Mr. Perfectly Fine [END]

De myungzyonly

7.2K 1.6K 182

Remake dari I Am Being Chased by a Perfectionist Man~ --- "Topeng Besi dari Departemen Penjualan" perusahaan... Mais

Pengenalan Tokoh
Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27

Chapter 5

208 57 10
De myungzyonly

Sorry for typo(s)!

---

Saat Myungsoo keluar dari kamar mandi, sudah jam 12 tengah malam. Karena mereka tidak punya hal lain untuk didiskusikan, keduanya pergi tidur.

Myungsoo telah menawarinya tempat tidur tetapi Sooji sudah merasa menyesal telah mengganggunya, jadi dia memilih untuk tidur di sofa. Itu adalah sofa dua tempat duduk tetapi tampaknya dibuat sedikit lebih besar sehingga Sooji tidak akan kesulitan tidur meskipun dia berguling sedikit. Dia berbaring di sofa dan menutupi dirinya sampai ke hidung menggunakan selimut yang dipinjamkan Myungsoo padanya.

"Kalau begitu, ayo tidur. Kita akan bangun jam 6:30 besok pagi dan sarapan jam 7:00."

"...Besok Hari Minggu, 'kan? Bukankah itu sedikit lebih awal?"

"Hanya karena hari libur bukan berarti aku harus bermalas-malasan. Aku tidak akan menghentikanmu jika kau ingin bersenang-senang, tetapi itu berarti kau akan melewatkan sarapan, jadi ingatlah itu.

"O–Oke."

Setelah mendengar jawabannya, Myungsoo mematikan lampu. Kegelapan seketika memenuhi ruangan, keheningan yang luar biasa mengambil alih.

Sooji bolak-balik di sofa beberapa kali tetapi rasa kantuk masih belum datang padanya dan dia menghela napas kecil. Meskipun dia bukan tipe orang yang merasa tidak nyaman tidur dengan bantal yang berbeda, kegelisahan entah bagaimana melanda dirinya. Menekan wajahnya ke bantal sofa, Sooji menutup matanya rapat-rapat. Namun, tidak peduli berapa lama matanya terpejam, dia tetap tidak bisa tidur dan sebaliknya, dia menjadi semakin terjaga.

"Tidak bisa tidur?"

Pada saat ini, suara Myungsoo memecah kesunyian dan bergema di seluruh ruangan.

"Ya, itu..."

"Lalu haruskah aku mengajarimu di mana titik-titik tekanan untuk membantumu tidur? Di belakang telinga, ada..."

"I–Itu, jangan repot-repot. A–Aku yakin tidak akan lama lagi aku..."

Itu yang dia katakan tetapi dia tidak merasa mengantuk sama sekali. Tapi itu tidak berarti dia ingin mendengarkan omong kosong tentang titik-titik tekanan.

"Apa begitu? Nah, kalau begitu... kenapa kita tidak bicara sebentar?"

"Bicara?"

"Karena aku sudah berada dalam situasi ini, aku ingin mencoba merekonsiliasi hobi dan minat kita."

"Rekonsiliasi hobi dan minat kita...?"

"Sederhananya, aku ingin tahu lebih banyak tentangmu, Nona Bae."

"Tidak apa-apa, tapi pertama-tama, bisakah kau berhenti memanggilku dengan nama lengkapku? Rasanya agak... formal dan jauh."

"Apa begitu? Kalau begitu, aku akan mulai memanggilmu Sooji mulai sekarang."

"Kenapa nama depan..."

"Ada kemungkinan nama belakangmu akan berubah, 'kan?"

Diingatkan bahwa nama belakangnya akan berubah setelah menikah, wajah Sooji menjadi cemberut.

"...Tapi aku tidak memiliki rencana seperti itu sekarang..."

"Baguslah kalau begitu. Aku akan bermasalah jika kau memiliki rencana seperti itu sekarang."

"..."

Myungsoo mengatakan dia akan bermasalah jika Sooji memiliki rencana pernikahan tanpa banyak perubahan pada ekspresi wajahnya. Jika Myungsoo benar-benar berpikir demikian, setidaknya suaranya harus berubah beberapa nada untuk mengekspresikan kegelisahannya. Berpikir seperti itu, Sooji tidak menyadari suaranya menjadi rendah.

"Apa kau benar-benar menyukaiku, Kim Myungsoo?"

"Tentu saja. Tidak peduli berapa kali kau mendengarnya, kau masih merasa sulit untuk percaya?"

Myungsoo menegaskan dengan ekspresi yang jelas. Tapi itu tidak menghilangkan keraguannya.

"Yah, kau selalu memiliki wajah tanpa ekspresi itu dan setelah berulang kali diberitahu bahwa aku 'jauh dari tipe idealmu', tidak mungkin aku dengan mudah percaya itu."

"Memang benar kau jauh dari tipe idealku, tapi itu juga benar kalau aku menyukaimu. Pertama-tama, aku tidak akan membiarkan seseorang yang tidak kusukai masuk ke dalam rumahku. Aku dengan tulus menyukaimu."

"Be–Begitukah...?"

Tidak peduli berapa kali Sooji mendengarnya, dia masih merasa malu dengan pengakuannya yang tidak tahu malu. Mungkin karena kegelapan ruangan, tapi entah bagaimana dia merasa bahwa suara Myungsoo membawa nada yang lebih serius dari biasanya.

Merasa frustasi, Sooji membalikkan tubuhnya ke arah sofa namun suara Myungsoo memanggil dari belakang.

"Aku punya pertanyaan lain. Apa tidak apa apa?"

"Apa itu?"

"Hari ini, dengan siapa kau pergi?"

"Hah?"

Dia mengeluarkan gumaman kebingungan pada pertanyaan yang tak terduga. Memalingkan wajahnya ke arah Myungsoo, dia melihat Myungsoo menatapnya dengan ekspresi serius.

"Wajahmu memerah karena minum soju, 'kan? Dan sampai larut malam... Yah, setidaknya sepertinya kau sudah minum. Bukankah temanmu yang mengantarmu pulang?"

"Itu... karena temanku sudah menikah..."

"Apa?"

Myungsoo berbicara dengan suara rendah yang belum pernah Sooji dengar sebelumnya. Mendengarnya dengan nada yang tidak seperti sikap tenangnya yang biasa, bahu Sooji sedikit bergetar.

"Kau pergi dengan orang yang sudah menikah?"

"Ya. Itu, seperti biasa...? Kami sudah saling kenal bahkan sebelum orang itu menikah."

"..."

"..."

Sooji merasakan atmosfir turun beberapa derajat. Bahkan tanpa melihat wajahnya, dia tahu bahwa Myungsoo agak marah. Sepertinya dia memancarkan udara sedingin es dan ruangan langsung terasa dingin.

Hm? Kenapa kau marah? Apa aku mengatakan sesuatu yang salah?

Merasakan keringat dingin mengalir di punggungnya, dia mengalihkan pandangannya dari Myungsoo. Dia merasakan Myungsoo bergerak dan saat berikutnya, suara pintu terbuka bisa terdengar.

"...Aku akan menenangkan kepalaku."

Setelah itu, Myungsoo menghilang ke beranda.

---

Sooji perlahan terbangun karena aroma daging yang harum. Setelah memastikan bahwa dia sedang berbaring di kasur empuk, dia tersentak kaget. Dia melompat berdiri dan benar saja, dia berada di atas tempat tidur Myungsoo.

"Apa? Bagaimana?"

Sooji buru-buru melihat ke sofa tempat dia ingat tertidur tadi malam. Berbaring di atasnya ada selimut yang dia pinjam malam sebelumnya.

"Selamat pagi. Apa kau akhirnya bangun? Kau terlambat sekitar 30 menit, kau tahu. "

Sambil berkata demikian, Myungsoo meletakkan sepiring bacon dan telur goreng di meja tengah. Setelah itu, dia menaruh roti dan salad.

"Biarkan aku memberitahumu ini sekarang setelah kau bangun. Kemarin aku tidur di sofa. Tak satu pun dari apa yang kau khawatirkan terjadi sehingga kau bisa santai."

"Tidak, aku tidak terlalu khawatir tentang itu..."

Entah bagaimana, Myungsoo sepertinya bukan tipe orang yang memanfaatkan situasi ini. Sooji akan membuat pernyataan itu tetapi menahan diri saat dia merasakan tatapan tajam Myungsoo.

"Tolong khawatir tentang itu."

"Hah? Mengapa?"

"Kau terlalu lengah. Kau harus lebih waspada terhadap laki-laki... "

"Tidak, itu karena kau, Kim Myungsoo. Jika itu pria lain, aku akan sedikit lebih waspada..."

"..."

Suasana hati Myungsoo langsung turun dan Sooji menahan napas. Meskipun ekspresi wajahnya tidak berubah, tatapan pria itu menajam sebanyak lima kali.

Tanpa menyadari bahwa dia sekarang bisa membaca emosi Myungsoo, Sooji memiringkan kepalanya dengan bingung.

Menatapnya, Myungsoo menghela napas dan mengangkat ujung mulutnya sedikit saat dia menyerahkan secangkir kopi yang baru saja dia tuangkan.

"Kalau begitu, haruskah kita sarapan?"

08 September 2023

Continue lendo

Você também vai gostar

1.4K 148 37
Sinopsis Seluruh dunia mengatakan dia pembohong, bagaimana bisa seorang gadis berusia dua puluhan terkena Alzheimer? Tapi entahlah, cinta sampai ekst...
2.5M 38.5K 50
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
1M 149K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
299 106 31
[Drama - Young Adult] Ketika musim panas tiba, Faru Margen memutuskan untuk tetap menunggu ibunya yang telah lama tidak pulang. Sekolah seperti biasa...