GOOD BOY || JKT48 Ver.

By xwchkshncrzy

18.7K 1.5K 44

Shan adalah pemuda pengidap skizofrenia, pemuda aneh dengan sejuta tabiat yang membuat siapa saja pasti akan... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29 [End]

Chapter 14

391 42 2
By xwchkshncrzy


Vino masih berkutat di depan laptopnya kendati jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Tangannya terulur lalu menyesap kopi hitam yang terletak tak jauh darinya. Ini sudah kopi hitam ke-3 yang dia sesap malam ini, bukan karena untuk menghindari kantuk, Vino memang selalu menyeduh kopi jika dia sedang ingin fokus seperti sekarang ini.

Pintu kamarnya terbuka perlahan, menampilkan Naomi dengan balutan kemeja putih jumbonya yang bermotif kotak-kotak. Kekasihnya itu lalu masuk ke dalam sambil tersenyum, lalu menutup pintu dan berjalan ke arah Vino yang masih fokus.

Naomi langsung duduk di sebelah Vino, dagunya menempel di pundak laki-laki di sebelahnya itu. Matanya meneliti ke arah layar laptop yang tengah menampilkan rekaman cctv yang tadi sore Ashel berikan pada Vino.

"Orang ini, ada di rekaman cctv di sekitar Parades Hotel dan juga Santa Mall. Dia sungguh mencurigakan..." ucap Vino sambil mengusap dagunya.

"Dan jika di lihat dari selang waktunya, dia berada di Santa Mall sekitar 3 jam sebelum berada di Parades Hotel. Vin, apa mungkin orang ini menculik Zee terlebih dahulu, lalu membunuh Tuan Devan..? Tapi.... Zee dan Tuan Devan, bukankah mereka sama sekali tidak ada hubungan? Zee hanya teman dari Shan bukan?? Aku tidak menemukan jalan keluarnya!!" Naomi memijat pelipisnya.

"Menurutmu, orang mencurigakan ini laki-laki atau perempuan???" Vino menoleh ke arah Naomi, membuat Naomi kembali menatap layar laptop dan memperhatikan video yang tengah di pause itu. Disana ada seseorang yang tengah berdiri menggunakan jaket tebal berwarna biru dongker, wajahnya tertutup hoodie juga masker. Orang itu memakai celana jins gombrong dengan sepatu running berwarna putih.

"Mungkin.... Laki-laki..???" Naomi menatap Vino. Keduanya sama-sama berpikir. Tak lama Naomi mengalihkan pandangannya ke arah laptop, kembali memperhatikan video yang tengah di pause itu. Mata kucingnya memicing, dia memperhatikan kuku-kuku orang itu yang kelihatan sedikit panjang.

"Dia mempunyai kuku yang panjang, dan Hanna bilang ada bekas goresan yang di akibatkan oleh kuku. Vino.... Apakah mungkin dia pembunuhnya???" Naomi kembali menatap Vino, sedangkan Vino tengah tersenyum penuh arti, memandang wajah ayu Naomi.

"Kenapa kau memandangku seperti itu???" Naomi menaikkan satu alisnya, lau tiba-tiba Vino mendekap erat tubuh Naomi, membuat wanita bermata kucing itu tersentak kaget, namun dia membalas pelukan Vino. Vino mencium bahu Naomi, menghirup aroma parfum dari kekasihnya yang baunya sangat khas.

"Vino, ada apa??" Naomi kembali bertanya, masih dengan posisi yang sama, berpelukan.

"Kapan kau akan bertemu dengan Boby dan Sisca??" bukannya menjawab, Vino malah bertanya pada Naomi.

"Hari rabu sore, jam 4. Ada apa vin..?"

Vino tersenyum.

"Aku ikut!!" Vino menarik tubuhnya, membuat Naomi heran dengan tingkah kekasihnya itu.

"Mi..." raut wajah Vino seketika berubah menjadi sangat serius.

"Orang yang ada di rekaman cctv itu, kita harus menanyakannya pada Boby dan Sisca. Mungkin mereka mengenalnya, jika ini masalah bisnis Ken Company, aku yakin Boby pasti tau sesuatu hal. Dan sebaiknya kita bertemu mereka di rumah saja, rumah mereka, jangan di kantor. Bukankah akan sangat baik jika disana kita juga bisa bertemu dengan Shan? Kau masih penasaran kan padanya?" sambung Vino, membuat Naomi tersenyum cerah.

Naomi mengacak pelan rambut pendek Vino.

"Baiklah Tuan Vino!!" Naomi tersenyum jenaka, membuat Vino terkekeh geli.

Malam semakin larut, dan mereka berdua menutup malam mereka dengan bercinta seperti biasanya.

.

.

.

.

Lantai keramik yang sangat kotor, di pojok ruangan terdapat meja kecil dengan alat-alat tukang yang berserakan. Lampu berwarna kuning yang menggantung di tengah ruangan, menjadi satu-satunya penerangan. Tidak ada ventilasi, membuat ruangan menjadi sangat pengap. Debu menempel di atas perkakas usang yang tergeletak di sembarang arah. Tempat ini terlihat seperti gudang.

Bunyi pintu yang terbuat dari besi terbuka pelan, menimbulkan suara berderit yang cukup membuat sepasang mata yang meringkuk di pojok ruangan itu terbuka. Seseorang masuk, lalu menutup pintunya. Dia berjalan perlahan. Sepatu putih dengan logo berbentuk centang itu terlihat berwarna sedikit kecoklatan, entah karena terkena lumpur atau apa. Celana jins gombrong dengan jaket tebal berwarna merah pekat, juga wajah yang tertutup topeng.

"Sudah hari ke-11." ucap suara di balik seseorang yang memakai topeng. Suaranya terdengar seperti seorang laki-laki.

Dia berjongkok, sedangkan pemuda yang meringkuk di atas lantai keramik yang dingin itu terdengar terisak pelan. Jari-jari putih yang terlihat pucat itu menyentuh lengan sang pemuda hingga membuat isakannya berubah menjadi tangisan.

"Zee yang malang...." ucapnya. Bibirnya membentuk smirk yang mengejek.

Ya,, pemuda itu adalah Zee. Kedua tangan Zee tersayat penuh luka karena pisau lipat, lalu kedua kakinya penuh lebam karena hantaman tongkat baseball berkali-kali, bisa di pastikan jika salah satu kaki Zee retak. Zee tidak bisa kemana-mana, karena kedua tangan dan kakinya di pasangkan rantai besi yang tergembok.

"Uhhmmmm!!!! Uhhmmmmmm!!!!!" Zee menggeleng hebat, saat seseorang bertopeng itu mengeluarkan gunting dan pemantik api dari saku jaketnya yang tebal. Mulut Zee memang sudah tak tertutup lakban, namun mulut itu kini sudah terjahit secara paksa, bahkan bekas darah masih terlihat jelas di sekitar bibirnya.

"Kau pasti bertanya-tanya mengapa berada disini bukan..? Apa kau mau tau alasannya??" suara itu seperti mempermainkan Zee, membuat Zee hanya menggeleng lemah dengan kedua mata yang sudah berlinangan. Seseorang itu kini membakar ujung gunting dengan pemantik api, membiarkan ujung gunting yang terbuat dari besi itu terbakar.

"Jika kau ingin tau alasannya, pejamkan matamu. Biarkan aku memberitahumu sesuatu."

Ujung gunting yang telah panas itu di tempelkan ke pipi Zee, membuat pemuda itu mengerang kesakitan. Pipi Zee melepuh, dagingnya terbakar. Suara tawa dengan intonasi keras terdengar mengisi ruangan, seolah seseorang bertopeng itu tengah menertawakan kemalangan yang menimpa Zee. Tangis Zee semakin menjadi, merasakan panas dan perih yang tak terkira. Jika dia boleh meminta, dia lebih baik di bunuh sekarang juga, daripada dia nantinya akan terbunuh namun dengan cara di siksa seperti ini. Mati dengan cara perlahan-lahan, mungkin itu tujuan utama seseorang bertopeng itu pada Zee.

Bughh!!!

Seseorang bertopeng itu meninju rahang Zee, hingga pemuda itu tersungkur. Suara tawa kembali terdengar, kali ini seseorang bertopeng itu berdiri lalu menendang berkali-kali tulang kering Zee, membuat gemericik rantai terdengar karena ulah psikopat bertopeng itu. Zee sudah nyaris pingsan, dia terkulai dengan kepala menunduk, lalu telinganya mendengar bunyi ponsel yang berdering. Di ambang kesadarannya, dia bisa mendengar bahwa seseorang berbicara, suara itu terdengar seperti suara seorang perempuan.

Dari balik topeng sang psikopat, dia melirik ke arah Zee yang tengah terkulai lemas. Lalu menutup teleponnya sambil memasukkan ponsel ke dalam saku celana.

"Aku tidak mempunyai alasan yang jelas. Aku senang saja melakukannya." ucap seseorang bertopeng itu dengan nadanya yang sangat ringan. Tanpa merasa berdosa atau bersalah sedikitpun.

.

.

.

.

Mata Shan terbuka, jantungnya berdebar cepat, peluh sudah membasahi tubuhnya, dengan gerakan cepat dia bangun dari tidur, lalu menoleh ke arah jendela yang tirainya terlihat sudah terbuka. Mata Shan semakin membulat, di balik jendela itu, sosok bertudung dengan sepasang mata merah menyala itu tengah memperhatikannya.

"Jim... Tave...."

"Arghhhhhhhhh!!!!" Shan berteriak histeris, membuat pintu kamarnya terbuka dan menampilkan Boby dengan wajahnya yang panik.

"Yakkk!! Ada apa?!! Apa yang terjadi Shan?!!" Boby langsung menarik Shan ke dalam pelukannya.

"Kak!! Hades! Hades berada disini! Aku takut! Aku takut! Aku tidak ingin bertemu dengannya!! Aku tidak ingin mati kak!! Medusa yang harusnya mati!!" Shan meracau tidak jelas, membuat Boby dengan spontan meregangkan pelukannya, memperhatikan Shan yang wajahnya sudah memucat.

"Shan.... Sebenarnya siapa Hades dan Medusa?? Kenapa kau takut dengannya???" tanya Boby, kedua tangannya masih memegang bahu Shan.

"Boby?? Shan?? Ada apa ini???" Sisca masuk, baju tidurnya yang berwarna ungu terlihat sangat pas di tubuhnya. Dia terbangun karena teriakan dari Shan.

"Kak Sisca! Aku ingin tidur di kamar kakak..." Shan langsung menghambur dan mendusel ke tubuh Sisca, membuat Boby hanya melongo sambil memutar tubuhnya dan memperhatikan adik serta kakaknya.

"Baiklah... Kau ke kamar Kak Sisca dulu yaa, kakak akan berbicara sebentar dengan Boby." ucap Sisca sambil mengacak gemas rambut Shan, dia menurut dan langsung berlari kecil keluar kamar.

"Bocah itu benar-benar!!" rutuk Boby sambil menggulung kemejanya.

"Boby.. ingat, besok kita ada pertemuan dengan Detektif Vino dan Detektif Naomi. Aku tidak ingin kau membuat masalah atau tidak datang ke pertemuan. Mereka akan datang ke rumah ini dan ku harap kau membatalkan rencana meetingmu bersama perusahaan HardTech. Aku sudah memberitahukan pada Oniel." ucap Sisca, sambil bersedekap dada.

Boby berdecak, "Baiklah! Aku tau dan kau tidak perlu mengaturku."

Sisca hanya tersernyum miring, lalu berjalan keluar dari kamar Shan.

Boby masih berdiam di kamar milik adiknya itu, pandangannya kini tertuju pada kertas yang berserakan di atas meja belajar milik Shan. Boby mendekat, mengambil beberapa kertas itu yang ternyata berisi coretan-coretan abstrak yang Shan buat. Jika di lihat dari kertas dan coretannya, sepertinya ini milik Shan saat dia duduk di bangku sekolah dasar. Mata Boby tertarik saat selembar kertas jatuh begitu saja, tubuhnya berjongkok dan mengambil kertas itu, di kertas itu hanya ada tulisan tangan Shan dengan crayon warna merah. Walaupun sudah sedikit pudar, namun Boby masih bisa membacanya.

Poseidon jahat. Medusa yang menderita. Kenapa Hades tidak menjemputnya..?

Boby terdiam, lalu dia tersentak.






TBC.































Continue Reading

You'll Also Like

195K 17.2K 54
ini semua terjadi ketika para member JKT48 diberi kesempatan untuk berlibur disebuah villa yg sudah disiapkan khusus untuk para member berlibur. lang...
5.9K 353 40
s2 publish! 'Aku kamu dan Keluarga kecil Kita di Bandung' ⚠️cerita murni dari pikiran saya sendiri,tidak ada inspirasi dari cerita wp satupun atau pu...
1.4M 81.8K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi 🔞🔞 Homophobic? Nagajusey...
252K 37K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...