I'm Fine (End)

Oleh Mhyka62

1M 114K 6.6K

Rasya Abelio pemuda yang menyerah akan hidupnya, diabaikan oleh keluarganya karena perbedaannya membuat Rasya... Lebih Banyak

Prolog
Part:1
Part:2
Part:3
Part:4
Part:5
Part:6
Part:7
Part:8
Part:9
Part:10
Part:11
Part:12
Part:13
Part:14
Part:15
Part:16
Part:17
Part:18
Part:19
Part:20
Part:21
Part:22
Part:23
Part:24
Part:25
Part:26
Part:27
Part:28
Part:29
Part:30
Astaga..
Part:31
Part:32
Part:33
Part:34
Part:35
Part:36
Part:38
Part:39
Part:40
Extrapart
Baluuu

Part:37

16K 2.1K 134
Oleh Mhyka62

Vote and comment juseyo..
...

Lio menghela nafasnya pelan, dia baru saja terbangun dan melihat dirinya sudah dengan posisi berdiri dengan tubuhnya yang terikat di tiang mansion tersebut.

Yah dia kemarin sempat berusaha kabur, tapi Daniel langsung menahannya dan menyuntikkan obat bius padanya, hingga akhirnya dia tidak sadarkan diri.

Kejadian semalam benar-benar menyeramkan, apalagi dia masih ingat betul ucapan terakhir kakeknya itu sebelum kesadarannya hilang.

'Saya tidak suka anak pembangkang' ujarnya ditambah seringaiannya yang mengerikan itu, membuatnya tidak bisa berkutit.

Lio menjadi pusat perhatian maid yang berlalu lalang, mengerjakan pekerjaan mereka. Ingin membantu, tapi mereka tidak berani karena mengira pemuda itu sedang dihukum.

Sedangkan Lio sendiri hanya bisa diam, menunggu setengah jam lagi sampai keluarganya itu bangun, apalagi sekarang mulutnya sedang dilakban.

Beberapa menit kemudian, dia melihat mommynya turun dan kaget melihat dirinya.

"Lio" ujarnya dan melangkah mendekati Lio dengan ekspresi terkejut.

"Astaga sayang, kenapa kamu bisa seperti ini" ujar Arsyi hendak melepaskan lakban dimulut Alfanza.

"Maaf nyonya, anda dilarang membantu tuan muda Lio sampai tuan besar turun" ujar Samuel tiba-tiba datang di belakang Arsyi.

"Sam" kaget Arsyi melihat keberadaan asisten kepercayaan Daniel.

"Tunggu... jangan-jangan..."

"Daddy yang udah ikat Lio di sini" ujar Arsyi dan dibalas anggukan oleh Lio.

Arsyi diam dan panik, dia tidak tega melihat putranya diikat seperti ini, tapi dia tidak bisa melanggar perintah dari Daniel.

"Kapan daddy sampai?" Tanya Arsyi menatap Sam.

"Semalam nyonya"

"Bang Lio" ucap Cakra, Aron, Eric yang juga tak kalah kaget.

"Siapa yang ikat lo gini, lo bikin masalah ya" ucap Arsya dan dibalas gelengan oleh Lio.

"Ada apa ini?" ujar Alex yang juga tampak kaget, begitu juga Rendi yang baru datang.

"Mas, daddy..."

"Kejutan yang menyenangkan bukan?" Ujar Daniel membuat semua pasang mata mengarah padanya.

Alex menghela nafasnya pelan dan menatap daddynya itu datar, karena sudah mengira siapa dibalik semua ini.

"Lio salah apa sampai daddy mengikatnya seperti itu?" ujar Alex berusaha tenang.

"Tidak ada, hanya ingin"

"Hitung-hitung sebagai ucapan selamat datang" ucap Daniel santai dan mengkode Samuel. Samuel yang mengerti langsung melepaskan ikatan ditubuh Lio, membuat semuanya menghela nafas lega.

"Adek gapapa kan?" Tanya Rendi memeriksa tubuh Lio.

"Gapapa kok bang" ucap Lio dan diangguki mengerti oleh Rendi.

Mereka akhirnya diam dan menatap Daniel yang sudah duduk santai, di sofa yang ada di sana.

"Apa tidak ada yang ingin kamu bicarakan sama saya tentang pemuda itu Alex?" Ujar Daniel dengan nada datar.

"Tanpa Alex memberitahu daddy, daddy juga sudah tau semuanya, makanya daddy datang ke sini" Ujar Alex tak kalah datar.

Daniel kembali berdiri dan menatap Lio.

"Saya ingin mendengar cerita lebih lengkapnya, kenapa kamu tertarik dengan pemuda ini dan mengangkatnya sebagai anak tanpa persetujuan dari saya"

"Kamu sudah mulai tidak hati-hati sama orang asing ya Alex"

"Kamu bahkan melindunginya, menyembunyikannya, sampai membantunya supaya dia tetap aman, sebenarnya apa yang menarik dari dirinya?"

"Keluarga Smith tidak memerlukan orang yang merepotkan yang menjadi beban sepertinya" ujar Daniel berdiri dihadapan Lio dengan tatapan mengintimidasi.

"Saya bukan beban" ujar Lio tidak suka, kemudian dia langsung tersadar karena ucapannya sendiri, apalagi ketika semua mata langsung mengarah padanya dengan tatapan tidak percaya.

"Bukan beban hmm, dengan bersembunyi dan membiarkan orang lain menyelesaikan masalah kamu, itu yang kamu bilang bukan beban" ujar Daniel membuat Lio diam.

"Dia hanya anak kecil yang butuh perlindungan dad, dia sudah membantu keluarga saya bangkit kembali setelah kehilangan Rasya" ujar Alex mendekati Lio dan merangkulnya.

"Dan setelah saya lebih mengenalnya, saya ingin mengangkatnya menjadi putra saya"

"Arsyi juga menyayanginya dan anak-anak saya juga ingin menjadikanya saudara"

"Jadi tidak ada alasan bagi saya untuk mengabaikannya dan membiarkan orang yang tidak bersalah sepertinya, harus menghadapi bahaya sendirian dari orang-orang yang ingin memanfaatkannya" lanjut Alex meyakinkan Daniel.

Daniel diam dan menatap Lio intens, sedangkan yang ditatap berusaha melawan ketakutannya dan menatap mata Daniel dengan berani.

"Baiklah" ujar Daniel membuat mereka menatapnya tidak percaya, semudah itu pikirnya.

"Dengan beberapa syarat, dan dia harus bisa menyelesaikan syarat tersebut untuk menjadi bagian keluarga ini" ujar Daniel menyeringai menatap Lio.

.

.

.

.

.

Lio sekarang sedang berada di halaman belakang mension Smith, untuk menjalankan syarat pertama dari Daniel.

"Keluarga Smith harus kuat, setidaknya dia bisa melindungi dirinya sendiri dan tidak merepotkan" ujar Daniel berdiri di samping Lio.

"Bodyguard ini berjumlah 20 orang, kamu akan saya anggap berhasil kalau kamu bisa bertahan selama 10 menit" lanjut Daniel

"Beranikan" ucapa Daniel tersenyum smirk.

"Saya akan berusaha" ujar Lio dengan tatapan keyakinannya dan menatap yang lainnya yang sekarang sedang berada tidak jauh darinya.

"Saya suka tatapan kamu" ucap Daniel dan melangkah meninggalkan Lio bersama para bodyguard itu di tengah lapangan.

"Hati-hati bang" teriak Eric

"Kalau nggak kuat nyerah aja bang, biar nanti tinggal di mansion Anggara aja" ujar Eric dan mendapat toyoran dari Cakra.

"Enak aja, bang Lio pasti bisa"

"Semangat bang" teriak Cakra.

Lio terkekeh pelan mendengar itu dan kembali fokus menatap lawannya.

"Mulai" ucap Daniel dan bodygaurd itu langsung melawan Lio secara bersamaan.

Lio berkali-kali menghindar dan melawan, tapi tidak dipungkiri dia juga mendapatkan beberapa pukulan.

Daniel, Alex dan Rendi memperhatikan intens gerakan dari Lio. Gerakannya terlihat mulus dan seperti sudah dilatih selama beberapa tahun.

Membuat Daniel heran, karena dari info yang dia dapat, Alfanza dulu hanya pemuda yang dimanjakan dikeluarga angkatnya dan anak yang selalu di siksa di panti asuhannyanya dulu.

Yang artinya, dirinya tidak mempunyai bekal ilmu bela diri sedikitpun, tapi apa yang dia lihat sekarang ini.

"Kalian sering melatihnya?" Tanya Daniel membuat Alex dan Rendi sedikit kaget.

"Tidak, tapi dia sering berolahraga sendiri setiap pagi" ujar Alex dengan jujur.

Karena tidak mungkin kan dia mengatakan hal yang sebenarnya, kalau pemuda itu Rasya yang sering latihan bela diri selama dia terkurung di mansion.

Dor

"Aishh" Lio meringis kesakitan ketika peluru menggores bahunya sehingga pakaiannya yang dipakainya sudah berlumur darah.

"LIO/Bang Lio" ujar yang lainnya kaget dan menatap Daniel tajam.

"Kenapa kaget, bukannya kalian dulu juga pernah melakukan latihan seperti ini?" ujar Daniel santai.

"Dan Cakra kamu siap-siap, saat kamu berusia 17 tahun kamu juga akan melalui ujian ini" lanjut Daniel menatap bungsu Smith itu, membuat Cakra meneguk ludahnya.

Dia tau mengenai hal itu, karena katanya latihan seperti itu sudah terjadi secara turun temurun.

Dan tujuan latihan ini sebenarnya untuk menghadapi musuh yang bisa saja datang kapan saja, dan tentu saja mereka mempunyai senjata.

Jadi mereka harus bisa bertahan dan menghadapi musuh selama 10 menit sampai bantuan datang, bagaimanapun caranya.

Daniel melihat Lio yang meringis kesakitan memegang bahunya yang terluka. Dia melihat Lio yang berlari dan bersembunyi dibalik pohon untuk menghindar sementara.

Dan saat ada yang mendekatinya, dia menggenggam pasir dan melemparkannya tepat di wajah bodyguard itu.

Kemudian dia memukul tengkuk bodyguard tersebut hingga pingsan dan mengambil senjatanya.

"Bagus" ucap Daniel berdiri membuat para bodyguard yang tersisa menyimpan kembali senjatanya dan menunduk hormat, dan membawa para bodyguard yang terluka.

"Kamu gapapa kan?" Tanya Arsyi memberikan Lio minuman.

"Gapapa mom" ucap Lio menghela nafasnya pelan. Ternyata sangat melelahkan dan mendebarkan, jadi ini yang dilalui abang-abangnya dulu pikirnya.

"Haa untung aja gue selalu melatih fisik Alfanza, kalau dengan badan kecilnya dulu kayaknya gue nggak bakalan sanggup" batin Alfanza sambil duduk di rerumputan dan meminum minumannya.

"Mari saya obati tuan muda" ucap seorang dokter yang sudah tersedia di sana.

Alfanza mengangguk dan membuka bajunya, memperlihatkan six packnya yang membuat Cakra iri.

"Anjir bang, badan abang bagus banget" ujar Cakra dan memegang perutnya.

"Benar banget, beda banget dengan 4 bulan yang lalu" timpal Aron yang juga kaget melihatnya.

"Emangnya kalian yang malah molor disaat Lio sibuk membentuk ototnya" ejek Arsya merasa bangga.

"Cih nanti gue juga bakalan olahraga sama bang Lio"

"Masa, nggak percaya gue, lo dibangunin aja susah"

"Iya, liat aja nanti, gue akan olahraga biar badannya juga bagus"

Daniel berdehem membuat perdebatan 3 pemuda itu berhenti.

"Baiklah, kamu sudah berhasil memenuhi syarat pertama" ujar Daniel membuat Lio dan yang lainnya tersenyum senang.

"Selamat, kamu memang hebat" ucap Rendi mengelus rambut Lio.

"Makasih bang" ucap Lio tersenyum dan begitu juga yang lainnya ikutan memuji Lio.

"Tapi, apa gunanya mempunyai kekuatan, tapi tidak memiliki hal yang bisa membanggakan" ujar Daniel dengan seringaiannya.

"Jadi selanjutnya, saya mau kamu memiliki setidaknya satu keahlian dan mendapatkan pengakuan, dibidang apapun itu" lanjut Daniel menatap Lio lekat.

.

.

.

.

.

.

Lio menghela nafasnya pelan, menghirup udaramalam melalui balkon kamarnya.

Setelah hari yang melelahkan tadi, Lio terkapar di kamarnya karena kelelahan, dan baru terbangun beberapa menit yang lalu.

"Hmm gue harus ngapain ya?"

"Bukannya sombong, tapi gue rasa, gue bisa ngelakuin apapun buat dapat pengakuan"

"Masakan gue aja banyak yang suka, apa itu udah cukup buat muasin kakek?" Gumamnya dan melihat ke belakang ketika mendengar derap langkah kaki mendekatinya.

"Sebenarnya apa yang kamu cari dari keluarga ini?" Ujar Daniel dengan nada mengintimidasi.

"K-ka... Selamat malam tuan besar" sapa Lio sedikit gugup di tatap intens dan tajam seperti itu.

Apalagi hanya mereka berdua berada dalam kamar tersebut. Bagaimana kalau Daniel membunuhnya pikirnya.

Daniel hanya berdehem dan duduk di kursi yang ada di sana.

"Alfanza Adelio, pemuda yang dulunya sering berpura-pura untuk mendapatkan perhatian"

"Dan setelah dibuang dari keluarga Alberto, kamu mulai bekerja di sini dan diangkat sebagai anak oleh Alex"

"Kamu mengagumkan juga ya, bisa hidup di dua keluarga yang berpengaruh dan memanfaatkan mereka"

"Hidup enak dengan mengandalkan kekuasaan mereka, hebat sekali kamu" ujar Daniel tersenyum smirk.

Lio tidak suka mendengar hal itu, dia mengepalkan tangannya dan menatap Daniel tajam.

"Maaf, kalau tuan tidak tau inti permasalahan yang sebenarnya, jangan seenaknya menyimpulnya seperti itu" ujar Lio tenang dan tersirat kemarahan, tapi malah membuat Daniel tersenyum tipis

"Bagus, jangan hanya diam saja ketika orang merendahkan kamu" ujar Daniel membuat Lio cengo, maksud kakek ini apa sebenarnya, pikirnya.

"Keluarga Smith tidak akan diam ketika ada yang berbicara buruk mengenainya" ujar Daniel menatap Lio intens.

"Apasih, tuan sudah menerima saya jadi bagian keluarga ini?" Heran Lio.

"Lupakan" ucap Daniel masih dengan tatapan intensnya memperhatikan Lio, membuat Lio risih diperhatikan seperti itu.

"Jangan tatap saya seperti itu, tuan besar seperti kakek-kakek pedo" kesal Lio dan segera menutup mulutnya ketika tersadar dengan ucapannya.

"Kamu kan sudah 17 tahun" ujar Daniel an diangguki oleh Lio karena membenarkannya, jadi tidak mungkin kakeknya itu kakek-kakek pedo, pikirnya.

Tapi masalahnya kenapa kakek gila itu terus menatapnya seperti itu?

"Kalau nggak pedo, berarti gay" celutuk Lio, padahal dia ingin bergumam tapi malah terdengar jelas oleh Daniel.

"Apa kamu bilang?" Ujar Daniel menatap tajam Lio.

"Mampus" batin Lio merutuki dirinya sendiri.

"Memangnya saya bilang apa?"

"Kamu bilang saya gay tadi"

"Tuan besar emangnya gay ya?"

"Kamu..."

"Hehe bercanda kok, sabar jangan marah dulu dong" cengir Lio menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Daniel menghela nafasnya pelan dan kembali duduk dengan tenang.

"Tapi tuan besar, saya penasaran..." ucap Lio dan dibalas deheman oleh Daniel.

"Kenapa tuan besar sampai sekarang betah sekali jadi bujang lapuk?...

"Atau jangan-jangan tuan besar benaran gay ya?" ujar Lio dan langsung berlari keluar dari kamarnya, karena membuat Daniel kembali berdiri dan menatapnya tajam.

Daniel menghela nafasnya kasar melihat itu.

"Saya kira dia penakut, ternyata dia menyebalkan" gumam Daniel menatap kamar Lio dengan pandangan penuh arti.

.

.

.

.

.

Lio berlari tergesa-gesa menuruni tangga, karena takut Daniel akan mengamuk dan membunuhnya.

"Anjir nih mulut kok berani banget" gumam Lio menepuk pelan bibirnya.

"Tapi liat kakek kesal tadi kok nyenangin juga ya, walaupun nyawa gue yang jadi taruhannya"

"Gue harus cari perlindungan"

Lio terus berlari sampai di ruang Keluarga, dimana semuanya sudah berkumpul di sana.

"Loh, tuh kaki mereka kenapa di rantai?" Heran Lio melihat kaki Cakra dan Aron yang terpasang rantai, apalagi merasakan aura permusuhan di antara mereka.

"Berantem" ujar Rendi dan diangguki mengerti oleh Alfanza, ketika melihat luka lebam diwajah kedua pemuda itu.

"Kalian kenapa berantem?" Tanya Lio dengan tatapan tajam, berdiri di depan kedua pemuda itu.

"Dia ngeselin bang, masa gue harus ngerjain tugas sekolah dia"

"Malah tugasnya Fisika lagi" kesal Aron menatap Cakra tajam.

"Lo kan masih babu gue, jadi suka-suka gue dong"

"Dan masa cuma ngerjain PR tapi malah salah, padahal udah ada contohnya"

"Untung aja gue periksa lagi tadi" ucap Cakra tak mau disalahin.

"Yaa kalau lo pintar kenapa lo nggak ngerjain sendiri"

"Malas" ujar Cakra membuat Aron ingin sekali menghajarnya lagi.

"Udah, sekarang gimana tugasnya, udah selesai?" Tanya Lio menatap Cakra.

"Dirobek sama dia tadi, padahal dikumpulin besok" kesal Cakra menatap tajam Aron, Aron juga tak kalah menatapnya tajam.

"Apa lo?"

"Mau gue pukul lagi lo?"

"Siapa yang takut haa"

"Breng..."

"Kalian berantem lagi, abang kurung di ruang bawah tanah, tidur aja di sana" ucap Rendi membuat kedua pemuda itu diam.

"Maaf" ucap mereka kompak, Rendi menghela nafasnya pelan dan menatap Lio.

"Dan kamu Lio, kenapa lari-lari di tangga tadi, kalau jatuh gimana?"

"Hehe maaf bang, tadi Lio habis menghindar dari setan yang ngamuk"

"Lio takut jadinya langsung lari ke sini" jelas Lio membuat yang lainnya mengernyit bingung.

"Setan?" Tanya Arsya bingung dan diangguki oleh Lio.

"Iya Setannya nyeremin, dia tadi ada di kamar Lio"

"Jadi sekarang kamu bilang saya setan haa" ucap Daniel membuat Lio langsung berbalik.

"Mampus" batin Lio meneguk ludahnya tanpa sadar, dan langsung berlindung di belakang Alex.

"Ada apa?" Tanya Alex melihat seringaian di wajah daddynya itu.

"Anak angkat kalian itu ternyata menyebalkan ya, kira-kira hukuman apa yang cocok buatnya" ucap Daniel dengan nada rendah dan mencekam, membuat semuanya langsung menatap Lio dengan berbagai ekspresi.

"Bang Lio/Lio ngapain sih?" Batin mereka bertanya-tanya. Sedangkan yang ditatap hanya bisa cengir menutupi rasa takutnya, menatap Daniel yabg menatapnya dengan seringaiannya.







Tebece

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

599K 44 1
CERITA INI DIPINDAH KE AKUN @awwa_89
815K 80.5K 65
~ Familyship, Brothership, Bromance dan Friendship *** Kisah seorang remaja yang meninggal akibat kecelakaan dan bertransmigrasi ke tubuh seorang an...
2.4M 208K 50
Gethan tidak tau bagaimana dirinya yg terbangun di tubuh seseorang,setelah dirinya mengalami kecelakaan. Leyander astano bocah laki-laki 12 tahun yg...
483K 52.3K 32
Zaxe adalah manusia buatan yang paling sempurna. Ia diprogram khusus dengan kepintaran yang luar biasa. Wajahnya yang tampan bak dewa Yunani bisa men...