Sebelum 365 Hari (End)

By thedreamwriter13

34.4K 2.6K 7.8K

"Bagaimana bisa aku terus mengingatnya, jika aku saja, tak bisa mengenali diriku sendiri?" - Thea. ... More

0. PROLOG
1. TRAUMA MILIK THEA
2. GALANG DAN SHELLA
3. PENGAKUAN RASA
4. PATAH HATI GALANG
5. KEBINGUNGAN
6. CUPCAKE DI CAFE MENTARI
7. BERTEMU DENGAN ALI
PEMBERITAHUAN • JADWAL UPDATE!
8. GALANG PUNYA PACAR?
9. CEWEK POPULAR
10. BUKAN PACAR NYA
11. MEMBERIKAN RASA AMAN
12. LO, AKAN TETAP JADI THEA
13. SI MATA INDAH
14. KEVIN?
15. SPOILER PERASAAN
16. PROSOPAGNOSIA
17. MAAF, GUE GAK SENGAJA
18. CINTA ATAU KASIHAN?
19. GALANG KENAPA?
20. DUNIA DAN RASA KECEWA
21. KHAWATIR
22. PUNYA GEBETAN
23. THEA SAYANG BUNDA
24. KENA HUKUMAN
25. NIGHT WITH YOU
26. DIA PEMBUNUH
27. SWEET DAY
28. ROOFTOP SEKOLAH
29. PENGAKUAN SHIRA
30. MENYESAL
31. SETENGAH KEPERCAYAAN
32. GRAVITASI CINTA
33. HARUS RELA
34. SEJUTA LUKA
35. RUMAH BARU
36. LIBRARY DATE
37. KESAYANGAN
38. KALIAN SIAPA?
39. ACQUIRED PROSOPAGNOSIA
40. IZIN DARI ALI
42. YANG BELUM USAI
43. MAAF, THEA
44. KITA TERLALU SINGKAT
45. RAIN WITH MEMORIES
46. BERDAMAI
47. KEPERGIANNYA
48. JIKA DIA KEMBALI, LAGI
49. NYATA YANG SEPERTI MIMPI
50. KITA SELAMANYA

41. DANCING IN THE RAIN

472 38 297
By thedreamwriter13

Selamat membaca kisah milik Galang Reynandika dan Calithea Zevanya Aurora di "Sebelum 365 Hari."

Don't forget to tap the star and comment 🌟

Tandai kalau ada typo ya, love!

Note: Cerita ini hanya fiksi belaka, ambil baiknya, tinggalkan buruknya.

Happy Reading, enjoy love 💗

Bab ini full Galang dan Thea loh, semoga memuaskan!

Minimal 20 vote buat chapter ini yuk bisa 🥺😞

Rabu, 9 Agustus 2023 -

41. DANCING IN THE RAIN

🌻🌻🌻

Thea menarik tangan Galang dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya membawa sebuah rantang makanan.

"Thenyu, mau kemana sih?" tanya Galang.

Thea melihat ke sekitar nya. "Kalau makan di sini kira-kira enak gak, Lang?"

Galang ikut memperhatikan keadaan sekitar mereka. Thea membawanya ke taman sekolah. Tepat dibawah sebuah pohon rindang mereka berdiri saat ini.

"Enak aja sih, The. Yang penting kan sama lo," kata Galang dengan tengilnya.

Thea terkekeh pelan. "Bisa aja lo."

Thea menaruh rantang makanan itu lebih dulu. Lalu meminta Galang untuk duduk. "Ya udah sini!"

Mereka berdua duduk di hamparan rumput buatan yang ada di taman sekolah.

"Eh kotor gak? Di sini gak ada apa gitu buat duduk," ucap Galang.

"Gak apa-apa. Kering kok rumput nya, gak kotor juga. Sebenarnya kita bisa makan di kantin. Tapi kayaknya lebih seru di sini, Lang."

Galang tersenyum senang. Kepercayaan dirinya muncul, mungkin saja alasan utama Thea adalah ingin berduaan dengan nya. Hihihi, pasti Thea pengen berduaan sama gue, batin Galang.

Thea membuka rantang makanan yang dia bawa. Kemudian memberikannya pada Galang. "Ini buat lo."

"Loh, kok buat gue?"

"Iya. Tadi pagi bunda bikin beef steak ini. Bunda bilang yang satu buat Galang. Makannya gue ajak lo makan berdua aja, gak enak sama yang lain, mereka gak dibawain juga soalnya," ujar Thea menjelaskan.

Galang mengangguk. "Oh gitu. Gue pikir lo emang mau berduaan sama gue."

"Itu juga sih."

Pupil mata Galang membesar. Galang selalu salah tingkah setiap Thea seperti ini. "Huh." Galang menetralkan nafasnya.

Thea tersenyum karena tingkah konyol Galang.

"Kayaknya lo jarang bawa bekal, The. Tumbenan banget. Lagi ada apa emangnya?" Galang bertanya.

Thea sengaja memberikan pertanyaan ini pada Galang. "Emangnya lo lupa ini hari apa?"

Galang dengan wajah konyolnya itu seakan-akan sedang berfikir. "Hari apa? Sekarang hari Kamis, kan?"

"Ih bukan itu. Maksudnya lo gak ingat hari ini- ada apa gitu?" Thea berharap Galang mengingat sesuatu setelah dirinya menanyakan ini.

"Oh gue inget." Thea tersenyum senang setelah Galang menyebutkan kalimat ini.

"Hari ini lo ada ujian biologi kan? Duh, semangat deh, The. Nanti kalau gak bisa lambaikan tangan aja. Tapi gak mungkin sih, lo kan pinter," ucap Galang dengan nada semi serius.

Thea yang tadi tersenyum, kini mengerucutkan bibirnya. Thea pikir Galang benar mengingatnya. Ih, ini kan hari ulang tahun gue. Galang lupa atau emang dia gak tau gue ulang tahun ya? Sebel, batin Thea.

Thea menghela nafasnya. Dia pasrah saja, mungkin Galang memang tak tau. "Hehe, iya, Lang."

Galang tersenyum miring, sebelum akhirnya mulai menyantap makanan dihadapan mereka. Karena waktu istirahat tentu tak banyak.

"Enak banget, Thenyu. Bunda hebat masaknya," puji Galang, dengan mulut yang masih mengunyah.

"Iya dong. Gue juga bantu buat loh, Lang."

"Oh iya? Pantes tambah enak. Pasti buat nya pakai cinta," ledek Galang pada Thea. Thea tertawa cukup keras.

"Iya dong, kan buat lo."

Lagi-lagi Galang salah tingkah. "Thea, kayaknya yang suka gombal gue aja deh. Lo jangan," pinta Galang.

Thea mengerutkan keningnya. "Kenapa?"

"Gue gak kuat, The. Gue bisa amnesia beneran kalau di gombalin sama lo," kata Galang dramatis.

"Apa sih, Lang?"

Thea sebenarnya salah tingkah, tapi mencoba mengalihkan itu dengan lanjut menghabiskan sisa makanannya. Begitupula dengan Galang, yang wajahnya masih dihiasi senyuman.

Merasa di perhatikan, Thea melirik sekilas wajah lelaki di depannya. Meskipun tengah makan, fokus Galang masih pada Thea.

Thea mengerutkan keningnya, lalu melambaikan tangan di depan wajah Galang. "Galang?"

"Kenapa?"

"Lo kenapa ngeliatin gue kayak gitu sih? Ada yang aneh?"

Galang menggeleng. "Eh, nggak. Lo-"

"Lo cantik banget, Thea."

"Galang, udah ah muji nya. Lo sering banget tau ngomong kayak gini. Gak bosen apa?"

"Nggak. Rasanya, mau beribu-ribu kali juga gue gak bosan untuk bilang ini, Thea."

Hampir setiap hari Galang seperti ini. Thea sampai heran sendiri. Thea tak pernah membayangkan sebelumnya, jika bisa memiliki lelaki yang memujinya sesering ini.

"Oh iya, The. Pulang sekolah lo ada acara lain?" tanya Galang.

"Nggak ada sih. Tadinya gue mau ketemu Dokter Elis buat pemeriksaan ulang hari ini. Tapi karena dia ada urusan mendadak, diundur jadi besok. Kenapa emangnya?"

"Jalan yuk! Udah lama kayaknya kita gak ke pantai."

Wajah Thea senang. Dipikir-pikir benar juga, Thea rindu pantai itu. Pantai yang kerap kali mereka datangi. "Boleh sih. Emangnya lo hari ini gak kerja?"

"Nggak. Gue udah izin Bang Ali kemarin. Soalnya mau jalan sama lo."

"Seniat itu mau jalan sama gue?"

"Iya dong. Anything for you, Thenyu." Galang dan Thea tersenyum sangat manis setelahnya.

"Lo ikut camping tahunan sekolah kan?" Galang kembali bertanya. Thea menanggapi dengan sebuah anggukan.

SMA Angkasa memang selalu mengadakan acara camping tahunan sekolah. Camping yang diikuti oleh setiap kelas 12.

Tiga bulan lagi, acara tersebut akan terlaksana.

"Gak sabar deh," kata Galang.

"Gak sabar apa?"

"Berduaan sama lo, hehehe."

🌻🌻🌻

"Sini, gue yang bawa rantang makanannya." Galang mengambil alih benda yang tadi Thea bawa.

Setelah menyelesaikan makan, mereka berdua memutuskan untuk kembali ke kelas, sebab bel masuk tak akan lama lagi berbunyi.

Galang memfokuskan pandangan ke sekeliling nya. Beberapa anak terlihat menatap Thea dengan wajah mengesalkan. Galang melirik sekilas pada Thea, gadis itu terlihat seakan tak memperdulikan mereka.

"Eh Thea, udah sembuh ya?"

"Kemarin kenapa ketakutan gitu? Suka halusinasi ya?"

"Atau ada gangguan? Ups, sorry."

Thea mengerutkan keningnya. Dia memang tak bisa mengenali wajah siapapun di sini, tapi Thea mendengar jelas apa yang mereka katakan.

Galang sedikit panik, saat tiba-tiba Thea menghentikan langkahnya. Raut wajah Thea berubah kesal.

"Cantik sih, tapi kalau punya penyakit jiwa sama aja." Mereka tertawa setelah meledek Thea seperti itu.

Galang mengambil sesuatu dari saku rompi hitam yang dia kenakan. Baru ingat, kalau tadi, Galang sempat meminjam airpods milik Xavi.

"The, sini!" Galang bisa membaca semuanya dari cara Thea menatap. Galang hanya tersenyum kecil. Lalu memasangkan airpods tersebut ke telinga Thea. Membenarkan rambut gadis itu agar menutup telinga nya dengan sempurna.

"Putar lagu yang lo suka. Itu lebih baik dari pada dengerin omongan mereka," kata Galang yang kini memberikan handphonenya pada Thea.

Thea melakukan apa yang tadi Galang minta. Setidaknya dengan cara ini, Thea tak akan mendengar apapun yang mereka bicarakan. Karena Thea kini sensitif dengan suara, sebab mengenali wajah tak berlaku di ingatannya.

Galang menggandeng Thea dan mengantarnya ke kelas. Galang melepas airpods yang terpasang di telinga kanan Thea. "Lo masuk sana! Kalau denger suara-suara setan kayak tadi, biarin aja. Lo pakai aja dulu airpods nya sampai guru masuk. Nanti gue yang bilang ke Xavi kalau lagi lo pinjam," jelas Galang.

"Iya, Lang. Makasih ya."

"Kembali kasih, sayang," kata Galang dengan wajah manisnya. Spontan Thea ikut tersenyum mendengar itu.

Galang memberikan rantang makanan itu pada Thea lebih dulu. "Gue ke kelas ya. Nanti, setelah bel pulang, gue jemput lo lagi kesini."

"Iya."

🌻🌻🌻

Seperti yang Galang katakan pada Thea tadi, selepas bel pulang sekolah berbunyi, lelaki itu bergegas kearah kantin. Untuk mengambil box jualan hari ini, serta mengambil titipannya.

Ya, Galang menitipkan makanan di kulkas milik Mpok Ratmi, yang akan dia ambil selepas sekolah selesai.

Sedangkan Thea, Galang memintanya untuk lebih dulu ke parkiran.

"Sore, Mpok. Galang mau ambil box, sekalian titipan tadi," ucap Galang semangat.

Mpok Ratmi meletakkan box jualan nya di depan Galang serta beberapa uang. "Ini hasil penjualan hari ini ya, Bang. Alhamdulilah habis semua."

"Alhamdulillah. Makasih banyak, Mpok."

Mpok Ratmi mengambilkan sebuah kotak kecil dari dalam kulkas milik nya. "Ini titipannya. Emangnya apa sih itu, Bang?"

"Ini, cupcake. Semalam Ibu buat, sama Galang juga sih."

"Oh gitu. Ya sudah."

"Kalau gitu, Galang pamit ya, Mpok. Makasih."

"Sama-sama Bang Galang ganteng. Hati-hati di jalan."

"Siap. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Galang kini akan menuju ke parkiran. Namun, lelaki ini berhenti lebih dulu, untuk memasukkan kotak kecil itu ke dalam tas tangan yang berisi box jualannya. "Thea gak boleh liat dulu. Gue simpen di sini gak apa-apa kali ya?" gumam Galang.

Selesai menyimpannya, Galang kembali berjalan. Tak boleh kelamaan, Thea sudah menunggunya.

Setelah sampai di parkiran, seperti biasanya, Galang meletakkan barang nya lebih dulu. "Ayo, The!"

Thea yang sudah siap dengan helm maroon di kepalanya, mengangguk. Gadis itu masih terlihat bertanya. "Kita mau kemana?"

"Tadi kan gue bilang mau ke pantai."

"Oh iya ya," kata Thea dengan cengiran.

Galang tersenyum meledek. "Lupa, apa gerogi gara-gara gue?"

"Apa sih? Nggak ah."

"Harusnya kan gue yang gerogi, Thea. Kenapa lo ketularan juga?"

Thea terdiam ditempatnya, sedangkan Galang sudah menunggu gadis itu agar naik keatas motor. Galang menoleh, melihat Thea. "Eh, bengong lagi. Naik kali."

"Hehe iya."

Thea naik keatas motor Galang lalu melingkarkan tangannya di perut lelaki itu. Setelahnya, Thea hanya diam menunggu Galang menjalankan motornya.

Di sisi lain, Galang hanya tersenyum sendirian. Rasanya selalu seperti ini tiap kali Thea memeluknya. Thea ajaib memang.

"Lang? Kok gak jalan-jalan?"

"Ah iya, kenapa The? Udah sampai ya?"

Thea tertawa kecil, Galang selalu seperti ini. "Udah sampai apa? Mesinnya aja belum lo nyalain."

Galang tertawa konyol. "Eh? Hahahaha iya, masih mati ya?"

Fokus, Galang. Kebiasaan, setiap di peluk Thea langsung amnesia. Lagian juga si Thea, kenapa bisa bikin gue begini sih? Dari masih temenan, gue pdkt in, sampai udah pacaran masih aja gue kayak gini, haduh, batin Galang.

"Ya udah yuk!"

🌻🌻🌻

"Gue jadi penasaran, Lang."

"Penasaran sama apa?"

"Ya penasaran aja, tiba-tiba lo ngajak jalan, apalagi sampai gak kerja hari ini."

Galang tersenyum miring. "Ikut aja, lo pasti suka sama hari ini."

Pantai sudah tak jauh lagi dari mereka. Sejak tadi, Thea terus bertanya. Sudah lama memang mereka tak pergi berdua. Lebih tepatnya, semenjak Galang bekerja di coffee shop milik Ali.

Thea turun dari atas motor saat mereka saat ini sudah tiba, membiarkan Galang merapihkan posisi motor lebih dulu.

"Tas nya bawa aja?"

"Boleh, The. Di sana ada saung kecil, kita taruh sana aja."

Galang mengulurkan tangannya pada Thea, kemudian tersenyum. Seakan mengerti, Thea meletakkan tangannya di atas telapak tangan milik Galang.

Galang dan Thea kini berjalan ke arah pantai dengan tangan yang saling menggenggam. Mereka lebih dulu menaruh tas sekolah di saung kecil yang tadi Galang katakan.

"Thea."

"Iya?"

"Tunggu di sini sebentar ya," kata Galang.

Thea menatapnya heran. "Emang lo mau kemana?"

"Ada yang ketinggalan di motor. Lo tunggu sebentar ya."

"Oke."

Jika ingat tempat dimana dulu Galang dan Thea pernah menikmati es krim, ya, Thea kini berada di sana. Berdiri, menatap kearah pantai yang ombaknya masih pergi dan datang.

Tak lama, sebuah langkah kaki mendekati Thea. Gadis itu menoleh, menatap penuh kejut pada seseorang yang kini berdiri di belakangnya.

"Galang," kata Thea dengan mata berbinar.

Senyum Galang menyambut dengan dua buah cupcake yang dibawanya.

"Selamat hari Thea sedunia," ucap Galang.

"Lo ingat?"

"Mana mungkin gue lupa sama hari spesial lo, The."

Thea bahagia bukan main. Ternyata tadi, Galang hanya berpura-pura tak mengingatnya. Kenapa Thea sampai tak bisa mengira, jika Galang akan memberikannya kejutan?

"Yah, mati lilinnya. Anginnya kencang, Thenyu. Bentar, ya." Galang mencoba menyalakan sebuah lilin kecil yang menancap di atas masing-masing cupcake.

"Nah udah nyala. Ayo langsung tiup! Keburu ditiup angin lagi."

Thea mengangguk. Gadis itu meniup lilin yang ada di hadapannya.

"Yeay!" Galang menirukan suara anak kecil.

Lelaki itu tersenyum, lalu menatap Thea teduh. "Selamat ulang tahun, Calithea Zevanya Aurora. Gue harap lo selalu bahagia di setiap bertambahnya usia. Gue gak menginginkan hal yang lebih selain meminta lo untuk terus bahagia, Thea."

"Gue sangat menyayangi lo. Gue gak tau sejak kapan. Semuanya tumbuh tiba-tiba, Thea. Gue bahkan gak sempat menyadari itu. Yang gue rasain dulu adalah, gue cuma selalu mau jagain lo dan ada buat lo."

"Gue gak tau kita bisa sampai kapan. Tapi gue berharap dengan atau tidak dengan gue nantinya, lo akan selalu menemukan bahagia."

Thea tak mengatakan apapun. Semua ucapan Galang seketika membungkam mulutnya. Senyuman Thea bergetar.

"Jangan nangis! Gue mau hapus air mata lo, tapi tangan gue penuh, The, hehehe," ucap Galang dengan konyolnya.

Thea menghapus air matanya sendiri. Kemudian mengambil satu cupcake yang Galang pegang. Thea memeluk erat tubuh didepannya.

"Makasih, gue bahagia, Lang."

"Udah, gak perlu makasih. Mendingan sekarang kita duduk di sini, terus kita makan cupcake nya, gimana?"

Galang melepaskan pelukannya, setelah mendapat anggukan dari Thea, mereka kini duduk tepat di bawah pohon rindang tempat biasanya mereka singgah jika ke pantai ini.

"The, cobain deh cupcake nya. Tapi, ini bukan beli di Cafe Mentari atau di Moona cake," kata Galang.

"Terus? Beli dimana?"

"Itu dibuat khusus sama Ibu dan gue."

Pupil mata Thea membulat, menatap tak percaya. "Serius Ibu yang buat?"

"Iya. Semalam waktu pulang kerja, gue sempat nanya sama Ibu. Kan lo mau ulang tahun, gue bingung mau kasih apa. Kebetulan, Ibu lagi bikin pesenan, diajak deh gue bikin cupcake ini pakai bahan seadanya aja. Tapi semoga lo suka deh," jelas Galang.

Galang menyodorkan satu cupcake yang di pegang nya pada Thea. "Gue suapin," ucapnya.

Thea menyantap cupcake tersebut dengan gigitan kecil, lalu tersenyum, menikmati lezatnya. "Enak banget lagi. Kue buatan Ibu emang gak pernah gagal."

"Eh jangan salah, The. Ini enak bukan karena buatan Ibu doang."

"Lalu?"

"Karena ada bumbu cinta dari gue, asek," kata Galang dengan wajah konyolnya.

"Apaan sih, Lang?"

"Yang ini buat lo," kata Thea memberikan satu cupcake lagi yang dia pegang.

Galang pun menggeleng. "Buat lo semua."

Galang meraih cupcake tersebut. "Gue suapin sini, biar tangan lo gak kotor. Aaaa."

Pemandangan yang sangat menawan. Galang terlihat sangat menyayangi gadis didepannya ini. Melakukan semua sampai Galang bisa memastikan Thea benar-benar bahagia.

Thea tak mau memakannya sendirian, dia juga ingin Galang menikmati rasa yang sama. Gadis itu memaksa Galang untuk mencobanya juga. Mereka menikmati cupcake itu berdua, dengan pemandangan pantai yang jauh lebih indah saat sore hari mulai terasa.

"Pantai nya masih sama, The. Masih indah," kata Galang dengan pandangan mata kearah pantai.

Kini, Galang dan Thea sudah berdiri tepat dimana ombak yang datang membasahi kaki mereka. Senyum sama-sama terpancar.

"Pantai nya masih sama karena kesini nya dengan orang yang sama ya?" tanya Thea.

"Kurang lebih begitu. Gue belum pernah nyoba kesini tanpa lo atau sama selain lo."

Thea mengerutkan keningnya. "Selain gue? Lo ada niat untuk ajak siapa kesini?"

"Em bukan gitu. Pengibaratan aja."

Galang kembali memfokuskan pandangannya pada pantai. "Gue pernah menjadi pantai yang selalu membiarkan ombak datang dan pergi sesuka hati. Gue selalu menunggunya kembali meski gue tau dia akan pergi lagi. Sampai akhirnya gue sadar, bahwa gue punya batu karang yang gak pernah berpindah, dia selalu ada, dekat dan menemani."

Thea tersenyum miring. "Tapi bukannya pantai akan selalu menunggu ombaknya? Apa lo juga kayak gitu? Meski lo tau bahwa batu karang akan selalu menemani lo?"

Thea menarik nafasnya. "Shella terlalu sering datang dan pergi menuju dan menjauhi lo. Gue akan selalu yakin, bahwa mencintai lo sama dengan bisa menerima keberadaan Shella sebagai bayang-bayang nya."

Galang yang tadi menatap genangan air kini beralih pada wajah gadis berkacamata itu. Apa ucapannya tadi salah?

"Gue gak bermaksud untuk bawa Shella ketengah-tengah kita, The. Maaf-"

"It's okay, Lang. Gue coba ngerti."

Mungkin selama ini yang kita lihat adalah lo yang selalu memilih gue, Lang. Tapi tanpa lo tau, sebenarnya gue sadar, di beberapa kesempatan lo masih gak bisa menolak keinginan Shella. Gue percaya lo menyayangi gue, gue tertegun dengan semua sikap manis dan kepahlawanan lo buat gue. Tapi lo gak pernah tau, kalau- gue pernah buang air mata gue saat melihat kalau lo masih merengkuh erat tubuhnya, batin Thea.

Thea terdiam sesaat. Entah mengapa perkataan Galang tadi memberikan sekelebat pertanyaan. Tentang dirinya, Galang, dan Shella.

Galang tak pernah tau air mata Thea di beberapa kesempatan.

"Urusan gue sama Shella, Lang."

"Iya gue tau. Tapi gue gak pernah ngeliat Shella nangis kayak gini," lanjut Galang.

"Lo gak usah ikut campur!" Kevin meraih tangan Shella dan membawa nya pergi.

"Ada apa, Lang?" tanya Thea.

"Nggak apa-apa."

"Lo masuk aja. Gue langsung ke kelas ya," kata Thea.

"Biar gue anterin."

"Nggak usah. Gue sendiri aja."

Thea tersenyum kecil. Senyum yang terasa ganjal untuk Galang.

"Gue anterin ya, Thenyu?" kata Galang dengan nada merayu nya.

"Kelas gue cuma di sebelah, gak usah, Galang. Lo masuk aja."

Thea tau, setelah dirinya sampai di pintu kelas, Galang tak masuk keruang kelasnya. Galang pergi, ke tempat Kevin membawa Shella.

Thea mengikutinya, mencari dimana kekasihnya itu berada. Hingga langkah Thea terhenti, pada sebuah pertigaan lorong, di arah kanan, dibalik dinding Thea berdiri, ada Galang yang tengah memeluk erat Shella, mengusap air matanya.

"Kevin gak ngelukain lo, kan?"

"Nggak, Lang."

"Sebenarnya ada apa?" tanya Galang.

Shella menggeleng. "Gue belum bisa cerita sekarang."

Thea membalikkan tubuhnya, kenapa rasanya sakit melihat Galang memeluk Shella? Gadis itu mengusap kasar wajah basahnya.

Thea tersenyum kecil. Mungkin Galang tak perlu tau semua ini. Terdengar konyol, tapi Thea takut, kehilangan Galang.

Thea hanya berupa-pura untuk tak pernah tau jika Galang masih sangat peduli pada Shella. Setelah beberapa hal yang pernah dia lihat tanpa sepengetahuan Galang. Thea hanya takut, jika Galang tahu, semua akan semakin meyakinkan lelaki itu jika hatinya masih berpihak pada Shella.

Thea takut kehilangan Galang.

"Maaf, kalau bikin suasana kita jadi kayak gini. Gue gak maksud, The," ulang Galang sekali lagi.

Satu cipratan air mengenai wajah Thea. Gadis itu sedikit terkejut. "Galang?" ucap nya tertahan.

Galang menjulurkan lidahnya, lalu kembali menyipratkan air laut itu pada Thea. Iseng nya Galang masih sama. Tapi semua, karena Galang tak mau merubah hari ini menjadi skenario yang tak seharusnya.

Thea mengejar kepergian Galang, seperti kondisi pantai kala itu, kedua anak manusia ini saling mengejar. Berusaha membasahi tubuh satu sama lain.

"Galang, basah!"

"Biarin, wlee."

Galang tak sadar jika dirinya kini berjalan lebih dekat dengan ombak, hingga seketika ombak tersebut membasahi hampir setengah tubuh bawahnya.

Thea tertawa cukup keras melihatnya, meledek Galang dari tempat dia berdiri. "Hahahaha, syukurin! Makannya jangan iseng, Galang," kata Thea.

Galang menatap Thea dengan wajah setengah kesal. "THEA!"

Lelaki itu berlari mengejar Thea yang kini menjauh dengan tawa yang masih menggema. Lari Thea kurang cepat dari Galang. Lelaki itu berhasil menangkapnya. Galang mengangkat tubuh Thea dan membawanya mendekati ombak.

"Galang! Galang turunin!"

"Nggak."

Sekarang Galang yang tertawa melihat Thea yang merengek minta diturunkan, sebab ombak sudah akan mendekat.

Tapi, saat ombak datang, Galang memutar balik tubuhnya membuat ombak tadi tak jadi mengenai Thea. Galang tersenyum saat melihat Thea memejamkan mata, mungkin gadis itu berfikir jika Galang serius untuk membiarkan ombak itu mengenainya.

"Gak usah takut kali, The. Mana mungkin gue biarin ombak tadi ngenain lo?"

"Ih, Galang rese!"

"Tapi sayang kan?" ledek nya.

"Nggak."

"Ih kok gitu?" Galang menurunkan Thea dari kedua tangannya.

Thea tersenyum melihat wajah bete Galang karena jawabannya tadi. "Sayang kok, Galang."

Galang mencubit gemas pipi kanan Thea. "Iseng ya cewek ku ini."

"Itu rasanya diisengin."

Langit seketika bergemuruh, Thea dan Galang menatap kearah langit bersamaan. Sangking asiknya, mereka tak sadar jika kondisi langit sudah gelap sejak tadi.

Galang mengadahkan telapak tangannya, beberapa tetes air mengenai. "Thea, hujan."

Galang menarik tangan gadisnya, membawa Thea menuju kearah saung kecil tempat mereka meletakkan barang-barang tadi.

"Kenapa harus berteduh, Galang?" tanya Thea saat mereka sudah tiba di saung.

"Hujan. Nanti lo sakit," katanya.

Thea berlari menembus hujan yang kini sudah turun lebih deras.

"Thea," panggil Galang.

Thea tersenyum dengan kedua tangannya yang merentang. Menatap langit luas diatas sana. "Hujan itu indah, Galang. Kita harus menikmatinya," teriak Thea ditengah hujan.

Gadis itu tak menatapnya. Tapi Galang melihat getaran dari bibirnya yang kini tampak tersenyum.

"Wanna try it?" Thea mendekati Galang dan mengulurkan tangannya.

Dengan cepat Galang meraih tangan Thea. Kali ini dia harus membiarkan hujan membasahi gadis itu.

"Kalau lo sakit gimana?"

"Hujan gak selamanya bikin kita sakit. Kadang hujan menyembuhkan bagi beberapa manusia seperti gue, Lang." Suara Thea terdengar bergetar.

Gue tau lo nangis, Thea, batin Galang.

"Lo penipu, The. Lo menipu semua orang lewat hujan yang jatuh. Supaya semua orang gak tau, kalau air mata lo gak kalah deras darinya."

Seketika Thea menjatuhkan tubuhnya. Sudah lama menahan semua ini, Thea hanya menunggu saat dimana semua orang tak dapat melihat air mata itu turun.

Hujan, terimakasih. Aku lebih lega, kata Thea membatin.

"AYAH!"

"Gerry," ucap Thea lebih lirih.

"THEA MAU SEMBUH, TUHAN."

"THEA RINDU WAJAH MEREKA."

"THEA TAKUT."

Galang, jangan pergi. Teriakan kali ini hanya Thea pendam dalam hatinya.

Galang diam, membiarkan Thea selesai dengan semua yang ada di dalamnya. Suara tangis Thea benar-benar terpendam derasnya suara hujan.

Thea yang tadi menunduk, kini mengadahkan kepala, ketika tangan Galang terulur di depannya.

"Gak ada yang salah dengan air mata, Thea. Lo bisa nangis kapanpun tanpa harus menunggu hujan turun."

Galang memberikan kode agar Thea meraih tangannya. "Bangun Thea! Lo harus coba menikmati hujan dengan cara lain."

Thea bangkit dengan tangan Galang yang menjadi tumpuannya.

"Ternyata sekarang hujan lebih cepat menghapus air mata lo dibanding jemari gue, Thea."

Galang tersenyum manis dengan wajahnya yang sudah dipenuhi air. "Lo tau ada suara yang lebih indah dibanding musik yang mengiringi tarian?"

"Apa itu?"

"Suara hujan, Thenyu."

Galang dan Thea menari dengan leluasa ditengah derasnya hujan. Mereka membuat gerakan seakan sedang berdansa. Thea berputar dengan satu tangan Galang yang membantunya.

Sangat indah.

Kini Thea tau, bahwa ada cara lain untuk menikmati hujan, selain meredam tangis.

Ada yang tak kalah indah dari suasana hujan sore ini. Yaitu, senyum manis yang terpancar dari wajah gadis cantik ini.

Galang, gue gak tau kita akan selamanya atau tidak. Tapi makasih, untuk semua hari-hari nya, batin Thea.

"The, hujan memang bikin bahagia, tapi semua hal gak baik kalau dinikmati berlebihan."

"Lalu?"

Galang berjongkok di depan Thea. "Naik, kita berteduh sekarang. Jangan sakit lagi!"

Thea mengangguk, gadis itu menaiki punggung Galang. Seperti biasanya, Galang selalu membiarkan Thea digendongan nya. Karena, mungkin ini akan membuat sepersekian beban itu runtuh.

"Orang-orang bohong kalau bilang luka hanya bisa disembuhkan sama obat. Ternyata luka gue cuma bisa di sembuhin sama luka lain yang takut untuk gue sebut luka," ucap Thea tiba-tiba.

"Apa luka itu?"

Lo, Galang.

"Manusia yang selalu gue sebut bahagia," jawab Thea.

To Be Continued .....

🌻🌻🌻

Hallo, gimana bab 41 nya?

I hope you like it, Love!

Panjang banget ya? Wkwk. Maaf ya kemarin gak update dan baru update sekarang. Kayak yang aku jelasin di story ig kemarin malam.

Bab ini bahagia? Aku harap itu juga akan terjadi di bab-bab selanjutnya 😁☝️

Jangan bosan untuk baca, ceritanya gak lama lagi akan usai. Ramaikan vote dan comment boleh ya? Kasih semangat untukku.

Makasih udah luangin waktu untuk baca tulisanku!

So, see you hari Sabtu!

Follow:

Wattpad : @thedreamwriter13

Instagram : @thedreamwriter13

Twitter : @worldofjingga13

Tiktok: @blueskyitsyouuu

Makasih love 💗

Continue Reading

You'll Also Like

4.3K 695 32
Seperti rinaian hujan yang jatuh tanpa diketahui, begitupun takdir. Entah ini lelucon ataupun sudah ketentuan kehidupan, Alsava Kanaya hanya ingin me...
96.4K 3K 30
[ONGOING 🔞] #8 insanity :- Wed, May 15, 2024. #2 yanderefanfic :- Sat, May 18, 2024. After y/n became an orphan, she had to do everything by herself...
13.1M 435K 41
When Desmond Mellow transfers to an elite all-boys high school, he immediately gets a bad impression of his new deskmate, Ivan Moonrich. Gorgeous, my...
731K 2.7K 66
lesbian oneshots !! includes smut and fluff, chapters near the beginning are AWFUL. enjoy!