ETERNAL LOVE {HISTORY OF EPHE...

By KimRyeonjin

1.7K 221 0

HISTORY OF EPHEMERAL PRINCESS. THE PROLOGUE Kisah cinta terdahulu yang pernah mengguncang semesta, karena ke... More

PROLOG
CAST
CHAPTER 1 : SENIMAN DAN KEINDAHAN
CHAPTER 2 : KEMAJUAN?
CHAPTER 3 : ANNOYING LOVE
CHAPTER 4 : AFTERTASTE
CHAPTER 5 : KUTUKAN UNTUK SANG KEADILAN
CHAPTER 6 : OLAHRAGA ATAU OLAHKATA?
CHAPTER 7 : SPARKS OF LOVE
CHAPTER 8 : MELUKIS CINTA PADA KANVAS ASA
CHAPTER 9 : KECACATAN PADA CINTA
CHAPTER 10 : PAK POL TIDAK BOLEH SAKIT
CHAPTER 11 : PAST AND FUTURE
CHAPTER 12 : HEART BEAUTY
CHAPTER 14 : SCANDALOUS
CHAPTER 15 : A FEW DAYS AFTER THAT
CHAPTER 16 : PETAKA LUKISAN
CHAPTER 17 : SIDANG KEPUTUSASAAN
CHAPTER 18 : CHANGES
CHAPTER 19 : RACUN BERBISA DARI LISAN MANUSIA
CHAPTER 20 : KEMBALILAH NARA-KU
CHAPTER 21 : GET WILD
CHAPTER 22 : BUNGA CINTA
CHAPTER 23 : LEISURE
CHAPTER 24 : REBELLION
CHAPTER 25 : HUKUMAN KEJI
CHAPTER 26 : PELEPASAN KEPERGIAN
CHAPTER 27 : IBLIS BERTOPENG MANUSIA
CHAPTER 28 : MOVE ON?
CHAPTER 29 : RESTU YANG TERLAKSANA
CHAPTER 30 : DAYS
CHAPTER 31 : BUAH CINTA
CHAPTER 32 : MOODY
CHAPTER 33 : NAYANIKA ARENDARATU
CHAPTER 34 : COMPLEMENTARY HAPPINESS
CHAPTER 35 : PERKARA YANG TAK REDA
CHAPTER 36 : KUTUKAN DAN JEBAKAN
CHAPTER 37 : PESTA TAK TERDUGA
CHAPTER 38 : INCOGNITO
EPILOG

CHAPTER 13 : JOGING DAN WEDDING

37 5 0
By KimRyeonjin

"BAAAAA!"

"HUAAAAA!!!" Nara hampir saja terjungkal kebelakang, Jika orang di hadapannya tidak menarik tangan nya.

Bagaimana tidak? begitu membuka pintu, ada kepala yang menongol dari sebelah kiri, dengan senyuman lebar yang creepy.

"Pak Pol ih! Ngagetin Nara aja Astaga... Untung Nara ga jantungan!" omel gadis itu sambil mengusap usap dadanya pelan.

"Hehehehe, Maaf. Abis nya kamu lama, Saya tungguin ga keluar keluar. Jadi kepo," alibi pria itu, seraya tersenyum tanpa dosa.

Nara hanya mencebik seraya menatap kesal pada perwira itu itu, lalu menarik tangannya turun. Sekarang mereka sudah siap dengan stelan olahraga, untuk melakukan aktivitas fisik rutin setiap akhir pekan. Yaitu Joging.

Nara menarik tangan Agash dan melangkah dengan tergesa-gesa. Membuat Agash heran, padahal tadi gadis itu yang lama. sekarang dia pula yang buru buru keluar.

"Eh... pelan pelan, Nara. Nanti kepeleset," tegur Agash, tapi di abaikan oleh Nara. Gadis itu tetap melangkah dengan cepat menuruni tangga, membuat Agash turut keteteran.

Sesampainya di bawah, Nara dan Agash terkejut. Melihat kehadiran tamu tak di undang di teras rumah Nara, tapi tamu itu malah tersenyum cerah pada Nara.

"Hai Nara," sapa pria itu seraya berjalan menghampiri Naraya Arunika.

Nara pun membalas senyuman pria tersebut dengan sama hangatnya. "Hai, Yohan."

Agash menatap tidak senang pada Yohan, sementara Hakim agung itu enggan bersitatap dengan sang perwira. Dia memilih mengabaikan Agash, membuat pria itu seolah tak berwujud.

Sampai akhirnya Agash sendiri angkat bicara. "Ngapain Lo disini? tamu gak di undang!" ucap Sang perwira dengan kejam.

Tapi Yohan menanggapi nya dengan santai dan senyuman, yang malah terlihat menyebalkan bagi Agash. "Mau ikut Joging sama kalian, bolehkan?" tanya Yohan seraya mengalihkan pandangan pada Nara.

Gadis itu tersenyum senang, lalu melompat girang seperti anak kecil yang mau di ajak ke taman bermain.

"Gak bol-"

"Boleh, Yohan."

Yohan tersenyum penuh kemenangan mendengar jawaban Nara, dia menatap Agash dengan tatapan mengejek. Sebab sang perwira tak mampu berkutik lagi, karena Naraya sudah memutuskan.

"Oke, tunggu apalagi?" tanya Yohan menatap kedua insan itu.

"Oke, Let's go!!!" Nara pun menarik kedua pria itu agar segera berjalan keluar, menuju tempat biasa mereka berolahraga.

Mereka bertiga berjalan beriringan, keluar dari teras rumah dan menuju taman komplek, untuk memulai rute joging di sana. Sepanjang jalan, kedekatan tiga insan itu tentu saja tak luput dari perhatian masyarakat yang mereka lewati.

Kedekatan Seorang Perwira Polisi, Seorang Hakim agung dan Seorang seniman terkenal. Membentuk sebuah circle yang sulit di tembus oleh siapapun, membuat setiap mata yang menatap dan mengetahui latar belakang mereka berdecak kagum. Menganggap perkumpulan ketiga orang itu, adalah perkumpulan elite yang hedon dan penuh gemerlap kemewahan dengan pembahasan tingkat tinggi. Seperti membahas kenaikan dolar, membahas harga saham yang turun naik dan bahasan kelas atas lainnya.

Padahal nyatanya, sepanjang jalan mereka hanya membahas hal-hal random. Perbincangan pun hanya di dominasi oleh perdebatan Agash dan Yohan, karena berebut perhatian Nara. Mereka berdua sama-sama mencari topik yang menarik, untuk membuat gadis itu terkesima dan fokus pada salah satu saja di antara keduanya. Tapi akhirnya malah mereka berdua yang berdebat, hingga membuat Nara yang terabaikan.

Sesampainya di taman, mereka bertiga melakukan pemanasan terlebih dahulu. Tapi Yohan dan Nara malah pemanasan sambil bercanda, membuat Agash berkali-kali menghela nafas panjang.

"Pemanasan yang bener, Nara. Jangan main-main, nanti cidera," tegur Agash dengan sabar.

"Iya siap," balas Nara menghentikan tawanya dan berusaha pemanasan dengan serius di ikuti oleh Yohan.

Tapi Yohan malah tersenyum jali dan membisikan sesuatu pada Nara, membuat gadis itu terkekeh kecil. Lalu melirik pada Agash yang terlihat sudah berkeringat, hanya dengan pemanasan beberapa menit.

"Pak Pol jangan marah marah, nanti makin tua," goda Nara dengan senyuman lebar.

Agash menoleh pada Nara sambil mengernyit dalam, sementara Nara hanya cekikikan sambil ber-high five dengan pria di sampingnya. Membuat Agash paham, bahwa itu adalah ajaran Yohan.

Lantas pria itu mencuri kesempatan, dengan tangan nya yang panjang. Dia menoyor Yohan dari belakang, membuat Yohan terdiam dan menatap tidak senang pada Agash.

"Ape nih?" tanya Yohan tak terima.

"Pelajaran, karena Lo ngajarin Nara ngomong gak sopan ke gue."

Mendapat jawaban seperti itu, Yohan hanya mencibir tanpa berniat membalas toyoran Agash. Sementara Nara masih terkekeh geli, melihat tingkah keduanya.

Kemudian mereka sama-sama berlari beriringan, mengikuti rute Joging seperti biasa. Tapi bukannya fokus berolahraga, ketiganya malah bercanda seperti remaja yang senang bermain-main. Semua berawal dari Nara yang menggoda Agash dengan candaan-candaan recehannya.

Yohan pun mengikuti jejak Nara menggoda Agash, bahkan dia dengan berani menendang bokong Agash lalu berlari menjauh menghindari serangan Sang polisi. Agash yang mudah terpancing jika berurusan dengan Yohan pun, terpaksa meladeni pria itu. Bahkan mengejarnya sampai ke ujung batas rute, sementara Nara hanya menonton pertikaian mereka sambil tertawa.

Agash berhasil meraih ujung kaos Yohan, tapi Yohan berusaha mengalihkan perhatian Agash. "Eh lu ninggalin Nara sendirian? Wah parah sih lu!" kata Yohan menatap Agash tak habis pikir.

Agash pun tersadar, kemudian menoleh ke belakang. Melihat beberapa meter di belakang, Nara tengah tertawa kencang sambil memegangi perutnya.

"Ck ck ck! Bodyguard macam apa sih lu? Gak becus!" cibir Yohan sembari merapikan kaosnya yang tadi di tarik oleh Agash, begitu cengkraman pria itu terlepas.

"Gue bukan bodyguard nya, sialan!" maki Agash bersiap menghantam Yohan dengan tangan kanannya. Tapi keburu di tangkis oleh Yohan.

"Apa dong, kalo bukan bodyguard?" pancing Yohan seraya berputar balik untuk menghampiri Nara.

Agash pun berjalan mengiringi Yohan, menuju pada gadis yang sama. "Calon suaminya," jawab Agash dengan percaya diri.

"Pffffft...." Yohan menahan tawanya, membuat Agash mendelik pada Sang Hakim agung.

"Kenapa Lo ketawa? Stress? kebanyakan perkara?" cecar Agash.

"Lo yang stress! Mimpi pagi-pagi buta. Orang Nara cintanya sama gue," kata Yohan.

"Tapi bokap nya ngerestuin Nara sama gue," balas Agash tak mau kalah.

"Hahahahahaaa.... Lo married sama bokap nya aja sana! Dimana-mana pernikahan tuh berdasarkan cinta, biar dua-duanya bahagia. Kalo yang cinta cuma satu aja, gimana bisa bahagia? Orang yang satu lagi gak cinta," ujar Yohan pula, membuat Agash tertegun memikirkan kalimat penuh fakta yang di katakan Sang Hakim tadi.

Tapi sedetik kemudian dia tersadar karena Nara memangil nya, untuk melanjutkan olahraga dengan rute yang berbeda. Mereka memutar ke sisi kanan, memotong jalan karena Nara merasa terlalu jauh untuk sampai ke depan.

Sekarang mereka jalan bertiga, dengan Nada di tengah tengah. Masih dengan canda tawa ria di antara ketiganya, sebab sekarang mereka sedang mengusili Nara. Tapi bukannya marah, gadis itu malah tertawa bahagia.

Nara melingkarkan kedua tangannya di pundak Agash  dan Yohan,  lalu kedua pria itu menopang massa tubuh Nara di pundak kokoh mereka masing. Sehingga kaki Nara tidak lagi menapak ke tanah, karena tubuhnya di bebankan nya pada kedua pria itu.

Bukannya keberatan, Agash dan Yohan malah tertawa melihat ekspresi senang Naraya Arunika.

"Asiiiik terbaaaang...." seru gadis itu dengan senang.

"Kamu kayak Kunti, Nar. Gak napak tanah," canda Agash sambil tertawa melihat kaki Nara yang mengawang di atas tanah.

Yohan pun ikut tertawa mendengar candaan Agash. "Kalo kamu bisa cekikikan kayak Kunti, makin mirip deh tuh."

"Coba, Nar. coba," kata Agash pula.

"Enggak ah, nanti Kunti yang aslinya minder. Karena ketawanya kalah bagus sama Nara," celetuk gadis itu membuat Agash dan Yohan tertawa bersamaan. Mereka terlihat sangat bahagia di sana, mengabaikan tatapan orang orang, yang memperhatikan mereka dengan berbagai asumsi. Tapi mereka tetap fokus pada kebahagiaan nya.

Entah keajaiban atau bukan. Seorang gadis biasa, bisa merubah kepribadian Seorang perwira yang terkenal garang di lapangan, menjadi pria jenaka yang penuh canda tawa. Merubah seorang hakim agung dengan image bijaksana, dingin dan berwibawa menjadi pria yang absurd dan cerewet seperti bukan berperan sebagai diri nya. Walaupun sebenarnya bukan Nara yang melakukan itu semua, melainkan cinta yang merubah kedua pria itu menjadi lebih ceria dan penuh suka cita.

****

Gemerlap lampu hias menyorot setiap sudut ruangan resepsi tersebut, di hiasi dengan rangkaian bunga yang mekar dan berwarna warni. Nuansa putih dan kuning keemasan mendominasi dekorasi tempat itu, memberi kesan mewah dan elegan pada acara meriah malam itu.

Sebuah pelaminan yang luas berdiri megah di tengah-tengah ballroom hotel, di hias dengan rangkaian bunga yang tak kalah indah. Dengan kursi berukiran indah, bak singgasana untuk kedua mempelai pengantin yang tengah berbahagia.

Malam ini adalah malam pesta pernikahan, Aldarren Gavriel dan Revalina Seandra. Semua sanak saudara, kerabat dan teman-teman dekat di undang untuk berbagai kebahagiaan bersama mempelai dan keluarga besar dari kedua belah pihak.

Naraya Arunika pun turut hadir pada acara itu. Dia dengan balutan gaun satin berwarna dusty, rambut panjangnya dia sanggul dengan elegan menggunakan sirkam yang di hiasi dengan permata berwarna merah muda. Sebuah kalung emas dengan liontin kupu-kupu, melingkar indah di leher mulus Nara. Polesan make up natural memperindah pahatan wajah cantik Naraya Arunika, membuat kecantikan nya semakin sempurna. Kaki jenjangnya terbalut dengan sepatu kaca, sehingga menyamakan tinggi nya dengan pria yang kini dia gandeng.

Tak lain adalah Kompol. Agash Nakula, yang juga hadir pada acara malam itu. Tentunya untuk mengawal Naraya Arunika, kemanapun gadis itu pergi, seolah sudah menjadi tugas dan kewajiban Agash untuk selalu berada di sisi Nara.

Pria itu pun tampil mempesona malam ini, dia terlihat tampan dengan turtle neck putih yang di balut dengan jas hitam dan celana senada. Pakaian di tubuh pria itu membentuk otot-otot tubuh yang proporsional, membuat setiap mata yang memandang kesempurnaan raga itu berdecak kagum bahkan enggan mengalihkan pandangan darinya. Hingga mereka sadar dengan sendirinya, kala melihat gadis cantik yang di gandeng oleh pria itu, sehingga membuat mereka beralih terpesona pada pasangan tersebut.

"Repaaak......" Nara berlari menghampiri Reva yang berdiri di atas pelaminan, bersanding dengan Darren. Dia bahkan melepaskan gandengan nya dari lengan Agash dan pria itu hanya mengikuti langkah Nara.

"Nara...." Reva pun menyambut kedatangan Nara dengan tangan terbuka, agar Nara masuk ke dalam pelukannya.

"Selamat ya? Asli gue terharu banget.... kok kayak cepet banget ya?" kata Nara membalas pelukan Reva.

Darren terkekeh mendengar celetukan Nara. "Lama apaan, Nar? Udah lima tahun tau?" kata pria itu.

Nara dan Reva mengurai pelukan mereka, kemudian tertawa kecil menanggapi ucapan Darren.

"Nara kira baru lima bulan kak," kata Nara sambil menyerka setitik air mata haru yang keluar dari pelupuk mata.

"Ululululu, kok nangis sih? Ah lu mah! gue bilang jangan nangis ke nikahan gue," tegur Reva seraya menangkup wajah Nara dan menyerka air mata temannya itu.

"Gue terharu atuh, Re. Temen gue udah jadi istri orang," kata Nara sambil tersenyum haru menatap Reva.

Reva dan Darren tersenyum sambil berangkulan. "Lo cepet nyusul ya?" pesan Reva.

"Ntar kapan-kapan," balas Nara asal.

Agash yang sejak tadi berdiri di belakang Nara pun bergerak maju, menyalami kedua mempelai dan mengucapkan selamat. "Selamat ya?" kata pria itu.

"Makasih Ndan," ucap Darren membalas uluran tangan Agash.

"Yaudah kita turun dulu Re, Kak. Kalian harus nyapa tamu-tamu yang lain," pamit Nara.

"Oke, Nar. Enjoy the party ya?" kata Darren dengan wajah berseri-seri.

"Oke, kak."

Agash dan Nara pun turun dari pelaminan dan berburu santapan, mengelilingi ballroom tersebut. Tapi mereka terkejut melihat seseorang yang berdiri di sisi ruangan, sambil memegang gelas minuman dan menyesap minuman itu dengan santai. Dia melemparkan senyuman pada Agash dan Nara, membuat sepasang manusia itu refleks menghampiri orang itu.

"Yohan!" panggil Nara dengan sumringah.

Sang pemilik nama melambaikan tangannya dengan elegan. Dia terlihat sangat menawan malam ini, dengan setelan gelap. Balutan kemeja abu-abu gelap, dasi hitam, di balut dengan rompi hitam serta celana senada dan sepatu kulit.

"Emang Lo di undang ya?" tanya Agash dengan sarkas. .

Yohan menatap pada perwira itu dengan mata malas, namun bibirnya masih menyunggingkan senyuman tipis. "Istrinya Tuan Pandu Gavriel itu Jaksa, kalo Lo lupa. Otomatis gue kenal," jelas Yohan dengan singkat dan padat.

Agash hanya mengangguk singkat, kemudian tatapan Yohan beralih pada Nara yang terlihat terkesima pada nya.

"Kamu udah nyobain makanan yang disana belum? Ada banyak dessert enak lho," kata Yohan.

Sepasang mata Nara berbinar mendengar informasi dari Yohan. "Oh ya? Aku belum coba, sih. Ayo kita ke sana!" seru Nara menatap kedua pria itu bergantian.

Keduanya mengangguk, kemudian Nara berjalan mendahului kedua pria itu dengan riang. Tanpa tau di belakang nya kini, Agash dan Yohan saling sikut sikutan tak mau kalah dekat dengan Nara.

"Ngapain sih lu, pake muncul segala? buyar deh wedding date gue malem ini," desis Agash pada Yohan.

"Emang itu tujuan gue," bisik Yohan sambil menyeringai lebar.

"Kampret Lo!" umpat Agash.

"Geblek Lo!" balas Yohan tak mau kalah.

"Ih! gue gedig juga pala Lo lama-lama," geram Agash yang berusaha menahan diri untuk tidak menghajar wajah menyebalkan Yohan.

"Kasar lu! Bisa kena pasal penganiayaan tau gak?" kata Yohan sambil menyenggol perut Agash.

"Baperan lu! orang gue gak serius juga," kata Agash menatap Yohan jengah.

"Kalian mau adu bacot terus, apa mau makan?" tanya Nara yang sejak tadi memperhatikan kedua pria itu bertengkar, tak kenal tempat.

Agash dan Yohan sontak menoleh ke arah Nara yang sedang mengunyah brownies coklat, sambil menatap mereka dengan datar. Kedua pria itu tersenyum canggung, kemudian mengangguk dan mengambil beberapa cemilan.

Bahkan mengambil makanan pun mereka sempat berebut.

PLAK

Yohan menepuk tangan Agash saat mereka sama-sama hendak meraih sebuah puding, "Gue duluan!" desis Yohan.

"Ck, Lo ikutan!" kata Agash sambil menyikut dada Yohan membuat Sang hakim mengaduh kesakitan.

"Yaudah sih! masih banyak itu, tinggal ambil yang lain, ribet amat Lo!" balas Yohan  kesal, lalu dengan cepat mengambil puding tersebut dan berbalik meninggalkan Agash.

Agash yang tidak mau terlihat sama dengan Yohan, lantas memilih makanan lain. Dia mengambil pie, lalu beranjak dari sana dan bergabung dengan Nara yang sudah menemukan tempat duduk.

Yohan dan Agash duduk di kedua sisi Nara, seperti bodyguard yang sedang menjaga tuan putri cantik itu dengan waspada. Mereka makan dengan elegan sambil memperhatikan sekitar dan menikmati pesta dengan suasana hati gembira, sesekali ada yang mengenali mereka dan menyapa dengan ramah. Mengajak berfoto bersama atau sekedar bersalaman, ketiganya pun merespon dengan sopan.

Tiba-tiba Agash merasakan ponsel  dalam saku jas nya bergetar, pria itu pun buru-buru meraih benda itu dan pamit pada Nara.

"Nara, saya angkat telepon sebentar. Kamu jangan kemana-mana," ujar Agash.

Nara pun mengangguk sebagai jawaban, lalu Agash melemparkan tatapan mengancam pada Yohan, tapi hanya di respon dengan tatapan sinis oleh Sang hakim. Setelah nya Agash berlalu ke toilet, untuk mencari tempat yang bisa meredam suara dari musik pada acara tersebut. Sebab telpon yang dia terima ini adalah telepon dari atasannya.

Nara yang penasaran hanya bisa menatap punggung Agash yang perlahan menjauh. "Pak Pol teleponan sama siapa ya? Kok jauh banget?"

"Teleponan sama calonnya kali," celetuk Yohan dengan asal. Membuat Nara refleks mendelik ke arah pria itu, tapi Yohan hanya memasang cengiran lebar.

"Pak Pol tuh jomblo, Yohan. Sama kayak kamu," kata Nara tanpa ragu membuat Yohan terbelalak kaget, karena tak siap dengan kalimat kejam dari Nara.

"Kamu kan juga jomblo, Nara. Sesama jomblo di larang saling membully," protes Yohan sambil menyesap minuman berwarna merah di tangan nya.

Nara terkekeh kecil. "Iya, maap."

Yohan tersenyum geli melihat Nara yang sedang memakan brownies coklat dengan lahap, sampai mengotori sekitar bibir gadis itu. Lantas Yohan pun mengulurkan tangannya untuk membersihkan sudut bibir Nara yang terdapat remahan brownies. "Tapi kayaknya sebentar lagi kita gak akan jomblo lagi," lirih pria itu di telinga Nara.

Nara hanya bisa mematung menatap wajah tanpa Yohan yang kini tengah tersenyum menawan, dari jarak yang cukup dekat. Sehingga Nara dapat mencium aroma wangi dari parfum pria itu. Sentuhan jemari Yohan di bibirnya pun dapat Nara rasakan, sehingga membuatnya melayang menebus gemintang pada langit malam.

Tanpa sadar gadis itupun mengukir sebuah senyuman, hingga akhirnya tindakan Yohan membuat Nara terkejut. Pria itu menjilat jemarinya sendiri, yang dia gunakan untuk membersihkan remahan brownies di bibir Nara untuk mengecap rasa coklat disana. Atau.... untuk mengecap rasa dari bibir Nara? Entahlah.

"Yohan, jangan gitu. jorok tau? kalo mau, nih! Ambil punya aku," kata Nara seraya menyodorkan piring brownies nya, yang tinggal dua potong.

Tapi bukannya menerima piring tersebut, Yohan malah membuka mulut. Meminta Nara untuk menyuapinya, Nara pun menuruti permintaan Yohan. Dengan senang hati dia menyuapkan sepotong brownies miliknya ke mulut Sang hakim.

Yohan menerima suapan dari Nara dengan senyuman lebar, hingga mereka pun tertawa bersama saat menyadari Yohan juga makan belepotan. Sehingga Nara harus membersihkan sudut bibir pria itu juga, jadi gantian kan?

Canda tawa sepasang anak manusia itu terhenti, saat sebuah dehaman menyapa telinga keduanya. Sosok Agash berdiri di samping mereka, dengan raut wajah serius dan cukup gelisah.

Nara yang menyadari itupun bertanya. "Kenapa Pak Pol? Siapa yang nelpon tadi?"

"Itu Komandan kesatuan, ada komando darurat dari pimpinan kepolisian. Jadi semua anggota di haruskan kumpul di markas sekarang juga," jawab Agash.

"Sekarang banget?" tanya Nara pula.

Agash mengangguk dengan raut wajah kalut. Dia bingung, kenapa tiba-tiba ada komando darurat seperti ini? Padahal awalnya kota aman-aman saja. Apalagi dia harus sampai ke markas dalam waktu sepuluh menit, Jika sudah begini. Bagaimana dengan Nara? Dia yang membawa Nara kemari, maka dia yang harus bertanggungjawab mengembalikan gadis itu dengan selamat. Kalau Agash mengantarkan Nara pulang, sudah pasti dia akan berkendara dengan kecepatan tinggi dan itu berbahaya bagi Nara.

Yohan menyadari kebimbangan Agash, lantas bangkit dan merangkul pundak perwira itu. "Gue tau kebimbangan Lo, kawan. Tenang aja, ada gue yang bakalan gantiin Lo jagain Nara."

"Lo cabut aja, laksanakan tugas negara dengan sebaik-baiknya. Nara akan aman sama Hakim Yohan," sambung pria itu dengan senyuman lebar dan nada meyakinkan.

Agash melirik tajam ke arah Yohan dengan penuh pertimbangan, memikirkan segala resiko yang ada jika dia meninggalkan Nara bersama Yohan. Lalu menimbang resiko berbahaya jika dia membawa Nara dalam keadaan tergesa-gesa.

"Iya, Pak Pol. Gak papa, Pak Pol berangkat aja. Nara bisa kok pulangnya nebeng sama Yohan," sahut Nara meyakinkan Agash.

Sang perwira menoleh pada gadis cantik yang tengah duduk dengan anggun itu, dia menatap dalam manik mata Nara mencari keraguan. Namun tak di temukan nya, hingga keyakinan pun tertanam dalam hati Agash, walaupun tak serta-merta menghilangkan keraguan.

Satu hembusan nafas keluar dari mulut pria itu, kemudian dia menatap Yohan dalam.

"Untuk kali ini aja, gue percayain Nara sama Lo. Jangan sampai dia kenapa-napa, jangan sampai lecet apalagi terluka dan jangan coba-coba Lo sentuh dia. Kalo Lo macem-macem, gue dor pala Lo!" ancam Sang Perwira dengan tajam.

Yohan pun tersenyum lebar, lalu mengambil sikap sempurna dan membentuk pose hormat pada Perwira di hadapannya. "Siap Komandan, perintah di terima dan akan segera di laksanakan."

Agash mengangguk, lalu menoleh pada Nara. Dia berjalan menghampiri gadis itu, lalu mengusap lembut puncak kepala nya sembari tersenyum hangat. "Pak Pol tugas dulu, Nara di jagain nya sama Hakim Yohan ya? Jangan nakal, nanti di rumah langsung tidur. Besok Pak Pol temunin Nara lagi," ucap pria itu dengan lembut.

Nara tersenyum tipis sambil mengangguk pelan, mematuhi semua ucapan Agash. "Hati-hati Pak Pol," ujar sang gadis.

"Kalau dia macem-macem, tendang aja selangkangannya. Biar modar sekalian," pesan Agash sambil melirik sinis pada Yohan.

Sang hakim hanya memasang senyuman mengejek, sementara Nara terkekeh kecil.

"Yaudah, Pak Pol pergi dulu. Bye," pamit Agash setelah menyempatkan membelai lembut puncak kepala Nara, lalu dia berjalan menjauh dan keluar dari ballroom hotel mewah tersebut.

Yohan pun kembali ke tempat duduknya, di samping Nara. Mereka menghabiskan waktu dengan berbincang banyak hal sambil menikmati semua makanan yang ada, Iya. Mereka sampai berulangkali mengelilingi meja hidangan tersebut untuk menikmati semuanya, tanpa melewatkan satu hidangan pun.

Itu adalah ide Yohan, yang membuat Nara terpancing dan mencoba hal absurd tersebut. Sampai akhirnya mereka lelah dan memutuskan untuk pulang, Yohan benar-benar mengantar Nara dengan selamat sampai tujuan.

Tanpa mengkhianati kepercayaan yang di berikan Agash, pria itu memegang teguh perkataannya. Sebab mereka memiliki visi dan misi yang sama, yaitu menjaga, melindungi dan membahagiakan Naraya Arunika.

Terlepas siapapun yang akan di pilih oleh Nara di akhir nanti, yang terpenting saat ini mereka hanya ingin melihat senyuman kebahagiaan di wajah Nara. Bersaing secara sehat dan sportif, tidak terlalu buruk untuk keduanya yang sudah sama-sama dewasa.

****

SIAPA TAU KALIAN LUPA WUJUD DUA PERJAKA RUPAWAN INI, JADI GUE KASIH LIAT LAGI.


Hakim Yohan, si tampan dan bijaksana. Tapi kadang selengekan kalo lawannya Komandan Agash.

Komandan ganteng, rival abadi Yohan.

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 142K 65
RATHOD In a broken family, every person suffers from his insecurities and guilt. Successful in every field but a big failure when it comes to emotio...
278K 17.8K 48
The feeling of being abandoned by one's own family was not unknown to Aadhira. She hates her family for abandoning her when she was only a newborn, l...
494K 17.3K 195
(Fan TL) Won Yoo-ha, a trainee unfairly deprived of the opportunity to appear on a survival program scheduled to hit the jackpot, became a failure of...
16.9K 277 28
i took drugs :)) #1 in imhigh #4 in dealwithit #11 in dealwithit edit: IM BACK AFTER LIKE 103993 YEARS HELP