FAVORABLE

By tamarabiliskii

224K 24.1K 11.4K

Bagaimana rasanya punya tetangga yang super berisik dan tiap hari hobinya ngerepotin? More

Prolog
1. Tetangga Baru
2. Bertemu Lagi
3. Kepergian
4. Bersyukur
5. Sebuah Penerimaan
7. Nasi Goreng Gosong
8. Cemburu?
9. Ayam Kesayangan
10. Gara-Gara Gumi
11. Terjebak
12. Tantangan
13. Something
14. Bocah Setan
15. Pelampiasan?
16. Ribut
17. Kesepakatan

6. Hobi Merepotkan

9.1K 1.2K 560
By tamarabiliskii

Narasi yang aku tulis tolong dibaca semua yaa. Biar nggak ada pertanyaan yang seharusnya nggak ditanyakan karena udah ada jawabannya😔🙏

Ini 5 tahun kemudian dari bab sebelumnya. Di sini Caca umur 18 tahun (kelas 3 SMA). Ilham 21 tahun (kuliah semester 5). Ini masa sekarang. Bukan flashback lagi

Aku update lagi kalo vote dan komennya udah 500 yaawww💗💗

***

6. Hobi Merepotkan

***

5 tahun kemudian...

BRAK!!

"KAIIIILLLLLL!!!"

Teriakan melengking berpotensi merusak gendang telinga menggema di dalam ruangan berukuran 5×5 bernuansa putih abu-abu tepat setelah pintu dibuka paksa dari luar. Mengganggu tidur pulas seorang cowok dalam balutan selimut putih tebal yang menutupi ujung kaki hingga ujung kepala. Hanya menyisakan sedikit celah di bagian wajah untuk menghirup udara.

"KAIL!! BANGUN!!" teriaknya lagi dengan suara yang masih sama.

Cewek dengan seragam putih abu-abu lengkap berserta sneakers putih berdiri di ambang pintu dengan wajah sebal. Helaan napas lega perlahan terdengar ketika melihat cowok yang ia teriaki mulai bergerak sedikit demi sedikit.

"Dasar kebo!" ledeknya pelan. "Jam segini masih molor. Mana hidung sama mulutnya mangap-mangap mirip sapi!"

Tangan kiri cewek berambut sepunggung yang kini dibiarkan terurai, masih memegang ujung gagang pintu. Menahan pintu agar tetap terbuka. Sekaligus berjaga-jaga jika saja pintu ditutup paksa oleh sang tuan rumah dan dirinya berakhir diusir seperti yang sudah-sudah.

"Engghhh... "

Sementara itu, dengan gerakan malas, cowok yang masih terbaring di tempat tidur, terlihat menggeliat. Meregangkan otot-otot tubuh sebelum menyibak selimut tebalnya dan mengubah posisi menjadi setengah duduk dengan bersandar pada kepala ranjang.

Samar-samar matanya yang belum terbuka sempurna dapat menangkap kehadiran seorang cewek yang sudah tidak asing lagi baginya. Berdiri di sana dengan senyum menyebalkan yang ingin sekali ia musnahkan detik itu juga.

Caca. Iya, cewek itu adalah tetangga sebelah rumahnya yang super duper berisik. Satu lagi, cewek itu mempunyai hobi aneh selain hobi membuat kue-kue yang selalu gagal dan hobi mengoleksi cowok. Yaitu hobi merepotkan dirinya.

Setelah meminum segelas air putih yang tersedia di atas nakas, Ilham berdiri menghampiri Caca yang masih setia menunggunya di ambang pintu. Ilham berjalan dengan decakan dan langkah malas-malasan.

"Lo ngapain pagi-pagi ada di kamar gue dan teriak-teriak, hm?" tanya Ilham dengan suara serak khas orang bangun tidur.

Seperti biasa, Caca menyambut pertanyaan Ilham dengan cengiran lebar. Menunjukkan deretan gigi putihnya serta wajah tidak bersalah. "Aku mau minta tolong Kail buat benerin gas di dapur aku. Aku mau goreng telur buat sarapan tapi gasnya tiba-tiba habis."

"Pak Tedja sama Bi Onah belum balik dari kampung?"

Bibir Caca melengkung ke bawah. Dua orang kepercayaan orang tuanya yang ditugaskan untuk menemani di rumah selama lima tahun belakangan ini memang masih pulang kampung dan belum kembali ke Jakarta sejak tiga hari lalu.

"Belum."

"Aku ganggu tidur Kail, ya?" tanya Caca basa-basi. Matanya mengerjap polos di hadapan cowok bertubuh jangkung yang masih menggaruk bagian belakang kepala sambil menguap lebar.

"Iki ginggi tidir Kiil, yi?" tiru Ilham dengan ekspresi meledek. Kemudian cowok itu berdecak kasar seraya melipat tangan di depan dada. "Udah gue bilang berapa kali? Nama gue Ilham. Bukan Kail!"

Caca mengangkat jari-jemarinya. Pura-pura menghitung. Kira-kira sudah berapa kali Ilham mengamuk gara-gara nama panggilan buatannya. "Udah--"

"Nggak usah dihitung beneran!" sentak Ilham meraih jari-jemari Caca untuk ia hempaskan begitu saja.

Menghela napas, dengan sabar Caca kembali menjelaskan untuk kesekian kali. "Kail itu singkatan dari Kak Ilham. Jadi sama aja tau, Kak. Kail sama dengan Kak Ilham."

Caca tersenyum selebar mungkin meski di hadapannya Ilham menatap dengan wajah datar.

"Kiil iti singkitin diri Kik Ilhlim. Jidi simi iji tii, Kik. Kiil simi dingin Kik Ilhim."

Lagi-lagi Ilham menirukan jawaban Caca yang menurutnya menjengkelkan untuk didengar dengan wajah meledek. Ilham tahu, Kail memang singkatan dari 'Kak Ilham'. Nama panggilan khusus dari Caca untuknya selama ini. Entah ide dari mana, yang pasti ia tetap tidak bisa terima nama panggilannya diganti seenak jidat. Apalagi jika Caca memanggilnya seperti itu di depan banyak orang. Bisa-bisa mereka mengira namanya memang Kail, bukan Ilham. Aneh sekali, kan?

"KAIL! BANTUIN AKU!"

Caca berusaha menahan pintu sekuat tenaga saat tiba-tiba Ilham berniat menutup pintu dan membuatnya terdorong keluar.

"KAIL!!"

"Kail nggak kasian sama aku?" rengek Caca dengan tatapan mata memelas. Jurus paling ampuh yang biasanya membuat Ilham luluh di hari-hari sebelumnya.

Ilham merotasikan kedua matanya. Ia paling malas melihat ekspresi menyedihkan Caca yang sengaja dibuat-buat. Belum lagi kalau cewek itu pura-pura menangis dan mengadu pada sang mama. Bisa-bisa nanti ia yang kena omelan. Ia juga yang merasa menjadi anak tiri di dalam rumahnya sendiri.

"Aku aduin Mail, nih!" ancam Caca. Bersiap akan membuka mulut untuk berteriak mengadu pada Mama Ilham.

Iya, Mail itu memang singkatan dari 'Mama Ilham'. Panggilan khusus yang Caca buat juga.

Dengan hati setengah tidak ikhlas. Mau tidak mau akhirnya kepala Ilham manggut-manggut. Menyetujui permintaan Caca untuk membantunya memasang gas.

"Iya! Gue bantuin lo!"

Karena Ilham tahu betul bagaimana tabiat seorang Caca. Cewek itu tidak akan menyerah sebelum apa yang diinginkan bisa didapatkan detik itu juga. Daripada terus diganggu dan tidak bisa menikmati hari liburnya karena sekarang kuliahnya kosong, lebih baik ia menyudahi perdebatan dengan mengiyakan. Kapan lagi mahasiswa Semester 5 bisa leha-leha tanpa tugas?

Lagi pula kasihan juga kalau Caca tidak bisa sarapan sebelum pergi ke sekolah hanya karena masalah gas habis. Galak-galak begini dirinya juga masih mempunyai hati nurani pada tetangganya yang berisik dan tidak tahu diri ini.

Senyum Caca merekah. Setelah itu terdengar teriakan dari lantai bawah yang membuat atensi keduanya teralih. Teriakan yang tak lain adalah suara dari Ajeng--mama Ilham.

"CACA! GIMANA? UDAH BANGUN BELUM SI DADDY GUMI?"

Caca menahan tawa. Gumi adalah nama anak ayam kesayangannya yang ia ambil dari nama belakang Ilham, 'Gumilar' dan panggilan Daddy Gumi sebenernya panggilan iseng yang ia berikan pada Ilham beberapa waktu lalu. Sebab, Ilham selalu benci dengan anak ayam peliharaannya yang tak berdosa itu.

"AMAN MAIL!!!" balas Caca ikut berteriak.

"Ck! Daddy! Daddy! Gue belum punya anak!"

"Gumi kan--"

"GUMI ANAK AYAM DAN DIA BUKAN ANAK GUE!"

Tatapan meledek Caca lemparkan ke arah Ilham. "Cie... sekarang mau ngakuin nih kalau ayam aku namanya Gumi?"

Ilham menghela napas berat. Entah pelet apa yang dimiliki oleh cewek di hadapannya sampai-sampai membuat mamanya selalu berada di pihak Caca.

"Gue mau cuci muka sama sarapan dulu. Kalau lo nggak mau nunggu, ya udah pasang aja sendiri!" sengit Ilham sebelum berjalan ke arah kamar mandi yang berada di dalam kamarnya. "Lagian kalau nggak bisa masang gas, nggak usah pakai kompor gas. Pakai kompor listrik kek, kompor apa kek. Ngerepotin orang aja!"

Langkah Ilham di depan pintu kamar mandi terhenti saat merasa Caca mengikutinya di belakang. Dengan cepat Ilham berbalik badan. Menatap Caca tajam sebelum menyemprotnya menggunakan kalimat pedas.

"Lo mau ngapain ngikutin gue bocah setan?!"

Senyum Caca melebar. Senyum yang tampak amat menyebalkan di mata Ilham sekarang.

"Kalau nunggu Kail cuci muka sama sarapan, aku bisa telat, Kak." Caca menunduk, melihat jam tangan di pergelangan kiri. "Aku cuma punya waktu tiga puluh menit sebelum berangkat sekolah. Belum nanti waktu buat masang gasnya. Terus waktu buat goreng telurnya. Waktu buat habisin sarapan aku. Waktu buat--"

"Bodoamat!"

BRAK!!

Saking kagetnya, mata Caca sampai terpejam saat Ilham masuk dan menutup pintu kamar mandi kencang-kencang.

"Dasar nyebelin!" sungut Caca sembari menghentakkan kedua kakinya ke lantai.

Menghela napas sabar, dengan pasrah akhirnya Caca harus menunggu Ilham hingga selesai di kamar mandi. Mau bagaimana lagi? Ia tidak bisa berbuat apa-apa kalau Ilham sudah seperti ini. Ia tidak mempunyai pilihan lain selain harus menunggu Ilham jika ingin memasak telur ceplok sebelum berangkat ke sekolah.

Saat ingin mendudukkan diri di tepi tempat tidur, mata Caca tidak sengaja menangkap keberadaan barang yang tak biasanya ada di kamar Ilham. Tepatnya di atas meja belajar. Satu buket bunga mawar putih berserta amplop pink yang tergeletak di sebelahnya.

Karena rasa penasarannya sudah meronta-ronta, perlahan Caca mendekati meja belajar. Ia mengambil amplop itu. Lantas membacanya dengan saksama setelah memastikan keadaan aman.

"Happy Birthday, Nenda. Semoga panjang umur. Semoga sehat selalu. Semoga cita-cita lo tercapai. Semoga semua doa lo terkabul. Semoga kuliah lo lancar. Semoga rezeki lo ngalir terus. Semoga lo dijauhkan dari hal buruk. Semoga mama lo cepet sembuh. Semoga keluarga lo baik-baik aja. Semoga lo bahagia terus. Semoga--" Caca berdecak kasar. "Ini surat cinta atau apa sih? Isinya malah kayak orang berdoa doang. Nggak ada romantis-romantisnya sama sekali."

Mata Caca melebar saat membaca kalimat paling bawah. Paling pojok. "Semoga lo bisa nerima gue jadi cowok lo."

"Kail mau nembak Kak Nenda pakai cara kayak gini?" Caca menyemburkan tawanya. "Pfffttt... pantes aja ngejar hampir 6 tahun selalu ditolak terus. Cara nembaknya aja kayak bapak-bapak yang lagi doain anaknya."

"Ngapain lo?!"

Terkejut, Caca buru-buru menutup dan meletakkan amplop tersebut ke tempat semula. Lantas memberikan senyum lebar ke cowok yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan wajah dan rambut sedikit basah untuk mengurangi rasa curiga.

"Lo baca surat gue ya?!" tuduh Ilham tepat sasaran. Ilham langsung mengambil alih buket bunga dan amplop yang berada di meja belajarnya dengan gerakan kasar. "Lancang banget lo!"

Caca menelan ludahnya susah payah. Tenggorokannya tiba-tiba terasa kering melihat wajah Ilham mendadak merah menahan amarah. "Tadi aku cuma--"

"Bacot!" sembur Ilham cepat. Detik berikutnya cowok dengan celana pendek selutut itu melangkah keluar kamar setelah menyimpan buket bunga dan amplop di dalam lemari.

"Pasang sendiri gas lo! Gue males bantuin orang lancang kayak lo!"

Caca terhenyak setelah mematung beberapa saat. Tanpa membuang waktu, ia buru-buru mengejar Ilham yang kini berjalan cepat menuruni anak tangga. Hingga akhirnya Caca berhasil membuat cowok itu berhenti dengan menarik ujung belakang kaos hitamnya.

"Kak!"

Ilham menoleh dengan wajah dongkol. Tatapannya jatuh pada tangan Caca yang menarik kaosnya lalu bergerak naik menatap kedua mata Caca.

"Lepasin nggak?!"

"Bantuin aku!" rengek Caca dengan tatapan memohon.

Bukannya luluh, kini tatapan Ilham justru semakin menajam. Mereka berdua berdiri saling berhadapan di pertengahan tangga.

"Nggak!" tolak Ilham seraya menyingkirkan tangan Caca. "Minta bantuan ke cowok-cowok lo aja sana! Ngapain gue yang selalu lo repotin?!"

"Tapi kan--"

"Tapi kan gue tetangga lo makanya bisa lo repotin seenaknya?" sarkas Ilham. Sepertinya kesabarannya pagi ini hilang karena kesal dengan kelancangan Caca saat berada di kamarnya tadi. "Justru karena gue cuma tetangga lo, harusnya lo tahu diri buat nggak merepotkan gue yang bukan siapa-siapa lo ini. Apalagi sikap lo lancang banget kayak tadi."

Untuk beberapa detik Caca hanya diam. Menatap Ilham datar dengan dada memburu naik turun. Sebelum akhirnya ia bersuara dengan suara ketus dan memilih pergi.

"Ya udah kalau nggak mau bantu! Nggak usah ngata-ngatain aku nggak tahu diri!"

"Emang lo nggak tahu dir—"

"KAKAK! MINTA MAAF KE CACA SEKARANG!!"

***

LANJUT NGGAK???

Menurut kalian cerita ini gimana???

Cerita ini juga ada versi instagramnya yaa. Kalian bisa langsung ke instagram aku @tamarabiliskii karena di sana updatenya lebih sering

Spam emoticon 🐥🐥🐥 di sini kalau mau cerita ini lanjut dan aku rajin update!!

See u di part selanjutnya!!!

Continue Reading

You'll Also Like

566K 21.7K 46
⚠️ WARNING!!! : YOUNGADULT, 18+ ‼️ hars word, smut . Tak ingin terlihat gamon setelah mantan kekasihnya berselingkuh hingga akhirnya berpacaran denga...
428K 1.9K 16
⚠️LAPAK CERITA 1821+ ⚠️ANAK KECIL JAUH-JAUH SANA! ⚠️NO COPY!
917K 170K 54
Reputation [ rep·u·ta·tion /ˌrepyəˈtāSH(ə)n/ noun, meaning; the beliefs or opinions that are generally held about someone or something. ] -- Demi me...
7.3M 353K 75
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...