ZFC (Kita Semua Berhak Sembuh)

Oleh Jelekdong

1.6M 80.9K 6.5K

SELESAI (SUDAH TERBIT+part masih lengkap) "Nek saumpomo awakdewe mati, awakdewe bakal mati pas negakke keadil... Lebih Banyak

TITIK PERTAMA
꧋ꦱꦸꦮꦼꦭꦱꦿꦺꦴꦭꦱ꧀
꧋ꦥꦺꦚ꧀ꦕꦫꦶꦩꦪꦠ꧀ꦒꦿꦺꦴꦈꦥ꧀
꧋ꦥꦿꦺꦴꦠꦺꦱ꧀ꦆꦠꦸꦲꦫꦸꦱ꧀
꧋ꦧꦺꦂꦥꦶꦏꦶꦂꦏꦿꦶꦠꦶꦱ꧀
꧋ꦩꦸꦫꦶꦢ꧀ꦱ꧀ꦲ꧀ꦱ꧀
꧋ꦮꦪꦁꦏꦸꦭꦶꦠ꧀
꧋ꦗꦒꦭꦶꦱꦤ꧀
꧋ꦲꦫꦩ꧀ꦠꦺꦠꦥ꧀ꦲꦫꦩ꧀
ꦢꦶꦪꦱꦸꦢꦃꦩꦠꦶ
꧋ꦧꦺꦂꦠꦺꦩꦸꦩꦪꦠ꧀
ꦆꦧꦸ
꧋ꦏꦺꦱꦺꦲꦠꦤ꧀ꦩꦺꦤ꧀ꦠꦭ꧀
ꦧꦺꦢꦄꦒꦩ
ꦮꦺꦴꦁꦗꦺꦴꦮꦺꦴ
ꦱꦮ꦳ꦺꦥꦭꦺꦱ꧀ꦠꦶꦤ
ꦩꦠꦶ
ꦲꦲꦺꦱꦧꦺꦴꦕꦃꦤꦏꦭ꧀
ꦒꦸꦤꦤꦺꦏꦺꦴꦤ꧀ꦕꦺꦴ
ꦑꦸꦕꦶꦮꦺꦴ
ꦄꦒꦩꦲꦶꦠꦸꦲꦸꦠꦩ
ꦱꦺꦩꦔꦠ꧀
ꦈꦫꦺꦥ꧀ꦲꦶꦲꦸꦫꦸꦥ꧀
ꦒꦺꦛꦸꦏ꧀ꦭꦶꦤ꧀ꦢꦿꦶ
ꦠꦺꦲꦺꦴꦫꦶꦠꦤꦃꦗꦮ
ꦱꦸꦱꦸꦏ꧀
ꦲꦸꦢꦤ꧀ꦏꦫꦺꦴꦲꦶꦮ꦳ꦺꦤ
ꦗ꦳ꦲꦶꦤꦸꦂ
ꦏꦸꦕꦶꦮꦺꦴ
ꦏꦸꦕꦶꦮꦺꦴ
ꦱ꧀ꦲꦺꦴꦭꦠ꧀
ꦱꦺꦭꦩꦠ꧀ꦗꦭꦤ꧀
COOMING SOON.
VOTE COVER
PREE ORDER

꧋ꦈꦮꦺꦱ꧀ꦩꦠꦶ

47.4K 2.8K 422
Oleh Jelekdong

"Ibarat namung wayang gesang lan pejah, sing manut kekarepane dalang. Kula niki namung manungso seng manut takdire Sing Kuoso."
_ZFC_

___________________

"Satu-satunya yang dapat kamu percaya selain Allah, adalah dirimu sendiri!"
_ZFC_

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN☃️

📖

_________________

Bau formalin begitu menyengat, setelah seseorang berkaos warna biru navy bertuliskan rumble membuka pintu rumah kosong yang berada tak jauh dari sekolah SHS. Dengan langkah lebarnya, orang itu segera masuk ke dalam ruangan yang pintunya sudah dirinya tutup dengan beberapa barang rusak, sekitar tiga minggu yang lalu.

Jasad yang masih terbungkus kain kafan, dengan kondisi yang mengenaskan, terbujur kaku dilantai ruangan tersebut.

Semua manusia bisa berusaha, namun kegagalan juga bisa datang kapan saja.

"Sepurane! sepurane aku gagal njogo awakmu," lirih orang itu.

(Maaf, maaf aku gagal menjaga kamu)

Hatinya terasa teriris, melihat jasad yang sudah berusaha dirinya awetkan dengan formalin ternyata tetap membusuk.

Formalin merupakan zat yang sering digunakan dalam proses embalming atau pengawetan mayat dan bertujuan untuk memperlambat proses pembusukan. Ketika seseorang meninggal maka tubuh akan mulai proses pembusukan. Pada sebagian orang jenazah mungkin perlu disemayamkan dulu di rumah duka, dan hal ini membutuhkan pengawetan mayat untuk memperlambat pembusukan.

Secara umum teknik embalming dapat mengawetkan mayat hingga sekitar 1 minggu, selanjutnya proses pembusukan tetap berjalan meskipun lebih lambat dibandingkan bila tidak dilakukan embalming. Namun dengan teknik tertentu, pengawetan jenazah dapat diperpanjang hingga sekitar 1-2 minggu.

"Mana yang sakit, hm? Maafin gue, maafin gue udah buat lo jadi kayak gini," ucapnya parau.

"Harusnya gue ngelindungin lo, bukan buat lo mati kayak gini!"

Pecah sudah tangis orang itu, semua yang dirinya lakukan benar-benar berakhir dengan sia-sia. Jasad itu, tak bisa hidup lagi.

Perlahan, orang itu mulai membuka kain kafan lusuh yang masih melekat di jasad yang dirinya simpan beberapa minggu ini.

"Gue pikir, setelah gue ambil lagi lo dari kuburan, lo bakal hidup dan bertahan buat gue. Tapi, ternyata enggak."

Tepat setelah kain kafan dibuka, bagian perut jasad itu ternyata sudah dikerubungi banyak belatung. Hal itu tentu saja membuat orang itu cukup terkejut, pengawetannya benar-benar gagal.

"Lo busuk, lo beneran udah busuk, lo mati!" teriaknya frustasi.

Penyesalan tentang kesalahan yang berakibat fatal memang sangat menyakitkan. Itu sebabnya, kita sebagai manusia sangat dianjurkan untuk berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak.

Tangan pucat pasi jasad yang sangat dingin itu perlahan dirinya raih, tanpa rasa jijik sedikitpun, orang itu langsung mencium tangan jasad tersebut.

"Kamu bau, tapi tetap cantik kok!" ucapnya dusta disertai tawa hambar.

Cantik? bahkan wajah jasad itu sudah hancur, lehernya sudah hampir patah, serta tubuhnya yang berwarna hijau ke unguan dan dipenuhi banyak belatung.

Banyak wanita yang bilang, jangan ragu menghabiskan uangmu untuk mempercantik dirimu, karena dunia hanya milik si cantik.

Namun, apakah kecantikan bisa dibawa mati? tidak.
Hanya amal sholeh yang bisa kita bawa mati, jangan sibuk mengejar dunia, karena dunia sifatnya hanya sementara. Bahkan, tubuh yang kalian rawat sampai uang kalian habis pun, tidak akan bisa kalian bawa mati. Sadari satu hal, kematian bisa datang kapan saja, sedangkan kecantikan itu ada di mata orang tepat.

Setelah beberapa menit memandangi jasad tersebut, orang itu pun memutuskan untuk membakar jasad tersebut agar baunya tidak semakin menyengat.

Ditariknya bagian atas kain kafan jasad tersebut dengan kasar, "kon tak obong nggeh, ben gak mambu maneh. Kon pasti seneng, kan?"

(Kamu aku bakar ya, biar nggak bau lagi. Kamu pasti seneng, kan?)

Sesampainya di halaman depan rumah, orang itu langsung membuka seluruh kain kafan jasad tersebut, kemudian menyiramnya dengan bensin yang tadi dirinya sengaja bawa untuk berjaga-jaga jika jasad yang dirinya simpan beberapa waktu lalu itu benar-benar membusuk.

Tanpa membuang waktu, orang itu langsung melemparkan korek api yang sudah menyala pada jasad tersebut.

"Sepurane! bubuk seng tenang nggeh, cah ayu...." ucapnya dengan sendu.

(Maaf! tidur yang tenang ya, orang cantik)

•••

Mata yang tadinya sudah tertutup rapat kini perlahan kembali terbuka, setelah meraba sampingnya yang ternyata kosong. Perlahan, tangan kekar bergelang kokka itu pun bergerak ke samping kanan, menyalakan lampu yang ada di dekat nakas.

"Natan...." panggilnya.

Hening, tak ada sautan apapun.

"Nataniel?"

Merasa tak ada jawaban sama sekali, Elzan pun beranjak dari tempat tidurnya. Ditatapnya sebentar Haesa, cowok dengan baju tidur warna pink polkadot yang kini tengah tertidur pulas dengan mulut menganga.

Bergidik ngeri, Elzan kemudian menoleh menatap pintu kamar yang ternyata sudah terbuka lebar.Cowok itu yakin, jika Nataniel pasti di luar. Perlahan, langkah kaki Elzan pun berjalan keluar kamar.

"Assalamualaikum?"

Terlonjak kaget, cowok dengan hoodie hitam itu kemudian menoleh, "shalom," jawabnya.

"NonMus?"

"Iya."

Mengangguk paham, Elzan kemudian berjalan mendekat ke arah Nataniel yang saat ini tengah bersandar di pagar balkon.

"Ojo! Ojo di delok!" cegah Nataniel saat Elzan berjalan mendekatinya.

(Jangan! Jangan di lihat)

"Ha?" ucap Elzan, tak mengerti.

Belum sempat Elzan kembali melangkah, Nataniel lebih dulu mendorong cowok itu agar menjauh dari balkon.

"Jangan dilihat!" tegurnya.

"Apa yang jangan dilihat?" tanya Elzan, bingung.

"Yang bukan mahram. Jangan dilihat!" jawab Nataniel.

Yang bukan mahram? Jangan dilihat? Jam dua malam? Kunti. Pikir Elzan.

"Terus kenapa lo lihat?"

"Bukan urusan lo!"

Mengusap tengkuknya yang terasa gatal, Elzan kemudian menuruti ucapan Nataniel. Cowok itu menjauh dari pagar balkon, kemudian duduk di bangku depan kamar.

"Lo nggak tidur?" tanya Elzan, setelah Nataniel duduk di sampingnya.

"Enggak,"

"Kenapa?" tanya Elzan.

"Gue nggak mungkin tidur, kalau dia nggak tidur,"

"Dia siapa?"

"Dia yang nggak bisa gue ajak bicara, tapi bisa gue lihat," jawab Nataniel, kemudian tersenyum tipis.

Merinding, bulu kuduk yang tadi sudah meremang, kini mulai berdiri sempurna. Sungguh, Elzan saat ini benar-benar curiga, jika Nataniel memang menyukai Mbak kunti.

Mendekat ke arah Nataniel, cowok dengan kaos biru navy itu kemudian berbisik di telinga Nataniel, "kunti ya?" tanyanya.

"Ndasem!" hardik Nataniel mendelik tajam, kemudian menampol mulut Elzan.

"Astaghfirullahaladzim!" rintih Elzan, setelah mendapat serangan tiba-tiba dari Nataniel. Jujur saja, cowok itu tidak mengira, jika Nataniel ternyata lebih ganas dari Haesa.

Mengusap mulutnya yang terasa perih, Elzan kemudian bertanya, "ndasem itu, apa?"

"Ganteng," jawab Nataniel, yang langsung ditanggapi anggukan mengerti dari Elzanata.

"Kalau ndasem gecol, artinya ganteng banget," imbuh Nataniel.

Mengangguk paham dengan penjelasan Nataniel, Elzan kemudian melirik sekitarnya. Suasana yang begitu sepi serta gelap, membuat cowok itu jadi bergidik ngeri. Ingatannya tentang setan berwajah rusak yang menghantamnya dengan kursi kemarin, membuat Elzan jadi takut berada di sekolah ini.

"Sekolah ini bermasalah ya?" tanya Elzan pada Nataniel.

"Ada hantu di sekolah ini. Gue kemarin lihat, nggak bohong!" jelasnya dengan nada sangat serius.

Nataniel yang tadinya sibuk berkutat dengan ponsel, langsung menoleh setelah mendengar penjelasan Elzan. Tanpa menanggapi penjelasan Elzan, cowok dengan hoodie hitam itu malah langsung berdiri, kemudian melangkah mendekat kembali ke pagar pembatas balkon. Setelahnya, cowok itu langsung menunjuk ke arah bawah bagian kiri.

"Di sana! kuburan SHS," tunjuknha.

Mendengar penuturan Nataniel, Elzan dengan segera berdiri, kemudian berjalan mendekati cowok itu. Di liriknya sebentar ke bawah, ke arah yang Nataniel perhatikan tadi. Namun nihil, tidak ada siapapun di sana. Berusaha membuang rasa takut, Elzan kemudian beralih menatap ke arah yang Nataniel tunjukkan.

"Semua warga SHS yang meninggal dikubur di sana. Baik itu Guru, murid, satpam, bahkan tukang kebun," jelas Nataniel.

"Kenapa gitu?"

"Syarat wajib SHS."

Elzan yang mendengar penuturan Nataniel, mengeriyatkan keningnya bingung, "kok gue baru tau?" tanyanya.

"Orangtua lo pasti udah lama tau," jawab Nataniel.

"Kenapa harus dikubur di sini?" tanya Elzan lagi.

"Kata kepala sekolah, jawabannya tergantung hati dan pikiran setiap individu," jawab Nataniel.

"Kalau menurut lo? Kenapa?" tanya Elzan.

Melirik Elzan sebentar, lalu menghembuskan napasnya, cowok dengan hoodie hitam itu kemudian menjawab,"buat tumbal."

Deg.

Elzan yang mendengar jawaban Nataniel seketika menegang. Detak jantung cowok itu seakan berdetak lebih cepat dari biasanya, serta badannya yang mendadak panas dingin.

"Tumbal?" beonya dengan nada gemetar.

Sungguh, Elzan sekarang benar-benar merasa menyesal sekolah di sini. Sejak kejadian kemarin, Elzan memang merasa ada yang aneh dengan sekolah ini. Dan sekarang, semua terbukti setelah dirinya mendengar sendiri jawaban dari murid di sini.

"Kenapa sekolah ini butuh tumbal Nat? gila! nggak punya hati banget pemilik sekolah di sini!" marah Elzan dengan mata yang sudah memerah. Rasa sesal serta takut yang mulai menyerang, membuat pikiran Elzan seakan buntu. Cowok itu bingung, harus berbuat apa sekarang.

Nataniel yang melihat semua tingkah Elzan, tak bisa lagi menahan tawanya. Cowok dengan hoodie hitam itu langsung terbahak, kemudian meninju pelan bahu Elzan.

"Goblok'em, su, asu!" ucapnya, sambil tertawa.

"Astaghfirullahaldzim! Lo bohong, kan?" tanya Elzan dengan nada kesal. Cowok itu tau, jika arti goblok adalah bodoh.

Namun, bukannya menjawab pertanyaan Elzan, Nataniel kini malah berbalik tanya.

"Islam itu, agama yang bagaimana?" tanya Nataniel.

Elzan yang mendengar pertanyaan Nataniel, mengeriyatkan keningnya bingung, "kenapa jadi nanya gitu?"

"Jawab aja!"

"Menurut pandangan gue sebagai Muslim, Islam adalah agama yang sempurna, yang mengatur segala aspek dalam kehidupan manusia, baik aspek ibadah (hubungan manusia dengan Allah SWT) maupun aspek muamalah (hubungan manusia dengan sesama manusia). Allah SWT telah berfirman dalam al-Qur‟an bahwasannya agama Islam itu adalah agama yang sempurna," jelas Elzan.

"Emang kenapa lo nanya kayak gitu?" tanya Elzan kemudian.

Belum sempat Nataniel menjawab, suara berisik dari lorong yang tak jauh dari kamar mereka, membuat dua cowok itu langsung menoleh.

Mata Elzan seketika terbelalak, kala melihat pocong yang tengah meloncat-loncat di lorong, sambil menarik sesuatu yang cukup besar berwarna putih.

"Astaghfirullahaladzim! Pocong Nat! Pocong! Sembunyi Nat!" dengan gerakan cepat, cowok berkaos navy itu langsung menarik Nataniel masuk ke dalam kamar, kemudian menutup pintu kamar tersebut dengan kencang.

Setelahnya, cowok itu langsung mengajak Nataniel bersembunyi di balik selimut, tak lupa juga cowok itu menyelimuti Haesa yang masih terlelap. Dipegangnya erat kedua tangan temannya, takut jika tiba-tiba keduanya hilang.

"Lo Kristen ya? nggak papa, biar gue aja yang baca ayat kursi. Lo cukup pegangin selimut ini, biar nggak lepas!" tintahnya pada Nataniel, namun hanya di balas decakan malas dari Nataniel.

"Lanang kok wedinan, rok'an kono! ben dadi Mpok Elzin!" dumel Nataniel, kemudian memejamkan matanya. Berurusan dengan orang penakut seperti Elzan, benar-benar membuatnya kesal.

•••

Suara deringan ponsel yang terus saja berbunyi, membuat gadis dengan hijab coklat itu semakin takut. Izana akui, kali ini dirinya memang bersalah. Itu sebabnya, Izana sangat takut untuk menerima panggilan itu.

Keduapuluh kalinya ponsel itu berdering, akhirnya Izana mengangkat panggilan itu.

"Enggeh Buk?" jawabnya takut-takut. (Iya Buk)

"Opo'o lagek dijawab telepone? Turu ta?" tanya Ibu-Izana di balik telepon. (Kenapa baru di jawab teleponnya? Tidur?)

"Mboten Buk, niki wau nembe sholat tahajud," jawab Izana, berbohong.

(Enggak Buk, ini baru selesai sholat tahajud,"

Tak ada pilihan lain, Izana terpaksa berbohong agar mendapat sedikit simpati dari Ibunya.

"Kon nyontek to Za? Opo'o nyontek Za? Otakmu wes ilang ta? Ojo main-main yo, kon Za!" sembur Ibu-Izana dari balik telepon.

(Kamu nyontek kan Za? Kenapa kamu nyontek Za? Otak kamu sudah hilang kah? Jangan main-main ya kamu Za!)

Meneguk salivanya susah payah, gadis dengan hijab coklat itu, kini tak tau harus menjawab apa. Mendengar suara Ibunya yang terlihat sangat marah, membuat bibir Izana terasa kilu. Perlahan, air mata yang sudah dirinya tahan sejak tadi pun mulai menetes membasahi pipinya.

"Haruse kon sadar Za, kon iki anak.e sopo! Ojo sak nggenahmu dewe! Mbok piker sekolahmu iki murah, mbok piker Ibu karo Bapak iki ora isen ta karo tingkahmu?" hardik Ibu-Izana, dengan nada tinggi.

(Harusnya kamu sadar Za, kamu ini anak siapa! Jangan sesukamu sendiri! Kamu pikir sekolahmu ini murah! Kamu pikir Ibu sama Bapak ini nggak malu sama tingkahmu?)

"Enggeh Buk, ngapuntene, Izana salah Buk," jawab Izana terisak.

Tak ada perlawanan apapun dari gadis itu. Izana jelas sadar, semua ini terjadi karena kesalahannya.

"Saiki fokus sekolahmu! Gak usah konconan karo bocah-bocah seng ra bener kui! Ibuk emoh yo krungu kabar koyok ngene maneh!" tegas Ibu-Izana dari balik telepon.

(Sekarang fokus sekolahmu! Jangan temenan sama anak-anak yang yang nggak benar itu! Ibu nggak mau dengar kabar kayak gini lagi!)

"Engg---" belum sempat Izana menjawab, panggilan telepon itu sudah lebih dahulu dimatikan oleh Ibu-Izana.

Menghembuskan napas kasar, Izana kemudian melempar asal ponselnya. Memang sudah biasa, Izana selalu dituntut sempurna seperti ini. Jujur saja, dalam lubuk hati kecil Izana, gadis itu juga ingin seperti temannya yang lain. Di mana mereka bisa sekolah tanpa mengejar nilai sempurna, tanpa tuntutan orangtua seperti dirinya.

Namun dibalik itu semua, Izana juga sadar, semua takdir hidup memang sudah diatur sang Maha Kuasa. Kita sebagai manusia, hanya bisa menjalani takdir yang sudah ditentukan.

Menghapus air matanya dengan kasar, gadis itu kemudian kembali membuka bukunya. Tak perduli sekarang jam berapa, Izana akan tetap mempelajari pelajaran yang tidak dirinya kuasai. Sesuai perintah Ibunya, mulai sekarang, gadis itu tidak akan lagi mencontek, dan akan mendapatkan nilai sempurna sesuai keinginan Ibunya. Karena memang seperti itukan? Tugas anak adalah mengikuti perintah orangtuanya.

______________

"Bagian penting dalam memperbaiki diri adalah pergaulan, tinggalkan teman yang berpengaruh buruk bagimu, dan jangan takut kesepian. Selagi kamu baik, kamu akan dipertemukan dengan orang-orang baik."
-Ustadzah Halimah Alaydrus

*Tandai typo lur>>>>>>>>>>

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

319 202 11
hai,kenalin aku Bianca siswi SMA BINA BANGSA. aku akan menceritakan kisah cinta ku yang berawal dari SMA BINA BANGSA
560K 85.1K 74
Cocok untuk kamu peminat cerita dengan genre #misteri dan penuh #tekateki, juga berbalut #action serta #scifi yang dilatarbelakangi #balasdendam. Kas...
6.2M 483K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
7K 131 10
"pasi pura pasi si papa si si papa si baka😔" "PASI PASI PASI!!!" "pasi??" TERINSPIRASI DARI SI OPET🗿 Makasih yang udah vote 😋☝️ #jametdpride #😋☝️...