GOOD BOY || JKT48 Ver.

Par xwchkshncrzy

18.7K 1.5K 44

Shan adalah pemuda pengidap skizofrenia, pemuda aneh dengan sejuta tabiat yang membuat siapa saja pasti akan... Plus

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29 [End]

Chapter 23

355 53 0
Par xwchkshncrzy


Vino duduk bersama Ashel, Dio dan Naomi, keempatnya sibuk dengan pikirannya masing-masing. Helaan nafas Vino terdengar, beberapa menit lalu Naomi membeberkan temuannya saat dia mengunjungi Panti Asuhan tempat Grey menghabiskan masa kecilnya, dan cerita tentang gadis kecil bernama Fransisca juga tak luput dari bahasan.

"Kau benar mi, gadis kecil ini benar-benar sangat mirip dengan Sisca Sarasean putri Tuan Devan." ucap Dio memecah kesunyian yang berlangsung beberapa saat. Ashel mengangguk, sedangkan Vino bersedekap dada sambil memikirkan sesuatu.

"Namun Bibi Mel bilang jika Fransisca telah meninggal saat berumur 8 tahun dalam sebuah kecelakaan." jelas Naomi, lalu merebahkan badannya pada sandaran sofa di belakang.

"Apa kalian sedang berfikir jika Fransisca adalah Sisca Sarasean?? Itu artinya Sisca bukanlah putri kandung dari mendiang Tuan Devan dan Nyonya Veranda?? Tapi bukankah Bibi Mel bilang jika Fransisca telah lama meninggal?? Mi, apa kau berfikir jika semua ini ada hubungannya dengan Fransisca itu??" Vino memberondong dengan beberapa pertanyaan, yang langsung membuat tubuh Naomi tegak seketika.

"Aku hanya sedang berfikir jika Sisca Sarasean adalah Fransisca, dan bagaimana jika Fransisca sebenarnya tidak meninggal??" tatapan Naomi mengunci ke dalam sorot mata Vino. Jika sedang seperti ini, tidak ada lagi Vino dan Naomi yang memadu kasih, yang terlihat hanya dua detektif yang tengah serius membahas suatu kasus.

"Mi, jika memang seperti itu, lantas apa hubungannya dengan kasus pembunuhan berantai ini?? Petunjuk sama sekali tidak mengarah ke Sisca Sarasean, malahan petunjuk mengarah ke Shan Dandelion. Haishhhh!! Ini benar-benar membuatku pusing!" ucap Dio di sertai keluhannya.

Ashel dan Vino menghela nafas, Naomi tidak menjawab keluhan Dio. Dia hanya bersedekap dada dengan pikirannya yang penuh.

"Shel, coba kau bertanya pada pengurus Panti Asuhan itu, apakah mayat Fransisca di temukan atau tidak. Saat Naomi bilang tentang kecelakaan yang menimpa gadis kecil di Panti Asuhan itu, aku sempat mencarinya di internet, dan ada satu berita yang menurutku itu valid. Korban tertabrak mini bus dan membuat mini bus itu oleng. Menurut berita, korban terpental cukup jauh hingga terperosok ke dalam jurang." ucap Vino.

"Aku curiga jika mayatnya tidak pernah di temukan.." sambung Vino.

"Lalu Tuan Devan menemukannya dan diam-diam mengakuinya sebagai anak??" Naomi ikut menambahkan dugaannya, membuat Dio hanya meliriknya malas. Menurut Dio, dugaan Naomi benar-benar di luar nalar.

"Aku akan menelepon Bibi Mel untuk memastikan. Sebentar..." Ashel berdiri dari posisinya yang semula duduk. Dia membawa ponselnya dan sedikit menjauh dari Vino, Naomi dan Dio.

"Vino, apa kau juga berpikir sama seperti analisis Naomi??" tanya Dio.

"Memangnya kenapa analisisku?? Dio, apapun bisa terjadi! Kita harus menarik banyak kemungkinan karena setiap kasus pembunuhan selalu berakhir dengan sebuah plot twist!" ucapan Naomi terdengar lantang. Membuat Vino langsung menarik tangan kekasihnya itu, Vino tau jika Naomi sedang emosi.

"Dio, Naomi benar. Kita harus berpikir lebih luas. Apa kau juga tidak curiga tentang bocah kecil itu yang sangat mirip dengan Sisca Sarasean??" Vino berkata dengan nadanya yang santai, mencoba untuk menetralkan keadaan yang tadi sedikit memanas.

"Oh ayolah! Kita semua tau jika tidak ada satupun petunjuk yang mengarah ke Sisca Sarasean. Jika seperti ini, kita hanya membuang-buang waktu!" Dio mendengus sebal. Menatap Naomi dan Vino dengan tatapan tidak suka.

"Tidak ada yang membuang-buang waktu Dio!!"

"Naomi..." Vino kembali menarik tangan Naomi, hingga membuat tubuh wanita itu sedikit terangkat, juga tangan yang menunjuk-nunjuk muka Dio seketika kembali terduduk di sofa. Naomi menghela nafasnya, menetralisir emosinya agar tidak meledak.

Dio hanya terdiam, mulutnya terkatup rapat dan enggan untuk mengomentari apa yang di lakukan Naomi terhadapnya. Pintu ruangan terbuka dan menampilkan Ashel yang berjalan ke arah tiga detektif itu. Ashel duduk di hadapan Vino.

"Mayat Fransisca tidak pernah di temukan. Baik kepolisian maupun pihak Panti Asuhan sepakat jika Fransisca telah meninggal." jelas Ashel, sambil menatap ketiga temannya itu.

Dio tersenyum miring, senyuman mengejek di sertai kekehan.

"Semua itu tidak ada hubungannya dengan kasus kematian Tuan Devan, Grey dan Zee. Sebaiknya kita fokus pada petunjuk yang sudah di dapat." ucap Dio.

Naomi meliriknya, lirikan tajam lewat mata kucingnya itu. Wanita itu berdiri, membuat Vino dan Ashel menatapnya heran.

"Aku akan menyelidiki ini sendiri. Dan aku yakin semua ini saling berhubungan. Jangan pernah meragukan intuisiku Dio Djuhandar." Naomi melenggang pergi begitu saja, meninggalkan Vino dan Ashel yang menatapnya dengan tatapan yang sulit untuk di artikan. Sedangkan Dio hanya menggedikkan bahunya acuh.

"Naomi!!" Vino berdiri dengan tergesa, menyusul kekasihnya itu sambil terus memanggilnya.

.

.

.

.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, Chika masih asyik dengan beberapa teman tim basketnya, mereka mengobrol sambil membahas turnamen yang akan di gelar beberapa minggu lagi. Berbicara tentang turnamen, dia jadi teringat pada Zee, sahabatnya. Zee juga merupakan atlit basket yang cukup terkenal se-antero sekolah, tubuhnya yang tinggi menjulang dengan bahu yang lebar sukses membuatnya selalu menjadi pusat sorotan saat bermain. Apa lagi teknik permainan Zee yang di atas rata-rata. Chika menghela nafasnya, mengusir potongan kenangan bersama Zee atau dia akan menangis jika terus mengingatnya.

Kerumunan gadis-gadis basket itu memencar begitu saja, saat hari semakin sore dan lapangan basket yang semakin lengang. Chika berjalan menyusuri lorong-lorong kelas untuk sampai ke gerbang sekolah. Dia sudah memesan taksi online dan mungkin sebentar lagi transportasi itu akan segera datang.

"Tetangga!!" panggilan itu langsung membuat Chika menghentikan langkahnya. Dia berdiri di depan gerbang sambil memicingkan matanya, memperhatikan Shan yang berlari kecil ke arahnya. Ngomong-ngomong soal Shan, Chika jadi sedikit was-was teringat obrolan Vino dan Naomi pada malam itu.

"Ada apa..??" tanya Chika begitu Shan sudah berdiri di hadapannya. Rambut Shan terlihat berantakan dan dari bawah matanya terlihat cekungan seperti kantung yang berwarna kehitaman. Namun Chika harus mengakui bahwa Shan masih terlihat tampan.

"Ayo pulang bersamaku!" ajak Shan sambil tersenyum riang. Ada dimple yang terlihat di balik pipinya.

"Aku sudah memesan taksi online. Memangnya kau tidak di jemput oleh supirmu??"

Shan menggeleng.

"Aku ingin menghabiskan waktu bersama Tetangga. Ayo pulang bersama!" kini Shan tanpa aba-aba langsung menggenggam pergelangan tangan Chika. Tidak ada penolakan dari Chika. Gadis itu hanya menghela nafasnya, sambil menatap Shan dengan tatapan yang sulit untuk di artikan.

"Shan... Lain kali saja yaa.. Aku benar-benar lelah.." Chika perlahan melepas genggaman tangan Shan, sangat perlahan hingga Shan tidak sadar jika kini tangannya sudah bebas. Wajah Shan menunduk, lalu melenggang begitu saja dari hadapan Chika.

"Apa dia marah padaku???" monolog Chika sambil menatap punggung Shan yang kian menjauh.

Tinnnn!!!

Bunyi klakson membuyarkan lamunan Chika yang tengah memikirkan Shan, gadis itu langsung buru-buru masuk ke dalam taksi berwarna hitam yang sudah menunggunya.

Chika sama sekali tidak sadar, jika sedikit jauh di belakang taksi yang dia tumpangi itu, ada sebuah mobil dengan 1 orang di dalamnya yang tengah memperhatikannya sambil tersenyum miring.

.

.

.

Chika turun dari taksi online, entah mengapa dia sengaja turun di depan jalan masuk komplek perumahannya. Chika ingin jalan kaki menikmati suasana senja yang jarang dia lakukan. Gadis bergummy smile itu berjalan dengan santai, sambil tersenyum manis menikmati suasana yang selalu membuatnya menghangat. Chika memutar perjalanannya, dia sengaja lewat jalur yang mengarah ke Danau Serena.

"Ahhh, sudah lama aku tidak jalan kaki seperti ini.. Enak juga.." monolog Chika.

Krak... Krak...

Chika menghentikan langkahnya, telinganya tidak salah dengar, ada bunyi ranting patah yang terdengar dari belakang, seperti seseorang yang tengah berjalan. Chika memutar tubuhnya, tidak ada siapapun, hanya pohon-pohon pinus yang berjajar tinggi menjulang. Chika kembali berjalan, dan kini dia setengah berlari.

Senja semakin melebur dengan warna yang lebih pekat. Chika masih terus berlari kecil saat perasaannya terus saja mengatakan jika seseorang tengah mengejarnya dari belakang. Kepala Chika menoleh ke belakang, dia tidak bisa melihat dengan jelas karena suasana yang mulai gelap. Namun ada siluet orang yang tengah berdiri dengan kedua tangan yang masuk ke dalam saku hoodie berwarna gelap.

"Shit! Jangan-jangan itu penculik!" kepala Chika kembali menghadap ke depan, lalu dia berlari kencang, seseorang berhoodie itu juga berlari ke arah Chika.

Wajah Chika sudah penuh dengan keringat, nafasnya saling berkejaran dengan langkah kakinya yang kini setengah berlari. Sosok itu sudah tidak ada, rumah Chika juga sudah terlihat oleh pandangan matanya.

"Hah... Hahh...." deru nafas Chika yang terdengar. Kakinya sudah ingin melangkah, namun perlahan berhenti saat sebuah tangan membekab mulutnya dari belakang.

"Ehhm!!! Ehhhmmmm!!!!!!" Chika memberontak hebat, namun gerakan tangan dari seseorang di belakangnya lebih kuat.

"Ehmmmmm!!!!"

Seseorang itu terus membekab mulut Chika, namun hidung Chika masih bisa bernafas dengan bebas. Aroma familiar menguar dari seseorang yang terus menggeretnya.

Aroma ini!!

Aroma tubuh Shan!







TBC.

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

5.8K 343 40
s2 publish! 'Aku kamu dan Keluarga kecil Kita di Bandung' ⚠️cerita murni dari pikiran saya sendiri,tidak ada inspirasi dari cerita wp satupun atau pu...
5K 415 17
Kota dalam bahaya! Pasukan mayat hidup menyerang siapapun yang masih hidup dan memakan mereka. Apa yang harus dilakukan? Lantas bagaimana cara Jinan...
5.6K 678 18
"KAMI SEMUA SELAMAT TAPI TIDAK DENGAN......" "SI GADIS CARAMEL."
497K 5.3K 88
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...