Setelah sekian lama menunggu Kenniro tidur lebih dulu, akhirnya Demario bisa lepas di jam sepuluh malam. Ia pun langsung bergegas ke markas bersama Carlos. Sedangkan Roy, ia tugaskan menjaga Kenniro di mansion
Memang tak semua anggota Daimon yang datang, karena disini hanya intinya saja. Kisaran 25 orang duduk saling berhadapan dengan meja sebagai penghalang. Sedangkan Demario sendiri duduk di paling ujung
Satu persatu mulai menyuarakan pendapatnya. Juga ada yang memberikan saran pada sang ketua. Tapi tetap saja, keputusan ada di tangan Demario sendiri
"Anggota kita memang tak ada yang menolak untuk peralihan kepemimpinan ini. Tapi, musuh kita menganggap kita meremehkannya karena pergantian secepat ini. Hingga mereka memberontak dan mulai menyerang wilayah kita" ujar salah seorang anggota yang tengah mengamati di layar laptop nya
"Benar, sebagian besar klan menyatakan penolakan secara resmi" balas yang lainnya sambil menyerahkan setumpuk dokumen dengan map bewarna hitam
Demario membuka salah satunya, membacanya dengan teliti tulisan bergaya spanyol dengan tinta emas sebagai pernyataan
"Tuan, bagaimana keputusan anda?" Tak ada nada mendesak agar Demario segera memberi keputusan.
"Keputusanku sudah bulat" ujarnya dengan tegas
"Tapi tuan, mereka menolak dan memberontak"
"Aku juga bisa menolak pemberontakannya" ujar Demario sambil menunjukkan sebuah kotak hitam sedang dengan butiran berlian putih di pinggirannya
Semuanya terdiam kaku, hanya melihat kotaknya saja mereka sudah tau apa isinya
Demario membuka kotaknya, membuat mereka semua berlutut di depan pria paruh baya yang memiliki barang yang menjadi incaran dunia bawah
Sebuah lencana bewarna kuning keemasan dengan batu permata giok yang menjadi hiasannya
Siapapun yang memilikinya, ia akan menjadi orang yang paling di segani. Perintah apapun jika mereka menolaknya maka Demario bisa saja menghapus orang itu dari dunia bawah. di tambah, mereka akan menjadi buronan dunia
"Sebarkan berita ini. Gara Xavior Alessandro, akan segera menjadi pengganti Demario. Jika aku sampai mendengar ada yang memberontak, siap-siap saja menjadi buronan"
Tak menunggu esok atau lusa, berita itu langsung menyebar luas menjadikan mereka bahan perbincangan
Malam ini, dunia di gemparkan dengan pernyataan Demario yang akan mengundurkan diri. Beberapa kelompok yang akan memberontak pun tak berani karena Demario memiliki lencana itu
.
.
.
Irene membuka pintu kamarnya dengan wajah bantalnya dan langsung disuguhkan dengan tubuh suaminya yang nampak berantakan juga wajah kusutnya
"Mas, kamu baru pulang?" Tanya Irene terkejut dan mempersilahkan Demario untuk masuk setelah di hadiahi kecupan ringan di pipinya
"Hm, banyak hal yang harus aku urus" jawab Demario sambil menatap wajah istrinya yang tampaknya masih sangat mengantuk
"Kamu nggak tidur?"
Irene menghela nafas mendengar pertanyaan dari suaminya. Apa wajah panda nya begitu ketara?"
"Kenniro rewel semalam, panggil kamu terus" balas Irene. Matanya melirik sang buah hati yang masih nampak lelap dalam tidurnya. Sebelah tangannya tertancap jarum infus disana.
Demario pun mendekat, mencium pipi gemuk Putranya dengan pelan takut mengganggu tidur sang pangeran
Wajah dengan guratan lelah itu langsung menguap begitu saja digantikan kekehan lucu melihat betapa menggemaskannya Kenniro saat tidur
"Apa kata dokter?" Tanya Demario kembali menatap istrinya
"Katanya, Kenniro terlalu banyak pikiran sampai dia demam seperti ini"
"Aku akan menyiapkan air hangat untukmu" ujar Irene tetapi langsung di tahan oleh tangan besar Demario
"Tidak, mintalah maid yang melakukannya. Kau bisa kembali tidur" entah jam berapa Irene tidur semalam, wajahnya terlihat sangat berantakan
"Sebenarnya yang istrimu itu aku atau pelayan itu, hm?" Tanya Irene sambil mencubit gemas perut sixpack Demario
"Baiklah, istriku yang akan melakukannya" tanpa menunggu waktu lama lagi, Irene langsung pergi ke kamar mandi menyiapkan kebutuhan suaminya
Kini, keduanya sudah segar setelah mandi bersama. Keduanya pun sudah rapi dengan pakaian santainya
Kenniro yang tadinya tertidur pun telah bangun dan sekarang sedang berada di pelukan Demario. Sedangkan Irene mengambilkan makanan untuk mereka bertiga karena permintaan sang buah hati yang ingin sarapan di balkon kamar
Setelah semua siap, Demario memakaikan pakaian tebal pada Kenniro juga menempelkan plester demam. Lalu Demario menggendong Kenniro di bantu oleh Irene yang mendorong tiang infus keluar
Melihat menu sarapan di hadapannya, membuat Kenniro memalingkan wajahnya
"Nggak mau makan rumput" lirihnya
Padahal Irene sudah sengaja tak membuatkan Putranya bubur karena Kenniro tak suka makan bubur saat sakit. Jadi, ia berinisiatif membutuhkan sup dengan beberapa sayuran di dalamnya
"Kalau nggak mau makan gimana mau sembuh? Dokter Galen juga nggak akan mau cabut infusnya kalau Ken nggak mau makan" ujar Irene membujuk Putranya
"Tapi nggak mau rumput"
"Yaudah, Mama buatin bubur aja"
"Nggak mau"
"Terus maunya apa? Perut kamu harus ke isi untuk minum obat"
"Nggak mau apa-apa" jawabnya sambil menyandarkan kepalanya di dada Demario
"Tadi katanya mau sarapan kalau disini"
"Sekarang nggak mau" gumannya
"Papa aja yang suapin" ujar Demario hendak meraih sendok di depannya
"Nggak boleh!" ujar Kenniro meraih tangan Demario dan di letakkan di atas perutnya. Mengunci pergerakan pria paruh baya itu agar tidak melakukan apapun
"Terus makanannya gimana?" Tanya Irene dengan sabar
"Mama aja yang makan"
Irene menatap Demario yang balik menatapnya. Sedikit kasihan dengan suaminya yang selalu kena sasaran Putranya.
"Papa kamu mau kerja, sayang. Kalau nggak makan nanti kelaparan dong"
"Nggak boleh kerja! Papa nggak boleh ngapa-ngapain"
"Jangan gitu dong, sayang"
"Hikss..."
"Iya iya! Papa nggak kerja, papa juga nggak akan makan. Tapi Kenniro yang makan ya?" Ujar Demario menengahi
"Nggak mau...hiksss..."
"Kenniro mau makan apa? Biar nanti chef yang masakin" ujar Demario lagi
"Udah dibilang nggak mau!"
"Yaudah kalau nggak mau, Papa mau kerja" ujar Demario yang sudah berdiri dari duduknya. Tetapi Kenniro menangis keras di gendongannya
"Huaaaaaa...nggak boleh! Hikss.."
"Papa disini aja...hikss...jangan kemana-mana"
Demario mengusap punggung Kenniro yang bergetar. Ia mana tega meninggalkan Kenniro saat keadaannya seperti ini
"Gini, Papa suruh teman-teman kamu kesini. Tapi syaratnya, Kenniro harus makan dulu"
Kenniro sedikit mengangkat wajahnya dengan sekali sesenggukan. Melihat kesungguhan di raut wajah Papanya, akhirnya ia mengangguk. Lagian, ia juga rindu dengan Raka dan Kemal. Untuk Eza? Memikirkan remaja itu membuat Kenniro merasa bersalah karena tak pernah bersikap baik pada teman sebangkunya itu
Akhirnya, Kenniro makan sup yang di sediakan di suapi oleh Mamanya. Walaupun harus menahan rasa pahit di lidahnya, ia harus menghabiskan makanan 'kambing' itu demi bertemu kedua sahabatnya. Eh! Tiga sahabatnya
Ia memang terlihat lahap memakannya. Tapi percayalah! Ia ingin muntah saat ini juga
"Papa nggak boleh kemana-mana pokoknya" ujar Kenniro di tengah memakan makanannya
"Iya" jawab Demario sambil membersihkan sekitar bibir Kenniro yang belepotan
See you next time 🍄
.
.
.