Kisah Papa Papi - Guanren

By yourxpine

667K 71.4K 11K

Hanya kisah sederhana mengenai perdebatan 24/7 antara Papa Alin dan Papi Injun. © Yourxpine 🚦BXB , MPREG... More

Bagian Perkenalan
satu.
dua. (Kilas balik)
tiga.
empat.
lima.
enam.
tujuh.
delapan. (Kilas balik)
sembilan. 🔞
sepuluh. (Kilas balik)
sebelas.
dua belas.
tiga belas.
empat belas.
lima belas. (kilas balik)
enam belas.
tujuh belas.
delapan belas.
sembilan belas. 🥵🔞
dua puluh.
dua puluh satu.
dua puluh dua.
dua puluh tiga. (Kilas balik)
dua puluh empat.
dua puluh lima.
dua puluh enam.
dua puluh tujuh.
dua puluh delapan.
dua puluh sembilan.
tiga puluh.
tiga puluh satu.
tiga puluh dua. (kilas balik)
tiga puluh tiga. (Kilas balik)
tiga puluh empat.
tiga puluh lima.
tiga puluh enam.
tiga puluh tujuh.
tiga puluh delapan.
tiga puluh sembilan.
empat puluh.
empat puluh satu.
empat puluh dua.
empat puluh tiga.
empat puluh empat. (Kilas balik)
empat puluh lima.
empat puluh enam.
empat puluh tujuh.
empat puluh delapan.
empat puluh sembilan.
lima puluh.
lima puluh satu.
lima puluh dua.
lima puluh tiga.
lima puluh empat.
lima puluh lima.
lima puluh enam.
lima puluh tujuh.
lima puluh delapan.
lima puluh sembilan.
enam puluh. 🔞
enam puluh satu.
enam puluh dua. (kilas balik)
enam puluh tiga.
enam puluh empat.
enam puluh lima.
enam puluh enam.
enam puluh tujuh.
enam puluh delapan 🔞
enam puluh sembilan (kilas balik)
tujuh puluh.
tujuh puluh satu.
tujuh puluh dua.
Tujuh puluh empat.
Tujuh puluh lima.
Tujuh puluh enam.
Tujuh puluh tujuh.
Tujuh puluh delapan.
Tujuh puluh sembilan.
Delapan puluh.
Delapan puluh satu.
Delapan puluh dua.
Delapan puluh tiga.
Delapan puluh empat.
Delapan puluh lima.
Delapan puluh enam.
Delapan puluh tujuh.
Delapan puluh delapan.
Delapan puluh sembilan.
Sembilan puluh.
Sembilan puluh satu.
Sembilan puluh dua.
Sembilan puluh tiga.
sembilan puluh empat.
Sembilan puluh lima.
sembilan puluh enam.
Sembilan puluh tujuh.
Sembilan puluh delapan.
Sembilan puluh sembilan.
Seratus.
Season 2?
Bonus chapter I
Bonus chapter 2
Bonus chapter 3.
Bonus chapter 4
Bonus chapter spesial ulang tahun papi

tujuh puluh tiga.

5K 557 99
By yourxpine


"Topii topiii! Pwapiii, topi akak nana ya?" Tanya Ayden menghampiri Papinya yang tengah sibuk bermain dengan Mingrui yang lagi gemar gemarnya mengoceh.

"Eh kak, sini dulu nih liat dedeknya lagi belajar ngangkat kepala kak udah kuat dedek nyangga kepala"

Ayden mendekat kemudian tertawa. "Hihi Dedek kayak tutel ya Pwi"

"Hah? Tutel?"

Ayden mengangguk, ia mencolek colek dagu Mingrui. "Nih, palanya gini gini kayak tutel. Kata pwapa tutel kalo malu dia cembunyiin kepalanya"

"Tutel apa sih kak? Turtle?"

Ayden mengangguk. "Tutel! Kula kula"

Renjun sontak tertawa. "Astaga turtle jadi tutel"

Ayden yang gemas kemudian menarik narik pipi Mingrui gemas. "Ihhh mbulnya ci baco" Ucapnya.

"Kakak mau kemana nyari topi?"

"Mawu main cama lele cama icung. Tadi meleka dah panggil. Pwapi cama camata ya, cepeda akak juga"

"Tapi Papa belum pulang kak, siapa yang jagain?"

Ayden terdiam sejenak. "Icoke (it's okay) Pwapi, akak bica main cendili. Nanti ada uncle Malk"

"Emang Uncle Mark di rumah? Ngga kerja?"

"Ndatau, kata lele dilumah"

"Ya udah, ini adeknya di jaga dulu ya? Papi ambilin topi sama kacamata kakak dulu"

Ayden mengangguk, ia mendudukan dirinya disamping Mingrui dan mulai mengajak adiknya itu mengobrol meskipun hanya ditanggapi ocehan tidak jelas dari Mingrui.

"Kak, ini topi sama kacamatanya. Kamu mau main kemana emangnya?"

"Mau main cepeda cama meleka" jawab Ayden kemudian memakai kacamata dan topinya. Ia kemudian berjalan ke kaca, "aduh ganteng banet anakna lenjun" lanjut Ayden yang kemudian membuat Renjun tertawa.

"Heh! Main Renjan renjun aja manggilnya"

Ayden berbalik menatap Renjun. "Namana Pwapi capa?"

"Renjun"

"Akak anakna ciapa?"

"Papi Papa"

"Ya udah, benel kan? Anakna lenjun?"

Renjun menggeleng sembari terkekeh. "Bener bener anaknya Guanlin"

"Dah Pwapi, cepeda akak mana?"

"Di garasi kak. Bentar" Renjun membawa Mingrui ke gendongannya dan mengantarkan Ayden ke depan rumah mereka.

"DENDEENNNN!!! Main yukk" teriak Chenle dengan suara menggelegarnya membuat Ayden yang hampir sampai di pintu rumahnya itu berlari.

"Kak jangan lari nanti ja—" belum selesai Renjun berbicara, Ayden sudah lebih dulu terjatuh. "Astaga!"

Renjun segera berlari menghampiri Ayden. "Kak? Gapapa?" Tanya Renjun panik sembari memeriksa Ayden.

Ayden bangkit dan mengusap lututnya. "Hehe ndapapa Pwapi, cakit cedikit"

Renjun mengusap pelan lutut anak sulungnya itu dan membersihkannya dari tanah yang menempel.

"Dendennn ayok main" panggil Chenle lagi yang kini sudah bersama Jisung.

Ayden menoleh kemudian mengambil sepedanya, dan membawanya keluar menghampiri Chenle dan Jisung sedangkan Renjun membuka pagar.

"Mau kemana kalian?" Tanyanya

"Mawu cali baco papinjun" jawab Chenle

"Ndak baco le, cali ikan dulu" sanggah Jisung

Ayden mengerutkan keningnya. "Cali tapung ih! Kan malin bilang mawu caliin denden tapung"

Renjun dan Mark sontak menoleh. "Tapung apaan den?" Tanya Mark.

"Tapung yang telbang telbang ituloh uncle"

"Tapung terbang?"

"Capung Daddy" saut Chenle

Renjun terkekeh. "Jadi kalian ini mau kemana sebenernya?"

"Main di taman doang, Ren. Paling ya mereka muterin taman naik sepeda"

"Ya udah kak, nitip Ayden ya. Paling habis ini Alin juga pulang, nanti biar nyusul"

"Siap! Lo tenang aja"

Ayden dan dua sahabatnya itu tanpa pamit langsung membawa sepedanya meninggalkan rumah membuat Mark buru buru menyusul mereka takut mereka hilang.

Tidak lama Guanlin sampai dirumah, setelah berganti pakaian Guanlin pun menyusul Mark beserta bocah bocah mereka.

"Lah? Anak kita mana bang?" Tanya Guanlin yang mendapati Mark duduk di gazebo taman dengan ditemani Jeno.

"Anak kita?"

"Anak gue, anak lo dan anak jeno maksudnya"

Mark terkekeh. "Tuh muterin taman pakai sepeda"

Guanlin menoleh dan benar saja mereka bertiga tengah melajukan sepedanya memutari taman.

"Tapung tapung oh tapung, dinana kamu?" Ucap Ayden yang mencari capung di sekitaran taman itu.

"Tapung walnana apa cih den?" Tanya Jisung

"Blown! Led!" Jawab Chenle

"No! Tapung walna kuning! Cali yang walna kuning!"

"Napa emangna yang walna kuning den?"

"Coalna Pwapi cuka walna kuning"

"Ish! Cucah Denden!" Kesal Chenle karena memang daritadi ia tidak melihat capung berwana kuning dan hanya ada 1 capung yang terbang daritadi disekitar mereka itupun berwarna biru.

"Lele mawu tapung walna apa? Nanti icung caliin buwat lele" ucap Jisung yang kemudian mendekat kepada Chenle.

"Kan denden yang mawu tapung!" Protes Ayden kepada Jisung.

"Hhh, iya buwat kalian beldua. Cucah cucahh kalo olang ganteng, dilibutin"

"Baco! Icung, lele mawu baco!" Ucap Chenle tiba tiba yang melihat gerobak berjalan bakso melewati mereka.

"Ih! Tapung dulu!"

"Mam baco dulu denden! Lapel!"

"Tapung dulu!"

"Baco!"

"Tapung!"

Jisung yang berada di tengah tengah perdebatan dua sahabatnya itu hanya menoleh bergantian sebelum ia membuang nafas kasar dan menarik tangan keduanya. "Dah! Ayo mam dulu!" Ucapnya yang kemudian menggeret Ayden dan Chenle menuju abang bakso dan menghalangi jalannya hingga gerobak bakso itu berhenti.

"Abwang tukang bakco mali mali cini, lele mawuuu beliiii" panggil Chenle sembari bersenandung.

"Bang! Bacona tiga, ndak pake cambel ya! Ndak pake cayul" saut Jisung yang sudah berdiri di samping Abang bakso

Abang bakso pun berhenti dan menunduk memperhatikan tiga bocah itu sejenak. "Bawa duit gak?" Tanyanya karena takut para bocah itu tidak sanggup membayarnya.

"Bawa"

"Mana?"

"Ada di Daddy, nanti minta aja ke daddy"

"Daddy kamu dimana?"

"Di lumah taman. Cepetan bang, lapel ini cebelum montel di pelut aku kelual lawll lawll nanti abang baco digigit montel lawlll" saut Chenle sembari mengangkat kedua tangannya bak harimau.

"Bang baco, nanti di bayal Pwapa aku. Pwapa aku kelja di pelucahaan becal banet! Nanti abwang baco di bayal pakai uang cekopel" ucap Ayden

"Beneran di bayar ya?"

Mereka bertiga mengangguk, abang bakso pun membuatkan ketiganya bakso dan menaruhnya di kursi plastik yang ia bawah. "Ini baksonya abang taruh di kursi ya, ini kalian duduk sini aja" ucap Abang bakso menyuruh mereka duduk di trotoar dan meletakan kursi berisi bakso di depan mereka.

Mereka bertiga makan dengan lahap seolah sangat lapar sembari bercanda dengan candaan yang hanya mereka bertiga yang tau.

"Lele bica mam baconya?" Tanya Jisung yang melihat Chenle kesusahan memotong baksonya

"Cucah ih, biacana dipotongin daddy"

"Cini Icung bantuin" Jisung menarik mangkok Chenle dan memotong bakso yang berada di mangkoknya.

"Denden gak dibantu juga?"

Jisung menoleh melihat mangkok bakso Ayden. "Tuh kamu dah bica cendili den"

Ayden mendengus. "Ah Icung ndak acik!" Cebik Ayden.

"Cini cini, dah ndakboleh malah malah" lanjut Jisung yang kemudian beralih mengambil mangkok Ayden.

"Kalian ini lucu lucu banget sih, abang jadi inget anak Abang dirumah" ucap abang bakso yang memperhatikan interaksi mereja bertiga sedaritadi.

Ketiganya menoleh, "ya dong!"

"Kalian umur berapa?"

"Tiga tahun"

"Seumuran semua?"

"Ceumulan tuh cebelapa?" Tanya Ayden

Abang bakso terkekeh. "Semuanya berumur tiga tahun?"

Ketiganya mengangguk bersamaan. "Udah sekolah?"

"Cudah"

"Sekolah dimana?"

"Di mall"

Abang bakso mengerutkan keningnya. "Di mall? Itu sekolah apa belanja"

"Cekolah, tapi kalo dah pulang biacana langcung belanja abisin uang Pwapa!"

"Oh sekolah kalian di dalam mall gitu ya?"

Ketiganya kembali mengangguk. "Mahal pasti ya?"

"Ndak tawu, tapi kata Pwapi iya. Coalna Pwapa halus kelja telus bial iden cekolah"

"Iya tuh. Abang juga kerja keras biar anak abang bisa sekolah"

Ketiganya kembali menoleh pada abang bakso yang sudah duduk di depan mereka. "Cekolah dinana? Di mall juga?"

"Di desa. Kalau sekolah di kota gini, abang gak mampu"

"Tenapa ndak mampu?" Tanya Jisung yang mulai tertarik dengan obrolan mereka.

"Iya soalnya kalau sekolah di kota pasti mahal"

"Becok iden minta uang ke Pwapi culuh bayalin anak abang cekolah ya. Pwapi uangna banyaakkkkk cekali"

"Daddy una icung juga!"

"Lele juga, tapi daddy aja coalna ami peyit!"

Abang bakso sontak panik. "Eh jangan! Cukup kalian beli bakso abang aja udah bantuin abang loh"

"Otey! Becok kita beli lagi cemuana yang banaaakkkk banet"

Chenle terdiam, ia kemudian merogoh kantongnya. "Nih bang ada uang banak di kantong lele. Buat abang aja" ucapnya sembari memberikan beberapa lembar uang mainan.

"Eh ini mah uang palsu atuh"

"Palcu tuh apa? Nih uwang kok. Nih kemalin habis jual lumah"

"Lumah apa lele? Lumah kamu?"

"Lumah monopoyi. Makana uang lele banak, coalna lumahnya di beli cama daddy"

Abang bakso terkekeh. "Iya tapi gak bisa buat beli bakso"

"Heung? Ndak bica? Tenapa?"

"Ini uang mainan"

Chenle menatap sendu uang mainannya. "Hm, di boongin cama ami" gumamnya.

"Minta uang dulu ke orang tua kalian ya? Uang yang asli"

Ayden menoleh ke belakang kemudian menunjuk gazebo dimana ada tiga orang bercengkrama disana.

"Minta ke meleka aja bang. Meleka uangna banak banet" Ucap Ayden

Abang bakso melihat ke arah Guanlin, Jeno dan Mark. "Itu orang tua kalian?" Tanyanya yang diangguki ketiganya.

Abang bakso kemudian memilih menghampiri mereka untuk menagih uang bakso yang anak mereka makan.

"Permisi bapak bapak" Ucapnya

"Iya kenapa bang?"

"Itu tadi anak anak bapak makan bakso belum bayar" ketiganya sontak menoleh ke arah yang ditunjuk abang bakso dimana ketiga bocil tengah menikmati baksonya.

"Ya Tuhan! Meleng dikit udah nyegat tukang bakso aja itu tuyul tuyul" saut Guanlin sembari menggeleng memperhatikan ketiganya yang memakan bakso dengan lahap itu.

"Iya pak. Tadi saya di cegat katanya beli bakso terus bayarnya minta kalian. Mereka bener anak kalian kan pak?" Tanya abang bakso yang di angguki ketiganya.

"Eh pak, tuyul yang paling kiri itu bukan anak saya ya" lanjut Guanlin menunjuk Ayden

"Heh! Gue aduin ke Renjun lo kalau gak ngakuin Ayden"

Guanlin terkekeh. "Bercanda bang hahaha" lanjutnya sembari menepuk pundak Mark kemudian kembali menoleh kepada Abang bakso. "Berapa mangkok tuh bang?"

"Masing masing 1 mangkok kok pak"

"Lo pada mau gak?" Tanya Guanlin kepada kedua tetangganya.

"Apa? Bakso?"

"Iya lah"

"Boleh deh. Tiga bang buat kita ya" lanjut Mark memesan tiga mangkok bakso yang kemudian di angguki senang oleh abang bakso.

Abang bakso pun kembali ke gerobaknya, membuat ketiga bocah yang sudah menyelesaikan makannya menoleh.

"Cudah di bayal?"

"Belum, abang buatin bakso buat papa kalian dulu ya"

"Bang baco, mau nambah catu mangkok lagi" pinta Chenle

"Loh udah habis aja?"

Chenle mengangguk. "Enak coalna"

Abang baksopun terkekeh. "Iden juga mawuuuu!!"

"Icung jugaa!!"

"Buset ini bocil bocil makannya banyak bener ya. Kalian gak di kasih makan apa?" Tanya abang bakso sembari membuatkan enam mangkok pesanan.

"Dikacih, tapi gak boyeh mam baco banak banak"

Setelah bakso tersaji, abang bakso bergantian memberikan bakso buatannya pada pasukan balita itu dan kemudian membawanya kepada para bapak bapak yang menunggu di gazebo taman.

"Ini pak baksonya, total 9 mangkok ya"

"Banyak amat bang? Perasaan kami pesen 3, anak kami 3 juga" Ucap Guanlin

"Loh anak anak bapak pesen masing masing 2 mangkok"

Ketiganya sontak saling pandang. "Buset! Beneran bang?"

"Iya pak. Tuh bisa dilihat udah mangkok kedua tuh"

"Waduh! Alamat nanti malem udah gak mau makan nih. Mana laki gue masak lagi tadi" gumam Jeno.

"Ya udah bang, ini deh biar saya bayarin semuanya. Sekalian bungkus juga, Lin lo mau bungkusin buat Renjun gak? Jeno juga buat Nana?"

"Boleh tuh"

"Gue juga"

"Bungkus 3 ya bang"

"12 mangkok ya jadinya. Totalnya 180 ribu pak"

Mark mengeluarkan dua lembar uang seratus ribu dari kantongnya. "Nih bang, sisanya ambil aja"

"Wah makasih pak. Semoga rejekinya makin lancar"

Mark mengangguk, mereka bertiga kemudian mulai memakan bakso mereka.

"Mawu nambah lagi ndak?" Tanya Chenle kepada Ayden dan Jisung.

Mereka berdua menggeleng. "Kenyanggg! Huft nih pelut iden dah gede kayak pelutna Pwapi pas macih ada dedek" jawab Ayden sembari mengusap perutnya.

"Denden gendut" goda Jisung

"Ish! Enak aja!"

"Hmmmm haucc" gumam Chenle yang kemudian matanya menelisik ke sekitar. "Pelgi cali es yuk!" Ajak Chenle

"Kenana?"

"Dah ikut lele jaa" ucap Lele kemudian berdiri mendekat ke sepedanya.

"Eh adek adek mau kemana? Udah selesai makannya?" Tanya Abang bakso

"Dah bwang. Macih ya" lanjut Chenle kemudian pergi diikuti Jisung dan Ayden.

Mereka bertiga naik sepedanya masing masing mengikuti arah yang diunjuk Chenle hingga sampailah mereka di rumah dengan teras yang sangat asri di depannya.

"Pak elteeee" teriak Chenle

"Pak elteeee, mainnn yukkk"

"Napain kita ke pak elte?" Tanya Ayden

"Huss diem aja den"

Ayden memanyunkan bibirnya dan tidak lama yang keluar adalah Leo, keponakan pak RT.

"Eh bocil bocil, ngapain lu pada kesini?"

"Pak elte mana om?"

"Om lagi pergi, gak di rumah. Kalian ngapain kesini?"

"Om, nanas nih. Culuh macuk lumah dong"

Leo terkekeh mendengar ucapan Ayden barusan, ia pun menyuruh mereka masuk.

"Lohhh ada anak anak ganteng main kesini" ucap Lea, kembaran Leo yang tengah duduk di meja makan sembari menyantap es buah yang baru saja ia buat.

"Om yea mam apa?" Tanya Chenle

"Es buah. Kalian mau gak?"

"Mawu!" Seru Chenle kemudian menoleh ke Ayden dan Jisung bergantian. "Tuh kan! Dicini ada es!"

Mereka bertiga diangkat oleh Leo bergantian untuk duduk di kursi meja makan. Leo kemudian membantu Lea mengambil mangkok kecil untuk mereka.

"Om yea! Ini enyakkk banettt!" Seru Ayden setelah memasukan satu sendok es buah ke mulutnya.

Chenle mengangguk menyetujui. "Enak banet! Maacih om yea cantik!"

Lea terkekeh. "Habisin ya kalau enak" Ucapnya yang di angguki ketiganya.

Mereka berlima melanjutkan memakan es buah mereka sembari mengobrol. Beberapa kali Leo dan Lea pun terkekeh mendengar obrolan lucu dari ketiganya.

"Oh iya, kalian kesini tadi mau ngapain?" Tanya Lea

"Mawu minta es. Malin pak elte jajanin es, katana kalau mawu es lagi main aja ke lumahnya" jawab Chenle

"Oh pantes. Ngerti aja disini lagi bikin es" saut Leo sembari terkekeh.

"Om yea jualan es aja. Ini es nya enwakkk banettt loh!!"

Lea pun terkekeh, "kalian kalau mau es kesini lagi aja, om buatin"

"Ciyappp!!"

Tidak lama terdengar bunyi ketukan pintu membuat Leo buru buru keluar rumah.

"Eh abang abang? Nyari siapa?" Tanya Leo yang mendapati Guanlin, Mark dan Jeno di depan rumahnya.

"Bocil bocil pada disini gak Le?" Tanya Mark

"Ada bang, tuh lagi makan es buah sama Lea di dalem"

Mereka bertiga bernafas lega, akhirnya selesai juga pencarian mereka mencari bibit unggul kebanggaan mereka. "Gue kira ilang lagi anak gue" saut Guanlin

"Emang tadi gak ijin dulu mereka bang kalau mau kesini?"

"Enggak. Tadi enak enak makan bakso tau tau ilang"

Leo terkekeh sembari menggeleng. "Masuk deh bang" ia menggeser tubuhnya sedikit agar ketiganya bisa masuk.

"Bagusss!! Dicariin malah enak enak makan es di rumah orang. Daddy aduin ke Buna ya habis ini" ucap Jeno yang melihat Jisung dengan antengnya memakan es buah padahal ia udah hampir gila mencari anaknya itu.

"Hehehe daddyyy"

"Ayden Lai!" Panggil Guanlin membuat Ayden menoleh.

"Napa ya? Mawu? Dah abic" Jawabnya tengil membuat Guanlin menarik nafas dalam sebelum mendekat.

"Kamu ini! Papa cariin kesana kemari taunya malah disini. Udah makan bakso gak bilang, terus sekarang ilang. Papa itu khawatir Aydennnn!!"

Ayden hanya terkekeh, sedikit takut dengan tatapan tajam yang diberikan Papanya. "Maap Pwapa.." cicit Ayden.

Guanlin menghela, ia mendekat ke Lea dan membisikan sesuatu yang kemudian di angguki Lea.

"Ayo pulang, tapi itu bayar dulu es buahnya ke om Lea. Gak gratis itu" lanjut Guanlin membuat tiga bocah mungil itu menoleh.

Jeno dan Mark ikut menoleh ke Guanlin, namun Guanlin memberi isyarat agar mereka mengikuti permainannya.

"Mmm.. Daddy, minta uang" ucap Chenle

"Loh Daddy lagi gak ada uang, uangnya tadi kan dipakai buat bayar bakso kamu" Jawab Mark membuat Chenle menghela kecewa.

"Tenang lele. Ada daddy aku!" Saut Jisung, ia kemudian menoleh pada Jeno dan menengadahkan tangannya kepada Jeno. "Dad, uang" pintanya.

Jeno mengerutkan keningnya. "Apa minta uang kayak gitu? Gak sopan kak. Minta yang baik." Jawab Jeno tegas.

"Daddy, tayangna bunaaa. Minta uang boleh?"

Jeno menggeleng. "Gak ada"

"Kok ndak ada? Telus daddy kelja dapat apa kalo ndak punya uang?" Tanya Jisung membuat para orang dewasa diruang itu menahan tawanya.

Jeno sejujurnya juga tidak bisa menahan tawanya. Namun ia ingin memberikan sedikit pelajaran untuk anak sulungnya itu. "Ya gak ada. Udah habis"

Jisung menghela, ia menoleh kepada Ayden satu satunya harapan saat ini. Ayden kemudian menoleh kepada Guanlin, namun Guanlin langsung memalingkan pandangnya.

"Pwapaaa.."

Tidak ada jawaban dari Guanlin. Membuat Ayden turun dari kursinya dan menghampiri Guanlin. "Pwapaa, bayalin.." ucapnya yang dijawab gelengan oleh Guanlin.

"Ishhh! Kenapa ndak mawu? Ndak puna uang juga? Hmmm, becok keljanya lebih lama ya Pwapa biyal duitna ndak abis"

Guanlin melotot, kurang ajar emang ini anaknya. Kalau kata Mamanya, ceplas ceplosnya Ayden perpaduan antara Guanlin dan Renjun. Jadi ya gitu..

"Uang Papa banyak. Tapi Papa gak mau bayarin kamu, soalnya kamu udah nakal gak nurut Papa"

Ayden melengkungkan bibirnya ke bawah, cukup kecewa dengan jawaban Papanya. "Gini aja, kalau kalian gak ada uang untuk bayar, kalian bantuin om Lea aja beresin ini? Mau?" Ucap Lea.

Ketiganya berfikir sejenak, kemudian mengangguk. "Tuh beresin tuh, jangan bolehin pulang sebelum beres Le" saut Jeno yang kemudian membuat Jisung mendengus.

Lea memberikan mereka masing masing tugas, Jisung yang disuruh membereskan meja, Chenle yang disuruh menyapu dan Ayden yang disuruh membantu cuci piring.

Guanlin menahan tawanya, ia pun mengeluarkan ponselnya. "Bentar bentar, gue abadikan dulu buat kenang kenangan. Kapan lagi anak gue gini" ucapnya yang kemudian mengambil foto Ayden mencuci piring.

"Hish! Pwapaaa!!" Ayden menyipratkan busa busa cucian ke Papanya membuat Guanlin kembali terbahak.

Bapak bapak yang lain juga tidak kalah jahilnya seperti Guanlin. Bahkan Jeno sekarang pun juga menjaili Jisung hingga Jisung nyaris menangis.

"Heh itu masih kotor cung. Itu tissuenya, pelan pelan. Itu di lap juga"

Jisung melempar lap yang ia gunakan membersihkan meja begitu saja, ia mendudukan dirinya dan mulai menatap marah Jeno.

"Satu.. duaa.. ti—" belum sempat hitungan ketiga yang Jeno ucapkan Jisung sudah lebih dulu menangis dengan kencang.

"HUWAAAA!!! Daddyyyy jahatttt!!!"

Jeno tidak panik, ia malah terkekeh. "Malah nangis. Lanjutin tuh"

"Ndak mawu!!!!"

"Le, Chenle nih liat Le masa Jisung nangis"

Chenle menoleh kemudian mendekati Jisung. "Janan nangis! Ayo lanjutin biyal cepet pulang"

Jisung mengusap air matanya. "Hiks, Daddyna icung jahat"

Ayden menoleh kepada Jisung. "Iya tama. Pwapa aku juga. Buwang aja cali Pwapa balu apa ya?"

"Heh! Mulut lo Ayden!!" Protes Guanlin yang langsung menarik bibir Ayden membuat Ayden berdecak.

"Tuh! Jahat tuh bibil akak di talik talik" Lanjutnya sembari mengusap bibirnya.

Setelah sedikit drama yang bapak dan anak ciptakan, mereka berenam akhirnya memilih pulang. Leo dan Lea sedikit bernafas lega, karena jujur kehadiran mereka cukup bikin pusing meskipun sedikit menghibur.

"Kalian darimana? Papi tadi nyusulin kalian ke taman karena gak pulang pulang kok malah gak ada?" Tanya Renjun yang baru saja melihat suami dan anaknya kembali.

"Lo mesti tau kelakuan anak lo hari ini yang"

"Kenapa?"

Guanlin menaruh baksonya di meja makan kemudian kembali menghampiri Renjun setelah mencuci tangan dan kakinya, di ikuti oleh Ayden.

Ia mendudukan dirinya di samping Renjun. "Masa dia nyegat abang bakso dan makan bakso tanpa bilang bilang, mana habis dua mangkok lagi"

Renjun menatap tak percaya. "Pantesan lo balik bawa bakso. Terus nanti gak makan malam dong?"

Guanlin menggidikan bahunya. "Ya udah dua mangkok, udah kenyang dia. Mana tadi dia makan es buah di rumah pak RT"

"Lah? Kok bisa? Di panggil pak RT?"

Guanlin menggeleng. "Ya itu, anak lo bikin gue panik banget. Lagi enak enak makan bakso tau tau ilang, gue sama Jeno, bang Mark keliling komplek nyariin. Taunya pas lewat rumah pak RT ada sepedanya para bocil di depan, pas kita masuk eh mereka lagi anteng makan es buah"

Renjun menepuk keningnya, ada aja kelakuan anak sulung dan komplotannya itu.

"Kakak sini bentar kak" panggil Renjun kepada Ayden yang tengah memainkan mobil mobilannya di samping Mingrui.

Ayden mendekat, Renjun kemudian mendudukan Ayden dipangkuannya.

"Kakak tadi habis ngapain?" Tanya Renjun.

"Mmmm" Ayden melirik Guanlin sejenak mencari pertolongan karena ia tau jika ia jujur, Papinya mungkin akan menasehatinya. Guanlin menjulurkan lidahnya kemudian memalingkan wajahnya seolah mengejek Ayden. Ia pun memilih menghampiri anak keduanya daripada harus menolong Ayden dari omelan Renjun.

"Ngapain kak?"

Ayden menghela pelan. "Mam baco, telus ke lumah pak elte mam es"

"Siapa yang berhentiin Abang bakso?"

"Lele"

"Emang punya uang?"

"Puna! Tadi ada Pwapa"

"Kalau gak ada papa gimana? Terus siapa yang bayar?"

Ayden terdiam sejenak. "Mmm, nanti akak lali kelumah ambil uang"

Renjun menghela, mencubit pipi Ayden sejenak. "Jangan di ulangi lagi ya kak? Kalau mau apa apa tanya dulu ke Papa Papi. Boleh gak beli itu"

"Hmmm, oteyyy pwapi. Maap ya"

Renjun mengangguk. "Sama tadi kakak kenapa gak ijin Papa kalau mau ke rumah pak RT?"

"Tadi diajak lele cali es"

"Kenapa gak ijin Papa dulu? Kan Papa nyariin kamu kak"

"Iya tuh. Papa sampe mau lapor polisi soalnya anak Papa ilang" saut Guanlin

Ayden menatap Papa dan Papinya bergantian. "Tadi tuh lele ajak akak Pwi. Pwapa jauh mam baco"

"Kan bisa ijin dulu kak. Samperin Papanya. Kamu kalau diculik gimana?"

Ayden menunduk, ia tau jika yang dilakukannya tadi salah. "Minta maaf sama Papa dulu soalnya udah bikin khawatir Papa sana" lanjut Renjun.

Guanlin dengan wajah tengilnya memalingkan wajahnya kala Ayden menatapnya dengan sendu.

Plakkk

"Aduh!"

"Gak usah tengil! Anak lo mau minta maaf nih" kesal Renjun setelah ia melempar bantal kepada Guanlin.

"Iya iya"

Ayden turun dari pangkuan Renjun dan menghampiri Guanlin. "Pwapa, maap ya" ucapnya sembari menangkupkan kedua tangan mungilnya di pipi Guanlin.

Guanlin seolah berfikir sejenak, "sayang Papa dulu baru dimaafin" jawabnya membuat Ayden mau tidak mau memberikan satu kecupan di pipi Guanlin.

"Dahh"

"Iya Papa maafin. Tapi jangan diulangi lagi ya?" Lanjut Guanlin sembari membawa Ayden ke pelukannya. Ayden hanya mengangguk.

"Aaaaa aaa" oceh Mingrui menarik narik lengan Guanlin.

"Tuh anak satunya cemburu tuh minta dipeluk juga"

Guanlin dan Ayden menoleh kemudian terkekeh. "Sini sini Papa peluk juga sini, aduh anak anak Papa kapan lagi nih dipeluk gini? Bentar lagi pasti udah gede gak mau dipeluk" Guanlin menarik Mingrui hingga mereka bertiga saling berpelukan.

"Ekhem!"

Guanlin terkekeh melihat Renjun yang baru saja berdehem. "Sini dong sayang, Papi juga mau dipeluk ya?"

Renjun mencebik kemudian melangkah menjauh. "Loh? Mau kemana yang?" Tanya Guanlin

"Masak buat makan malam!" Ujarnya bohong, padahal yang sebenarnya terjadi adalah Renjun yang tiba tiba ingin menangis melihat interaksi dekat antara suami dan anaknya itu.



Tbc

*******

ᴊᴀɴɢᴀɴ ʟᴜᴘᴀ ᴍᴇɴɪɴɢɢᴀʟᴋᴀɴ ᴊᴇᴊᴀᴋ ᴅᴇɴɢᴀɴ ᴠᴏᴛᴇ ᴅᴀɴ ᴋᴏᴍᴇɴ ᴀɢᴀʀ ᴀᴋᴜ ᴍᴀᴋɪɴ ʀᴀᴊɪɴ ᴜᴘᴅᴀᴛᴇ! ʜᴇʜᴇʜᴇ

~~~~~~~~~~~~

Continue Reading

You'll Also Like

4.2K 348 9
DISCONTINUED [ m e a n i e , s o o n h o o n , m a r k h y u c k , j a e y o n g ] ((( bxb, yaoi, bl, homo, gay! ))) ((( fiksi gays, jan baper ))) Wo...
59.2K 3.6K 32
Menceritakan tentang keluarga yang katanya adalah keluarga "Bahagia" nyatanya tidak dan Tentang mereka yang bertahan atas hubungan rumah tangga yang...
19.8K 2.6K 30
⚠️WARNING⚠️ This story is only fictional, it has nothing to do with the real world. I'm just borrowing visuals, don't relate it to the real world. It...
215K 14.1K 15
❗CERITA INI MENGANDUNG KONTEN LGBT.❗ ❥︎ Mpreg [Male Pregnant] ❥︎ Homophobic? nagajuseyo! ❥︎ Just For Fun. ❥︎ Not Real Story! ❥︎ Kumpulan One shot bxb...