About Us 1 (2Hwang)

Von historiachoi_14

5.8K 358 181

Especially for you, penumpang kapal Hwang Yeji & Hwang Hyunjin 😉 - kumpulan cerita 2hwang - Mehr

Midnight Date
Jealous
Best Of Me 🔞
Tears of First Love (1)
Tears of First Love (2)
Tears of First Love (Yeonjun)
Ice Cream
Anamnesis/Pasangan Takdir (Mystery)
Winter Magic (Bitter Chocolate)
A Moment
Future Is Ours (1)
Future Is Ours (2/end)
Destiny (1)
Destiny (2/end)
YOU SAID OUR THIRD PERSON? YOU SURE?! (1)
YOU SAID OUR THIRD PERSON? YOU SURE?! (2/end)
In My Eyes
Move On (My Lucy)
Move On (My Lucy) - end
YEARNING SUMMER (2)
-
Remedy
AT LAST TRAIN STATION
Runaway
The One I Love (1-2)
The One I Love (2-2)
After Party 🔞
No Skin Contact (Special Collab)
Go Away

YEARNING SUMMER (1)

100 12 0
Von historiachoi_14

Summer, 2002

Bosan. Itu yang dirasakan oleh seorang Hwang Yeji yang dari tadi sibuk berguling-guling hanya untuk mengganti posisi diatas tatami ruang tengah rumahnya. Gadis berusia 8 tahun itu sedari tadi hanya melenguh lelah beberapa kali sambil membuka-buka komik yang sudah 3 kali dibacanya itu. Lelah karena kebosanan, itu lah yang dia rasakan. Cuaca terik mampu membuat seorang Hwang Yeji yang biasa dipanggil Yeji yang saat itu hanya memakai kaus dalam dan celana pendek berkeringatan walau sebuah kipas sudah dihadapkan tepat di depan wajahnya.

"Heuh!"Yeji akhirnya melompat bangkit dan memandang Wonwoo, kakaknya yang sedari tadi main ps dengan peluh mengalir di badannya- dan dia tidak menghiraukan panas yang dirasa.

"Oppa aku keluar dulu ya!"ucap Yeji sambil berlari masuk ke dalam kamarnya untuk memakai kaos oblong bergambar emoticon smile. Wonwoo hanya menjawab dengan gumaman dan Yeji langsung mengambil topinya yang terletak di ruang tengah lalu keluar untuk mencari kesenangannya sendiri dengan mengayuh sepedanya.

"Oy!!! Yu Jimin!!!"teriak Yeji dari depan rumah Karina, sahabat kentalnya yang tidak lama keluar dengan wajah kusut. Karina nampaknya sedang mumet dengan cuaca yang hari ini terasa lebih panas daripada biasanya. Dia membuka pagar rumahnya dan menyuruh Yeji masuk.

"Karina, ayo main,"ajak Yeji dengan senyum cerahnya. Karina masih bertampang kusut dan mengipas-ngipas dirinya sendiri.

"Ayolah Karina, kita ke hutan,"ajak Yeji. Mendengar kata hutan Karina berpikir sejenak. Dia akhirnya melangkahkan kakinya dengan berat masuk ke dalam rumahnya diikuti Yeji.

"Kau mau ngapain? Menangkap kumbang?"tanya Karina sambil memilih pakaian untuk main. Yeji yang sudah merasa sangat nyaman masuk ke kamar Karina yang ber-AC sudah guling-guling sambil membaca majalah fashion yang tidak dimengertinya.

"Tidak tau, sampai disana baru kita cari kesenangan,"jawab Yeji tetap focus pada artikel tentang tata rias rambut. Yeji memegang rambutnya yang sudah memanjang dan menatap ujung helainya. Dia lalu melepaskannya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya tanda bahwa rambutnya yang tidak sepanjang Karina itu tidak cocok dimacam-macamin.

"Ajak Hyunjin dan Jeno,"ucap Karina sambil memakai one piece berbahan dingin berwarna merah tua yang pudar. Dia lalu mengambil topi bundarnya yang menurut Yeji akan sangat aneh jika dia yang memakainya.

"Mereka tadi bilang mau bermain sepak bola dengan anak-anak yang lain,"jawab Yeji, duduk bersila menunggu Karina siap untuk keluar.

"Heuh. Tidak asyik kalau hanya berdua,"gerutu Karina sambil mematikan AC-nya dan keluar kamar, Yeji mengikuti dari belakang.

Sekarang mereka sudah tiba di jalan kecil di dalam hutan di bukit belakang sekolah mereka. Yeji mengayuh sepedanya dengan keras saat menaiki tanjakan karena Karina duduk manis diboncengannya. Karina tidak bisa mengendarai sepeda karena dia tidak pernah ingin belajar. Bagi Karina, bermain sepeda hanyalah hobi yang tidak cewek banget. Tapi pada kenyataannya, Karina selalu menjadi penumpang setia Yeji setiap berangkat sekolah.

"Ya!!!! Hwang Yeji! Yoo Karina!!!"Yeji menghentikan sepedanya saat mendengar panggilan dari suara yang sangat dikenalnya. Yeji menoleh ke belakang mereka dan melihat ada dua anak laki-laki yang sangat dikenalnya sedang berlari mendekati mereka. Yeji dan Karina menatap mereka dengan heran karena berpikir bahwa kedua anak itu tidak akan berada di hutan melainkan di lapangan sepak bola sekolah mereka.

"Kalian mau kemana huh?"tanya seorang bocah laki-laki yang lebih tinggi dan lebih putih dari orang yang berdiri disebelahnya.

"Kami gerah dan bosan,"jawab Karina yang sudah turun dari boncengan Yeji.

"Tapi tidak tau mau ngapain,"balas Yeji.

"Hei, kita main di sungai saja yuk!"usul bocah laki-laki yang berkulit lebih gelap namun memiliki senyuman yang sangat manis.

"Ah iya benar Jeno! Kita sudah lama tidak main di sungai!"seru bocah laki-laki disebelahnya yang bernama Hyunjin.

"Aku tidak mau basah-basahan. Rambutku sudah dicreambath sama Rose eonnie,"kata Karina sambil menggulung-gulung ujung rambutnya yang panjang dan hitam. Yeji menatap Karina dengan iri. Dia selalu ingin rambut indah dan panjang seperti sahabatnya itu namun karena rambutnya saat ini masih lebih sedikit, eommanya menyuruh Yeji untuk rajin memangkasnya agar tumbuh lebih lebat.

"Ayo!"ucap Yeji pada kedua sahabat laki-lainya.

"Yah Hwang Yeji...,"rengek Karina.

"Kau bisa duduk-duduk saja di tepi sungai Karina. Aku gerah dan ingin main air,"usul Yeji.

"Atau kau bisa mengumpulkan buah plum di dekat sungai untuk kami makan sehabis main air,"ucap Jeno polos. Sebuah jitakan pedas mendarat di kepala Jeno dan membuat bocah itu berteriak kesakitan.

"Kau pikir aku babu kalian! Huh! Ayo Yeji,"Karina lalu berjalan meninggalkan ketiga sahabatnya duluan.

"Dia sebenarnya mau ke sungai tapi terlalu rempong karena sudah cantik-cantik,"ucap Hyunjin memandang anak perempuan berpakaian one piece tidak berlengan dan topi bundar yang terbuat dari jerami.

Mereka lalu sampai di sungai tempat mereka sering main setiap musim panas. Atau tempat mereka selalu ikut ayah mereka memancing saat musim dingin. Hyunjin, Yeji dan Jeno berlari menuruni bukit kecil menuju sungai dengan bersemangat sementara Karina yang langsung dititipi sepeda oleh Yeji menampakkan wajah kusutnya. Dia ingin ikutan terjun tapi apa daya, Rose kakaknya bisa marah melihat Karina pulang dengan rambut basah.

"Yak Hwang Hyunjin, pegangi aku!"seru Yeji yang berjalan dengan tertatih-tatih melewati bebatuan sungai. Hyunjin tanpa basa-basi dan tidak protes sama sekali langsung menggenggam tangan Yeji dan mereka bergandengan menyusul Kai yang sudah berada di tengah dan melempar-lempar air kearah mereka.

"Lee Jeno! Aku tidak bisa melihat!"seru Yeji sambil mencoba membalas cipratan air dari Jeno. Hyunjin yang badannya tidak jauh beda besar dan tingginya dari Yeji mulai oleng karena gadis cilik itu mulai sibuk menciprat-ciprati Jeno. Dia tanpa sadar melepas pegangannya pada Yeji dan saat itu Yeji terjatuh karena kehilangan keseimbangan namun dia sempat menarik baju Hyunjin sehingga Hyunjin ikut terjatuh seperti dia.

"Hyunjin apa yang kau lakukan?! Sakit tau!"gerutu Yeji sambil mengusap-usap pantatnya yang terasa sakit karena terjatuh ke bebatuan.

"Kau tidak bisa diam makanya kita jatuh! Jeno berenti! Tsk!"kali ini Hyunjin memprotes Jeno.

"Huh lemah! Belum apa-apa sudah basah kuyup,"ucapan Jeno memercikkan api bagi Yeji dan Hyunjin. Setelah saling bertatapan penuh ide licik, Hyunjin dan Yeji langsung menghambur pada Jeno dan memeluk Jeno hingga terjatuh dan basah kuyup.

"Apa katamu? Lemah? Kau bisa tidak lebih tinggi daripada aku huh?!"Yeji menyiram-nyirami Jeno dengan air.

"Kalau tidak ada aku, kau sudah babak belur saat berantem dengan geng Changbin,"ucap Hyunjin sambil mencoba mengunci gerak Jeno sehingga Yeji bisa menggelitiki bocah malang itu. Namun yang ada malah tawa yang menghambur diantara mereka. Walau sakit, geli dan melelahkan, ketiga bocah itu tertawa sangat keras.

Karina memperhatikan ketiga sahabatnya dari atas batu besar di tepi sungai sambil memangku wajah dengan satu tangannya. Asyik sekali, pikir Karina. Jika saja dia tau bahwa hari ini akan main di sungai, dia tidak akan memaksa Rose untuk mengoleskan cream penyubur rambut beraroma cokelat pada rambutnya pagi ini. Namun detik kemudian Karina masa bodoh setelah berhasil menyingkirkan wajah kakaknya yang cantik sekaligus galak itu.

"Ahahahahaha! Aahahahahah aduh aduh Yeji berhenti! Ahahahaha! Geli!"Jeno hampir menangis kegelian saat digelitikin oleh Yeji.

"Lain kali aku tidak mau membantumu lagi kalau kau dapat masalah. Aku kan lemah, bisa-bisa aku babak belur,"sindir Hyunjin masih menahan tubuh Jeno yang lebih kecil darinya.

Pyash!!!!!

"Aku tidak ada keluhan apa pun Jeno selain kau sering mengangkat ujung rokku!"tiba-tiba Karina sudah ikutan melempari Jeno dengan air dan sudah berada di antara mereka.

"Yah Yu Jimin kau menyerah juga?!"tanya Hyunjin dan Yeji.

"Ya, aku juga ingin menghukum leader kita yang usil ini,"jawab Karina sambil ikut menggelitik Jeno sampai bocah laki-laki itu benaran mengangkat kaos oblong Yeji yang berwarna putih. Maksudnya untuk mengangkat bendera putih tanda menyerah namun yang ada Jeno malah kena jitakan pedas dari Yeji yang wajah putihnya berubah menjadi merah padam saat hampir seluruh perutnya kelihatan.

Summer, 2010.

Tiga orang remaja yang saat ini sedang berada di puncak masa pertumbuhan mereka masing-masing menatap pada kertas putih berisi tulisan-tulisan yang ada di meja petak dihadapan mereka. Seorang mulai menyerah dan memundurkan tubuhnya mencoba membuat kedua lengan yang mulai gagah itu sebagai penopang tubuhnya. Seorang sejak tadi hanya menatap kertas dan tidak focus dengan pikiran kemana-mana dan seorang lagi sangat focus mengerjakannya.

"Dia tidak akan datang huh?"tanya Jeno yang sudah menyerah menghadapi kertas itu.

"Dia datang. Tapi entahlah. Mungkin setelah kencan dengan Yeonjun Oppa,"jawab Karina masih tidak mengalihkan matanya dari rumus-rumus yang ditulisnya di kertas itu.

"Sudahlah lupakan saja dia. Sudah berapa kali dia tidak bergabung,"jawab Hyunjin dengan wajah masam mendengar nama Yeonjun disebut. Bagaimana tidak, sekarang mereka sudah berusia 16 tahun dan sudah menginjak kelas 10 di bangku SMA. Satu sahabat mereka seakan sudah menghilang dari peredaran sejak pernyataan cinta mengejutkan di depan seluruh anak sekolahan mereka dari ketua OSIS, Choi Yeonjun. Sejak saat itu Yeji, yang ditembak Choi Yeonjun dan 3 hari kemudian baru memberikan jawabannya, mulai sering absen disetiap kegiatan yang dilakukan sahabat-sahabatnya dari kecil itu. Hal ini benar-benar membuat Hyunjin marah dan kecewa.

"Kalau saja kau yang duluan merebut Yeji, Hyunjin. Semuanya tidak akan seperti ini,"gerutu Jeno.

"Iya. Kau ternyata cukup pengecut Hyunjin. Sekarang kau kehilangan dua hal. Persahabatan dan cinta sekaligus,"ucap Karina yang juga mengetahui bahwa selama ini Hyunjin menyukai Yeji. Sejak kecil Hyunjin menyukai Yeji yang menurutnya asyik diajak bergaul, tidak mudah marah dan sensitive seperti gadis lainnya dan yang pastinya, sangat cantik. Hyunjin baru menyadarinya saat menginjak bangku SMP dan melihat perubahan drastis Yeji yang memakai seragam SMP dengan rambut yang sudah lebih panjang dan lebat. Namun karena Hyunjin masih amatiran, dia tidak pernah berani menyebut kata suka pada Yeji dan kedua sahabatnya. Hal itu dia pendam selama bertahun-tahun sampai akhirnya Yeji direbut oleh cowok ganteng dan pintar sekaligus ketua OSIS di SMA mereka. Entah kenapa kedua sahabatnya yang lain sepertinya sudah tau sejak awal kalau Hyunjin cinta mati dengan Yeji.

"Hallo Karina, Jeno, Hyunjin!"teriak Yeji dari muka rumah. Terdengar derap kakinya menghampiri ruang tengah dan bergabung dengan ketiga sahabatnya itu. Yeji menyunggingkan senyum lebarnya. Ketiga sahabatnya menatap Yeji yang baru datang. Yeji tidak berubah sama sekali walau sudah punya pacar. Dia masih tetap easy going, enak diajak bergaul, agak tomboy dan gayanya tetap pada kaus oblong serta celana jeans pendeknya.

"Oh Yeji, akhirnya kau datang. Kukira kau keasyikan dengan Yeonjun sunbaenim,"sindir Hyunjin.

"Sudah pasti aku datang. Musim panas kan adalah waktu untuk kita berkumpul,"Yeji duduk diantara Hyunjin dan Karina lalu mengangkat rambutnya yang panjang ke atas dan mengipas-ngipasi leher jenjangnya. Hyunjin meneguk ludah melihat pemandangan itu tidak terkecuali Jeno yang masih normal melihat gadis seksi. Hyunjin dan Jeno disini harus setuju walau Yeji tomboy tapi dia secara natural sangat seksi, tidak kalah dari primadona sekolah mereka yang lainnya yang tidak lain adalah sang princess, Yoo Karina.

"Apa Yeonjun sunbaenim tidak keberatan?"tanya Karina ragu-ragu.

"Untuk apa dia keberatan? Aku bisa saja memutusinya kalau dia seenaknya melarangku bersama sahabatku,"jawab Yeji santai.

"Kau tidak menyukainya Yeji?"tanya Jeno. Hyunjin harap-harap cemas dengan percakapan ini. Harapannya naik lagi setelah mendengar ada kemungkinan Yeji dan Yeonjun putus.

"Ah apa yang kau katakan Lee Jeno,"jawab Yeji mengeles. Wajahnya terlihat tersipu malu dan Hyunjin benci itu. Jeno dan Karina saling berpandangan.

"Kau sudah ciuman dengan Yeonjun sunbaenim?"tanya Karina yang seketika membuat Hyunjin dan Yeji membelalakkan matanya. Hyunjin ingin menutup telinganya tidak ingin mendengar jawaban dari Yeji namun jika dia melakukannya Yeji akan merasa curiga padanya. Karina dan Jeno saling melirik lagi.

"A...apa sih Karina?"tanya Yeji dengan wajah merah padam.

"Jawab saja. Kami kan sahabatmu. Hal yang wajar menceritakan pengalaman-pengalaman pertama dengan sahabat kan?"ucap Karina. Yeji berpikir sejenak. Walau dia tidak berniat membagi ceritanya tentang Yeonjun tapi dia merasa sahabat-sahabatnya itu berhak tau.

"Eung...rasanya aneh. Lembut tapi aneh...maksudku, saat untuk pertama kalinya aku merasakan kehangatan lain di bibirku dan terasa lembab, aku merasa tubuhku bergidik,"jawab Yeji polos. Hyunjin yang tadi mencoba menenangkan dirinya dengan meminum segelas air langsung tersedak mendengarnya. Jeno langsung dengan sigap menepuk-nepuk punggung Hyunjin.

"Hyunjin jangan mati!!!!"teriak Jeno.

"Yah bodoh! Apa sih maksudmu!?"Hyunjin menjitak kepala Jeno dengan kesal. Sementara Karina terkejut mendengar jawaban Yeji. Dia tidak pernah tau bagaimana rasanya ciuman pertama. Karina langsung tersadar dengan keselamatan nyawa Hyunjin dan melirik Hyunjin.

"Bertahanlah!"seru Karina. Hyunjin melirik Karina dengan sengit, menandakan Karina dan Jeno jangan berkelakuan aneh yang bisa membuat Yeji menyadari bagaimana perasaannya.

"Ah sudahlah jangan dibahas lagi. Aku jadi malu membayangkannya lagi,"ucap Yeji yang tidak sadar ada kekacauan yang dialami ketiga sahabatnya itu.

"Eh? Karina, Jeno, Hyunjin? Kalian mendengarku?"tanya Yeji polos.

"I...iya Yeji. Ah, aku mau ke dapur ambil makanan dulu. Yuk Hyunjin!"Jeno menarik tangan Hyunjin yang seperti kehilangan nyawanya.

Di dapur, Jeno langsung memeluk Hyunjin dengan erat.

"Hyunjin, bertahanlah. Hyunjin, menurut survey rata-rata usia hidup manusia 60 tahun, kau masih punya 44 tahun lagi untuk mendapatkan Yeji,"ucap Jeno. Hyunjin langsung mendorong kepala Jeno menjauh darinya.

"Aku tidak apa-apa Jeno. Mungkin 44 tahun lagi yang ada di hatiku bukan Yeji. Lagi pula aku sudah mempersiapkan hatiku dari dulu sejak dia jadian dengan Yeonjun sunbaenim,"ucap Hyunjin lemah.

"Kau benar, tapi setidaknya hadapilah apa yang sedang kau hadapi saat ini, sobat,"Jeno sekali lagi memeluk Hyunjin sehingga pria itu dengan risihnya mendorong sahabatnya lagi.

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

177K 9.2K 26
Gilbert is a very spoiled prince who more then often gets his way. But when his father decides it is time to make the boy into a true prince, he trav...
65.1K 1.1K 18
A mixture of one-shots all based around a party in the hidden leaf. There are text one-shots, spin the bottle one-shots, 7 minutes in heaven and a co...
33.2K 1K 14
With no home and barely any money you apply for a job hopping to save money for a home. You gain a Job as the daycare cleaner. You come in your first...
1.2K 65 5
Amity Blight, well known for her advancements in magic and grudgby at Hexside University meets Luz Noceda, a human who mistakenly enters the magical...