Settle Take A Breather

By acegraces

889 348 98

[Drama, Love, Broken Heart] - George Michael sedang mencari pasangan. Dia ingin perempuan yang sehat, waras... More

xoxo
soft
blurb
1
2
3
4
5
7
8
9
10
11
12

6

81 23 7
By acegraces

George merasa lega. Kunjungan pertamanya ke rumah Regina berjalan lancar. Sekarang, dia bisa pergi menemui Dalton dan membicarakan harga yang pantas dengan Devina. Siapa tau request tambahannya bisa dinego tipis-tipis.

"Selamat malam, Tuan-tuan!" Wanita anggun berlesung menyapa dua lelaki yang menunggunya. "Omong-omong kalian mau bicara apa?"

Dalton dan George saling menatap. Mereka berperang mata dalam diam. Menyoalkan siapa yang bicara dulu pada Devina.

"Kalau tatapan-tatapannya masih lama, aku mau pulang dulu Tuan," sentak Devina.

"Sebentar, Dev!"

Dalton berhasil menggagalkan aksi Devina mengangkat tali tasnya di bahu. Wanita itu duduk kembali dengan nyaman. Ia pun menatap Dalton. Menunggu dengan sabar kata-kata keluar dari mulutnya.

"Tuan Dalton langsung mulai saja," seru Devina mempersilahkan.

"Tapi... kita pesan minum dan makan dulu aja. Garing 'kan kalau tidak ada suguhan di meja."

George memanggil pelayan. Dia sengaja membiarkan Devina memesan lebih dulu. Dengan begitu dia bisa punya waktu tambahan untuk Dalton menarik nafas.

"Aku pesan squash lemonade with sprinkle water," sang pelayan mengangguk. "Bagaimana dengan Tuan-Tuan sekalian?"

"Sama," putus George. "With sprinkle water."

Karena buku menu sudah diambil dan pesanan mereka sudah dicatat, sekarang waktu yang tepat untuk Dalton bicara. Sedari tadi pembicaraan ditunda-tunda, Devina mulai curiga dengan mereka berdua.

"Langsung saja Tuan-Tuan. Kalian mau bicara apa?"

"Kami mau mengajukan syarat tanbahan, Dev," Dalton akhirnya memberanikan diri bicara padanya. Meski ada keringat yang sesekali dia seka di dahinya.

"Syarat? Tapi kita bertiga tidak membicarakannya di awal."

"Aku tau. Ini mendadak dan aku benar-benar berharap syarat ini disetujui." George berdiri mengambil gelas lemonade dari nampan pelayan. Dia rela menyajikan minuman itu seperti pelayan agar misinya tercapai. "Silahkan diminum!"


Devina tersungging melihat perubahan sikap George. Mendadak baik, mendadak sopan dan mendadak perhatian. Firasatnya mengatakan kalau dia akan membayar mahal untuk malam ini.

"Bagaimana, Tuan-tuan? Apa yang ingin kalian bicarakan?" sebutnya di sela-sela menyeruput segelas lemonade.

"Kami ingin bicara soal Regina," tegas Dalton.

"Dia main tangan?"

"Tidak. Dia anak baik, Dev. Ini soal bagaimana dia akan diperlakukan di dalam hidupnya George."

Berbelit-belit dan mulai membuang waktu. Devina lekas menerima selembar kertas yang dijulurkan George. Anak-anak orang kaya ini selalu berimprovisasi di tengah kesepakatan.

"Tinggal di rumah sendiri. Bukan apartemen apalagi kos. Harus hunian rumah tapak dua lantai yang nyaman. Jika ada tamu menginap, orang yang aku ijinkan hanyalah Dalton." Rahang Devina mengeras. Sepasang matanya mengakar pada secarik kertas dihadapannya. Menyuruh indera penglihatannya untuk membaca berulang-ulang lagi. "Dari sisi mana pun, yang kalian tulis ini sangat tidak nyaman, Tuan-Tuan!"

George mengernyit. "Bagian mana yang membuatmu tidak nyaman?" Ia mengambil kertas yang dijulurkan Devina. Lalu, membaca isinya dari atas ke bawah bersama-sama dengan Dalton.

"Aku rasa. Tidak ada yang vulgar, Dev." Dalton menyeletuk.

"Pantas saja kalian berdua sulit jodoh. Mencari perempuan yang tepat saja tidak becus. Apalagi menjamin kesehjateraannya," hina Devina. "Kalian itu harus membuat perempuan sepertiku ini bisa merasa aman dan nyaman disamping kalian. Kalau kalian membuat aturan semacam ini, Regina akan kabur dari rumahmu dalam waktu tiga bulan saja."

Cukup lama mencari benang merah antara keinginan George dan prinsip bisnis Devina. Perdebatan kecil membesar seiring celetukan Dalton masuk ke tengah-tengah pembicaraan mereka. Bahkan beberapa kali mereka meminta minuman dingin tambahan untuk meredam hangatnya amarah di ubun-ubun kepala mereka.

"Aku menyerah!" Devina mengangkat kedua tangannya. Dia lantas berdiri dan meninggalkan kursi.

Dalton dan George yang melihat Devina merajuk buru-buru pergi mengejarnya.

"Dev! Devina! Please dengarkan kami sekali saja!"

Saat George dan Dalton sedang serunya bersahut-sahutan memanggil Devina kembali, salah seorang sahabat Regina yang sedang berdiri menunggu uber memergoki dua orang asing mengejar-ngejar Devina. Stefani pun beranjak mengejar Devina dan membuat perhitungan dengan Dalton dan George.

Pelayan restoran tersenyum ramah pada Stefani. Empat cangkir kopi ekspresso baru saja selesai dihidangkan dihadapan mereka.

"Aku punya banyak waktu untuk mendengar penjelasan kalian. Silahkan!"

Devina melihat gelagat gugup dan acuh dari dua kliennya. Seperti tak ingin memperpanjang masalah, Devina langsung mengambil alih menjawab pertanyaan Stefani.

"Makan siang bersama klienmu tidak berjalan menyenangkan ya?" Stefani melirik ke arah Devina. "Belikan burger dan ricotta saja. Aku dengar klienku yang sangat menyukaimu itu menyukai makanan fast food dan menu yang klasik dari Eropa."

"Nyonya Devina kenapa membahas itu sekarang? Aku masih tidak mau membahas masalah pribadiku disini. Apalagi dihadapan orang asing konyol yang mau menganggu Nyonya."

"Berhentilah memanggilku dengan sopan begitu, Stef," sahut Devina. "Mereka berdua itu klienku."

"Klien?"

"Iya. Mereka berdua yang menginginkan Regina."

Benar-benar tidak bisa dipercaya. Regina yang masuk kategori ke dalam orang baru bisa-bisa mendapatkan dua ikan besar di laut sekaligus. Bagaimana temannya yang polos itu bisa menghadapi dua penjahat di dalam hidupnya yang berantakan? Pastinya cukup melelahkan punya dua pasangan serunah yang sama-sama menyukai hal yang sama.

Menurut Devina, apa yang Stefani lakukan sekarang ini adalah apa yang pernah dia lakukan waktu masih muda. Ambisius dan protektif pada teman itu boleh-boleh saja. Hanya saja kita harus tau sampai mana batasannya. Sudah jadi tugas Devina untuk menertibkan yang satu ini.

"Aku sudah banyak sekali bicara hari ini, Stefani. Lelah harus melayani permintaan tambahan dari mereka dan sekarang kau hadir di tengah masalahku yang menumpuk. Pulanglah sekarang. Kita akan bicarakan hal ini lain waktu," menyelipkan beberapa lembar uang di antara jabatan tangan Devin dan Stefani.

Kepala perempuan berambut panjang itu menunduk. Ganjalan yang ada di tengah jabatan tangan ini jadi mulai menjadi kurang menyenangkan untuknya. "Tidak harus seperti ini."

"Ambilah! Kau lebih membutuhkannya dariku."

Pergilah Stefani yang malang dengan ubernya. Masalah-masalah yang terduga itu benar-benar memberi pelajaran pada Devina. Ia pun harus segera menyelesaikan masalah ini sebelum ada banyak masalah lain yang datang menghampirinya. Kepalanya sudah cukup pusing dengan ulah random disekitarnya.

Devina, George dan Dalton menggodog masalah tambahan persyaratan itu dengan matang. Ada beberapa sanggahan tapi semua berakhir damai dengan selembar cek di tangan Devina.

"Baiklah. Kalau begitu kita semua sudah impas ya," melipat ceknya menjadi dua dan memasukkannya ke dalam dompet.

"Regina bagaimana? Dia'kan tidak tau soal ini," ujar Dalton cemas.

Devina pun tersungging. "Urusan Regina biar aku yang tangani."

"Kau yakin?" George mengernyit. "Terakhir kali aku kesana dia gadis baik-baik. Menawariku makan dan minum. Bukankah akan sangat menyabotasenya kalau kau mengatakan permintaan khusus ini dengan kekerasan?"

"Hush! Aku tidak akan mendebatnya seperti aku bicara pada Tuan-Tuan hari ini. Caraku lebih keren daripada cara kuno kalian. Yang penting kalian fokus saja, terima beres sudah."

"Dia benar."

Dalton meyakinkan George agar tidak banyak berpikir. Biarkan saja semua berjalan sesuai rencana. Dan George perlu tenang dan bersikap normal.

*

Continue Reading

You'll Also Like

1.5K 964 28
Malam itu, langit menggelap tanpa adanya bintang. Bulan pun enggan menampakkan sinarnya. Ditengah derasnya air hujan yang menghujam bumi, seorang gad...
888K 25.1K 65
Elia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. Namun yang tak Elia ketahui, ternyata Adr...
452 270 20
( Kisah Nyata) Kegagalan cinta pertama kami karena hasutan dari seorang sahabat sehingga menimbulkan kesalahpahaman di antara kami,membuat hubungan k...
1.4K 766 23
Ayas dan Alyssa adalah teman SD yang sudah lama tidak pernah berjumpa kembali dikarenakan oleh Alyssa yang berkuliah di London. Takdir mempertemukan...