LABIRIN PERASAAN

By hobgamel

30 0 0

Alea. Gadis yang memiliki 'rumah' semasa kecilnya namun juga membuat nya trauma. Kenan. Pria yang disebut sem... More

Taman yang menjadi Saksi akhir bertemu

16 0 0
By hobgamel

"Halo .. apakah ada orang ?"
"Haloo.. halooo..."

Panggilan terputus.

Seorang wanita yang beberapa bulan lalu lulus dari akademi Militer terlihat sibuk kembali dengan berkas-berkas di hadapannya setelah menerima telfon yang entah kenapa lawan bicara nya diam saja.

Tak lama, seorang wanita lain datang menghampiri.

"Bagaimana? Sudah dapat sertifikat kelulusannya?"

"Aduh, belum Ma!"

"Cari baik-baik, jangan marah-marah begitu"

Wanita lain itu tak lain adalah Mama, Nyonya di rumah ini.

Suara laci-laci terbuka-tertutup terdengar jelas. Mencari keberadaan map yang dimaksud.

Beberapa bulan yang lalu, ia berhasil lulus dari Akademi Militer darat dan udara.

"Aha! Ini dia!"

"Ruangan ini, apa---- apa kamu mau merubahnya?", Tanya Mama tanpa memalingkan wajahnya.

Diam.

Ruangan lengang sejenak.

Beberapa menit berlalu. Hanya dentingan jam yang terdengar.

Wanita muda yang sedang memasukkan map ke dalam tas jinjing akhirnya angkat suara sembari mengedikkan kedua bahunya.

"Tidak tahu, mungkin saja"

Mama mengangguk, masih betah melihat sambil membaca satu-persatu judul buku yang tersusun rapi di rak.

Sekali-kali ia bergumam dalam hati.

Ah, buku ini..

Melihat Mama nya masih sibuk menata buku-buku disana, ia bahkan merasa deja vu.

Deg...

Perasaan tak karuan itu muncul seketika, saat melihat Mama-nya memegang satu buku yang pastinya ia tahu itu buku apa.

Ia tidak suka perasaan ini, buang-buang waktu saja rasanya, segera palingkan wajahnya lalu pergi meninggalkan mama nya.

Ngomong-ngomong ia merasa sangat lapar, seingat nya belum ada makanan yang masuk sedikitpun ke lambung nya.

"Hem ini enak?"

Ia mengambil satu-dua biji creamy puff rasa blueberry dalam kulkas.

Teras belakang adalah tujuannya.

Menaruh tas jinjing di atas meja kecil samping tempat duduknya, yang nantinya akan ia tinggalkan, lantas menikmati makanannya.

Terlihat beberapa pekerja rumah berlalu-lalang disana.

Drrrtt...
Drrrtt...

Ponselnya berdering.

"Ya"

[Sudah? Jangan bilang belum kamu dapat?!]

"Yaaa!"

[Oke, on the way, sekitaran sepuluh menit-an sampai!]

"Oke!"

Masih menikmati potongan terakhir makanannya, sembari menikmati pandangan halaman serta taman yang luas dihadapannya.

Seharian ini ia hanya berkurung di kamar, membaca novel sampai lupa waktu.

Ruangan tadi adalah ruangan khusus buku-buku yang di baca dan di koleksi.

Tiada hari tanpa membaca buku.

Saking cintanya, masih ada puluhan buku yang di list-nya untuk dibaca. Hanya butuh mencari waktu yang tepat.

Oh! Dia punya rasa Addict terhadap bacaannya, terutama Novel, takkan berhenti kalau belum menamatkannya.

"Oy! Jangan melamun, nanti jodohnya lambat" tegur seorang wanita yang sebaya dengannya.

Ah, dari tadi ia terlalu menikmati indahnya ke-hijau-an di hadapannya.

"Let's goo!"

Puas menikmati pandangan indah dihadapannya, wanita itu langsung menggandeng tangan sepupu yang paling dekat dengannya.

Ya! Yang berbicara dengannya lewat telfon dan datang menjemputnya adalah orang yang sama.

Mereka bersamaan keluar. Masuk ke dalam mobil berwarna putih. Melintasi jalanan yang macet.

Lokasi tujuan lumayan jauh dengan mansion tempat tinggal nya. Butuh puluhan menit untuk sampai.

Tujuan mereka adalah gedung perusahaan. Bukan perusahaan biasa, perusahaan yang berdiri hampir satu abad.

Perusahaan ini sedang di pegang oleh saudara laki-laki nya yang pertama. Sudah sekitar tiga tahunan menjabat.

Dengan mantap mereka melangkahkan kaki ke dalam lalu menaiki lift.

Menuju ruangan yang ada di lantai 27 di gedung ini.

Ting.

Lift terbuka.

Beberapa staff membungkuk-kan badan dan menyapa. Tujuan mereka ada di depan sana.

Melihat ke arah sekretaris, ia menganggukkan sedikit kepala dan dibalas dengan anggukan oleh sekretaris itu.

Tepat berada didepan ruangan, ia mendorong pintu nya pelan.

Seorang pria ber-dasi berantakan menengok ke arah pintu.

"ALEA-KUUU ... "

Saudara laki-laki tertua menyapa nya dengan pelukan hangat.

Sudah, jangan tanya ketampanannya. Walaupun dasi nya berantakan tapi wajahnya tetap mempesona. Eh, tapi kakak nya ini sudah beristri.

"Aku sudah dengar kabar kepulanganmu dari mama, tapi tidak tahu kalau kamu akan berkunjung kesini my Aleaa" ucapan itu hanya dibalas dengan anggukan pelan.

"Apa kamu mau menetap di London?" Lanjutnya.

"Hey Adam! apa aku tidak boleh duduk dulu ya? Gimana sih tamu gak dilayanin dengan baik!"

Adam terkekeh mendengar suara kesal adik perempuannya. Pasalnya, adik perempuannya yang satu ini berbeda sifatnya dari adik perempuannya yang lain. Lebih tepatnya, unik.

Mereka berdua duduk bersebelahan.

"Gimana kabar istrimu?" Alea mencoba untuk basa-basi sambil mengambil minuman bersoda yang diberikan oleh kakak nya.

"Dia baik, hanya tambah sibuk karna mengurus dua anak kami" Adam juga ikut mengambil minuman di depannya.

"Kemaren katanya disini butuh karyawan bagian marketing bukan?"

"Sejak kapan kamu memperhatikan perusahaan ini?" Tanya Adam sambil mengangkat satu alis.

Adik nya kalau sudah ada disini memang ada mau nya.

"Sejak kamu ambil alih, saya jadi gak yakin perusahaan ini tetap menjulang keatas?" cibir Alea sambil menaikkan satu alisnya.

"Sialan!" Raut wajah Adam terlihat tak percaya, lalu ia terkekeh.

"Ada Gina di depan ruangan ini, kamu tahu kan dia lulusan jurusan Marketing sebelumnya? Cobalah terima dia, bagaimana?"

"Saya butuh yang berpengalaman" jawab Adam dengan wajah datarnya.

Plak

Satu pukulan berhasil mengenai lengannya.

"Kamu gak tau berapa banyak perusahaan ngejar dia untuk dijadiin partner marketing?" Jelas Alea sambil melipat kedua tangannya di dada.

"Sejak kapan?" lengan nya masih terasa perih. Kalau boleh jujur, tadi itu bukan pukulan yang biasa-biasa saja.

Tak lama, Adam memperbaiki duduk nya dan mulai serius dengan pembicaraan.

"Setelah lulus Akademi Militer, beberapa rekan bisnis langsung mengajak nya bekerja sama"

"Beberapa bisnis yang dia ambil alih semua berjalan lancar, sistem marketing yang dia buat sangat berpengaruh, yakin gak mau terima?"

"Bahkan hanya dalam waktu beberapa bulan, Gina udah bisa menunjukkan ke ahliannya dalam bidang marketing dan semuanya sangat maju dan berpengaruh tentunya" ucap Alea panjang lebar.

Adam berpikir sejenak, mengingat salah satu adik sepupunya yang memang juga keluarganya memiliki bisnis di benua sebelah.

"Jangan lama-lama mikirnya, saya masih harus hadir pertemuan yang tak menyenangkan itu!"

Alea kembali ingin memukul lengan saudaranya tapi berhasil di tepis oleh Adam.

Alea tak senaif itu, lengan tak didapat, kaki pun jadi sasaran.

Plak

Satu pukulan telak mengenai paha saudara tertua nya.

Terlalu lama ia menunggu jawaban.

"Gina gak berani bilang langsung, karna dia segan sama kamu. Kalau keterima telfon saja dia. Nomornya sudah ada sama sekretaris kamu didepan sana, Bye My Adam!"

Alea berjalan keluar sambil beri kiss bye ke Adam, alih-alih kiss bye itu hanya ejekan nya saja.

Adam hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Alea dan Gina turun ke basement, masuk ke dalam mobil dengan bunyi decitan ban keluar dari gedung perusahaan, mereka menuju tempat selanjutnya.

"Kamu yakin mau kesana?" Tanya ragu Gina.

Alea menganggukkan kepalanya.

Sejujurnya dia belum siap, padahal hari-hari sebelumnya sudah ia siapkan perasaannya untuk hari ini.

Kalau begini, persiapannya bisa sia-sia. Alea tahu ia akan bertemu seseorang yang pernah berlabuh di hatinya.

Tersisa beberapa menit sampai di tujuan.

Pertemuan ini khusus untuk keluarga mereka, dari mulai yang tua hingga muda berkumpul disana.

Adam tidak bisa menghadiri karna pekerjaannya benar-benar tidak bisa ditinggalkan dan hari ini harus hadir rapat seharian penuh.

Mereka sampai di tempat tujuan. Lalu memakirkan kendaraan.

Keduanya hanya terdiam, tidak langsung turun keluar dari mobil. Terutama Alea. Kediamannya sungguh membuat Gina gelisah.

"Kalau gak yakin, jangan di paksa Li!" Gina benar-benar khawatir.

Li, alias Lily. Nama panggilan khusus Alea dari beberapa orang saja.

Ini adalah pertemuan keluarga Besar. Keluarga yang awal nya hanya memiliki satu marga kemudian berkembang menjadi banyak marga.

Tujuan utama pertemuan ini adalah silaturahim. Tiap tahun diadakan. Tapi pertemuan ini juga sebuah acara khusus penghargaan.

Pertemuan yang diperuntukkan kepada keluarga dengan marga yang  terdaftar, dan acaranya pun sangat privasi .

Tak jarang pula, selesai acara akan banyak perjodohan atau akan ada pelamaran setelahnya.

Inilah yang dirasakan oleh Gina. Dia khawatir, sepupu nya tak akan nyaman.

"Li...?"

Mereka belum keluar dari mobil. Sedangkan, acara segera dimulai dalam beberapa menit lagi.

Alea menatap lekat keramaian yang masih bisa di pandangnya dari parkiran.

Entah dia akan tetap berdiri teguh nantinya atau malah berputar balik.

Jauh dalam hatinya, dia sudah sangat siap. Pikiran masa lalu nya saja yang membuatnya jadi berdiam tak bergerak, tak bersuara pula.

"Lily?" Gina memanggil lembut sepupunya.

Tak ada respon.

Panggilan kedua, ketiga pun sama tak ada respon.

Sayup-sayup terdengar acara sudah dimulai. MC mengambil alih acara dan memulai pembukaan.

"Gin.." panggil Alea.

"Hm?" Gina mengangkat satu alis. Akhirnya sepupunya ini bersuara.

"Apa kamu punya cemilan?" Tanya Alea tanpa melihat ke sepupunya yang sudah kaget.

Bisa-bisanya dia nanyain makanan di saat seperti ini!

Gina merasa kesal tapi apa boleh buat? wanita di sebelahnya memang hobi makan, mengatasi segala masalah kalau bukan makan ya tidur. Termasuk rasa deg-degannya sekarang.

Gina mengambil cemilan di bagian kantong belakang jok kursinya, ada snack yang bisa mereka berdua nikmati.

Hanya perlu dua-tiga menit saja ia mengunyah habis cemilan sambil melamun melihat acara yang sudah dimulai.

Ini orang kena mental kali ya?!

Gina tidak abis pikir, sepupunya memang seperti ini, suka sekali melamun.

"Let's go Gina!"

Tak lama setelah kunyahan selesai Alea langsung keluar tanpa menunggu Gina yang tiba-tiba tersedak. Ia pun tadi ikut ngemil.

"Eh, eh, tunggu!"

Ini orang benar-benar menyebalkan... Untung sayang...

Wajah Gina terlipat.

Satu alis Alea terangkat, bingung, ada apa dengan Sepupunya?

"Kenapa wajahmu seperti itu heh?"

Gina menggelengkan kepalanya, percuma saja di respon, toh hal ini bakalan berulang kali terjadi. Lihat saja nanti.

Mereka berjalan ke arah acara.

Dipanggung yang tak tinggi, terlihat seorang pria lanjut usia berbicara. Tentu saja dia dari keluarga Bachan. Keluarga yang menjadi perwakilan penyelenggara acara.

Mereka berdua berjalan pelan dengan mantap. Semua orang duduk membelakangi mereka. Jadi tak ada satupun yang teralihkan untuk membalikkan badan.

Acara yang dihadiri kurang lebih hampir 100 kepala keluarga, sangat ramai untuk Alea yang sekarang.

Mereka mengambil tempat duduk paling belakang.

Sebelum benar-benar duduk, mereka men-scan kartu nama lalu di arahkan oleh petugas.

Alea yang di pinta tuk duduk di deretan meja paling depan, sedangkan Gina berada di deretan meja ke dua. Tapi mereka berdua malah duduk di meja paling belakang.

Paling belakang, paling pojok pula.

Melihat suasana, Gina yang mengerti situasi ikut duduk bersama Alea, mana mau ia berjalan ke depan sendirian.

Sudah berapa tahun coba, tak menghadiri pertemuan menyebalkan ini?

Batin Alea, sungguh rasanya sudah sangat asing baginya.

Acara tiap tahunnya diselenggarakan sesuai giliran. Kalau tahun ini keluarga Bachan yang menyelenggarakan, maka tahun depan keluarga yang lain, begitupun seterusnya.

Sekarang Alea tidak percaya diri seperti dirinya yang lalu. Ia lebih suka berada di luar perhatian orang-orang.

Raganya disini, namun jiwanya entah terbang kemana.

Hatinya bahkan ingin mencari seseorang yang dulu nya pernah menjadi 'rumahnya'.

Orang yang pernah menjadi tempat ia berkeluh kesah, mengatakan segala argumen, segala pendapat dan bermain.

Sebaiknya jangan Alea!

Alea berdebat dalam batin, wajah nya datar-datar saja, tidak ada ekspresi, tapi sepupu disampingnya tentu saja tahu isi hatinya.

Orang tua disana turun dari panggung, lalu MC mengundang kembali seseorang yang tentu saja termasuk orang besar dari salah satu keluarga yang hadir disini.

Alea tak berkedip melihat sosok di depan sana yang berjalan ke arah panggung. Ia melihat seorang pria berumur setengah abad berjalan menggunakan tuxedonya berwarna biru tua.

Sangat mirip dengannya. Gagah dan sangat berkarisma.

Batin Alea.

Sebenarnya bisa saja ia langsung mendapat sosok 'rumahnya', tapi Alea lebih memilih untuk menahannya. Karna tak baik untuk perasaannya.

Tak baik!

Sekali lagi ia bergumam, menundukkan kepalanya, menggeleng yakin bahwa tidak seharusnya pandangannya mengedar mencarinya.

Setelah kejadian masa lalu, banyak yang tahu ia menjadi seseorang yang disiplin dan sangat tertutup. Sangat berbeda dengan sebelumnya.

Tidak, tolong jangan menangis Alea! Kamu bodoh kalau masih bersedih! Kamu bodoh kalau masih mengharapkannya!

Matanya mulai panas. Hanya mengingat hal di masa lalu, hatinya seperti teriris. Seakan jahitan luka itu membasah, segera berdarah.

"Ini, makan!"

Gina langsung menyodorkan cemilan yang sempat dimasukannya ke tas.

Buru-buru Alea menghapus setitik air mata itu.

Sejak tadi Gina memang menyadari dan memperhatikan gelagat Alea. Ini alasan kenapa mereka berdua sangat dekat.

Alea-Gina adalah satu pasang Sepupu sekaligus Sahabat yang terbaik. Dimana ada Alea disitu ada Gina. Begitupun sebaliknya.

Gina juga pernah berada di posisi seperti Alea. Tentu saja Alea tahu bagaimana ia akan memperlakukan Gina sesuai kondisi.

Alea mengunyah cemilan.sambil menata kembali perasaannya. Dia tidak boleh lemah.

Sejak kapan aku lemah begini?

Batin Alea sambil mengangkat kembali wajahnya.

Penyampaian kedua selesai.

Selanjutnya MC memberi alih acara ke moderator bagian penghargaan. Tak lain yaitu pemberian jasa-jasa.

Jasa apa? Tiap seseorang yang berasal dari Marga yang terdaftar lalu mempunyai bakat ataupun pencapaian akan sesuatu di bidangnya baik formal maupun informal dan baik untuk negara atau bisa mempengaruhi nama baik Keluarga Besar, maka merekalah yang akan di beri penghargaan.

Bukan sembarang penghargaaan. Karena penghargaan tersebut derajat keluarganya akan naik, lalu mendapat pujian dan sanjungan oleh keluarga-keluarga lainnya.

Tentu banyak hal tak baik nya juga. Sangat kelihatan kolot acara ini bagi Alea.

Ck! Masa acara yang seharusnya jadi pertemuan saling berbagi hangat dan ngobrol santai malah jadi pertemuan seburuk ini?

Batin Alea.

Eh, sebenarnya itu pandangan Alea sejak dulu. Pikirnya, pertemuan ini hanya ajang saling memperlihatkan kehebatan. Bahkan sangat terlihat perbedaan stratanya.

Kalian bisa lihat dari scarf yang dipakai. Ada yang memakainya di pergelangan tangan, di leher, dan di tas. Hanya ada peraturan dilarang menggunakannya di kaki.

Scarf ini nilainya sama dengan pertemuan keluarga besar sekarang. Sangat penuh kewibawaan dan ke-glamor-an tentunya.

Tiap strata memiliki warna yang berbeda, hanya ada empat warna.

Gina memakainya di tas, scarfnya berwarna emerald, keluarga nya ada di strata kedua.

Alea? Ia tidak menggunakannya.

"Ck! Pasti masih orang-orang tua kolot lagi!" decak sebal Gina.

Benar saja penghargaan jasa-jasa masih jatuh kepada orang-orang tua yang sudah hidup lebih dari setengah abad.

Masih jarang anak muda nya mendapat penghargaan. Tahun kemarin, hanya satu orang.

Sesi pemberian penghargaan selesai, lanjut ke sesi santai. Semua hidangan sudah di sajikan di meja masing-masing.

Ditempat Alea dan Gina duduk mereka tidak kenal siapa delapan orang yang duduk di meja yang sama.

Alea langsung mengambil makanan, begitupun Gina.

Sekarang orang-orang terlihat sibuk berbincang dan makan dengan gaya formal orang berkelas.

Jangan tanya gaya makan Alea, dia tidak peduli. Bahkan potongan paha ayam goreng di makannya tanpa pakai alat makan.

Lebih nikmat memang makan pakai tangan langsung, kan?

Gina juga tidak peduli akan gaya makan Alea, dia tahu persis Alea seperti apa. Bukannya tidak anggun, namun tidak juga terlalu berantakan kelihatannya, memang Alea saja yang benci ke-formal-an.

Orang disekitar mereka terlihat sesekali mengintip cara makan Alea, ada yang jijik, ada yang biasa saja, ada yang tidak peduli.

Toh, mereka saja yang terlalu formal, tak tahu cara menikmati makanan sesungguhnya seperti apa.

"Gina! Ini olahan sayurnya, kok enak banget ya! " semangat Alea.

Alea memang kalau soal makanan selalu semangat.

Gina terkekeh, mengingat mereka berdua saat makan di Akademi Militer yang makanannya biasa-biasa saja.

"Kalian menjijikkan!" Sela salah satu wanita di meja yang sama.

Gina menengok ke sumber suara, ia mengenakan pakaian dan aksesoris yang ber-merk mahal.

Sedangkan Alea, tentu tidak peduli. Bahkan tidak mendengar ucapan tadi.

Gina yang memiliki sumbu sabar begitu pendek malah balik menatap tajam.

Melihat scarf yang dipake, warna yang sama, alisnya terangkat satu.

Kenapa orang ini?

Batin Gina.

"Kenapa? Lihat! orang-orang menjadi tidak nafsu melihat cara dia makan!" wanita itu menunjuk Alea dengan pisau makan nya.

Alea? Tetap tidak peduli. Walaupun sebenarnya suara wanita jelek itu sangat jelas terdengar.

"Bicaramu saja! mereka tidak peduli-peduli amat, lihat mereka tetap makan!" ketus Gina sambil menunjuk-nunjuk yang lain.

Wanita itu kesal, seharusnya tidak ada yang berani melawannya bicara apalagi dengan nada ketus yang sama.

"Kita punya warna scarf yang sama, jangan sampai kau menurunkam harga diri scarf kita!!!" Kesalnya sambil memperlihatkan scarf yang ada di lehernya.

Gina berdecak kesal. Ia pun tak suka wanita pamer.

Alea? Tentu saja dia masih menikmati potongan ayam goreng.

"Kau! ajar temanmu itu cara makan yang baik!"

Gina memicingkan matanya. Lalu melihat ke sepupunya yang sedang membersihkan jari-jarinya dengan tissue.

Sekali lagi, Gina ingin mengeluarkan kata-kata pedasnya. Tapi tertahan oleh suara lain yang lebih dahulu menyaut.

"Kau sepertinya tak tahu adab makan? Jangan marah-marah di depan makanan Nona." Alea angkat bicara. Suaranya datar.

Alea lalu meminum segelas air. Meletakkannya pelan-pelan.

"Kau pura-pura tidak tahu atau bagaimana? Masih ada warna scarf yang lain diatasmu, jangan lebay!"

Orang lain yang berada di meja yang sama pun ikut tersenyum senang dengan perkataan Alea.

Pasalnya memang benar, sejak awal wanita tadi hanya pamer di meja mereka. Bahkan orang-orang di meja sebelah mulai ikut menguping.

"Kau sengaja kan duduk di antara orang-orang yang memiliki warna scarf dibawah mu agar kau bisa berbangga diri?"

Jelas Alea tanpa melihat ke arah wanita yang dari tadi terdiam. Masih sibuk memperbaiki kondisinya sendiri.

"Kau tiba-tiba bisu? bukannya sebelum acara kau banyak berbangga diri ke mereka yang ada di meja ini?"

Alea menghela nafas pelan. Lalu menatap datar perempuan yang banyak bicara di depan sana.

"Makanya jangan sok tahu soal adab makan, adab berbicara saja kau tak tahu, bukan?"

Alea mengedikkan bahu nya, seolah tak acuh.

Wanita itu sangat terkejut, bahkan dia sempat mengira Alea ini cenayang. Pasalnya, darimana ia tahu kalau wanita itu sedari awal mencoba memperlihatkan segala keglamorannya?

Bukan hanya wanita berisik tadi yang terkejut tapi semuanya termasuk Gina yang mulutnya sudah menganga saking kagetnya.

Badass!!!

Batin Gina.

Bibirnya terangkat sebelah, memberikan senyuman menyebalkan dengan satu alis yang terangkat mengejek.

Alea memanggil salah satu pelayan, berbisik kemudian berdiri dan meninggalkan meja yang langsung disusul oleh Gina.

Mereka pergi, lantas berjalan ke arah parkiran. Meninggalkan acara yang sepenuhnya belum selesai.

Jangan tanya apa yang terjadi dengan wanita berisik disana, wajahnya merah padam, sangat tidak terima dengan kejadian yang menimpanya.

Kauuu... Akan ku balas nanti!!

Batin wanita berisik sambil mengepalkan erat kedua tangannya.

Gina berjalan kemana sepupu nya pergi. Ia tahu kejadian tadi bukan kemarahan tapi cara Alea menegur seseorang yang sudah kelewatan.

Mereka sampai ke taman yang bersebahan dengan parkiran.

"Ingat tempat ini Gina?" Alea melihat sepupunya.

Gina menganggukkan kepalanya, tentu saja dia tahu. Tapi kalimat Alea selanjutnya membuatnya heran, sepertinya dia tak tahu sama sekali.

"Kau tahu ini tempat terakhir aku bertemu dengan Keenan"

Continue Reading

You'll Also Like

333K 10K 81
(Fixed/Fan-TL) Top idol group Stardust, whose members disappear like dust. The group that used to have seven members ends with four members... "Is...
592K 16.1K 80
A butler was the job description. Do what he wants. Get what he desires. That's all I have to do, but suddenly, I am thrown into a completely differe...
488K 17.2K 195
(Fan TL) Won Yoo-ha, a trainee unfairly deprived of the opportunity to appear on a survival program scheduled to hit the jackpot, became a failure of...
142K 6.9K 28
Hooked onto drugs, no family, no guidance or sanity until she met HIM. Cover Creds: @Triceynexttdoor ❤️ -BLICKY.