I'm Fine (End)

Por Mhyka62

1M 114K 6.6K

Rasya Abelio pemuda yang menyerah akan hidupnya, diabaikan oleh keluarganya karena perbedaannya membuat Rasya... Más

Prolog
Part:1
Part:2
Part:3
Part:4
Part:5
Part:6
Part:7
Part:8
Part:9
Part:10
Part:11
Part:12
Part:13
Part:14
Part:15
Part:16
Part:17
Part:18
Part:19
Part:20
Part:21
Part:22
Part:23
Part:24
Part:25
Part:26
Part:27
Part:28
Part:29
Part:30
Astaga..
Part:31
Part:33
Part:34
Part:35
Part:36
Part:37
Part:38
Part:39
Part:40
Extrapart
Baluuu

Part:32

18.7K 2.1K 243
Por Mhyka62

Vote and comment juseyo...
....

"ABANG, KAMI DATANG" teriak Aron menggema di mansion kediaman Smith, hingga dia mendapatkan toyoran dari Eric yang berada di sampingnya.

"Nggak sopan" ujar Eric menatap Aron kesal.

"Kamu ini dek, jangan bawa kebiasaan kamu di mansion ke sini" ujar Radit menghela nafasnya pelan karena tidak enak dengan abang iparnya.

"Maaf ya bang, kebiasaannya memang seperti itu, nanti kalau salah tegur aja mereka" ujar Radit menatap Alex dan Rendi.

"Gapapa, Cakra sama Arsya juga sering berteriak-teriak seperti itu, jadi abang sudah terbiasa" ujar Alex mengelus rambut Aron yang tampak kikuk menatapnya, apalagi ketika melihat tatapan datar dari putra sulung Alex itu.

Rasanya Aron ingin kabur saja saat ini juga.

"Ayo masuk" ujar Alex tersenyum dan diangguki oleh yang lainnya.

"Aron, Eric" ucap Alfanza tersenyum menyambut kedatangan kedua temannya itu.

"Abang, kita kangen" ujar Aron memeluk Alfanza, begitu juga dengan Eric.

"Benar bang, sekolah rasanya sepi kalau nggak ada abang" timpal Eric, membuat Cakra memutar matanya malas.

"Lebay" gumam Cakra malas tapi hanya bisa didengar oleh Arsya yang juga tampak setuju dengan ucapan Cakra.

"Gue juga kangen sama kalian" ucap Alfanza dan tersenyum menatap Radit.

"Silahkan masuk Radit, kita duduk dulu"

"Bik, tolong buatkan minuman ya" ujar Arsyi dan melangkah menuju ruang tamu, begitu juga yang lainnya.

"Udah pelukannya" ujar Arsya menarik Alfanza dan membawanya ke ruang tamu, mengabaikan si kembar yang tampak kesal menatapnya.

"Awas aja ya kalian macam-macam sama abang gue, dan juga sikap sok polos dan menggemaskan kalian itu, menjijikkan tau nggak" kesal Cakra dengan tatapan mengancam.

"Abang yang udah lo abaikan dulu ya maksud lo, kok tiba-tiba keliatan cemburu kalau dia dekat sama kita" ujar Aron dengan senyuman mengejek.

"Lo..."

"Kita udah dengar ceritanya dari om Alex, walaupun sebenarnya diluar nalar sih...

"Kalau sebenarnya jiwa yang dalam raga Alfanza sekarang merupakan jiwa bang Rasya yang sudah meninggal"

"Tapi waktu ngedengar perlakuan kalian sama bang Rasya dulu, membuat kita marah sama kalian semua dan ingin membawa bang Rasya jauh dari kalian"

"Tapi bang Rasya terlalu baik banget mau memaafkan kalian" ujar Eric menghela nafasnya pelan dan menatap Cakra tajam.

"Dan juga seharusnya kita yang bilang sama lo, kalau sampai kalian menyakiti bang Rasya lagi, jangan harap bisa dekat sama bang Rasya lagi" ujar Eric tersenyum smirk.

"Ohh ya, emangya kalian mampu apa?" Ujar Cakra tersenyum mengejek

"Dan bukannya waktu kecil kalian juga pernah ikutan mengejek bang Rasya ya" ucap Cakra membuat si kembar mengernyit bingung.

"Maksud lo?" Ujar Aron, karena sejujurnya mereka sedikit lupa dengan masa kecil mereka. Apalagi mereka sudah lama tidak berhubungan dengan sepupu dari pihak papanya ini.

Cakra menyeringai kecil, dan meninggalkan si kembar yang masih tampak kebingungan.

"Tapi boong hahaha" ujar Cakra setelah sedikit menjauh dari si kembar.

"Sialan, jadi kita dibohongi nih" kesal Aron dan melangkah menyusul Cakra, sedangkan Eric masih memikirkan ucapan Cakra tersebut.

"Hmm apa dulu gue memang pernah ngejek bang Rasya ya?" Gumamnya dan menatap Alfanza yang duduk di tengah-tengah Arsya dan Rendi.

"Kalian kenapa lama sekali. pasti tadi habis berantem ya?" Ujar Arsyi menatap putra bungsunya dan keponakannya itu curiga.

"Nggak kok aunty, kita nggak pernah berantem kan ya" ujar Aron merangkul Cakra, sedangkan Cakra hanya memutar matanya malas.

"Cihh pencitraan" batin Cakra menopang dagunya, membayangkan kehidupannya ke depannya yang harus hidup selama beberapa bulan dengan si kembar, yang nyebelin itu.

"Cakra" ujar Arsyi

"Iya mom, cuma debat dikit aja kok tadi hehe" ujar Cakra dan diangguki mengerti oleh Arsyi.

.

.

.

.

.

Setelah sedikit berbasa-basi sambil menikmati minuman dan makanan yang tersedia, Alex berdehem untuk mengalihkan perhatian, dia tampak serius untuk memulai inti pembicaraan.

"Nah seperti yang udah kita bahas sebelumnya, Aron dan Eric akan tinggal di sini beberapa bulan dan akan homeschooling bersama Rasya di sini"

"Untuk sekolah kalian tidak perlu khawatir, daddy sudah menyebarkan informasi palsu supaya mereka tidak curiga"

"Daddy sudah bilang sama guru kalau beasiswa Rasya dicabut dan tidak bisa melanjutkan sekolah di sana lagi..."

"Kalau untuk Eric dan Aron, uncle sudah bilang kalau kalian akan pergi bersama papa kalian ke luar negeri" jelas Alex dan diangguki oleh si kembar.

Karena memang, waktu Alex menjelaskan pada Radit masalah yang ada, Radit berencana akan membawa mereka keluar negeri untuk menjauhi mereka dari ancaman yang ada.

Apalagi Radit memang sedang sibuk-sibuknya di luar negeri dan tidak bisa terus bersama si kembar.

Dia takut karena tidak ada yang mengawasi mereka dari dekat, bisa terjadi sesuatu yang berbahaya dengan kedua putranya itu, apalagi dengan perangai mereka yang sering pulang larut malam.

Itu waktu yang tepat untuk orang-orang itu beraksi. Dan seperti kata Alex, bisa saja mereka membawa kedua putranya untuk memancing Alfanza untuk menemui mereka.

Jadi untuk menghindari hal itu, memang seharusnya si kembar jauh dari jangkauan keluarga Alberto terlebih dahulu.

Tapi si kembar malam menolak karena tidak ingin meninggalkan indonesia.  Hingga Alex mengatakan kalau dia yang akan melindungi si kembar.

Tapi dengan syarat mereka tidak boleh keluar dari mansion, sampai masalah selesai bersama Alfanza tentunya.

"Aku minta tolong ya kak, bang, mereka sedikit sulit diatur...

"Dan mengingat mereka tidak akan sebebas dulu lagi, aku takutnya mereka membuat masalah dan berusaha kabur dari sini"

"Yang malah membuat abang semakin repot mengurusi masalah ini nantinya" ujar Radit menatap si kembar yang tampak tidak setuju dengan ucapan sang papa.

"Apasih pa, selama kita bersama bang Rasya, setahun pun kita dikurung di sini, kita ikhlas kok" ujar Aron dan diangguki setuju oleh Eric.

"Papa kurang yakin ya sama kalian, kalian kan nggak bisa berdiam di rumah lama-lama" ujar Radit menatap Alfanza.

"Om minta tolong ya sama kamu Rasya, om lihat mereka sangat menurut sama kamu...

"Jadi, jika suatu hari mereka bosan dan malah mengajak kamu kabur dari sini, jangan pernah mau ya"

"Om harap kalian bisa bersikap dewasa dan memahami situasi kalian saat ini, kalian bisa saja dalam bahaya kalau kalian salah langkah" ujar Radit dan diangguki oleh Alfanza.

"Iya om, Rasya ngerti kok" ujar Alfanza.

Sebenarnya dia sedikit kasihan sama Aron dan Eric, hanya karena dirinya mereka harus terkurung seperti ini dan tidak bisa bergerak bebas.

"Aron, Eric" ucap Radit dengan nada tegas menatap si kembar.

"Iya pa" ujar si kembar kompak dengan nada malas.

"Kamu tenang saja Radit, selama mereka berada di sini, mereka tidak akan bisa macam-macam" ujar Alex dengan seringaiannya membuat si kembar bergedik ngeri melihat itu.

"Benar tuh, kalau mereka kabur tinggal kurung aja, sepertinya penjara di bawah tanah yang nganggur, cocok buat mereka sebagai hukuman kalau kabur dari sini" timpal Arsya dengan senyum menyebalkan.

"A-apasih kok sampai ke sana segala, bercandanya nggak lucu ya" ujar Aron merasa tertekan.

"Kamu kira kita pernah main-main sama ucapan kita hmm?" Ujar Rendi membuat si kembar meneguk ludahnya tanpa sadar. Nada suara yang dikeluarkan Rendi benar-benar terasa mengintimidasi, sehingga membuat mereka gugup seketika.

Radit bukannya merasa kasihan pada kedua putranya itu, dia malah terasa terhibur melihat ekspresi kedua putranya itu sekarang.

"Yahh anggap aja mereka lagi di asrama militer, biar mereka belajar dan nggak terlalu nakal lagi" ujar Radir tersenyum tipis

Karena kesibukannya dia tidak bisa memberikan hukuman pada kedua putranya itu, yang membuat mereka tidak pernah jera ketika melakukan hal yang kurang baik, walaupun dia sering memberikan peringatan.

"Kalian ini menakuti mereka" ujar Arsyi menghela nafasnya pelan, melihat Aron dan Eric tampak tertekan.

"Rasya, Arsya, kalian tolong antarkan mereka ke kamar yang udah disiapkan ya" ujar Arsyi dan diangguki oleh Alfanza dan Arsya.

"Cakra ikut" ucap Cakra dan ikut melangkah mendekati Alfanza dan memeluk tangannya posesif, sebelum Aron hendak merangkul Alfanza tadi.

"Wlekkk" Cakra menjulurkan lidahnya karena merasa menang dari Aron, membuat Aron berdecak kesal melihat itu.

.

.

.

.

Di kediaman mansion Alberto, Satyo menggeram marah ketika mendapat kabar kalau Alfanza sudah keluar dari sekolah. Padahal hanya itu satu-satunya tempat yang mereka ketahui, untuk menemui pemuda itu.

"Dia tidak mungkin bisa jauh dari kota ini, dia pasti masih berada di sini" ujar Satyo menatap Fikri.

"Arahkan semua bodyguard untuk mencari dia" lanjut Fikri.

"Mau di cari kemana lagi bang, beberapa hari ini aku sudah mencari dia di seluruh kota, tapi keberadaannya seperti tidak pernah ada" ujar Fikri dan mendapat delikan tajam dari Satyo.

"Sialan, ini gara-gara kalian juga, seharusnya kalian jangan pernah melepaskannya begitu saja"

"Dan Xavier juga terlibat semua ini, kalau dia tidak melindunginya, Rara pasti sudah sehat sekarang" ucap Fikri mengusap wajahnya kasar.

"Udahlah bang, kenapa abang terobsesi sekali sama bocah itu, dari pada membuang waktu mencarinya, lebih baik cari pendonor lain"

"Waktu kita tidak banyak" ucap Fikri mulai jengah dengan abang iparnya itu, kalau saja bukan karena istrinya, sudah lama dia hancurkan abang iparnya itu.

"Kamu kira saya tidak pernah mencoba mencari pendonor dari dulu haa, sudah banyak cara yang saya lakukan untuk mencari donor yang cocok, tapi sampai sekarang tidak berhasil"

"Sampai akhirnya saya tau kalau ternyata Alfanza itu merupakan abang kandung Rara"

"Jadi sudah seratus persen jantungnya akan cocok untuk Rara" ujar Satyo dengan mata yang terpancar amarah.

"Kamu tidak lupa kan siapa ibu kandung pemuda itu" lanjut Satyo menyeringai ketika melihat Fikri diam, menatapnya dengan tatapan tajam.

"Terserah abang saja, aku cuma membantu untuk mencari dia dan membawanya"

"Kalau dia tidak juga bisa ditemukan, aku tidak mau mengambil resiko nantinya yang malah membahayakan kesehatan Rara" ujar Fikri dan melangkah pergi dari hadapan Satyo.

"Dia pasti masih ada di sini, tidak mungkin dia bisa pergi dan sembunyi dari kota ini kalau tidak ada yang membantunya"

"Xavier sialan, seharusnya...."

"Papa" Suara putri bungsunya yang lembut membuat suasana hati Satyo membaik.

Dia menyambut kedatangan putrinya dan memeluknya.

"Papa, Rara mau minta sesuatu sama Papa, boleh kan?" Tanya Rara dengan tatapan polos dan berbinar.

"Tentu, apapun itu akan papa berikan" ujar Satyo membuat Rara semakin tersenyum senang dan menatap Satyo dengan ekspresi malu-malu.

"Rara suka sama teman bang Rino papa hehe, Rara ingin dia jadi milik Rara" ujar Rara dengan wajah yang memerah padam.

"Ohh ya, kalau gitu Rara pasti bisa miliki dia, siapa sih yang tidak akan suka sama putri daddy yang cantik dan gemesin ini"

"Nah itu masalahnya pa" ujar Rara tampak kesal dan duduk di sofa yang ada di sana.

"Kakak itu nggak suka sama Rara, padahal Rara selalu dekatin dia, tapi dia selalu nolak Rara" adunya membuat Satyo geram.

"Siapa yang berani nolak kamu hmm?" Ujar Satyo dengan nada ramah walaupun hatinya merasa marah, ketika melihat wajah sedih putrinya itu.

"Namanya kak Arsya pa, Rara mau dia jadi tunangan Rara, boleh yaa, papa harus bisa bujuk dia jadi milik Rara" ujar Rara dengan puppy eyesnya.

"Baiklah, dia dari keluarga mana, biar daddy bicarakan sama keluarganya" ujar Satyo membuat Rara kembali bersemangat.

"Wahh benaran pa, Rara senang banget"

"Ohh ya dia dari keluarga Smith pa, keluarganya juga kaya banget" ujar Rara tampak berbinar, berbeda dengan Satyo yang tampak diam.

"Kenapa harus keluarga itu?"...

.

.

.

.

.

Dari semenjak kedatangan Eric dan Aron siang tadi di kediaman Smith, akhirnya sekarang Alfanza bisa me time di ruang rahasia milik Alex.

Yah dia berhasil kabur dan bersembunyi di sana. Bukan karena apa, tapi dia juga butuh waktu sendirian dan beristirahat setelah dirinya diperebutkan oleh Cakra dan Aron sedari tadi.

Alfanza menghela nafasnya pelan, mengalihkan atensi Alex yang sedang bekerja di sana, karena ingin menemani putranya itu.

"Capek banget kayaknya" ujar Alex

"Huhh, ini baru hari pertama dad, tapi Cakra dan Aron terus aja ribut, Rasya sendiri yang capek berada di antara mereka" keluh Alfanza membayangkan hari-harinya kedepannya, kalau terus seperti ini.

"Daddy kira kamu akan suka diperebutkan seperti itu" ujar Alex terkekeh pelan dan duduk di samping Alfanza.

"Yahh Rasya nggak bilang nggak suka juga sih dad, tapi kalau mereka terus ribut seperti itu, Rasya juga malas sepertinya"

"Rasya kan juga butuh waktu sendiri" ujar Alfanza menikmati elusan di rambutnya.

"Aneh ya dad, kalau dulu Rasya paling nggak suka sendirian, dan selalu cari kesibukan sendiri dengan main dan ganggu maid atau bodygaurd....

"Tapi sekarang Rasya malah ngeluh karena ada yang rebutin Rasya, padahal Rasya tau kalau mereka itu cuma mau main sama Rasya"

"Tapi Rasya malah menghindar seperti ini dari mereka, dengan alasan ingin sendirian" curhat Alfanza dan menghela nafasnya panjang.

"Daddy paham maksud kamu apa, kalau daddy sendiri sih yang berada di posisi kamu sekarang, daddy pasti akan ngamuk dan memarahi mereka karena selalu rebutin daddy dan ganggu waktu daddy"

"Seperti yang kamu bilang tadi, kalau kamu cuma butuh waktu sendirian" ujar Alex mengangkat kepala Alfanza dan membawanya di pahanya.

"Jadi itu nggak aneh boy, itu manusiawi"

"Yang harus kamu lakukan, kamu harus bisa bersikap tegas, menengahi mereka dan cari cara supaya kalian bisa menghabiskan waktu bersama tanpa perlu ribut"

"Jangan diam saja okay, kamu harus bisa menjelaskan kepada mereka, kalau kamu tidak mungkin hanya menghabiskan waktu kamu sama mereka" ujar Alex dan mengelus rambut Alfanza.

"Kalau mereka tersinggung gimana, dan malah nggak mau main sama Rasya lagi?" Ujar Alfanza menatap daddynya itu meminta pendapat.

"Hmm kamu yakin mereka nggak akan mau main sama kamu lagi?" Ujar Alex membalikkan pertanyaan Alfanza.

Alfanza tersenyum tipis ketika mengingat sesuatu yang sudah pasti. Bukannya karena kepedean, tapi dia yakin kalau adek-adeknya itu tidak bisa jauh darinya dan juga posesif mengenai dirinya.

"Nanti kalau mereka masih ribut memperdebatkan Rasya, Rasya dekatin bang Rendi atau daddy aja deh"

"Mereka pasti nggak akan macam-macam lagi" ujar Alfanza terkekeh pelan.

"Ohh jadi Daddy cuma jadi pelarian kamu, kalau kamu udah bosan sama mereka, gitu" ujar Alex mencubit pipi Alfanza membuatnya meringis kesakitan.

"Aduhh sakit dad, kok kata-katanya kayak Rasya itu cowok brengsek aja, yang suka ganti-ganti pasangan karena bosan" kesal Alfanza mengelus pipinya yang memerahnya.

"Bisa saja kan, mana tau kamu malah yang mewarisi kebiasaan daddy dulu" ujar Alex membuat Alfanza cengo, menatapnya dengan tatapan tak percaya.

"Maksudnya daddy suka gonta ganti cewek ya dulu?"

"Iya, tapi bukan daddy ya menggoda mereka, mereka aja yang nembak daddy, yaudah daddy terima aja karena kasihan, dan..."

Obrolan mereka terus berlanjut, menceritakan masa remaja Alex hingga bertemu mommynya.

Tanpa mengetahui kalau orang-orang panik mencari keberadaan Alfanza di mansion itu.

"Huwaa bang Al kemana sih?"...






Tebece

750 Vote double Up..

Haha minta nggak tanggung-tanggung ya...

Biasalah...

Tapi sebenarnya ya, beberapa hari ini aku liat Votenya menurun, jadi malas buat double Up hehe...

Seguir leyendo

También te gustarán

800K 55.1K 24
"Hidup ini melelahkan"- Zian Sebastian. "Kini aku benar-benar menyerah pada kalian, Aku benar-benar lelah dan semoga kalian cepat sadar akan keberada...
Ayah ✔ Por alpin

Novela Juvenil

267K 33.4K 17
Tentang Azaziel.. Pria yang harus menjalani hidupnya menjadi ayah dari 3 putra. Ayah yang selalu menghiraukan putra putranya sekaligus membenci ketig...
663K 48.3K 43
Fransen De Corlius... Pemuda berdarah Dingin dengan raut wajah yang selalu datar dan dewasa. Seorang ketua mafia dari Hurgronje mafia milik Daddy nya...
1M 113K 51
Virtexxion Valec FR tiba-tiba terbangun disebuah kamar rumah sakit, dirinya yakin bahwa ia bertransmigrasi ke Novel yang ia baca sebelum kecelakaan. ...