Kenniro saat ini berada di ruang keluarga menonton televisi yang menampilkan film action
Matanya memerah dengan bekas air mata di pipinya. Dua jam lamanya ia menangis karena di tinggal begitu saja oleh Papanya saat dirinya sedang bersama dengan Gara
Walaupun sudah menonton tv, suara sesenggukan masih terdengar oleh beberapa keluarga Alessandro yang juga ada disana.
"Papa kenapa lama pulangnya?" Mata yang semula fokus pada televisi di hadapannya langsung menoleh pada Irene dengan air mata yang kembali mengalir di pipi gembil nya
Kenniro beralih menatap Atarick yang duduk di samping Olivia, setelah itu tangisannya kembali terdengar di ruang keluarga
"Daddy aja udah pulang.. huaaaaaaa... Papa!!"
Irene dan Olivia mendekati Kenniro yang kembali menangis dengan kencang dan memeluk tubuh yang sangat pas dalam dekapan sang ibu
"Mending kita tidur aja ya? Nanti kalau Ken bangun, Papa pasti sudah pulang" bujuk Irene sambil mengelus rambut hitam putranya
"Mau tidur sama Papa...hikss.."
"Iya, nanti Papa tidurnya nyusul" balas Irene yang diberi gelengan oleh Kenniro
"Papa!" Pekik Kenniro dengan binaran di matanya saat mendengar suara mesin mobil di luar
"Papa udah pulang" Kenniro bergerak heboh seperti anak kecil sambil mengangkat kedua tangannya meminta gendong Atarick. Memangnya siapa lagi? Samuel? kakinya baru sembuh. Sedangkan Gara? Kenniro marah pada abangnya itu karena karena dia, ia jadi di tinggal Papanya pergi kerja. Dan para wanita-wanita disana mana kuat menggendong Kenniro
Dengan sekali gerakan Kenniro sudah berada di gendongan Atarick. Tangannya menunjuk pintu utama agar Daddy nya itu berjalan kesana
Atarick hanya bisa menuruti, daripada nantinya nangis lagi
Pintu utama itu pun terbuka, bodyguard yang berjaga membungkukkan badannya. Berbeda dengan Kenniro yang malah melunturkan senyumnya melihat siapa yang datang
Matanya mulai berkaca-kaca karena tak sesuai harapan. Atarick sendiri sudah was-was jika Kenniro mengeluarkan air matanya lagi
"Hiks.....huaaaaa kenapa bukan Papa!!" Anak itu memekik keras membuat seorang pria yang Baru saja datang itu terkejut
"Hei! kenapa menangis, hm? Opa Udah pulang" ujar Agra, sang tersangka yang membuat Kenniro kecewa
Agra jelas bingung dengan apa yang terjadi. Baru juga pulang dari Amerika sudah suguhi dengan tangisan cucu kesayangannya
"Mau Papa, Daddy!"
"Ayah, bagaimana ini?"
"Panggil Mario kemari" jawab Agra enteng
"Masalahnya, si sialan itu tidak disini" ujar Atarick setengah kesal. Sudah tau dari tadi pagi anaknya ini rewel selalu minta bersamanya, malah di tinggal pergi
Agra mengambil alih Kenniro, tapi anak itu tidak mau. Jadilah Atarick yang membawa Kenniro sampai ruang keluarga. Sampai disana pun tangisannya tidak berhenti juga
.
.
.
"ARKHHH!"
Jleb
"ARKHH!"
Demario menampik smirk nya di bawah penerangan lampu yang redup. Tangannya memegang sebuah katana yang terlapisi warna merah kental
Di depannya, Darwin terengah-engah dengan keringat sebiji jagung yang menetes di keningnya. Matanya terpejam merasakan sakit dan perih secara bersamaan di pahanya
Jleb
"ARKHHHH!!"
Darwin berteriak dengan kepala mendongak ke atas. Kedua tangannya memegang erat pegangan kursi dengan kuat melampiaskan rasa sakitnya
"Bunuh saja aku, Demario!" Ujarnya terengah-engah
Demario pun tertawa mendengarnya, mendekat ke arah Darwin dengan mata elangnya
Jleb
"Kau pikir aku akan membiarkan mu mati dengan mudah setelah apa yang kau lakukan pada putraku?!"
Demario semakin menekan katana itu, tak peduli dengan banyaknya darah yang sudah membanjiri lantai yang ia pijaki
"Akrhhh!"
"Kau lihat disana!" Ujar Demario sambil menolehkan paksa wajah Darwin
Menoleh ke kanan, tembok besar yang semula menutupi kini terbuka ke atas menampilkan sosok hewan besar dengan bulu sehitam jelaga yang masih di batasi oleh jeruji
Hewan itu menyeringai menampakkan gigi taring yang runcing yang siap mengoyak seluruh tubuh manusia di depannya, juga matanya yang merah menyorot tajam objek di depannya
"Bagaimana jika aku melemparkan mu ke Serigala yang sedang kelaparan itu!!" Ujar Demario dengan tajam. Tangannya yang penuh darah mencekik leher Darwin hingga pria itu kesulitan untuk sekedar bernafas
"K-kau tidak wa-ras Mario!" Ujar Darwin sambil menahan sakit di seluruh tubuhnya
"Carlos! Lemparkan bajingan ini kesana" perintah dari Demario pada Carlos yang tak jauh dari sana
"Baik, tuan" ujar Carlos dan berjalan mendekati Darwin lalu membuka ikatan di tangan juga kakinya
"Mario!! Kau benar-benar gila!!" Teriak Darwin yang sudah ketakutan
"Tunggu!" Carlos menghentikan pergerakannya
"Aku baru ingat, peliharaan ku yang satu itu tak suka daging mentah. Apa menurutmu, orang ini harus di bakar lebih dulu?" Tanya Mario seolah berpikir
"Saya rasa, memang harus seperti itu tuan"
Demario melirik kesamping, seolah memerintahkan anggota Daimon untuk membuat api di dalam ruangan kumuh ini
"Mario! Kau—"
"Apa ada kata-kata terakhir?" Tanya Demario tanpa melihat ke arah Darwin yang memberontak. Ia sedang fokus membersihkan katana dari darah Darwin yang masih menempel
"Baiklah jika tak ada"
"Carlos, cepatlah! Sepertinya peliharaan ku sudah sangat kelaparan" ujar Demario saat api yang tak terlalu besar menyala tepat di hadapannya
Carlos pun membawa Darwin ke tengah-tengah lingkaran api itu. Mengikatnya di tiang dengan erat
Api pun mulai membesar saat seorang anggota Daimon melempar garam ke api yang menyala itu
Darwin mulai berteriak kala api mulai menyentuh permukaan kulitnya yang menimbulkan bekas merah yang kentara
"Arkhh!! Arkhh!"
Api yang semula hanya berbentuk lingkaran kini mulai merambat menyentuh kaki Darwin yang menapak di lantai kotor itu
Rasa panas pun mulai menjalar, Darwin yang tak tahan pun menjerit kesakitan. Tapi tak ada yang bisa ia lakukan. Karena pergerakannya terbatas, ada tali tebal seperti cambuk yang mengikat seluruh tubuhnya
"Panas!! ARKHH!!"
Kakinya melepuh, dengan tubuh yang tak bisa berdiri dengan tegak lagi. Jika saja tak ada tali yang mengikatnya, mungkin Darwin sudah jatuh terembab ke api dibawahnya
"ARKHHHH!!"
"sepertinya sudah cukup, peliharaan ku lebih suka yang setengah matang" ujar Demario sambil membuang putung rokoknya
"Matikan apinya"
Byurr
"ARKHHHH!!!"
Bukan hanya apinya yang disiram, Darwin yang berada di tengah pun ikut terkena membuatnya berteriak karena rasa perih saat kulit yang melepuh itu bersentuhan dengan air yang dingin
Terdengar Geraman di balik jeruji, serigala hitam itu nampaknya mencium daging matang sehingga menampakkan gigi runcingnya yang tajam
Carlos membuka ikatan tali di tubuh Darwin, menyeretnya dengan satu tangan setelah membuka pintu jeruji itu
"Tidak! Tidak! Jangan!!" Panik Darwin
Buk!
Clik!
Pintu jeruji itu tertutup kembali dengan gembok sebagai penguat. Darwin yang ada di dalam pun langsung merangkak ke sudut ruangan membuat tawa Demario mengudara
"Tidak! Jangan mendekat!!" Teriak Darwin saat hewan itu maju ke arahnya
Darwin semakin meringkuk, tubuh yang melepuh itu ia bawa ke dalam dekapannya sendiri
"Arkhh!!" Teriaknya saat serigala bermata tajam itu berhasil meraih kakinya. Lalu setelahnya, terdengar patahan tulang diikuti lolongan serigala
Krauk!
"ARKHHHH!!"
serigala itu dengan pintarnya membawa sebelah kaki Darwin yang sudah patah ke sudut ruangan lain. Lalu ia pun memakannya sesekali geraman terdengar
Darwin pun tak sudah tak bisa berteriak, tenggorokannya tercekat melihat dengan mata kepalanya sendiri saat serigala itu dengan lahap menyantap kakinya
Lalu tembok besar pun turun, menutupi jeruji yang di dalamnya ada hewan buas dan manusia di dalamnya. Entah apa yang terjadi, Demario hanya bisa mendengar jeritan dan pekikan yang menggema di seluruh ruangan setelahnya
See you next time🍄🍄🍄
.
.
.