Silent Night

By jeaaa0_

98 8 0

Arwahnya tidak akan tenang sebelum semuanya terungkap... More

i
ii

iii

16 2 0
By jeaaa0_

Happy reading!































Sepeda motor mereka berpisah ketika melewati bundaran, karena memang rumah mereka berbeda arah.

Benar saja tebakan mereka tadi ketika langit sangat gelap, hujan turun sangat deras tanpa aba-aba.


"Ck, pake hujan segala." Gerutu Haechan.













Haechan lalu menepikan sepeda motornya ke halte diseberang jalan, saat dia akan menepi dia melihat orang lain yang kelihatannya tengah berteduh juga.
Pandangan Haechan kurang fokus karena kaca helm full face miliknya yang terkena aliran air hujan dari atas, sesekali dia mengelap kaca helmnya dengan tangan.

Ketika tiba di halte, dia melihat seorang remaja yang kelihatannya seumuran dengannya.
Memakai jaket hoodie hitam, dan kelihatannya sama-sama satu sekolah dengan Haechan dilihat dari warna seragamnya yang terlihat dari balik hoodie.





Haechan mencoba mengajaknya bicara, tapi urung karena remaja di sampingnya itu terus menundukkan kepalanya.

"Eh, lu anak SMA 1 juga ya?" Tanya Haechan memberanikan diri.

Remaja itupun mengangguk namun masih dengan kepalanya yang tertunduk tanpa menatap Haechan.

"Ohh, kelas berapa? Pantesan gue ngga asing." Tanya Haechan lagi, namun tidak dibalas jawaban apapun.










Hening, Haechan merasa tidak enak karena bisa saja remaja itu menganggap Haechan hanya basa basi sok kenal.

Suasana hening menemani mereka berdua, hanya terdengar suara hujan dan juga suara kendaraan yang beberapa kali lalu lalang.
Haechan memandang remaja itu, yang masih saja menunduk.



"Ga capek apa, nunduk terus kayak lagi mengheningkan cipta." Batin Haechan.

"Tadi lu jalan kaki?" Tanya Haechan.
Remaja itu mengangguk sebagai jawaban, Haechan lalu bertanya lagi.

"Rumah lu arahnya kemana?" Remaja itu menunjuk ke arah dimana rumah Haechan berada.

"Oh, kita satu arah. Lu mau nebeng ngga? Nanti kalau hujannya udah reda." Remaja itu mengangguk.














Beberapa menit berlalu, suasana masih hening karena tidak ada satupun yang mencoba mengajak bicara.
Tak lama hujan pun mulai reda, Haechan pun mengajak remaja di sampingnya untuk pulang bersamanya.



"Ayo naik." Ucap Haechan sambil menyalakan sepeda motornya.























Remaja itu kemudian naik di jok belakang. Perjalanan mereka pun masih hening, namun saat Haechan melewati rumah Renjun remaja itu menepuk pundak Haechan.

Seketika bulu kuduk Haechan berdiri, tangan yang menepuknya terasa sangat dingin sedingin es, Haechan bisa merasakan nafasnya yang dingin mendekat ke arah telinga Haechan dan berkata...

"Makasih ya Chan."












































































Lalu remaja di belakangnya menghilang.


































































Seorang pemuda bertubuh tinggi ramping tengah mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan tinggi. Dia melaju sambil membuka kaca helmnya.

Namun...

CKIIITTT!!!!


Dia mengerem mendadak ketika melihat lampu merah, dari seberang jalan dia melihat mobil berwarna hitam dengan motif garis putih melaju kencang ke arah berlawanan.

Pemuda itu melihat mobil yang terus melaju, dia merasa tidak asing dengan penampilan mobil tersebut.
Dia pun memutar balikkan sepeda motornya dan mengikuti kemana arah mobil tersebut.
























Dia sedikit terkejut karena mobil itu mengarah ke rumah duka dimana upacara pemakaman Renjun diadakan.

Dan benar saja mobil itu berhenti di depan gedung besar itu, dia lalu sangat terkejut melihat siapa yang keluar dari sana.

"Kak Wendy, Bu Sowon..."









Dia segera melepas helmnya kemudian turun dari motonya, pemuda itu segara berlari kearah dua perempuan yang keluar dari mobil.

"KAKK!! KAK WENDY!!" Teriaknya.

Perempuan bernama Wendy tadi menoleh dan langsung memeluk pemuda tadi.


"Hiks... Hiks... Maafin Adekku kalau ada salah ya..." Perempuan itu memeluknya erat sambil terus menangis.

"Kenapa kalian ngga bisa dihubungi? Polisi terus nanya ke Jaemin dan temen-temen." Ucap pemuda itu.

"Maaf, kami terlambat Han..." Jawab wanita yang dipanggil Ibu olehnya tadi.

Hanjis yang terkejut mendengar jawaban itu merasa sangat kecewa dengan mereka berdua, satu-satunya keluarga Renjun yang di kenal malah terlihat biasa saja hanya menangis seolah kematian Renjun itu bukan apa-apa.
Sowon ibu kandung Renjun, dan Wendy kakak kandung Renjun, ayah Renjun meninggal ketika bertugas wajib militer.

Hanjis atau Han Jisung meskipun terlihat tidak terlalu dekat, namun dia juga sama-sama teman Renjun sedari kecil, mereka sering menghabiskan waktu bersama meskipun tidak terlalu terlihat akrab di depan teman-temannya yang lain.

Kedua perempuan itupun masuk ke rumah duka, mereka masih menangis. Namun, tangisannya semakin keras, Wendy bahkan sampai berteriak histeris.

"RENN!!!! KENAPA KAMU KAYAK GINI RENN?!?! SIAPA YANG BERANI LAKUIN INI KE KAMU?!?!" Teriak Wendy histeris.

"Siapapun itu... Aku bersumpah Ren! Siapapun itu, dia tidak akan tenang seumur hidupnya, dia akan dihantui rasa bersalah dan dibenci dengan kebencian mendalam oleh orang-orang!!"

Mendengar ucapan putrinya, Sowon pun memeluknya erat sambil menangis.
Hanjis hanya bisa menatap mereka dari kejauhan, dia menghela nafas panjang mencoba berpikir kenapa mereka tidak segera mengurus pemakaman Renjun dan malah datang paling akhir ketika acara itu dilaksanakan.

















Vote!

Continue Reading

You'll Also Like

41.1K 3K 17
Hal tak masuk akal di alami oleh Lenora, gadis itu menabrak cogan dan berakhir terjatuh ke danau dan tiba- tiba di terkam buaya. Ketika membuka mata...
147K 8.4K 35
Reina Amora, gadis berparas ayu khas pribumi, salah satu yang beruntung diterima di Black Campus melalui jalur beasiswa, kehidupan damai berubah begi...
920K 7.1K 9
(FIKSI) Lulu,gadis manis bertubuh indah menikah dengan jin,bukan untuk "pesugihan" tapi untuk "perlindungan"
17.5K 2.8K 13
[ SHORT STORY ] Semuanya bermula ketika mereka berlibur di villa itu.