(,) sebelum (.)

By Arrinda_sell

406K 34.7K 4.4K

Koma sebelum Titik. "Tau gak Mas, soal dua tanda baca ini?" Hujan menatap pria itu lalu melanjutkan kalimatny... More

πŸ’01
πŸ’02
πŸ’03
πŸ’04
πŸ’05
πŸ’06
πŸ’07
πŸ’08
πŸ’09
πŸ’10
πŸ’11
πŸ’12
πŸ’13
πŸ’14
πŸ’15
πŸ’16
πŸ’17
πŸ’18
πŸ’20
πŸ’21
πŸ’22
πŸ’23
πŸ’24
πŸ’25
πŸ’26
πŸ’27
πŸ’28
πŸ’29
πŸ’30
πŸ’31
πŸ’32
πŸ’ending

πŸ’19

10.9K 1.1K 153
By Arrinda_sell

"Mau jadi bagian dari hidup Abang, gak?"

Hujan masih terpaku usai mendengar Khatulistiwa mengakui perasaannya. Ditatapnya lamat pria itu sekedar mencari kebohongan dalam kalimatnya. Dan sayangnya Hujan tidak menemukan itu.

"Bang Katu..."

"Abang gak suka nunggu. Mau gimanapun jawaban kamu, Abang bakal terima. Tapi berharap sih kamu bilang iya." ujar Khatulistiwa menyengir. Jujur saja, sekarang jantungnya sedang bertalu-talu hebat di dalam.

Khatulistiwa kalut, dia merasa akan semakin sia-sia jika menyimpan perasaannya dalam diam. Menunggu kepekaan Hujan sama saja menunggu kucing bertelur.

Dan ketika melihat kebungkamannya cukup panjang, sepintas muncul perasaan menyesal.

"Bang Katu, maaf." Hujan menunduk mengatakan itu. Ia terlampau terkejut mendengar pengakuan pria tampan di depannya.

Lalu tak lama, pucuk kepalanya dielus. Hujan mengangkat kepalanya membuat pandangannya bersibobrok dengan Khatulistiwa.

"Gak papa. Pasti ini sangat mendadak buat kamu. Harusnya Abang gak usah bilang gitu." tutur Khatulistiwa mengulas senyum kecil yang sayangnya di mata Hujan senyum itu menyimpan segalanya.

Pandangannya lalu menurun, lalu tanpa diduga meraih jemari Khatulistiwa.

"Maaf, Bang. Aku hanya ingin Bang Katu dapat yang terbaik. Nggak kayak aku yang pernah gagal dalam rumahtangga." akunya tersenyum sendu lalu memperbaiki plester di tulang pipi Khatulistiwa.

Nampak sekali pria itu terkejut akan pengakuannya.

"Aku pernah nikah. Denger Bang Katu ngomong kayak tadi, buat aku gak pantes. Lagipula, perasaan Bang Katu bisa hilang kapan saja. Akan ada saatnya bosan itu datang. Jadi, carilah perempuan yang sekiranya bisa membuat Bang Katu gak merasakan kebosanan." ungkapnya melirik jam dan waktu semakin mendekati tengah malam.

Hujan menoleh, mulutnya hendak terbuka untuk berbicara sebelum tindakan selanjutnya Khatulistiwa membuatnya terpekur.

Matanya mengerjap saat bibir Khatulistiwa menjauh dari bibirnya.

"Kamu salah bila mengenai tentang perasaanku. Jujur saja, kamu adalah perempuan pertama yang buat Abang bisa bertekuk lutut. Kamu juga yang pertama buat Abang kayak ABG. Cinta, Abang gak tau apa itu cinta. Tapi, setelah Khatulistiwa mengenal seorang Pelangi Hujan, di situlah Abang tau. Maka dari itu," Khatulistiwa meraih jemari Hujan, menggenggamnya lembut seraya menatap lurus netra indah milik wanita di depannya.

"Jangan menilai seberapa dangkal perasaanku hingga bosan yang kamu bilang itu muncul. Aku mencintai Pelangi Hujan, baik itu orangnya, masa depannya, bahkan masa lalunya. Ngerti?" Khatulistiwa bertanya di akhir kalimat yang mana tanpa sadar membuat kepala Hujan mengangguk pelan. Satu hal yang suskes membuat sudut bibir Khatulistiwa tertarik ke atas.

"Boleh, Abang masuk di bagian kehidupanmu? Setidaknya bila kamu sudah memberiku ruang, maka Abang akan berusaha menjadi yang terbaik untuk Rain. Kamu mungkin menganggap ucapan ini adalah bullshit, tapi kamu juga harus berperan sebagai penilai. Jalani dan nilailah aku, seberapa pantas aku di hidup kamu. Itu aja."

Hujan tak mampu mengeluarkan sepatah kata. Kali pertama ada seseorang yang mengungkapkan hal demikian. Di waktu menjadi istri dari Awan Ravastya, Hujan tidak menemukan itu.

"Bang Katu...."

"Yes or yeah."

Dahi Hujan mengkerut, sedangkan Khatulistiwa hanya mampu menyengir.

"Gitu mah aku gak ada pilihan nolak." sahut Hujan mengaruk pelipisnya. Tanpa di undang kedua pipinya memanas terlebih saat Khatulistiwa bersorak riang.

"Hampir aja Abang galau." celetuk Khatulistiwa menatap lembut wanita yang membuatnya malamnya ini menjadi berkesan.

"Te amo."

"Huh? Artinya apa?" tanya Hujan merasa asing dengan apa yang Khatulistiwa ucapkan.

"Artinya apakah kamu mau menjadi istrinya Abang." dustanya cengar-cengir menjadikan Hujan memalingkan wajahnya.

Menatap pemandangan malam lewat jendela, Hujan sejenak merenung.

Bisakah kali ini dia menemukan impian kebahagiaannya melalui Khatulistiwa?

💍💍💍

Pagi menyapa dengan langit yang terlihat mendung. Hujan menpautkan bibirnya, hari ini adalah hari liburnya. Dirinya ingin bermalas-malasan tetapi bahan makanannya sudah tidak ada.

Akhirnya, dengan langkah malas, Hujan meraih sweater-nya. Sebagai antisipasi, Hujan membawa payung.

Jarak minimarket dan tempat tinggalnya hanya kurang lebih dari 100 meter.

Tak membutuhkan waktu lama, Hujan sampai di tempat tujuan. Menaruh payungnya di luar pintu masuk, wanita itu melenggang masuk.

Rak demi rak disusurinya. Tergoda, dia ingin membeli mie instan namun Hujan mengingat baru kemarin dia mengonsumsi makanan berkabohidrat tersebut.

Melewati stan mie, Hujan berhenti pada jajanan. Berpikir sebentar dia mengambil dua bungkus snack lalu menuju bagian penyimpanan telur. 19 butir Hujan ambil lalu berbalik ingin membayar di kasir sebelum seseorang menghadang jalannya.

Hujan mendongak, sebentar kemudian mundur beberapa langkah saat tau siapa yang menghadangnya.

Adalah tak lain mantan suaminya.

Karena tidak merasa nyaman, Hujan mengambil jalur di sisi Awan tetapi urung kala tangan kekar pria itu menahan lengannya.

"Bekerja di sebuah kafe ternyata hanya bisa membuatmu mampu membeli telur."

Hujan melepas kasar tangan Awan lalu menatap pria itu sedikit sengit.

"Saya rasa itu sudah bukan menjadi urusan Pak Awan. Saya permisi." balas Hujan sambil ingin berlalu tetapi sekali lagi Awan menahannya.

"Kebetulan saya sedang membutuhkan jasa menjaga anak. Apakah Anda tertarik?" Awan bertanya di kalimat terakhirnya. Kali ini Hujan tanpa ragu menunjukkan wajah kesalnya.

"Maaf Pak. Saya sudah nyaman dengan pekerjaan saya sekarang. Tolong lepaskan saya." Hujan memberi kode melalui matanya agar Awan melepaskan pegangannya.

Semula Awan tidak menurutinya namun setelah seruan seseorang, Awan akhirnya melepaskannya.

"Rain!"

Hujan menoleh saat tidak merasa asing dengan suara tersebut. Senyumnya mengembang lantaran ada Khatulistiwa.

"Bang,"

Khatulistiwa dengan segera memeluknya hingga lupa di mana mereka sekarang.

"Bang, ini minimarket." Hujan menepuk punggung Khatulistiwa membuat pelukan pria itu terurai.

Di situlah Khatulistiwa tersadar, sambil meringis Khatulistiwa mengaruk tengkuknya. Pupil matanya melebar karena baru menyadari adanya kehadiran sang atasan di tempat yang sama.

"Loh, Pak Awan."

Sang empunya nama hanya tersenyum tipis sembari mengamati keduanya seksama.

"Apa saya ketinggalan sesuatu?" tanyanya mengingat bagaimana Khatulistiwa tadi memeluk Hujan seakan mereka sedang memiliki hubungan spesial.

Mendapati pertanyaan demikian, Khatulistiwa menoleh ke arah Hujan. Namun perempuan itu hanya mengedikan bahu acuh.

"Ya, gitulah Pak. Doain aja moga dia jadi ibu dari anak-anakku."

Atas ungkapannya tersebut, Hujan melayangkan cubitan di pinggang Khatulistiwa. Tidak kuat, tapi cukup geli bagi Khatulistiwa hingga membuatnya sempat terkekeh.

Beralih menatap Awan, Khatulistiwa berdehem kecil. Terlihat sekali salah tingkah lantaran Awan yang menatapnya begitu lamat.

"Pak Awan ada urusan di sini?" Khatulistiwa bertanya yang sebenarnya hanya basa-basi sebab hanya mendapati keterbungkaman sang atasan.

"Yaa, saya ada urusan." jawabnya singkat sembari melirik Hujan yang sedari tadi enggan menatapnya.

"Kalo begitu kami duluan, Pak. Semoga urusannya lancar." pamit Khatulistiwa meraih pergelangan Hujan sambil tak lupa melempar senyum khas-nya pada Awan sebagai ungkapan sopan santun.

Awan mengangguk saja, begitu keduanya berlalu Awan memasukan satu tangannya pada saku celana.

Netra hitamnya menghunus tajam pada punggung ringkih itu yang berjalan menuju meja kasir guna membayar belanjaannya.

💍💍💍

Yuhuuu, ada yg raindu dengan cerita ini...

Msih pada ingat alurkan?

Kalo lupa, kalian bisa baca ulang...

Hehhehe maaf baru up setelah sebulan lebih hiatus.

Memang belakangan ini aku lagi malas nengok WP. Entahlah, aku pun tak tau.

Gimana untuk part ini?

Puaskan, perasaan bang Katu terbalas.

Tunggu momen sweet-nya untuk sepasang kekasih ini.

Sampai jumpa di part selanjutnya

Sayang ReLuvi banyak2😘😘

Continue Reading

You'll Also Like

39.9K 8.5K 12
Menjadi putri dari pasangan pengusaha dan cucu seorang politikus terkenal membuat hidup Tsabitha Alisha Mahawira tidak bisa bebas. Perempuan yang bia...
2.7M 290K 55
[ SELESAI ] Selamat membaca. sorry if there is a typo(s) Dia, Lorraina Vabella. Dia gadis cantik yang angkuh. Dia gadis manis yang sombong. Dia sehar...
3.1M 164K 61
Takdir itu emang kocak. Perasaan cerita tentang perjodohan itu hanya ada di film atau novel, tapi sekarang apa? Cecilia Janelle terjebak dalam sebuah...
2M 163K 36
"Nikah sama anak Tante, hutang-hutang almarhum Ayahmu akan Tante dan suami anggap lunas." Kalimat itu terus terngiang di kepala Elin Nafisah. Selama...