OUR MARIPOSA

By Luluk_HF

282K 25.9K 2K

Untuk kamu yang selalu suka Mariposa ❤️ Untuk kamu yang selalu mendukung Mariposa ❤️ Dan.... Untuk kamu yang... More

WELCOME (WAJIB DIBACA)
1 - TOGETHER
2 - MEMORIES
3 - SEPERTI ES KRIM
4 - GERBANG SEKOLAH
5 - WAFER
6 - RESTORAN BURGER
7 - COMPLETION
8 - CAMPING
9 - THE NIGHT
10 - SIAPA CEPAT
11 - THE THINGS
12 - LITTLE GIFT
13 - PROVE
14 - WAITING YOU
15 - MY DEAR
17 - PERSUADE
18 - EMOTION
19 - RENCANA
20 - SYARAT
21 - SALAH PAHAM
22 - JANGAN MARAH
23 - BOLEH?
24 - SECOND KISS

16 - ALWAYS WITH YOU

3K 291 6
By Luluk_HF


MASA KINI

Iqbal mengeluarkan mobilnya dari parkiran rumah. Hari ini dia ada kelas pagi. Iqbal segera beranjak menuju kampusnya.

Saat Iqbal akan menjalankan mobilnya, tiba-tiba satu pesan masuk di ponselnya. Iqbal memilih mengecek ponselnya terlebih dahulu, melihat pesan tersebut yang ternyata dari sang pacar.

Iqbal segera membukanya.

Natasha Kay

Acha datang bulan hari ini. Mood Acha lagi nggak bagus!

Iqbal langsung menghela napas panjang setelah membaca pesan peringatan dari Acha. Iqbal sudah bisa membayangkan bagaimana beratnya menghadapi Acha yang sedang datang bulan. Gadis itu bisa bertingkah sangat manja atau tiba-tiba bertingkah sangat menyebalkan.

Iqbal memaksakan dirinya untuk mengembangkan senyum, memberi kekuatan kepada dirinya sendiri.

"Semangat, Bal!"

*****

Iqbal masuk ke dalam kelas, ia mengedarkan pandangnya mencari keberadaan Acha yang biasanya selalu duduk di pojokan jika sedang datang bulan seperti ini.

Benar saja, Iqbal menemukan Acha tengah duduk di kursi belakang paling ujung dengan tubuh membungkuk ke meja dan kepala di taruh di meja. Iqbal hanya bisa geleng-geleng saja.

"Pagi yang cukup berat," lirih Iqbal.

Iqbal berjalan mendekati Acha, mengambil duduk di sebelah Acha dengan hati-hati. Iqbal tidak mau mengganggu Acha.

"Beliin Acha teh hangat."

Iqbal tersentak kaget saat Acha tiba-tiba menegakkan tubuhnya dan menatapnya dengan wajah memelas.

Iqbal tidak tega melihat Acha yang terlihat kesakitan seperti itu. Tangan Iqbal terulur, menyentuh rambut Acha dan membelainya hangat.

"Are you okay?"

Acha menggeleng lemah.

"Sama sekali nggak oke. Perut Acha keram banget sejak subuh. Sakit," rintih Acha.

"Mau ke klinik?"

Acha menggeleng lagi.

"Acha nggak mau absen lagi. Acha harus lulus kelas Prof. Tomi."

Iqbal mengangguk paham, Acha memang paling struggle di kelas profesor Tomi. Lalu, Iqbal berdiri dari kursinya.

"Gue beliin teh dulu."

"Iya, makasih Iqbal."

Setelah itu, Acha kembali membungkuk dan Iqbal keluar kelas menuju kantin untuk membelikan teh hangat.

*****

Iqbal memilih membelikan teh hangat dan juga roti cokelat untuk Acha. Iqbal yakin gadisnya belum sarapan.

"Tumben pagi-pagi sudah nangkring di kantin, Bal."

Iqbal menoleh, mendapati Abdi sudah berdiri di sampingnya entah sejak kapan.

"Beliin Acha," balas Iqbal seadanya.

"Tumben Acha nggak sarapan?"

Iqbal mengerutkan keningnya.

"Sejak kapan lo tau kebiasaan Acha?"

Abdi segera menjauh beberapa langkah, merasa tidak nyaman dengan tatapan dingin Iqbal.

"Nggak hanya gue yang tau, Bal. Satu angkatan lo juga pasti tau kalau Acha selalu sarapan pagi," jawab Abdi segera meluruskan.

Iqbal mengangguk-angguk kecil, menyetujui ucapan Abdi.

"Kelas pagi?" tanya Iqbal basa-basi.

"Nggak ada. Gue pengin dilihat seperti anak rajin aja makanya berangkat pagi," jawab Abdi dengan bangganya.

"Sinting!"

Iqbal membalikan badan, memilih duduk terlebih dahulu selagi pesanannya dibuatkan. Abdi pun mengikuti Iqbal, duduk di sebrang Iqbal.

"Bal," panggil Abdi terdengar hati-hati.

"Gue nggak mau, Di," jawab Iqbal seolah sudah tau arti dari panggilan tersebut.

Abdi mendecak sebal.

"Lo dukun apa gimana? Gue baru manggil belum ngasih tau tapi udah lo tolak aja seolah lo tau apa yang mau gue omongin!"

Iqbal tersenyum singkat.

"Apapun itu, gue nggak mau," ucap Iqbal dingin.

Abdi sedikit mencondongkan tubuhnya.

"Bal, minggu depan ada rektor cup. Anak BEM Fakultas kita maksa gue biar bujuk lo ikut lomba basket! Lo ikut ya," pinta Abdi.

"Nggak, gue sibuk."

"Gue tau lo nggak sibuk, Bal. Sibuk lo cuma pacaran sama Acha."

"Siapa lo ngatur kehidupan gue?" tajam Iqbal.

Abdi menepuk dadanya lebih bangga.

"Nama Abdi, nama panjang Abdi manusia bisa segalanya. Abdi berjanji jika Iqbal menyetujui untuk ikut lomba basket di rektor cup, Abdi akan membantu apapun yang Iqbal minta!" seru Abdi penuh keyakinan.

"Nggak, Di."

Abdi menunjukkan wajah melasnya.

"Gue mohon, Bal. Lo satu-satunya harapan fakultas kita." Abdi menangkupkan dua tangannya, berharap Iqbal akan luluh.

Namun, Iqbal tetaplah Iqbal. Dia menggelengkan kepalanya cepat. Iqbal segera berdiri saat pesanan teh hangatnya sudah jadi.

"Bal, tolongin dong. Lo beneran harapan kita banget," rengek Abdi masih saja mengikuti Iqbal.

Iqbal menghentikan langkahnya, menatap Abdi dengan malas.

"Lo tau?" tanya Iqbal menggantung.

"Nggak tau, Bal. Apa yang harus gue tau?" balas Abdi sembari tersenyum merekah.

"Lo memang nggak bisa diharapkan."

Setelah itu, Iqbal langsung pergi begitu saja, meninggalkan Abdi yang tercenggang dengan ucapan tajam seorang Iqbal.

Abdi menghela napas panjang.

"Sialan, Bal. Mau marah tapi bener."

****

Selama perlajaran profesor Tomi, Acha memilih untuk tidur. Dan, Iqbal dengan sigap membantu me-videokan bahkan mencatatkan mata pelajaran profesor Tomi hanya untuk seorang Acha.

"Sekian kuliah kita pagi ini. Jangan lupa minggu depan siap-siap untuk pre-test."

Suara seruan bergema di setiap penjuru kelas berbarengan dengan kepergian profesor Tomi. Mungkin hanya dua orang yang tidak memprotes hal itu. Acha yang lagi tidur dan Iqbal yang selalu biasa saja jika ada pre test.

Iqbal merapikan barang-barangnya dan memasukan ke dalam tas. Beberapa teman-temannya pun mulai meninggalkan kelas.

Iqbal menoleh ke samping, melihat Acha masih tertidur pulas. Iqbal tersenyum kecil, gemas melihat wajah Acha yang tetap menggemaskan walau sedang tidur.

Iqbal memilih tidak membangunkan Acha, dia menunggu saja sampai gadisnya bangun dengan sendirinya.

****

Acha merasakan pinggangnya masih terasa nyeri begitu juga dengan perutnya. Perlahan ia membuka matanya dan mengangkat tubuhnya. Acha terkejut melihat kelas sudah kosong, tidak ada siapapun.

Acha kemudian menoleh ke samping, mendapati Iqbal tengah fokus membaca buku. Acha tersenyum kecil.

"Acha ketidurannya lama banget, ya?"

Iqbal menoleh ke Acha sembari langsung menutup bukunya. Bibirnya ikut tersenyum.

"Nggak."

"Makasih udah nungguin Acha."

Iqbal mengangguk singkat dengan tangan mengacak-acak rambut Acha.

"Mau pulang sekarang?" tanya Iqbal.

"Iya, Acha pengin istirahat."

"Makan dulu atau langsung pulang?"

"Beli makan yang bisa drivethru aja boleh Iqbal?"

"Boleh Natasha. Ayo pulang."

Acha mengangguk semangat. Ia segera berdiri dan membawa tasnya. Begitu juga dengan Iqbal. Keduanya segera berjalan keluar dari kelas untuk beranjak pulang.

*****

Iqbal dan Acha terdiam di depan mobil Iqbal saat di parkiran. Mereka berdua mengurungkan niat untuk masuk ke dalam mobil setelah melihat dua ban mobil Iqbal kempes.

Iqbal menghela napas pelan.

"Iqbal nggak ngecek dulu ban mobil Iqbal sebelum berangkat?" tanya Acha heran karena ban mobil Iqbal bisa kempes.

"Tadi baik-baik aja," jawab Iqbal.

"Berarti ada yang nakal kempesin ban mobil Iqbal, ya?"

"Nggak tau juga."

Acha bergumam pelan untuk berpikir.

"Iqbal ke bengkel dulu aja. Acha bisa pulang sendiri naik taxi," ucap Acha menyuarakan idenya.

Iqbal menggeleng.

"Gue anterin lo dulu," tolak Iqbal.

Acha mengerutkan kening, sedikit bingung.

"Anterin Acha? Naik apa? Kan, mobil Iqbal kempes bannya."

"Naik taxi."

"Habis anterin Acha, Iqbal balik ke sini lagi?" seru Acha kaget.

"Iya," balas Iqbal dengan santainya.

Acha menghela napas berat.

"Buang-buang waktu Iqbal. Mending Iqbal ke bengkel dulu. Acha beneran nggak apa-apa pulang sendiri."

Iqbal terdiam sejenak. Kemudian mendekat satu langkah. Tangan Iqbal bergerak menyentuk puncak kepala Acha dan membelainya pelan.

"Natasha," panggil Iqbal hangat.

"Iya, Iqbal?"

"Nggak ada yang namanya buang waktu buat lo."

Acha tertegun sekaligus terharu mendengarnya. Iqbal selalu menghargainya dan memperlakukanya dengan sangat manis.

"Iqbal khawatir sama Acha?" tanya Acha lirih.

"Iya."

"Mau anterin Acha sampai rumah?"

"Iya. Boleh?"

Acha mengangguk cepat, kali ini tidak bisa menolak.

"Boleh, Iqbal."

****

Sepanjang perjalanan, Acha menyenderkan kepalanya di bahu Iqbal. Perutnya masih terasa nyeri tapi sakitnya sudah lebih mendingan. Acha merasa bersyukur memiliki Iqbal di hidupnya. Iqbal yang selalu perhatian kepadanya dan selalu peduli kepadanya. Yah, meskipun kadang cowok itu suka nggak peka.

Acha melirik ke samping, memperhatikan Iqbal yang sedang fokus memainkan ponselnya.

"Lagi ngapain?" tanya Acha memastikan.

"Pesan makan," jawab Iqbal singkat.

Acha tersenyum kecil, bahkan di tengah ban mobilnya yang kempes pun dan padatnya jadwal, Iqbal tetap saja memikirkan Acha.

"Iqbal pesan apa?"

"Burger."

Acha menunjuk ke layar ponsel Iqbal.

"Acha mau es krim juga, boleh?"

"Boleh sayang."

Acha merasakan kedua pipinya bersemu merah saat mendengar jawaban Iqbal yang sangat manis. Hatinya sudah meleleh seperti es krim. Acha meraih lengan Iqbal dan merangkulnya.

"Iqbal," panggil Acha pelan.

"Hm?"

"Lihat Acha bentar," pinta Acha.

Iqbal menurutinya. Ia segera menghentikan aktivitasnya sejenak dan menatap Acha.

"Kenapa?"

"Kalau di dunia ini Acha nggak dilahirin, kira-kira Iqbal sekarang sama siapa?"

Iqbal terdiam sejenak, tak menduga akan mendapatkan pertanyaan seperti itu.

"Nggak tau."

"Kok nggak tau. Coba Iqbal pikirin."

"Nggak mau."

"Kenapa nggak mau?" protes Acha.

Iqbal memalingkan wajahnya, dan memilih kembali memainkan ponselnya.

"Iqbal, jawab Acha!" pinta Acha mendesak.

Iqbal menghela napas panjang, terlihat sangat enggan menjawab. Iqbal mau tak mau kembali menatap Acha.

"Lo beneran mau tau jawaban gue?"

Acha mengangguk cepat.

"Iya. Apa jawaban Iqbal? Iqbal bakalan sama siapa?"

Iqbal memberikan sorot mata yang lekat dan hangat ke Acha.

"Gue akan berharap selalu bersama lo, Cha. Nggak ada yang lain."

****

#CuapcuapAuthor

Bagaimana part ini? Semoga selalu suka dan selalu baca Our Mariposa ya.

Jangan lupa kasih vote dan komen juga biar aku semakin semangat update lagi.

Terima kasih banyak teman-teman pembaca untuk semua supportnya. Jangan lupa jaga kesehatan ya. Love u all.

Salam,

Luluk HF

Continue Reading

You'll Also Like

793K 60.4K 30
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
1.1M 107K 57
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.7M 228K 69
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
2.5M 257K 61
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?