THE LOST GIRL [UP TIAP HARI]

By blvckmsk

2.6K 322 331

Elvanna kebingungan ketika ia terbangun di rumah sakit dengan kepala yang berdenyut. Sekelebat bayangan tak j... More

[00] Maintenance
[ PROLOG ]
00000
00000
00000
[01] Brankar Tanda Tanya
[02] Brankar Tanda Tanya
[03] Brankar Tanda Tanya
[04] Brankar Tanda Tanya
[05] Brankar Tanda Tanya
[06] Brankar Tanda Tanya
[07] Kelana Pembenaran
[08] Kelana Pembenaran
[09] Kelana Pembenaran
[11] Rumah Baru
[12] Rumah Baru
[13] Rumah Baru
[14] Rumah Baru
[15] Mendekati Kebenaran
[16] Mendekati Kebenaran
[17] Metamorfosis : Telur
[19] Metamorfosis : Telur
[20] Metamorfosis : Telur
[21] Metamorfosis : Telur
[22] Metamorfosis : Larva
[18] Metamorfosis : Telur
[23] Metamorfosis : Larva
[24] Flashback
[25] Flashback
[26] Flashback
[27] Flashback
[28] Penentuan
[29] Kriteria?
[30] Chinese Cave
[31] Chinese Cave
[32] Chinese Cave
THANKS
[33] Chinese Cave
[34] Chinese Cave
[35] Chinese Cave

[10] Rumah Baru

68 7 0
By blvckmsk

Jembatan itu membentang megah, dengan pembatas merah gradasi yang semakin mendekati Holydead semakin menghitam warnanya. Awan berarak, sedikit meneduhkan sebab menghambat sinar matahari. Bersama tiupan angin sepoi yang menyibak anak rambut dan rok-rok yang terlalu pendek, El, bocah itu berdiri di hadapan seorang lelaki berperawakan normal, tak tinggi tak juga pendek.

"Kau 'anak itu' bukan?"

"Siapa yang Bapak maksud dengan 'anak itu'?"

Beberapa orang menoleh, pasalnya suara percakapan keduanya begitu nyaring. Jangan salahkan mereka, tapi salahkan jarak sepuluh meter yang memisahkan keduanya yang memaksa mereka untuk membuka mulut lebih lebar dan memecut tenggorokan.

"Mendekatlah! Aku tak akan menggigitmu!"

Hening, angin sejuk mendesing-desing. El melangkah perlahan, memangkas jarak dengan seseorang itu. Ia ragu, padahal lelaki itu tersenyum lebar tanpa satupun hal yang mencurigakan. Hanya saja ....

Tiba tiba lelaki itu berlari, seperti tak bisa menunggu lebih lama kedatangan El. El yang kaget hampir saja putar balik kalau saja badannya tak melayang di udara.

"TOLONG! TOLONG!" pekiknya panik.
Orang-orang yang berlalu lalang memusatkan atensinya, pria bersepeda bahkan sampai turun dari sepedanya dan berlari hendak menyelamatkan El. Namun lelaki yang menggendongnya bak karung beras terkekeh, menenangkan orang sekitar dengan kalimat, "Dia adikku, mohon maaf jika menganggu."

El makin panik, situasi yang ia alami kini persis dengan adegan penculikan di sinetron. Insting melarikan diri miliknya secara otomatis aktif, memberikan reflek pegerakan kaki yang menendang sadis alat vital lelaki itu.

"Aduh!"

Debum tak enak terdengar, tubuh El terjatuh begitu saja ke aspal jembatan sedang sang Lelaki sibuk memegangi kemaluan, harap harap cemas agar tak ada pengurangan fungsi pada alatnya. El merintih, sepertinya luka tembak di kakinya terbuka! Tapi ia harus segera melarikan diri, pupus sudah kepercayaannya yang hanya secuil itu. Jika memang lelaki itu orang baik, kenapa harus menculiknya?

"Se ... di... kit ... la ... gi ... ukh!" El kembali tengkurap.

"Hei bocah, aku tak tahu apa yang ada di pikiranmu, tapi apakah wajahku ini terlihat seperti tampang kriminal?" lelaki itu berkacak pinggang, berdiri tepat di hadapan kepala El yang tersungkur.
Mendongak, El meringis kesakitan. "Tapi bapak tadi menggendong saya seperti itu. Saya pernah melihat di televisi, anak anak yang diculik biasanya digendong seperti itu."

Terkekeh, sang Lelaki merendahkan dirinya, berjongkok dengan tumpuan satu lututnya. "Sepertinya benar kabar itu, kau lupa seluruh kejadian malam itu dan kini hanya menjadi gadis polos yang tak tahu apa-apa ya?"

El mengernyit, "Maaf, aku tidak mengerti ucapanmu, Pak."

Lelaki itu menghela nafasnya, "Ya sudahlah kalau kau tak mengerti. Intinya, jika aku ingin menculikmu, tak akan repot-repot kusuruh perawat itu untuk memberimu alamat 'kan? Aku punya kuasa yang bisa langsung menyeretmu kemari. Jadi, berhenti berpikir aku ini seorang penculik."

El terdiam, netranya menusuk mencari kebenaran di balik mata kucing lelaki itu. Sampai kemudian El menerima uluran tangannya, sebuah mobil datang dari luar kota HolyDead, hendak menuju HolyDead.

Ban mobil berdecit ringan, tanda kecepatan tak tinggi. Berhenti tepat di pinggir El dan sang Lelaki. Kaca mobil perlahan turun, memperlihatkan seorang wanita berambut pendek se-leher dengan wajah juteknya.

"Apa yang kau lakukan, Liam?" tanyanya spontan sebelum melirik ke arah El yang masih tengkurap. Matanya seketika melotot, kembali ditatapnya lelaki yang ternyata bernama Liam itu dengan semburat api di mata. "Jangan bilang, kau menyakiti bocah malang itu? Hei! Sudah kubilang kau boleh menganggu siapapun di hadapanku, kecuali anak-anak!"

"Oke Nako, pertama, kau sama sekali tak menyapaku dahulu dan langsung memarahiku. Kedua, aku tak melakukannya di depanmu, melainkan kau yang datang. Ketiga, aku sama sekali tak menganiaya bocah ini, justru bocah ini yang hampir merenggut masa depanku."

Nako terdiam, ia menatap Liam dengan penuh curiga. Liam yang diberi tatapan demikian, sedikit tertohok. "Apa aku terlihat sangat tidak bisa dipercaya, kah? Apa benar tampangku kriminal?"

"Kau ingin aku jujur?"

"Tentu saja!" Liam mengangguk yakin.

"Ya, sangat."

"Sialan."

Nako keluar dari mobilnya, berjalan perlahan mendekati El yang sepertinya mulai nyaman dengan posisinya.

"Kakimu berdarah, perbuatan siapa? Dia?" tanya Nako to the point sembari menunjuk kejam Liam. El perlahan menggeleng, "Aku sudah memiliki luka ini sebelum bertemu dengan dia."

"Dengar? Aku sama sekali tak menyakitinya!"

"Kau diam! Aku sama sekali tak menanyaimu!"

Nako berjongkok, memeriksa kaki El, menggulung celana panjang yang menutupi kakinya dan menekan-nekan luka yang terbalut gel itu.

"Sakit!" rintih El.

"Kau terkena luka tembak, dan Hidrogelmu sudah rusak. Kau perlu ke dokter." Tepat setelah mengatakan itu, Nako mengulurkan kedua tangannya dan menggendong El seperti pesawat terbang.

"Bukakan pintu mobilnya," perintahnya ketus pada Liam. Mendengus, Liam terpaksa membukakan pintu mobil belakang.

"Kau jalan kaki saja!"

Mematung Liam di depan pintu mobil, ia membelalak tak percaya. "Hei, bukankah kau ini sedikit kelewatan?"

Hening sejenak, Nako mengerti perubahan raut wajah Liam, yang tadinya santai sekarang sedikit mengeras. Itu tandanya ia sudah tak boleh main-main lagi. Menelan ludah, Nako mengalihkan pandangannya.

"Ya sudah, masuk."

Mobil hitam itu melaju, memasuki sebuah kota baru. Kota yang tak pernah ada dalam bayangan siapapun di dunia ini.

***

"Kita tak boleh kesana langsung. Apalagi siang-siang seperti ini, pasti ramai." Nako mengulum permen rasa mint yang baru ia beli beberapa menit lalu. Sedari tadi ia terus berbicara, mendumel sendiri padahal tak ada lawan bicara. Ni

"Aku tidak apa-apa, luka ini sudah diobati, hanya menunggu kering saja."

Kalimat El membuat Nako berdiri dari duduknya, berjalan mendekati El dan berjongkok untuk melihat keadaan kakinya.

"Kau tahu, Nak? Lukamu ini terbuka sangat lebar. Kau pasti tak terlalu merasakannya karena sudah sesakit itu sampai mati rasa. Tapi yang perlu kau tahu, jika luka ini tak dibawa ke rumah sakit, kau akan mengalami infeksi, lalu kakimu akan busuk, dan berakhir amputasi. Kau mau?"

El menelan ludahnya, sedikit takut mendengar kata amputasi yang sembarangan diucapkan itu. Ia menggeleng kecil ketika Nako mengangkat pandangannya.

"Nah, kalau begitu, kau hanya boleh diam dan ikuti apa yang akan terjadi kedepannya karena ini semua demi kebaikanmu."

Manggut-manggut, mata El langsung tertuju pada satu objek yang baru keluar dari pintu minimarket. Lelaki itu, Liam, membawa banyak sekali barang barang dalam troli. Lelaki itu bersenandung, sembari mendorong troli mendekati keberadaan El dan Nako.

"Kau ini habis merampok atau bagaimana? Mobilku tak akan muat!" Uring uringan Nako mengiringi langkah ringan Liam. Lelaki itu berhenti, memandang Nako sejenak lalu menyentil dahi perempuan itu.

"Persediaan kita habis, dan tadi aku baru gajian. Jadi ya, sekalian saja mumpung kita disini. Tak usah bolak-balik, bensin mahal."

Liam menarik kursi, mendudukkan bokongnya dan merogoh sesuatu dari saku baju. Sebuah es krim. Hanya sebuah.

"Jadi, selanjutnya kita kemana? Langsung ke markas atau perlu berputar-putar?" tanya Liam sembari mulai menggigit es krimnya. Ya, digigit.

"Anak ini perlu dibawa ke rumah sakit, lukanya parah. Tapi kita tak mungkin ke rumah sakit sekarang, sangat ramai, siapa tahu ada yang mengenal anak ini, nanti runyam."

"Tunggu sebentar, kau kenal anak ini?"

Nako menghela nafasnya, "Ya."

"Tapi bagaimana? Aku yakin bukan karena melihat selebaran atau sosmed kan?" Nako mengangguk, tanda apa yang Liam tebak, benar adanya.

"Seleb semalam ke rumahku. Dia merindukan adikku, menginap di rumahku dan membuatku benar benar tak bisa tidur. Darinya aku tahu mengenai anak ini."

"Tapi kau tetap mau menyelematkannya?"

Nako mendengus, memincing matanya menatap sinis Liam. "Hei, dosamu dan dosaku jauh lebih besar! Lagipula anak ini 'kan katanya tak ingat kejadiannya. Bisa saja ia dijebak, atau apapun itu. Kita tak tahu kebenarannya, jangan asal main hakim."

"Terserah apa katamu. Lebih baik kita ke markas dulu saja, belanjaan ini pasti dinanti anak-anak." Nako terdiam mendengar solusi yang Liam lontarkan, padahal tadi ia sudah memberi alasan mengapa mereka tak bisa ke markas.

"Tenang saja, aku leadernya. Aku bisa mengatasi mereka, apalagi dengan segudang bahan makanan ini. Sudah, ayo berangkat."

Dengan begitu, Nako, Liam, dan El kembali ke mobil.

"Kenapa kau ambil jalan memutar?" Liam melongok dari jok belakang, menatap heran Nako yang sibuk menyetir sembari merokok ria. Perempuan itu memutar bola matanya, "Suka-sukaku? Ini mobilku'kan?"

Kembali duduk dengan normal, Liam menahan gemuruh kesalnya. Ia ingin menjitak kepala keras Nako itu sekali saja. Berharap dengan begitu, Nako dapat menjadi orang yang lebih baik. Setidaknya, tak semengesalkan ini.

Sedangkan El, yang duduk persis di samping Nako, sibuk mengamati sisi kanan-kiri jalan yang penuh dengan bangunan-bangunan megah. El tak bisa membayangkan betapa indahnya bangunan-bangunan itu ketika malam, dengan lampu-lampu yang menyala.

"Isi bensin 500 Hollar."

"Wah! Lihat siapa ini? Nako! Kau dari mana saja, say? Lama tak jumpa! Untung saja aku masih kenal kau walau rambutmu pendek begini, say!"

Nako meringis, "Sudahlah Siyem, kita bisa kapan-kapan saja bertukar kabar. Sekarang aku butuh bensinmu itu."

Perempuan berseragam hitam dari atas kepala sampai kaki itu mengangguk, mengisikan bensin mobil dan memberikan kembalian.

"Harus jadwalkan pertemuan loh, say! Aku ingin menjamumu!"

"Ya, nanti kukabari. Aku pergi dulu."

Mobil kembali melaju. Nako sibuk menyesap nikotinnya dengan asap yang bertebaran keluar jendela.

"Kak Nako ... tidak boleh merokok saat berkendara...." Gemetar betul kalimat itu keluar dari mulut El. Nako langsung menginjak rem, hampir saja Liam menabrak kursi depan dan membuat gepeng jidadnya, bersungut-sungut pula lelaki itu.

"Kau bilang apa tadi?" tanya Nako dengan nada sangat rendah dan menusuk. El tergagap.

"Aku berkata bahwa tidak boleh merokok di jalan, nanti abunya bisa kena pengendara lain yang ada di belakang ...." pelan sekali kalimat itu dilontarkan ulang, ditambahi pula di beberapa bagian agar sedikit lebih lengkap.

Nako tersenyum, "Kau anak yang baik!" Bersamaan dengan sebuah tepukan manis di atas kepala. Detik selanjutnya, rokok itu ditekannya di pintu bagian luar mobil, mematikan bara dan membuangnya ke jalanan.

"Liam, kau harus menjelaskan siapa anak ini, dan mengapa ia kemari secara detail nanti. Aku memohon padamu."

Liam menghela nafasnya panjang, "Ya, kita lihat nanti."

Mobil berdecit kencang, Nako tanpa basa-basi langsung memutar kemudi seperti orang kesetanan. Ia berputar 180 derajat, menginjak pedal gas walau tahu ia melawan arah.

Mobil berderum, Nako tersenyum diiringi jeritan klakson pengendara lain.

Continue Reading

You'll Also Like

538K 90.5K 39
🌸3. Reincarnation Series Karina Lunarie Winston memiliki banyak penyesalan di kehidupannya. Andai saja dia tak mencintai Raja, dan buta akan perasaa...
1.9K 331 45
Daisy Aeris, membenci Sastra Restu Pratama yang merupakan rivalnya dalam mendapatkan ranking kelas, kejuaraan olimpiade, sampai peringkat paralel dis...
280K 30.7K 38
(FOLLOW DULU YUK SEBELUM MEMBACA! JANGAN LUPA TINGGALKAN VOTE DAN COMMENT JUGA BUAT PENYEMANGAT!) . . . "Aku akan menjadi antagonis untuk memilikimu...
74.2K 6.5K 54
Penulis/karya:Xishe. Shen Qing adalah Tuan muda dari keluarga Shen,ia mengantikan saudari perempuannya yang kabur di hari pernikahan dan menikah deng...