My Heart Calls Out For You

By fairytalice

40.6K 4.9K 261

Pram langsung jatuh cinta saat pertama kenal dengan Ayu. Ia sampai memberanikan dirinya untuk mengutarakan pe... More

You Were More Than Beautiful
If big baby are tired
Pram being Pram
Vespa for two
Families day out
Families day out pt.2
Saturday Night
Hazel Amoura Wiryadamara
Staycation
Hazel getting sick
Bapak turning into Ibu (Housewife) for a day
Ditinggal Ibu
Bapak, Ibu jangan marah - marah
Baby grow up so fast
Obstacles
Reunited
hazel the clingy princess
Anak perempuan pertama
Hazel's little brother

short getaway

1.4K 216 7
By fairytalice

Di hari sabtu dengan cuaca yang cerah mengiringi keluarga satu ini untuk berlibur. Liburan dadakan ini bisa terjadi karena mami sedang berulang tahun, beliau berpesan jika hadiah untuk ulang tahun kali ini ingin bisa pergi berlibur bersama keluarganya. Terlebih setelah kehadiran anggota baru, Hazel dan Gio di keluarganya.

Gio sebenarnya sudah mami anggap sebagai anak laki-lakinya sebelum ia akhirnya pamit untuk berpisah melanjutkan studinya di London. Namun ternyata kabar baik datang, Gio bisa kembali berkumpul lagi. Ditambah dengan Hazel, sebagai cucu pertama yang sangat ditunggu kehadirannya oleh keluarga tersebut.

"Om Gio," Hazel langsung melepaskan genggaman tangannya bersama bapak dan berpindah kepada Gio.

Pram yang harus mengalami hal tersebut merasa sakit hati, ia mengadu kepada Ayu. "Sakit hati sayang." Sedangkan Ayu hanya terkekeh. Untuk menghilangkan rasa sakit hatinya Ayu genggam tangan Pram menggantikan Hazel.

"Om Gio enih (sini)," ajak Hazel. Dan baiknya, Gio menuruti kemauan Hazel. Ia setia menemani Hazel kemanapun ia mau, tingkah Gio yang usil dan lucu juga sangat menghibur bocah 2 tahun tersebut.

"Hazel ini apa?" tanya Gio.

"Himau (Harimau)," ucapnya pelan, malu-malu ditanya om Gio.

Tiap langkahnya ia selalu memastikan jika Gio ada di sampingnya. "Om Gio!" saat kehilangan Gio ia akan panik, padahal disampingnya ada oma yang menemani.

"Halah kenapa jadi Gio, Gio, dan Gio ini cucu oma?" mami pun sampai terheran dengan keposesifan Hazel.

"Om Gio lagi sama aunty Ra. Adanya bapak," Pram mengambil kesempatan, apakah Hazel masih tetap mencari om Gio?

"Bapak snake," ternyata aman. "Yellow!" ucapnya histeris.

"Kalau yang itu warna apa snake-nya," tanya Pram.

Belum dijawab, Hazel sudah melenggang meninggalkan bapak, "aunty! Om Gio!" ia menghampiri Amara dan Gio yang sedang melihat-lihat jenis hewan disana.

"Hahaha," Ayu tertawa menyaksikan hal tersebut. "Cuman kuat sepuluh detik kali," ucap Pram lemas.

Banyak pertunjukan menarik yang akan mereka kunjungi. Baru saja mereka melihat pertunjukan lumba-lumba dan sekarang sedang menuju ke arah pertunjukan lainnya. Namun sayang perjalannya cukup menanjak. Gio terlihat kelelahan harus menggendong Hazel di punggungnya. Melihat hal itu Ayu memberi tahu Pram yang ternyata baru melihat jika Gio sejak tadi menggendong putrinya.

"Mas, kasian tuh Gio," tunjuk Ayu kearah Gio yang menggendong Hazel.

Pram berjalan mendekati Gio berniat untuk mengambil Hazel. Tapi ternyata Hazel tidak mau, ia merasa takut jika ia bersama bapak, om Gio akan pergi meninggalkannya. "Gendong di pundak sini sama bapak. Kasian loh om Gio capek."

"Ma bu aja...," dia malah nego ingin digendong ibu. Ayu menolak, ia tidak sanggup untuk menggendongnya yang semakin berat. "Gak mau ibu gak kuat," jujur Ayu.

"Sama bapak aja yuk anak baik. Kita jalannya juga barengan gak ada yang pisah. Nanti kita beli boneka panda, katanya mau boneka," Pram berusaha memikat hati Hazel dengan berbagai umpan. Baru kali ini Hazel menolak dirinya habis-habisan.

"Neka himau (boneka harimau) bapak," tawarnya. Ia sudah luluh dan digendong oleh Pram.

"Boleh. Mau harimau, panda, gajah, onta terserah hazel."

"Monkey!"

"Iya boleh."

...

Tidak sanggup berlama-lama dan berjalan semakin jauh mereka memutuskan untuk pergi meninggalkan area kebun binatang dan berpindah ke villa penginapan. Supaya lebih puas, mami juga ingin bermalam di puncak, menikmati suasana sejuknya dataran tinggi dengan pemandangan yang asri dan hijau, beda dengan ibu kota yang padat penduduk dan berpolusi.

"...gak usah berenang lah dingin tau," bujuk Ayu kepada Hazel yang sejak pertama kali melihat ada kolam renang di villa ia ingin sekali untuk berenang. "Sini cobain airnya, dingin bangettt."

"Ndakkk, mau nanggg (berenang) buu...," ia merengek menarik tangannya dari genggaman ibu. Mencoba melepaskan dirinya dan memasukkan badannya ke kolam yang dingin.

"Berenangnya mending di kamar mandi aja," tawar mami. "Di kamar mandi ada bathtub, isi sama air anget, sekalian Hazel mandi."

Menarik juga ide mami menurut Ayu. "Mau yuk? Sama ibu kita berenang di bathtub." Dengan mudah Hazel mengangguk dan berjalan ke dalam kamar mandi yang terletak di kamar utama (tempat mami dan papi tidur). Karena bathtub hanya ada di kamar mandi di kamar utama saja.

"Ihhh anget ya," ucap Ayu. Hazel merasa senang bisa terkabul keinginannya untuk berenang walaupun kolamnya kecil karena ini bathtub. "Ibu, mau bubble," pintanya.

"Kok bapak gak di ajak," Pram membuka pintu kamar mandi dan melihat ibu dan anak yang sedang asyik bermain bubbles sambil berendam. Ia mendekat, "bapak ikutan boleh gak?"

"Nggak, gitu," kompor Ayu, "girls only bapak."

"Gwerls anly bapak," beo Hazel yang meracau entah bicara apa.

"Udah yuk bilas dulu," ajak Ayu. Sudah terasa lama mereka berendam, kulitnya tidak sehat jika terus terusan berendam di air hangat. Syukurnya, Hazel pun tidak sulit diajak membilas badannya. Mereka keluar dari bathtub tanpa busana ke arah shower untuk membilas badannya. Dan itu semua tidak lepas dari pandangan Pram yang sejak tadi ikut diam di kamar mandi. "Mas mau handuk dong dua."

"Mash nduk wa (handuk dua)," beo Hazel lagi. Yang berhasil membuat ibu dan bapak tertawa.

Ayu sudah selesai memakaikan baju tidur Hazel. Lanjut ia bersiap untuk mengganti handuknya dengan baju ganti. "Ngapain? Nunggu giliran mandi?" Ayu baru heran dengan keberadaan Pram yang sejak tadi di kamar mandi padahal tidak mandi.

Pram mengangguk. Tapi bukannya membuka bajunya sendiri ia malah mencoba untuk menarik bathrob yang dikenakan Ayu. "Apa sih?"

"Buuu!" Panggil Hazel dari luar. "Dahh lum?"

"Ibu lagi pake baju, sebentar."

"Janganlah mas, ini bukan rumah kita. Bukan acara kita doang juga, next time ya." Ayu menyingkirkan tangan Pram dan langsung berganti pakaian karena sepertinya Hazel menunggu diluar. Pram ikut keluar saat Ayu juga keluar, ia berakhir mandi sendiri di kamar mandi lain.

"...AH!" jeritan bocah kecil itu mengagetkan orang-orang yang ada disana, terkecuali bapaknya. "Hiks, hiks, panassh." Akhirnya ia menjauhi tempat pemanggangan seperti yang di titah oleh bapak sebelumnya. Sambil berjalan lesu, dengan mata yang berkaca-kaca, dan telapak tangannya yang memerah ia menghampiri sang ibu.

"Mbuu...,"

"Tadi kan udah tau kalau disana panas, kenapa balik lagi. Sekarang malah dipegang lagi, sakit?" omel Ayu. Namun, dirinya tidak membiarkan Hazel, ia memeluknya sambil meniup telapak tangan Hazel yang masih terasa panas. Hazel tidak belajar dari pengalaman. Padahal sebelumnya ia sudah terkena panasnya pembakaran sampai membuat pipinya memerah.

"Akit..., hiks." Air matanya mulai berjatuhan. Sudut bibirnya melengkung ke bawah. "Mau soyis agi. Huaaa."

"Yang tadi udah abis?" Hazel mengangguk dan masih menangis. "Udah minta sama bapak?" ia mengangguk untuk yang kedua kalinya. "Tunggu sini ya, nanti pasti bapak bawakan kesini." angguknya untuk yang terakhir kali.

Dibantu oleh ibu, Hazel meniup telapak tangannya. Rasa panasnya belum juga hilang. Dan membuatnya tidak nyaman. "Buu akittt, panashh."

Saat itu bapak menghampirinya. Membawakan sepiring daging dengan beberapa sosis pesanan Hazel. "Bapak akit," Hazel mengadu kepada bapak. 

"Gak nurut sih sama bapak," bukannya menenangkan ternyata bapak malah membuatnya semakin tidak nyaman. "Bawa ke rumah sakit ini," ucap Pram saat menerawang telapak tangan Hazel yang merah.

"Ndakkk! Bu, ndakk!!!" Hazel meronta meminta tolong kepada Ayu untuk tidak usah membawanya ke rumah sakit. 

"Nggak, bapak bercanda. Tiup lagi sini." Ayu terlalu lelah untuk ikut menjahili Hazel kali ini. Ia lebih baik menenangkannya.

Pram terkekeh. Setelah menyuapkan satu potong daging ia kembali ke arah pembakaran untuk merapihkan sisa bakarannya, karena bahan masakan sudah di masak semua. Hidangan sudah bisa dimakan.

"Nih," Pram membantu menyuapkan sosis ke mulut Hazel. Sayangnya, Hazel masih tidak percaya kepada bapak setelah kejahilannya. "Nggak ke rumah sakit, bapak bercanda. Nih makan," tambah Pram lagi. Merasa aman, Hazel menyuapkan sosisnya dan menyuapkan nasi yang disuapi  Ayu.

Belum kenyang sepertinya, Hazel meminta ibu membukakan camilannya yang dibawa dari rumah. Ia juga berbagi makanannya bersama Gio. Sejak tadi, ia tidak mau pergi jauh-jauh dari Gio. "Ini emang om boleh makan? buat bayi ini, nih Ra makan kan kamu bayi," iseng Gio.

"Ndak papa," ucap Hazel santai. Ia juga menunjuk ibu sebagai bukti jika camilan bayi bisa di konsumsi oleh berbagai usia. "Tuh mbu."

"Ibu kamu mah emang segala dimakan," terang Amara.

...

Sudah malam dan waktunya untuk tidur. Pram memejamkan matanya sambil memeluk Hazel yang sedang menyusu. Hazel yang baik selalu menidurkan bapaknya dengan cara menepuk-nepuk pipi, lengan, atau kepala bapak. Walaupun kadang sedikit brutal, hal itu tetap membawa bapak untuk tidur.

"Mas jangan tidur disini. Kamu tidurnya sama Gio sana," usir Ayu.

"Kenapa?"

"Aku tidur sama Amara."

"Kenapa?" tanya Pram lagi.

"Ihh, ya masa Amara tidur bareng Gio. Belum halal. Cepet sanaa, kita mau tidur."

Walaupun Amara juga belum tidur, ia masih berada di luar berbincang dengan pacarnya. Tapi Ayu sudah mengusirnya begitu saja, dan menyuruhnya untuk tidur bersama orang yang baru ia kenal.

"Kita juga waktu pacaran tidur bareng. Gak mau ah sayang, aku mau disini," protes Pram, dan kembali tidur sambil memeluk Hazel yang masih melek kebingungan melihat debat orang tuanya. 

"Mami yang suruh."

"Kan kamarnya banyak, kenapa aku harus tidur sama Gio. Gak kenal ah."

Kesabaran Ayu semakin menipis. Ia menghembuskan nafas kasar. "Ayolah mas. Sekali ini doang, besok juga kita pulang."

Pram akhirnya pasrah setelah mendapat dorongan Ayu mengusirnya keluar dari kasur dan pergi meninggalkan kamar. Apa salahnya sih jika ia ingin tidur bersama keluarganya. Malah diusir dan disuruh tidur bersama orang yang masih asing baginya. Pram memilih kamar yang masih kosong dengan asal. Villa ini terdapat 5 kamar, Pram memilih kamar sebelah kamar Ayu. Entahlah si Gio juga tidur disitu atau tidak. 

Srek srek srek

Pram terbangun mendengar bunyi seperti orang sedang menyapu. Dikira hari sudah pagi, tapi ternyata baru jam 3 dini hari. Suara apa tadi? Ia membangunkan dirinya melihat sekeliling kamar dan tidak mendapati Gio di sampingnya.

"Tuhkan gua malah tidur sendiri." Setelah terbangun ia tidak bisa kembali tidur lagi. Apalagi harus sendirian di tempat yang asing untuknya. Tanpa berpikir panjang, Pram menelfon Ayu beberapa kali sampai terangkat. "Sayang aku sendirian, sini temenin."

Awalnya Ayu tidak mau, karena takut membangunkan Hazel. Tapi Pram memaksa, ia mengancam jika Ayu tidak menghampirinya Pram sendiri yang akan menghampiri Ayu.

"Kamu denger suara nyapu gak?" tanya Pram saat Ayu baru masuk. 

Mata Ayu terasa sangat berat saat berjalan menghampiri Pram pun pandangannya tidak jelas, matanya melek merem. Suara yang dimaksud Pram pun ia tidak paham apa? 
"Hmm."

"Apa? Denger juga?" tidak ada jawaban dari Ayu. "Kayaknya ada hantu deh."

Mendengar dugaan yang di sampaikan Pram membuat Ayu bergidik ngeri. "Apaan sih, gak ada."

"Tadi aku denger soalnya, makanya aku kebangun, di tempat gini biasanya kan suka banyak yang begitu sayang."

Semakin gila Ayu dibuatnya oleh ucapan Pram. Pukulan ringan dirasakan oleh Pram. "Makanya aku minta temenin soalnya si Gio gak tidur bareng aku. Aku takut deh sayang, disini ada gak ya?"

"Mas! Ih jangan gitu," seketika Ayu terbangun. Dengan muka bantalnya ia menunjukan ekspresi marah. Pram terkekeh melihat ekspresi marah dari Ayu. "Gak lucu tau. Jadi gak bisa tidur lagi kan aku gara-gara kamu."

"Hahaha, maaf, maaf. Aku juga gak bisa tidur abisnya." Pram menarik Ayu menyuruhnya untuk kembali berbaring. "Aku takut...," lirih Ayu.

Peka akan ketakutan Ayu. Pram langsung memeluknya, menenangkan Ayu, "maaf ya. Kita tidurnya pelukan aja biar hantunya cemburu terus gak berani ganggu kita."

Paginya mereka bangun paling terlambat. Ayu terbangun lebih dulu saat mendengar suara Hazel dari luar. Ketawanya yang renyah membangunkan Ayu begitu saja seperti alarm. Diliriknya kesamping, Pram masih tertidur pulas. Biarkan sajalah, nanti juga bangun sendiri pikirnya. Dan langsung bergegas keluar kamar, menghampiri pusat suara orang-orang yang sudah lebih dulu terbangun.


Continue Reading

You'll Also Like

5.9K 1.2K 30
Dia dikenal sebagai seorang publik figur yang menutup rapat kehidupan pribadinya, sejalan dengan kepribadian Introvertnya. Ia tak akan pernah mengumb...
100K 12.4K 37
Jake, dia adalah seorang profesional player mendadak melemah ketika mengetahui jika dirinya adalah seorang omega. Demi membuatnya bangkit, Jake harus...
2.7K 713 11
Putus dari mantannya setelah delapan tahun bersama, Kaia si budak korporat malah harus berhadapan dengan anak magang si bocah brondong tengil dan nge...
21.5K 3.4K 8
Jodoh itu kayak pulpen, kalau nggak ilang ya diambil temen.