahat itu pegang. Dan Galang, lelaki itu tak mengetahuinya.

"Galang," lirih Thea.

Thea berlari mendekati Galang yang tadi juga akan menuju padanya.

"GALANG!" teriak Thea.

Thea mendorong kuat tubuh Galang kearah samping hingga terjatuh. Sedangkan tubuh Thea kini mematung, sebuah benda datang lebih dulu, dan membuat Thea kaku. Rasa sakit itu terasa sangat nyata, tubuh Thea melemas. Tangannya meraba, meraba tetes demi tetes darah yang mengairi perutnya.

Darah mengalir, deras.

"Thea," lirih Galang dengan suara lemas. Galang bangkit, meraih tubuh Thea yang kini ambruk dengan cepat.

Kedua lelaki jahat itu pergi meninggalkan tempat ini dengan sepeda motor nya.

Tubuh Galang gemetar hebat setelah melihat apa yang terjadi pada Thea di depan matanya. Galang membawa Thea yang sudah memejamkan mata ke dekapan. "Thea, hei, The." Galang mengelus pipi Thea, mencoba membangunkan gadis itu.

"Thea."

"Thea, bangun!"

"THEA! THEA BANGUN!"

Suara Galang kian mengeras. Air matanya jatuh dengan deras, Galang memeluk erat tubuh gadisnya yang sudah terdiam. Rasanya dunia Galang terhenti saat melihat Thea seperti ini.

Galang menatap wajah cantik yang terpejam itu. Seluruh tubuhnya benar-benar gemetar. "Thea, gue tau lo dengar gue. Lo bangun dulu ya? Buka mata lo, Thenyu. Tolong."

"Thea? Thea bangun Thea!"

Bahkan nada suara Galang dapat menggambarkan betapa paniknya dia.

"Thea tolong jangan tinggalin gue! Thea bangun."

Rasanya lemas, Galang ingin mengangkat tubuh gadis ini, ingin membawanya pergi dan menolong Thea. Namun rasanya tak sanggup.

Galang berusaha, berusaha mengangkat tubuh Thea dan berdiri dengan seluruh tubuhnya yang bahkan tidak memiliki rasa lagi.

"Thenyu, bertahan ya."

Dengan berusaha sekuat mungkin, Galang melangkahkan kakinya.

To Be Continued ....

🌻🌻🌻

Hallo gimana bab 46 nya?

I hope you like it, Love 💕

Akhirnya aku bisa update lagi hehe.

Bab ini panjang kan? Gak pendek kayak sebelumnya? Tapi kalau masih ngerasa kurang, maaf ya, aku juga baru pulih jadi belum bisa kayak kemarin-kemarin.

Siap untuk 4 bab terakhir?

Semoga bab ini berkesan.

Ayo ramaikan bab ini, kalau vote nya ramai, comment nya juga, aku bisa aja fast update!

Makasih udah bertahan sejauh ini ya!

See you next bab!

Follow:

Wattpad : @thedreamwriter13

Instagram : @thedreamwriter13

Twitter : @worldofjingga13

Tiktok: @blueskyitsyouuu

Makasih love 💗

Continue Reading

You'll Also Like

8.5K 752 13
How can they bring a girl in my absence and claim it as my wife. That is too underaged.... This thought made him take extreme action, the action of f...
276K 8.5K 60
[Completed] Kristen is a rebellious teenager who acts out because of her rough childhood. Her parents never wanted her and was immediately sent to th...
49.7K 844 44
jim street x gender neutral!reader oneshots, crossposted from my tumblr
Who Are U ? By Aftantia

Science Fiction

9.2K 420 50
Pada awalnya semua berjalan normal. Kita bertemu tanpa sengaja, saling mengenal dan semakin dekat. Diam-diam aku menyukaimu dan ternyata kaupun juga...