GOOD BOY || JKT48 Ver.

By xwchkshncrzy

21.3K 1.5K 44

Shan adalah pemuda pengidap skizofrenia, pemuda aneh dengan sejuta tabiat yang membuat siapa saja pasti akan... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29 [End]

Chapter 25

442 49 1
By xwchkshncrzy

Cuaca benar-benar tidak bisa di tebak, beberapa minggu ini sering sekali turun hujan, namun hari ini matahari kembali menampilkan pesonanya. Panas terik membuat jalanan beraspal menjadi berdebu, membuat siapa saja pasti enggan berlama-lama di luar rumah. Namun tidak dengan Naomi, dia terlihat keluar dari mobilnya begitu saja, ponselnya masih menempel di daun telinga dan dia masih mengobrol dengan Vino lewat sambungan telepon. Naomi menghentikan langkahnya, berdiri di depan sebuah bangunan dengan nuansa kuno namun sangat megah. Sebuah Perpustakaan Daerah.

"Iyaa, baiklah. Aku tau Vin.."

Lalu panggilan terputus, Naomi masuk ke dalam bangunan megah itu sambil merapatkan jaketnya.

Ruangan dengan nuansa klasik nan megah, lantainya berbahan marmer berwarna coklat kayu, jangan lupakan juga rak-rak dengan bahan kayu pilihan yang berjajar rapi di tengah ruangan. Perpustakaan Daerah Ackerley memang yang terbaik. Naomi melangkahkan kakinya begitu saja, melewati beberapa rak besar dengan ratusan buku yang tertata sesuai dengan temanya. Lalu dia berhenti di depan sebuah rak buku dengan tulisan di atasnya "MITOLOGI".

Mata kucingnya memindai, beberapa kali dia mengambil buku namun beberapa kali juga buku itu dia letakkan kembali, hingga di buku kelima yang dia ambil, Naomi dengan serius membaca kalimat-kalimat di dalam buku tersebut yang terangkai menjadi banyak paragraf. Beberapa kali Naomi mengangguk-angguk, lalu keningnya berkerut.

"Tunggu..." monolognya, Naomi kembali membaca salah satu paragraf berulang-ulang, hingga saat dia menyadari sesuatu matanya terbelalak lebar. Naomi mencoba mengaitkan semuanya, semua benang kusut yang bersimpul di dalam otaknya perlahan terurai. Puzzle dari kasus pembunuhan berantai ini perlahan-lahan seperti menyatu menjadi sebuah gambaran yang utuh.

"Tapi... Bagaimana bisa dia menyamarkan ⎯  "

Drrrttt...

Drrrtttt....

Dering ponsel dari balik jaket yang Naomi kenakan berbunyi, dia langsung meraih benda elektronik berbentuk persegi panjang itu, lantas membaca siapa yang meneleponnya, ternyata Vino. Naomi mengangkat telepon dari Vino.

"Halo..?? Ada apa Vin??"

.

.

.

.

Jam menunjukkan pukul setengah 3 sore, namun berbeda dengan biasanya yang selalu turun hujan, hari ini cuaca sangat panas. Debu-debu yang berterbangan di sepanjang jalan, juga cahaya matahari yang menyengat kulit. Beberapa orang terlihat berlalu-lalang di sekitar halte bus di dekat Kingston High School, mereka memakai masker untuk melindungi dari debu kotor yang bisa mengganggu kesehatan.

"Haish... Panasnya..." keluh Chika, lalu membuka tutup botol air mineral yang tengah dia pegang. Gadis bergummy smile itu duduk seorang diri di bangku panjang yang berada di halte. Sambil melihat kendaraan yang berlalu-lalang, juga pejalan-pejalan kaki yang seperti gerombolan semut di pusat kota. Chika meneguk air mineral itu hingga kini tersisa setengahnya, lantas meletakkan botol air mineral berbahan plastik itu di sebelahnya.

"Apa Shan sakit? Tumben sekali dia tidak masuk sekolah. Dia juga tidak menghubungiku sama sekali." monolog Chika sambil membuka layar kunci di ponselnya. Barisan pesan dari Shan terhenti pukul 19.00 tadi malam.

"Tunggu, kenapa tadi malam Shan ingin berbicara pada Kak Naomi..?? Apa yang mereka bicarakan.."

Semua pertanyaan berputar-putar di dalam kepala Chika. Chika kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas, sambil menghela nafas, dia memperhatikan sekitar. Kendaraan terus berlalu-lalang, begitupun juga manusia yang hilir-mudik berjalan di sepanjang trotoar. Chika mengulurkan tangannya, menatap jam digital yang terpasang di pergelangan tangan, lantas dia berdiri dan mulai berjalan pergi meninggalkan halte, tujuannya adalah kedai es krim yang tak begitu jauh dari Kingston High School. Panas-panas begini sangat cocok memakan es krim dengan topping berbagai macam buah segar.

Tinnnnnn!! Tinnnn!!!

Mobil mewah itu berhenti di sebrang jalan, membuat Chika yang tengah berjalan otomatis menghentikan langkahnya. Kepalanya menoleh ke sumber suara, kaca samping di mobil itu turun dengan perlahan, memperlihatkan seseorang dengan kacamata hitam yang bertengger di hidungnya yang mancung.

"Oh!"

"Ayo masuk! Shan sedang sakit..."

Tanpa babibu, Chika langsung masuk begitu saja ke dalam mobil. Tidak ada rasa curiga, tidak ada rasa was-was, hanya rasa khawatir pada Shan yang tengah sakit. Pantas saja pemuda itu tidak menghubunginya. Rolls Royce hitam itu melaju kencang membelah jalanan Kota Ackerley.

.

.

.

.

Ruangan itu terlihat remang-remang, karena hanya lampu kecil berwarna kuning yang menggantung di tengah ruangan yang ada. Lantainya kotor dengan debu tebal yang menempelinya, perkakasnya juga sama saja, berserakan dan tidak tertata. Pintu dengan bahan besi yang sudah berkarat, tertutup rapat dan menghalau sinar matahari yang mencoba masuk, hanya ada seberkas sinar samar yang muncul dari bawah pintu itu.

Seseorang dengan wajah bertopeng duduk di atas kursi plastik berwarna putih kecoklatan. Sambil menyilangkan satu kakinya, dia tersenyum penuh misteri di balik topeng menyeramkan yang dia kenakan. Di pojok ruangan, ada dua remaja yang sama-sama duduk dengan lutut yang menekuk hingga menyentuh dada. Kedua tangan dan kaki mereka sama-sama terikat, mulut keduanya di tutup lakban berwarna hitam, lalu di salah satu remaja itu terlihat luka lebam di samping mata kirinya, seperti luka karena pukulan benda tumpul.

Kedua remaja itu sama-sama pingsan, entah apa yang terjadi pada mereka, namun hal buruk lah pasti yang membuat mereka berakhir di tempat terkutuk ini.

Seseorang bertopeng itu kini merogoh dan mengacak-acak isi tas milik salah satu remaja tersebut, lalu menemukan benda yang tengah dia cari. Sebuah ponsel dengan bandul pikachu kecil di sampingnya.

"Dasar bodoh! Bisa-bisanya kau tidak mengatur fitur kunci di ponselmu." suara berat terdengar dari balik topeng itu, tapi tak lama seseorang itu tersenyum setan. Dia mengarahkan ponsel itu ke depan salah satu remaja dengan luka lebam di samping matanya.

Ckrek!

Seseorang bertopeng itu tersenyum puas, lalu mengirim foto tersebut ke salah satu kontak dengan nama yang sangat dia kenal.

[Send picture] to Kak Vino.

Di suatu tempat yang tersembunyi, milik Sang Kematian.

Pesan itu telah terkirim, seseorang bertopeng itu tersenyum puas. Lalu dia banting ponsel itu hingga hancur berkeping-keping.

"Kau dan kekasihmu yang menabuh genderang perang, maka mari kita berperang sekarang juga! HAHAHAHAHAH!!!!!" tawa berat itu menggema ke seluruh ruangan, tawa dari psikopat kejam yang telah di rasuki oleh iblis.

.

.

.

.

Brakkk!!!

Vino meninju meja bundar di hadapannya, membuat Naomi dan Ashel terkejut seketika. Beberapa kata makian meluncur bebas dari mulutnya yang kini tidak lagi tersumpali rokok. Wajah Vino sangat panik, rambutnya acak-acakan karena sedari tadi dia terus saja menjambaknya karena frustasi.

"Bagaimana shel? Kau bisa melacaknya??"

Ashel menghela nafasnya, lalu menggeleng lemah.

Naomi mondar-mandir dengan wajah yang tak kalah paniknya dengan Vino. Otaknya terus berputar sedari tadi, hingga kemudian dia menghentikan aksinya.

"Aku yakin seseorang yang menculik Chika adalah orang yang sama yang tengah kita cari. Vin, kurasa dia melakukan ini untuk menggertak kita, kau tau kan kasus ini hampir di tutup namun kau dan aku selalu bersikeras untuk terus melakukan penyelidikan? Siapa lagi orang yang akan menculik Chika jika itu bukan si psikopat sialan itu?! Arghhhhhhhhh!!" Naomi mengerang frustasi.

"Aku harus ke kediaman Tuan Devan!" Vino sudah ingin bergerak dan menyambar kunci mobilnya, namun panggilan Ashel menghentikannya.

"Yakk!!! Vino!!! Kau tidak boleh gegabah! Apa kau akan ke rumah itu dan langsung menuduh Shan yang menculik Chika?? Tanpa barang bukti sedikit pun? Jangan bodoh vin!" sentak Ashel, membuat Vino berdiri dengan raut wajah yang semakin frustasi. Naomi menghampirinya, lalu memeluk tubuh tinggi kekasihnya itu untuk menenangkannya.

"Ashel benar, kita harus berfikir lebih matang vin.." Naomi meregangkan pelukannya, di depannya Vino tengah terisak, tidak ada lagi Detektif Vino yang tegas juga penuh kebijaksanaan, yang terlihat hanya laki-laki biasa yang tengah rapuh karena memikirkan keselamatan sang adik. Naomi mengelus lembut rambut Vino.

"Aku rasa pesan yang di kirimkan dari nomor Chika adalah sebuah kode. Dan kurasa itu kode yang mengarah ke suatu tempat, bisa jadi itu tempat dimana Chika di sekap." ucapan Ashel langsung membuat Vino dan Naomi saling berpandangan.

Mereka kini duduk melingkar dengan meja bundar di tengahnya.

"Di suatu tempat yang tersembunyi, milik Sang Kematian." ucap Vino, lalu menatap Naomi dan Ashel bergantian.

"Sang Kematian.." monolog Naomi, otaknya berputar, lalu beberapa menit kemudian dia terlonjak, membuat Vino dan Ashel langsung menatapnya dengan penuh tanda tanya.

"Hades! Bukankah Hades adalah Dewa Kematian??" ucap Naomi.

"Jika Hades adalah Shan, maka bisa jadi Chika di sekap di tempat tinggal Shan??" mata Ashel menatap Naomi dan Vino bergantian.

"Sepertinya aku mulai ragu jika Shan adalah pelakunya. Aku pernah mengobrol dengan pemuda itu, dan dia selalu bilang jika Medusa yang bersalah. Dan saat malam itu juga, saat dia meneleponku, Shan mengatakan tentang Medusa." ucap Naomi.

"Medusa??"

"Vin, Shel, aku mulai berfikir jika seseorang sengaja membuat Shan terlihat seperti pembunuh. Bocah itu selalu ketakutan saat membicarakan tentang kedua sosok itu. Bahkan saat aku bertanya tentang kematian mendiang Tuan Devan, dia bilang Medusa yang membunuhnya." jelas Naomi.

"Lalu bagaimana dengan jejak sepatu itu??" kini Vino bertanya dengan raut wajah serius.

"Mungkin dia adalah seseorang yang berada di waktu dan tempat yang salah??" Naomi menatap Vino dan Ashel.

Vino mengurut pangkal hidungnya, dia menghela nafasnya panjang. Ashel tak jauh berbeda, dia duduk bersandarkan kepala sofa dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada.

"Kalau tidak salah, menurut mitologi, Medusa di kutuk karena berhubungan sex dengan Poseidon. Namun sebenarnya Medusa adalah korban, karena dia di perkosa oleh Poseidon." Naomi berbicara, dan dia lebih seperti berbicara pada diri sendiri.

"Di perkosa??" tanya Ashel.

"Yeah, dan dia kutuk oleh Athena, siapapun yang menatap matanya, dia akan menjadi batu. Dan rambutnya berubah menjadi ratusan ular. Menurut mitologi yang aku baca seperti itu.."jawab Naomi.

"Mi.." Vino menoleh ke arah kekasihnya itu.

Naomi menoleh ke arah Vino, kedua mata mereka saling berbicara.

"Di suatu tempat yang tersembunyi, milik Sang Kematian. Jika ini memang berhubungan dengan keluarga Tuan Devan, maka pasti ada suatu tempat milik Tuan Devan yang mungkin tidak semua orang tau."

"Danau Serena?? Seingatku dulu Dio pernah bilang jika Tuan Devan mempunyai sebuah Villa yang terletak di daerah Danau Serena." ucap Ashel.

Vino menatap jam dinding yang tergantung di pojok ruangan. Pukul 9 malam.

"Kau tau tempatnya shel??" tanya Vino.

"Akan aku tanyakan pada Dio." jawab Ashel, lalu bergerak cepat mengambil ponselnya.

Vino juga meraih ponselnya, lalu dia menelepon seseorang.

"Halo..??"

"Kau sedang bertugas??"

"Aku ingin kau sedikit membantuku."

"Tidak banyak, bisa kau beri aku data tentang Sisca Sarasean?"

"Iyaa, dia Sisca Sarasean putri dari mendian Tuan Devan."

"Baiklah. Aku tunggu informasinya sampai nanti jam 3 dini hari. Terima kasih Christian."

Vino menutup teleponnya, lalu pandangannya nyalang menatap jendela besar di depannya.










TBC.

Continue Reading

You'll Also Like

144K 11.1K 86
AREA DILUAR ASTEROID๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž Didunia ini semua orang memiliki jalan berbeda-beda tergantung pelakunya, seperti jalan hidup yang di pilih pemuda 23 tahu...
200K 21.7K 41
Menyesal! Haechan menyesal memaksakan kehendaknya untuk bersama dengan Mark Lee, harga yang harus ia bayar untuk memperjuangkan pria itu begitu mahal...
32.4K 3.9K 30
Klan uzui, dimana banyak melahirkan shinobiยฒ hebat, tapi apa yang terjadi ketika anak bungsu dari keluarga pemimpin klan itu malah dijadikan objek pe...
60.8K 6.3K 18
[ โš ๏ธSLOW UPDATEโš ๏ธ ] . . . . . _____ ๐‡๐„๐ˆ๐™๐€๐’ _____ Ancaman itu kembali dan kali ini semakin menakutkan. "๐˜‹๐˜ช๐˜ข ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ญ๐˜ช, ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ข ๐˜ข๐˜ฌ๏ฟฝ...