I'm Fine (End)

By Mhyka62

1M 114K 6.6K

Rasya Abelio pemuda yang menyerah akan hidupnya, diabaikan oleh keluarganya karena perbedaannya membuat Rasya... More

Prolog
Part:1
Part:2
Part:3
Part:4
Part:5
Part:6
Part:7
Part:8
Part:9
Part:10
Part:11
Part:12
Part:13
Part:14
Part:15
Part:16
Part:17
Part:18
Part:19
Part:20
Part:21
Part:22
Part:23
Part:24
Part:25
Part:27
Part:28
Part:29
Part:30
Astaga..
Part:31
Part:32
Part:33
Part:34
Part:35
Part:36
Part:37
Part:38
Part:39
Part:40
Extrapart
Baluuu

Part:26

22.9K 2.6K 113
By Mhyka62

Vote and comment juseyo...
...

Sudah 3 hari lamanya Alfanza beristirahat karena demam yang di deritanya, sekarang dia sudah berada di parkiran sekolah bersama Aron dan Eric.

"Abang masih keliatan pucat gini, lebih baik istirahat aja ya" ujar Aron menatap khawatir Alfanza.

"Hmm masa sih, tapi gue udah sehat kok" ujarnya dan berkaca di spion motor milik Eric.

"Abang nggak bisa boong, jelas-jelas wajah abang keliatan pucat" ujar Eric menempelkan punggung tangannya di dahi Alfanza.

"Kan masih hangat, kita bolos aja hari ini, kita bakalan temanin abang istirahat di ruangan biasa" ujar Eric dan dibalas Alfanza dengan memutar matanya malas.

"Bilang aja kalian mau bolos" ucap Alfanza menoyor pelan dari Eric.

"Yaa nggak bang, ini kan untuk kebaikan abang, jangan terlalu maksa diri bang, kalau nanti abang pusing karena mikirin pelajaran gimana?"

"Lebih baik kita bolos aja" ujar Aron dan diangguki setuju oleh Eric.

"Nggak ada ya bolos-bolos, sekarang ke kelas" tegas Alfanza merangkul bahu kedua pemuda itu dan membawa mereka ke kelas, membuat Aron dan Eric berdengus kesal karena rencana buat bolos mereka harus gagal.

Selama perjalanan menuju ke kelas, mereka berbincang ringan mengenai Cafe yang rencananya akan mereka renovasi dan membuat panggung kecil untuk penampilan Band di sana.

"Itu perlu ya, biayanya gimana?" Ujar Alfanza sedikit tidak setuju dengan usulan si kembar.

"Biayanya ada kok bang, dan juga sepertinya pelanggan mulai jenuh, kita harus bikin perubahaan kan buat mempertahankan pelanggan kita" ujar Eric dan diangguki setuju oleh Aron.

"Jangan bilang kalau lo pakai uang pribadi lagi" ujar Alfanza menatap Eric curiga.

"Nggak kok hehe, Cafe 2 bulan ini dapat keuntungan besar bang, dan kita kan punya uang Cas Cafe untuk keperluan mendadak seperti ini" jelas Eric dengan yakin.

"Ohh yaudah, sepertinya boleh juga, kalau biayanya kurang nanti kita patungan aja, biaya beli peralatan musik kan mahal, pasti uangnya nggak akan cukup" ujar Alfanza dan diangguki setuju oleh si kembar.

"Terus yang bakalan tampil nanti siapa, apa kalian udah ada rekomendasi band yang mengisi cafe kita?" Tanya Alfanza.

"Kita aja deh tampil nanti, biar hemat biaya" ujar Aron membuat langkah Alfanza berhenti dan menatap si kembar.

"Gue juga?" Tanyanya dan diangguki oleh Aron.

"Kenapa, abang nggak bisa main alat musik ya, gimana kalau bagian nyanyi?"  Ujar Aron membuat Alfanza diam. Bukan karena tidak mau, selain karena memang dia tidak bisa memainkan alat musik tapi dia juga ragu kalau bernyanyi.

Soalnya selama hidupnya dia hanya bisa bersenandung. Kalian tidak lupakan kalau Rasya itu mantan tunawicara, dan selama berada di raga Alfanza dia juga tidak pernah bernyanyi.

"Tapi gue kok bersemangat gini, gue pengen tapi ragu, gimana kalau malah kacau"

"Coba aja kali ya, kata bang Arsya kan gue nggak boleh takut mencoba, supaya nemu jawabannya"

"Jadi gue harus coba dulu nanti putuskan gimana" batin Alfanza manggut-manggut semangat.

"Hmm, tapi gue nggak yakin bisa nyanyi, gapapa kan kalau kita coba dulu" ujar Alfanza akhirnya.

"Tentu bang, nanti kita latihan di ruang musik sekolah dulu aja" ujar Eric

"Benar, ahh atau gimana kalau kita persiapkan diri buat tampil di acara sekolah juga 2 minggu lagi, kayaknya bakalan seru"

"Sekalian kita promosi, kalau Kafe kita bakalan ada band juga hehe" timpal Aron.

"Pintar juga lo, boleh tuh" ujar Alfanza mengelus rambut Aron, membuat Aron tersenyum senang menatap Eric dengan senyuman mengejek, merasa menang dari Eric.

"Baiklah, mari kita coba" ujar Alfanza bersemangat.

.

.

.

.

.

Alfanza tersenyum senang mengendarai motornya, yahh motor miliknya sendiri. Tadi sepulang sekolah dia meminta si kembar untuk menemaninya membeli motor, si kembar tentu saja bersemangat dan memilihkan motor yang bagus untuk Alfanza.

Tapi masalahnya si kembar malah memilihkannya motor yang harganya lebih dari 100juta. Ada sih uangnya , tapi dia kan harus berhemat untuk kebutuhannya nanti.

Dan alhasil, Alfanza mengambil motor sport berwarna merah dan hitam, yang harganya lebih murah dari yang dipilih si kembar.

"Bang, mau main dulu nggak?" Tanya Aron saat mereka berhenti dilampu merah.

"Nanti malam aja gimana, gue belum izin nih" ujar Alfanza.

"Yaudah bang, ketemu di Cafe nanti ya" ujar Eric melambaikan tangannya, mereka berpisah karena mereka berbeda arah tujuan.

Alfanza yang lurus, dan si kembar yang berbelok ke kanan untuk menuju  mansionnya.

"Hati-hati kalian" peringat Alfanza dan diberikan acungan jempol oleh si kembar.

"Stt dia akhirnya sendirian"

"Ttt cegat dia dan bawa secepatnya" Percakapan dua orang yang berbeda jarak, mereka saling tatap dan mengangguk, dan mengikuti Alfanza supaya tidak kehilangan jejak.

2 orang mengikuti Alfanza dengan menggunakan motor, dan ada beberapa orang di dalam mobil.

Alfanza yang awalnya mengendari motornya santai, menatap curiga orang-orang yang mengikuti dia dari belakang. Dengan menampilkan gostur badan tenang, dia menambah kecepatan motornya, dan benar saja mereka ikut menambah laju kendaraan mereka.

"Sialan" geram Alfanza terus melaju hingga orang-orang itu dihadang oleh beberapa motor, dan membuat Alfanza menghela nafasnya lega, hingga akhirnya dia sampai di kediaman Smith dengan selamat.

Tapi sesampai di kediaman Smith, dia malah melihat beberapa motor sport di halaman depan, membuat Alfanza berdengus kesal dan langsung masuk ke garasi mansion itu.

"Anjirlah bang Arsya kok nggak bilang sih temannya pada mau ke sini, kalau tau gini lebih baik gue main sama si kembar aja tadi" kesal Alfanza dan melihat ponselnya yang ternyata ada beberapa panggilan dan pesan dari Arsya dan Cakra.

"Ck salah gue sendiri ternyata nggak lihat ponsel" gumamnya dan menghela nafasnya kasar. Dia akhirnya memutuskan untuk ke mansion bagian belakang, dimana terletak sebuah rumah yang menjadi tempat tinggal pekerja mansion itu.

Setidaknya dia harus bersembunyi dan mencari tempat istirahat terlebih dahulu, sambil memikirkan orang-orang yang mengejarnya tadi.

"Udah mulai bergerak rupanya" ujar Alfanza memijit pangkal hidungnya pening, sepertinya hidupnya tidak akan tenang nanti.

Sedangkan di sisi lain, seorang Pria menggeram marah karena mendapatkan kabar dari anak buahnya kalau mereka dihadang dan dihajar, sehingga membuat mereka kehilangan jejak Alfanza.

"Sialan, sebenarnya siapa yng berada dibelakang bocah itu,  kenapa sulit sekali mencari keberadaannya" kesal Fikri Alberto, orang tua angkat Alfanza.

"Apa mungkin, Xavier masih melindunginya dari jauh mas?" Ucap Alya tampak berpikir.

"Tidak mungkin, kita selalu memantau kegiatan Xavier selama 24 jam dan tidak ada yang mencurigakan" ujar Fikri memijir dahinya pusing.

"Huhh, pokoknya aku tidak mau tau ya mas, sebelum abang aku datang ke sini, bocah itu harus berada di sini" ujar Alya dan meninggalkan Fikri yang menggeram marah.

"Sialan" umpat Fikri dan kembali menghubungi bawahannya untuk mencari siapa yang berada di belakang Alfanza. Dia juga berniat menghancurkannya karena sudah berani membuatnya pusing seperti ini, hanya karena melindungi Alfanza.

.

.

.

.

.

Arsya tersenyum tipis melihat Alfanza yang tampak kesal pada dirinya, karena lagi-lagi mereka dihukum dengan kaki mereka terantai seperti sebulan yang lalu, dan semuanya tentu saja karena Arsya.

Flashback

Alfanza sedang asyik bermain bersama Cakra di ruang keluarga, sedangkan yang lainnya sibuk mengerjakan pekerjaan mereka masing-masing.

Arsya yang sedang mengerjakan tugasnya dibuat kesal karena melihat Alfanza yang bermain bersama Cakra. Padahal dia juga ingin berduaan dengan adeknya itu, tapi Cakra selalu saja memonopoli Alfanza untuk dirinya sendiri.

Karena kesal akhirnya dia memikirkan suatu rencana, supaya dirinya bisa menghabiskan waktu berdua dengan Alfanza, tanpa diganggu oleh siapapun.

"Rasya, tolong buatin abang minuman dong, haus nih" ujar Arsya, Rasya awalnya menolak karena dirinya sedang asyik bermain, tapi karena rengekan Arsya membuatnya pasrah dan akhirnya membuatkan minuman untuk tuan mudanya itu.

Tapi saat Alfanza hendak memberikan minuman itu pada Arsya, Arsya malah dengan sengaja menghadang kaki Alfanza dengan kakinya, hingga membuat Alfanza oleng, dan jus mangga yang dibuatnya tadi tumpah mengenai buku tugas Arsya.

Arsya dengan ide gilanya malah marah dan mendorong Alfanza, sehingga terjadilah cekcok di antara mereka.

"Arsya, kamu apa-apaan sih, adek kamu itu nggak sengaja" kesal Arsyi membantu Alfanza berdiri.

"Tugas Arsya hancur gara-gara dia mom, nggak bisa hati-hati emang, ini tugas dikumpulin besok, masa Arsya harus begadang lagi buat ngeringkas materi itu" ujar Arsya menatap Alex, Alex menghela nafasnya kasar melihat tatapan Arsya.

"Lo tanggung jawab nggak" ujar Arsya mencoba memancing emosi Alfanza dengan menarik kerah bajunya.

"Masih mau bertengkar haa, mau daddy kurung lagi kalian di ruang bawah tanah seperti bulan lalu" Ujar Alex  menatap kedua itu menatapnya dengan pandangan berbeda.

Arsya yang kaget mendengar hukuman dari daddynya, sedangkan Alfanza yang tiba-tiba otaknya jadi lola karena kejadian barusan, dia yakin ada seseorang yang sengaja membuatnya jatuh tadi.

"Maunya sih gitu, karena gue bisa berduaan sama Rasya di sana...

"Tapi kasihan Rasya karena dia baru sembuh, kalau dia kedinginan dan sakit lagi gimana" batin Arsya menatap Alex dengan tatapan datar.

"Maaf dad" ujar Arsya merutuki dirinya, jangan sampai karena dirinya yang ingin berduaan dengan adeknya itu, Rasya malah sakit lagi.

"Rasya" ujar Alex yang melihat Alfanza yang hanya diam menatap tajam Arsya.

"Rasya akan tanggung jawab, maaf" ujar Alfanza mengalah, tidak ada gunanya juga dirinya membela diri, dia sadar posisinya di sini.

"Haa kalian ikut daddy" ujar Alex membuat Arsya sedikit cemas, tapi melihat hukuman yang diberikan oleh daddynya membuat Arsya tersenyum kemenangan.

Untung saja daddynya itu peka.

Flashback off

"Lo sengaja ya" ujar Alfanza merebahkan dirinya di kasur Arsya, begitu juga Arsya tentunya.

"Sengaja maksud lo?" Ujar Arsya sedikit sewot.

"Ya lo sengaja tadi, supaya gue jatuh dan minuman yang gue bawa tumpah, supaya lo marah dan ribut sama gue" ujar Alfanza menatap Arsya.

"Ck lo yang jatuh kok nyalahin gue, gara-gara lo tugas gue jadi hancurkan"

"Asal lo tau ya, besok ada pemeriksaam catatan di kelas kami, jadi catatan gue harus lengkap... dan gara-gara lo, buku catatan gue malah ketumpahan jus mangga"

"Mana gurunya killer lagi, pasti gue bakal dihukum lagi besok di sekolah"

"Dan bisa-bisanya lo malah ngira gue sengaja buat lo jatuh, apa untungnya buat gue"

"Yang ada, gue yang malah rugi banyak" kesal Arsya, tentunya hanya sandiwara.

Alfanza hanya diam melihat Arsya yang sedang mengoceh, kemudian mengambil ponselnya untuk menghubungi teman-temannya karena tidak bisa keluar dari mansion malam ini.

"Al, gue mau main PS" ujar Arsya melirik Alfanza yang sibuk dengan ponselnya.

"Tugas lo?" Tanya Alfanza mengernyit heran menatap Arsya.

"Nggak bakal selesai juga dikerjain malam ini, gue bisa bolos pelajaran sejarah besok" ujar Arsya dengan nada malas.

"Terus kenapa lo malah marah tadi ogeb" kesal Alfanza menatap Arsya.

"Ya cuma emosi sesaat" ujar Arsya santai membuat Alfanza ingin sekali memukul wajah abangnya itu.

Karena emosi sesaat pemuda itu, dia harus dihukum dan tidak bisa bermain bersama teman-temannya, padahal rencananya dia ingin berkeliling kota menggunakan motor barunya.

"Tapi kan bisa dikerjain dulu bang, dari pada nggak sama sekali"

"Biar gue bantuin kalau abang capek" ujar Alfanza menghela nafas pelan.

"Percuma, gue yakin nggak akan selesai semuanya malam ini dan pastinya gue tetap bakalan dihukum"

"Gue juga udah malas ngerjain, lebih baik kita main aja yuk" ujar Arsya berdiri.

"Terserah abang aja" ujar Alfanza diam-diam tersenyum tipis dan mengikuti langkah abangnya itu menuju tempat bersantai di kamar Arsya.

.

.

.

.

.

Alex terkekeh pelan melihat Arsya dan Alfanza yang berada di dalam kamar, putranya itu benar-benar gila. Dia tidak pernah peduli dengan akibat dari perbuatan konyolnya itu, asalkan tujuannya tercapai.

"Rendi kira daddy bakal ngurung mereka di ruang bawah tanah" ujar Rendi yang berada di ruang kerja Alex.

"Kalau mereka dihukum di sana, daddy yakin adek kamu itu makin senang, tapi Rasya baru saja sembuh, nanti dia akan sakit lagi" ujar Alex menghela nafasnya pelan.

"Lain kali, hukumannya jauhkan aja mereka berdua dad, jangan biarkan Arsya bertemu dengan Rasya beberapa hari"

"Biar Arsya tau rasa, dia sebenarnya tadi kelewatan, hanya karena mau berduaan dengan Rasya, dia bahkan dorong Rasya" kesal Rendi pada adek pertamanya itu.

"Biarkan saja, Rasya juga kelihatan senang"

Alex dan Rendi memang sudah mengetahui kalau Alfanza itu Rasya, bahkan sebelum Arsya memberitahu mereka.

Jangan bertanya kenapa, Alex dan Rendi tidak mungkin membiarkan orang asing tinggal dengan mudah dalam mansion Smith.

Kamar yang katanya bisa jadi Privasi Alfanza, sebenarnya terdapat CCTV tersembunyi di sana untuk memantau kegiatan Alfanza, supaya tidak merugikan mereka.

Dan saat Arsyi masuk ke kamar Alfanza 5 hari lalu, mereka berdua juga mendengarkannya di ruang kerja Alex.

Ekspresi dan perasaan mereka tidak beda jauh dengan Arsya, penyesalan dalam diri mereka, ketidakpercayaan dengan hal yang mereka dengar dan tentunya perasaan senang karena diberikan kesempatan kedua.

Ingin rasanya mereka memeluk Alfanza dan meminta maaf dengan tulus. Tapi karena suatu hal, mereka berpura-pura tidak mengetahui hal tersebut.

Selain permintaan Arsya, ada sesuatu yang harus mereka urus terlebih dahulu dengan bertujuan melindungi Rasya.

"Lebih baik kita bahas tentang Alberto" ujar Alex tampak menampilkan raut wajah serius.

"Daddy yakin setelah orang-orang yang melindungi Rasya menghalangi rencana Alberto untuk membawa Alfanza, dia tidak akan tinggal diam begitu saja" ujar Alex dan diangguki mengerti oleh Rendi.

"Daddy takut sama dia?" Tanya Rendi dengan nada sinis.

"Jangan pancing amarah daddy Rendi, kamu kira daddy takut dengan kucing itu" ujar Alex sedikit membentak.

"Hmm, jadi rencana daddy apa?" Uajr Rendi dengan nada malas.

"Membiarkan mereka tau kalau Alfanza bersama kita" ujar Alex membuat Rendi mengernyit heran.

"Kita lihat, apa mereka nanti masih berani membawa Alfanza" lanjut Alex menyeringai.

"Tapi Alfanza tidak ingin keberadaannya di sini ketahuan" ujar Rendi mengingatkan daddynya itu.

"Bodoh" kesal Alex pada putra sulungnya itu, dan mendapat delikan tajam dari Rendi.

"Kamu kira, kenapa Rasya tidak mau ketahuan kalau dia berada di sini?" Tanya Alex menatap Rendi dengan tatapan serius.

Rendi diam, kalau dari posisinya sebagai Alfanza, yang mempunyai Citra seorang manipulatif dan memanfaatkan orang lain.

Bisa saja hal itu yang membuat Rasya tidak ingin ketahuan kalau dia yang berada di kediaman Smith  untuk menghindari gosip dan cercaan dari orang lain.

Apalagi Rendi tau, kalau Roni putra ketiga Fikri Alberto itu, masih saja berburuk sangka dan mencerca Alfanza.  Jadi dia berpikir Rasya hanya tidak mau mendengar hal yang membuatnya muak, kalau mereka tau dia yang dianggap parasit itu malah tinggal di mansion Smith.

"Yahh karena Rasya nggak mau dia semakin dianggap parasit karena tinggal di sini" ujar Rendi

"Cuma itu?" Tanya Alex dan diangguki oleh Rendi.

"Bodoh" ketus Alex lagi, Rendi berusaha sabar dikatai bodoh oleh daddynya itu. Padahalkan dirinya ini 11 12 dengan daddynya.

"Ck Rendi cuma bisa mikir itu" kesal Rendi

"Kamu harus coba mengenal lebih dekat adek kamu itu lagi Rendi" ujar Alex membuat Rendi diam.






Tebece

Tuh Alex dan Rendi itu udah tau,, tapi aku malas bikin momentnya haha...
Kurang lebih sama lah seperti Arsya.

Continue Reading

You'll Also Like

848K 80.1K 30
Albian Putra Nagaswara remaja yang pandai memainkan peran dan mati akibat keracunan makanan. harus menggantikan hidup seorang Alvian theo aldaren seo...
2.4M 208K 50
Gethan tidak tau bagaimana dirinya yg terbangun di tubuh seseorang,setelah dirinya mengalami kecelakaan. Leyander astano bocah laki-laki 12 tahun yg...
483K 52.3K 32
Zaxe adalah manusia buatan yang paling sempurna. Ia diprogram khusus dengan kepintaran yang luar biasa. Wajahnya yang tampan bak dewa Yunani bisa men...
416K 37K 24
Gak ada deskripsi^^ Penasaran??? Baca aja:) From: Menjadi TUAN MUDA To: TUAN MUDA (ADRIAN) { Bahasa campuran } Vote kalo suka^^ Nggk suka skip aja yg...