Bad The Geng

By chihamusen

286K 3.4K 340

Meera kira the geng cowok yang pernah menolongnya akan mau berteman tulus dengan dirinya, akan tetapi salah s... More

Sentuhan terlarang?!
Getaran Candu?!
Dada yang menantang?!
Cumbuan panas?!
Tempat Gelap Bercinta?!
Terima Hadiah?!
Seseorang yang datang!?
Permen Manis dimulutnya?!
Pengen Ngenwe?!
Telan sayang?!
Mencuri sesuatu?!
Sebuah Apartemen!?
Kaos dan Bercak noda?!
Penguntit!?
Ketergantungan nafsu?!
Olahraga Bersama?!
Menjadi lebih baik
Menggigit manis.
Gadis kesayangan?!
Janji Susu?!
Hubungan sesuatu?!
Sebuah Rencana?!
Siasat buruknya?!
Maaf Terlambat?!
Kaden VS Yurra
Shit! Brother Love?!
Jalang incaran?!
Mafia Family!?
Usapan Bibirnya?!

Mengambil kesuciannya?! ⚠️

11.4K 120 39
By chihamusen

Warning! Terdapat adegan plus 18 adult. So harap bijak dalam membaca.... Kalau masih dibawah umur skip aja deh...

Happy reading!!

Semoga suka dan terhibur

Jaman lupa VOTE dan KOMENTAR  ditunggu dari kalian ya ALL!!

.
.
.

Hampir sebulan setelah Yurra tak ada kabarnya sejak insiden sesuatu dengan Kaden yang terjadi pada waktu lalu berakhir di markasnya. Kini cewek itu duduk ditempat meja bangkunya sendirian, terdiam dengan tatapan penuh kosong seperti orang linglung. Meera yang sedang bertugas piket menyapu hari ini. Ia tak begitu memperhatikan pada murid lain selain hanya sibuk ingin cepat membersihkan lantai kelasnya.

Hingga ia telah berada disekitar tempat meja Yurra tanpa sadar cukup dekat ke tempat mejanya yang dulu masih dipenuhi oleh tulisan kotor seakan mengatainya diam-diam selama ini. Meera terkejut sendiri saat baru menyadarinya tadi harusnya Meera pergi saja bukannya malah tetap berhenti didekatnya.

Ia pikir Yurra tidak ada lagi akan di sekolah setelah menghilang cukup lama. Meera menatap kaku dan penuh takut saat Yurra mulai menoleh padanya langsung, lalu tiba-tiba saja Yurra pun memegangi tangan Meera begitu kuatnya. Meera tersentak dibuatnya.

"Ka-kamu mau ngapain lagi?!" kaget Meera saat tangan Yurra seakan ikut menggenggamnya dengan tekanan kuat pada gagang sapu yang masih Meera pegang sampai harus terlepas darinya ketika Yurra belum juga menjauhkan tangannya. Bahkan Yurra sempat menghempaskan sapu itu. Meera membuka lebarnya cukup terkejut ketika Yurra melakukannya.

"Kan bener, apa gue bilang gak usah sok baik sama dia Meer! Lo bakalan kena bahaya kalau mau terus jadi temannya dia!!" ucap Enggar.

"Ngeyel banget kalau dibilangin jangan! Nurut sama omongan gue dong! Percuma kalau dia udah pernah jahatin Lo dia bakalan bisa bikin Lo lebih mampus lagi!!" Sevan juga pernah mengingatkannya sambil menakutinya sedikit.

Tiba-tiba saja perkataan para teman cowoknya itu melintas dalam pikirannya. Bahwa ia harus lebih waspada jangan lagi termakan oleh jebakan Yurra yang sebelumnya pernah menipunya bersama anak-anak lain yang juga bermasalah. Hampir saja Meera mendapatkan kesialan terbesarnya saat itu, untung tidak sempat terjadi padanya. Dan Yurra malah mendapatkan balasannya atas perbuatannya itu.

Melihat hal itu Rivanca segera beranjak langsung mendekatinya.
"Lo mau ngapain Meera lagi hah?!" bentak Rivanca langsung memukul wajah Yurra dengan kerasnya tanpa peringatan begitu saja.

Demi apapun Rivanca tak bisa mengendalikan emosinya lagi, saat mengingat akan kejadian Meera hampir saja kena jebakan Yurra yang dendam pada gadis itu. Meski sebelumnya Rivanca sudah mengatakan bahwa Meera harus berhati-hati kembali juga, namun dia sudah terlanjur marah pada cewek itu tadi tanpa pikir panjang lagi. Niatnya Rivanca ingin menarik Meera dari Yurra, namun tangannya malah bergerak memukul cewek itu lebih dulu sebelum akan membawa Meera menjauhi Yurra.

Semua orang yang ada di dalam kelasnya tercengang hebat cukup ngeri sambil menelan ludahnya dan terkejut dengan apa yang telah barusan Rivanca lakukan pada teman sekelas mereka.

Yurra hampir terjatuh namun masih bisa dia tahan. Sampai darahnya ikut merembes keluar dari hidung gadis itu. Wajah Yurra sudah dibuat lecet memar karena tangan kasar Rivanca yang tak pandang bulu dengan mudahnya menyakiti Yurra untuk sekian kalinya setelah kejadian buruk yang menimpanya di belakang markas mereka waktu itu.

Kaden yang kebetulan juga ada disana terdiam dari tempatnya dalam kelas. Memandanginya dengan cukup lama sembari tertegun sebentar. Kakinya tak bisa bergerak untuk mencoba melakukannya, selain hanya berdiri di tempatnya. Lalu tatapannya bertemu sekilas dengan cewek itu saat Yurra melihatnya juga. Kaden langsung menatap enggan dengan sengaja sedikit menurunkan ujung topinya seakan ingin menutup mata untuk mengalihkan pandangannya.

Baru saja Yurra masuk kembali ke sekolah tiba-tiba saja ingin berulah. Kalau boleh jujur Kaden sedikit merindukannya. Sampai sebuah tepukan tangan dari pundaknya terasa Kaden sontak menoleh pada Adhery seakan cowok itu menyadarkan pikiran aneh Kaden yang sempat seperti bingung sendiri pada dirinya.

"Astaga! Vanca kamu kenapa harus mukul dia sih?!" Meera menatap tak percaya. Rivanca meneguk ludahnya sebentar. Sialan emosinya selalu meledak jika sudah melihat Yurra akan teringat bagaimana sangat khawatirnya Rivanca pada Meera saat itu juga.

"Diem Meer! Gue gak sudi kalau dia mau macam-macam lagi sama Lo!!" desis Rivanca begitu tajam dengan wajah keruhnya yang tak karuan masih ingin melampiaskannya lagi pada Yurra.

"Maafin gue Meer..." lirih Yurra seketika langsung memeluk Meera yang berdiri didepannya dari tempat duduk cewek itu yang masih di bangkunya. Ia juga mencoba seolah ingin melindungi dirinya sendiri dari jangkauan kemarahan tangan Rivanca yang akan siap lebih memberikan pelajaran padanya.

Yurra tampak sangat menyedihkan hari ini. Terlepas dari rasa kesalnya tak terima, Meera justru menjadi sedikit kasihan pada cewek itu. "I-iya, kamu tenang ya... Gak papa kok. Aku udah maafin kamu." ujar Meera ingin menenangkan cewek itu sebentar yang semakin menangis. Yurra benar-benar terpuruk hari ini. Entah apa yang pernah terjadi padanya. Meera tak tahu selain ikut terdiam sesaat membiarkan Yurra menangisinya.

Tanpa mereka sadari, Rivanca semakin mengepalkan tangannya sangat kuat. Ia menggeram pelan diam-diam saat mulai melihat kedekatan kedua perempuan itu di depannya. Rivanca sedikit mundur dibelakangnya tak suka. Murid lain tak ingin begitu lama menyaksikannya atau mereka juga akan terkena amukan Rivanca yang sedang buruk moodnya saat ini.

"Meer...." panggil Rivanca jengah namun tatapannya masih tertuju begitu tajam pada gadis itu.

Belum sempat Meera akan membalas pelukannya pada Yurra tadi. Tangannya lebih dulu sudah ditarik oleh salah seorang dari mereka.

"Meera udah cukup Lo jangan tertipu lagi sialan!!" kata Sevan sang pelaku, cowok itu juga membawanya untuk ikut keluar dari kelasnya.

Sedangkan Enggar baru saja menyusulnya, sempat menghalangi Rivanca agar tak terbawa emosi ketika sempat melihat bagaimana tatapan mata tajam Vanca semakin menyalang mungkin saja akan berimbas pada Meera juga, setelah belum puas ingin memukul Yurra lagi. Enggar tahu pasti Rivanca itu susah meredakan kemarahannya yang belum stabil.

Gaztra hanya menyeringai sedikit senang saat melihatnya sebentar. Adhery tampak seolah tak peduli dengan keadaan sekitarnya. Lalu Yurra pun segera bangkit berdiri dan berlari setelah Meera pergi. Ia tidak ingin terlalu lama diperhatikan oleh orang lain yang diam-diam berbisik aneh, sambil mengusap air matanya yang terus mengalir deras dengan kasar. Tak lama kemudian Kaden juga beranjak untuk mengikutinya.

****

Baru satu hari Rivanca kena diskors setelah dia masuk ke ruang konseling guru BK karena telah memukul seorang cewek teman dikelasnya. Adhery memperingatkan Rivanca untuk tidak lagi membuat masalah baru. Yurra pernah akan mengancamnya dengan membeberkan semua rahasia sekolah mereka dengan berita buruk tentang dirinya di luar sana. Ibaratnya cewek itu ingin bunuh diri sendiri dengan mencemarkan nama jelek sekolah mereka pada pihak lain. Adhery sangat pusing memikirkannya, hingga ia pun terpaksa memilih Rivanca keluar dari kelasnya untuk sementara waktu.

Malamnya Rivanca nekat untuk menemui gadis itu saat tengah malam tiba. Dimana semua orang akan tertidur pulas dalam dunia dongengnya itu. Rivanca sudah menyusup ke kamar gadis itu sambil melihat Meera yang terlelap damai di atas ranjangnya. Ini entah yang berapa kalinya setelah sekian lama Rivanca tak melakukannya.

"Maaf Meer.... Gue udah gak bisa menahannya lagi,," ucap Rivanca pelan dengan lebih mendekatinya. Cowok itu mulai mencium lebih dalam bibirnya sedikit tak sabaran ingin segera menuntaskan keinginan hasrat terpendamnya selama ini.

"Eunghh...." Meera melenguh dalam mimpinya yang terusik akan perbuatan Rivanca yang berhenti.

Rivanca terus menciuminya hingga mata sayu Meera sedikit perlahan terbuka dengan samar menatap orang itu. Rivanca terdiam sejenak setelah melepaskan tautan bibirnya pada gadis itu.

Cowok itu sudah beralih ke bawah tubuh Meera. Ia juga sempat memainkan area sensitif kemaluannya yang hanya memakai celana dalamnya saja. Terlalu mudah bagi Rivanca begitu menyingkap rok daster yang Meera kenakan saat ini.

Meera masih tidak sadar. Ia terbangun dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul. Namun sesuatu dalam dirinya bergemuruh hebat saat merasakan jari tangan besar Rivanca menyentuhnya cukup lama.

Entahlah lah Meera benar-benar tak mengerti sekarang. Kebiasaan anehnya yang pernah sering terangsang setiap tengah malam membuat Meera tak bisa lepas dari ketergantungan nafsunya sendiri sejak saat itu. Ia juga mencoba memasukkan jarinya untuk mengeluarkan sesuatu dari dalam inti tubuhnya, tapi rasanya begitu tidak memuaskan. Hingga Rivanca datang membuatnya terasa lebih berbeda menyenangkan ketika cowok itu diam-diam pernah mempermainkan dirinya saat Meera tidak sadarkan diri oleh obat yang selalu Rivanca berikan dan memaksa Meera harus menelannya setiap habis selesai memanfaatkan gadis itu.

Meera jadi lebih sering melakukannya tanpa sadar ketika dia akan mulai terbangun sesaat. Berusaha memasukkan jari mungilnya pada pangkal pahanya. Jarinya terlalu kecil Meera sedikit tak bisa merasakannya kala itu. Selain rasa sakit lecet dan tak enak di dalam sana. Tapi Meera benar-benar penasaran. Tangannya seolah bergerak sendiri harus bisa mendapatkan kenikmatannya yang begitu susah karena Meera tak mempunyai banyak pengalamannya ketika Meera sudah mulai terangsang.

Sampai akhirnya Rivanca pun datang untuk sedikit membantunya meski semua adalah bagian kelicikan cowok itu. Meera tersentak saat tangannya sudah berganti dengan telapak tangan besar Rivanca. Jari-jarinya membuat Meera begitu sesak dibawah sana, akan tetapi sensasi aneh luar biasa itu cukup berhasil Meera rasakan dengan lebih enak setelah sempat tersiksa gelisah di dalam sana. Rivanca tak pernah memperlihatkan wajahnya karena dia lebih dulu selalu mematikan lampu kamar gadis itu dan menggunakan tudung hoodie-nya untuk menutupi setengah wajahnya yang hanya tersenyum lebar.

Seolah Rivanca sering akan bersembunyi dibalik bayangannya yang hitam ketika ruangan gelap hampir memenuhi seisi kamar gadis itu. Sejak Rivanca mulai melakukannya pada gadis itu. Meera kadang sering ketagihan sendiri ingin cepat memuaskan gairahnya yang suka akan membakar jiwanya disaat-saat tertentu tanpa dia harapkan. Lebih tepatnya hampir tiap malam Meera lalui dengan keringat lelah tak berujung.

Dan obat vitamin dulunya itu membuat Meera semakin bersemangat terbakar oleh gairahnya sendiri. Makanya ia pernah menangis sedih ketika Rivanca sudah membuangnya saat cowok itu datang kerumahnya tanpa izin melarangnya untuk tidak lagi meminumnya mengingat kelakuan Meera yang malah meminta tolong pada Gaztra waktu di markasnya itu. Padahal setiap pagi harinya Meera sedikit merasa lebih segar jika dia terbangun dari malam panjangnya itu.

Kali ini Meera pun masih bisa merasakan getaran dari dalam tubuhnya yang sudah cukup lama tak berbuat sesuatu aneh pada dirinya sendiri. Sensasi aneh itu bangkit kembali setelah ia tak melakukannya lagi. Meera sedikit menyukainya walau tidak begitu puas dengan orgasmenya jika ia sendirian di tempat tidurnya.

Kecuali saat Rivanca hadir  menjelma dalam mimpinya Meera akan merasakan begitu senangnya seolah menyambut lelaki misterius itu. Pikir Meera yang tak mengetahuinya, masih menganggap itu hanyalah sebuah mimpi belaka.

Gadis itu seakan sudah terbiasa dengan kedatangan sosok bayangan gelap Rivanca dalam kamarnya setiap malam ketika Meera dulu masih mengonsumsi obat-obatan terlarangnya dari lelaki itu hingga sampai sekarang kini pun Meera benar-benar masih mengingat dan terbayang bagaimana rasa kenikmatannya yang begitu hebatnya berkat kegilaan orang itu. Meera seolah lebih menginginkannya lagi, merasa terbantu ketika Rivanca mau memuaskan dirinya dengan kasar juga sedikit lembut, dalam bermain pada bagian-bagian sensitif tubuhnya yang selalu mendambakan sentuhan hangat laki-laki itu.

"Vanca...." lirih Meera seakan tidak takut pada lelaki itu ketika gadis itu juga menahan tangannya sebentar yang hendak berhenti bermain pada bagian bawah kemaluannya. Gadis itu juga seakan ingin mendudukan dirinya sebentar begitu terbangun memandanginya sesaat.

Glek! Rivanca mematung. Apa dirinya ketahuan, cowok itu bertanya pada dirinya sendiri dalam diam membalas takut mata gadis itu yang masih melihat wajahnya ketika gadis itu mendekatkan wajah hampir ingin menciumnya juga. Lalu Meera tersenyum kecil sedikit menggodanya.

"I-iya sayang?" gumam Rivanca ragu terpaksa harus menelan ludahnya yang begitu sulit tertahan. Ia sangat terkejut ketika Meera sudah terbangun dari tidurnya dan langsung bisa mengenalinya begitu saja. Shit! Cowok itu mengumpat pelan masih menegang kaku. Meera pun kembali membaringkan tubuhnya sendiri masih memegangi tangan Rivanca sambil untuk menarik lebih maju mendekat ke arahnya.

Dalam pandangan gadis itu sebelumnya. Meera hanya bisa melihatnya saja tepat pada sebagian wajah samar laki-laki itu yang tengah mengeras bungkam seketika dibuatnya, dengan tatapan mata sayu Meera yang masih buram saat menelisiknya cukup lama sebelum memutuskannya.

Wajah tak asing milik Rivanca sungguh familiar baginya bahkan dalam pikirannya pun sosok bayangan Rivanca tertampang jelas dimatanya. Meera lantas teringat bahwa cowok itu jugalah yang pernah menyelamatkannya saat akan terjadi sesuatu padanya di gudang dari pacar mantannya Rhea. Tanpa sadar Rivanca telah membuat Meera berakhir nyaman dengannya, tak lagi ragu untuk menerima cowok itu sebagai mimpi buruknya dalam bayangan gelap nan samar itu yang muncul menghampirinya sepanjang malam.

Tubuh Meera mulai bereaksi lebih karena sentuhan-sentuhan Rivanca tadi sebelumnya benar-benar membuat gadis itu ikut bergerak meresponnya tanpa memikirkan bahaya apa yang akan Meera hadapi habis ini memancing Rivanca untuk tetap terus melanjutkannya.

"Please.... Masukin yang lebih besar,," ujar Meera menatapnya penuh nafsu dari bawah yang sudah kembali merebahkan dirinya seolah pasrah melihat ke arah Vanca dengan matanya yang mulai terpejam erat. Gadis itu juga menuntun tangan Rivanca agar segera menaikinya.

"L-lo yakin? Jangan menyesal ya udah mau cobain punya anunya gue,," cowok itu lantas melepaskan hoodienya sembari membuka resleting celananya yang menggembung dibawah sana, tangan Meera yang tak sabaran pun langsung salah tangkap memeganginya tanpa sadar, ia pikir adalah tangan Rivanca yang besar itu namun ternyata sesuatu yang lebih keras dan begitu panas juga bersiap ingin melayaninya.

Rivanca sempat terlonjak sebentar ketika Meera menarik kejantanannya menuju area pangkal paha gadis itu sendiri. Kali ini Rivanca tak menyangka bahwa penantiannya akan terwujud malam ini.

"Aku pengen ngerasain lebih enak lagi." pinta Meera sedikit mendesah sebentar sambil menggeliat tak tahan dibawahnya saat Rivanca menindihnya dengan tatapan berkabut.

"Keberuntungan lagi berpihak sama gue. Jangan harap Lo akan bisa berpaling dari gue setelah kita berdua saling memasuki dunia satu sama lain..." Rivanca tersenyum senang nyaris berbisik pada telinga gadis itu dibawah kukungannya.

"Akhh... Cepetan aku udah gak tahan lagi!!" kata Meera dengan mata terpejamnya yang erat. Baru setengah bagian Rivanca menggesekkan batangnya pada permukaan basah lubang gadis itu. Meera semakin tak karuan merasakannya yang mulai terdorong ingin masuk ke dalam tubuhnya.

"Ini bakalan sakit tapi Lo pasti kuat kok,," ujar Rivanca sempat terkekeh kecil. Mengusap peluh disekitar kening Meera yang meringis kesakitan. Gadis itu juga ikut memeluk leher Rivanca pelan.

Meera tak mau membuka matanya selain hanya ingin mendapatkan sensasi dari kenikmatannya sesaat. Ia sangat butuh dirinya untuk bisa tenang kembali setelah Rivanca berhasil memancingnya dengan sentuhan aneh yang membuatnya semakin terus terangsang menerima perlakuan khusus dari cowok itu.

Rivanca tak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan sekali seumur hidupnya bersama gadis itu. Ia akan membuat Meera ikut terbang tinggi untuk bisa mencapai puncaknya yang bergelora dalam permainan mereka berdua.

Sampai akhirnya Meera harus tersentak hebat dengan air matanya yang mengalir saat Rivanca benar-benar berhasil masuk menerobos pertahanannya menjadi seorang gadis yang telah direnggut paksa oleh laki-laki itu dengan begitu mudahnya.

Selama ini Rivanca sudah menunggunya cukup lama. Ia sangat berharap Meera sendiri yang mau menyerahkannya bukan Rivanca yang harus merenggutnya. Hanya saja Rivanca tak bisa lebih bersabar lagi. Atau gadis itu akan dirampas orang lain nantinya. Tapi melihat Meera yang juga sempat memintanya, Rivanca tak sedikitpun merasa bersalah sama sekali setelah mengambil kesuciannya malam ini. Gadis itu benar-benar membuatnya tak bisa berhenti untuk terus memilikinya.

Dengan cepat Rivanca pun merogoh saku kantongnya lalu memakan beberapa pil obatnya yang sengaja dia kunyah sebentar di dalam mulutnya,  kemudian ikut memasukkannya ke dalam mulut gadis itu melalui ciuman bibirnya yang tersenyum miring sambil melumatnya demi meredam tangisan Meera yang hendak berteriak sedikit keras menjerit penuh kesakitan.

"Hahh.... Malam ini gue milik Lo sayang.... Gue juga terlanjur cinta sama Lo,," ucap Rivanca seraya menyeringai tipis sembari menenggelamkan wajahnya diceruk leher gadis itu.

"I-ini pasti cuma mimpi kan,," gumam Meera melemah saat obat yang Rivanca berikan tadi mulai bekerja membuatnya perlahan tak sadarkan diri kembali dibuatnya. Rivanca tidak peduli. Ia terus memaju-mundurkan pergerakannya semakin memompa tubuh gadis itu lebih banyak lagi untuk mengisinya dengan cairan kental batangnya yang terasa memanas didalam sana.

"Terserah! Lo mau anggap ini mimpi indah atau buruk. Yang jelas gue lebih menginginkan tubuh Lo sekarang,," desis Rivanca menggeram pelan sedikit tak suka mendengarnya tadi, hingga semakin menggenjotnya dengan kasar sesekali mendesah panjang.

TBC.....

Vote 50 bisa yok!!

Spam "Next" koment disini yaa!!

Harap maklum typos bertebaran!!











Continue Reading

You'll Also Like

53.7K 8.4K 52
Rahasia dibalik semuanya
56.6K 4.1K 27
Love and Enemy hah? cinta dan musuh? Dua insan yang dipertemukan oleh alur SEMESTA.
164K 15.6K 38
Tidak pandai buat deskripsi. Intinya ini cerita tentang Sunoo yang punya enam abang yang jahil. Tapi care banget, apalagi kalo si adek udah kenapa-ke...
179K 15.2K 26
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...