Bad The Geng

By chihamusen

286K 3.4K 340

Meera kira the geng cowok yang pernah menolongnya akan mau berteman tulus dengan dirinya, akan tetapi salah s... More

Sentuhan terlarang?!
Getaran Candu?!
Dada yang menantang?!
Cumbuan panas?!
Tempat Gelap Bercinta?!
Terima Hadiah?!
Seseorang yang datang!?
Permen Manis dimulutnya?!
Pengen Ngenwe?!
Telan sayang?!
Mencuri sesuatu?!
Sebuah Apartemen!?
Kaos dan Bercak noda?!
Penguntit!?
Ketergantungan nafsu?!
Olahraga Bersama?!
Menjadi lebih baik
Menggigit manis.
Gadis kesayangan?!
Janji Susu?!
Hubungan sesuatu?!
Sebuah Rencana?!
Siasat buruknya?!
Kaden VS Yurra
Mengambil kesuciannya?! ⚠️
Shit! Brother Love?!
Jalang incaran?!
Mafia Family!?
Usapan Bibirnya?!

Maaf Terlambat?!

1.6K 70 16
By chihamusen

Selamat membaca...

Semoga suka dan terhibur yaa....

Harap maklum typos bertebaran!!

.
.
.

"Asik nih, dapat santapan baru sama Eneng,," Ogi mulai mencolek nakal dagu Meera. Gadis itu tersentak sebentar dan berusaha mencoba untuk bangkit berdiri namun kakinya seakan lumpuh beberapa saat. Meera hanya bisa beringsut ingin menjauh dari perlakuan mereka.

"Gue duluan! Baru kita rame-rame mainnya hahaha,," ujar Jeon lalu tertawa puas seketika melihat wajah pucat gadis itu. Meera melotot horor pada cowok itu.

"Udah ah cepetan! Gue gak sabar nih!!" desak Axel semakin bernafsu ingin segera memulai permainan mereka.

"Jangan harap! Jangan macam-macam atau aku bisa laporin kalian semuanya habis ini!!" sengit Meera tak terima akan dipermainkan oleh mereka.

"Galak bener!!" kaget Ogi sebentar, lalu terkekeh mesum sambil menggosok tangannya bersemangat.

"Aduin sana! Siapa juga yang bakalan mau nolongin Lo hah?!" bentak Jeon kasar tak peduli bagaimana nasib malang gadis itu nantinya. Ia kembali melayangkan tamparannya untuk yang kedua kalinya pada bagian wajah Meera begitu kerasnya. Memar itulah yang Meera rasakan sekarang.

"Plis jangan hiksss!!" Meera menangis kesakitan.

"Diem gue bilang!!" Hardik cowok itu juga lanjut menjambak rambut Meera dengan kuat hingga Meera meringis hebat saat kunciran rambutnya juga harus terlepas ditangan kasar cowok itu.

"Enggak mau!!" Meera sekarang tak bisa mundur saat kakinya ditangkap oleh tangan Jeon tepat pada pergelangan kakinya yang sebelumnya terkilir tadi disertai rasa sakit yang masih mendera nyeri akibat tendangan keras dari Yurra yang sempat memberikannya juga, membuat Meera tak bisa untuk berdiri kembali hingga perempuan itu terus menjerit penuh kesakitan saat Jeon semakin mencengkramnya lebih kuat.

"Arrghh! Jangan plis! Aku mohon jangan...." pinta Meera.

Jeon kini menarik sebelah kaki gadis itu seakan lebih menyeretnya ke tengah-tengah ruangan. Meera terus menangis keras dengan berusaha untuk tidak dibawa oleh cowok itu. Meera ingin bertahan dari semua perbuatan kejam Jeon sebelum akan memulainya. Gadis itu juga menancapkan jarinya dengan kukunya dilantai seakan ingin berpegangan kuat namun hanya bisa membuat garis cakaran yang tak berarti apa-apa.

"Buka kaki Lo jalang gue mau masukin tubuh lo!!" titah Jeon. Sambil menendang-nendang Meera dengan brutalnya.

"Aku enggak mau! Plis tolong, tolongin aku!!!" teriak Meera mencoba sekeras mungkin sampai vita suaranya pun harus putus Meera tak peduli. Ia butuh seseorang untuk menolongnya dari jebakan mereka saat ini.

" Berisik banget sih?! Tutup mulut dia!! kesal Jeon terganggu. Ogi pun lantas membekapnya

"Goblok! Mulutnya bukan hidungnya itu anak mau mati kalau paru-parunya kosong!!" desis Axel saat Meera hampir kehilangan napasnya sebentar.

"Sialan! Gue kena gigitan dia anjing!!" ringis Ogi menahan sakit di tangannya saat Meera juga mengigit keras tangannya. Ogi memekik kaget.

Axel hanya terkekeh sebentar cowok itu juga membuka paha Meera dengan tangannya. Jeon mulai membuka sabuk celananya dengan tak sabaran. Meera melototkan matanya keras begitu melihat Jeon semakin mendekat padanya

"Gila nih cewek kuat bener tenaganya masih bisa melawan bro!!" Axel sedikit terkejut saat Meera terus memberontaknya tanpa henti. Meera akan mempertahankan harga dirinya tinggi meski ia akan harus mati ditangan mereka.

Belum sempat akan memulai acara pesta kecil-kecilan mereka. Tiba-tiba pintu terbuka dengan dobrakan yang cukup kasar. Jeon berdecak, ia pikir Yurra telah kembali untuk berubah pikiran tidak jadi melanjutkan merencanakannya. Bukankah seharusnya cewek itu yang bertugas menjaganya dari luar. Tapi kemana cewek itu pergi?

"Meera?!" Rivanca langsung membelalakkan matanya sungguh terkejut melihat pemandangan sedikit tragis didepannya. Bagaimana bisa gadis itu terbaring dibawah lantai sedang ditahan oleh Ogi dan Axel yang tengah membuka pahanya lebar dengan rok yang tersingkap sedikit ke atas. Gadis itu semakin menangis histeris dengan suaranya yang teredam masih dibekap salah satu dari mereka.

"BANGSAT! LO ANJING MAU NGAPAIN DIA HAH!?" umpat Rivanca penuh emosi ia pun langsung berlari cepat ke arah Jeon dengan menerjang keras dan menendang perutnya beberapa kali. Lalu menghajar cowok itu bertubi-tubi Jeon tak sempat membalasnya ketika ia terlempar begitu keras seakan punggungnya juga ikut hampir patah. 

Beralih ke arah Axel ia melayangkan tinjunya penuh murka pada cowok yang sempat memegangi kedua paha Meera tadi. Lalu Ogi yang masih kaget pun tak bisa mengelak selain menerima pukulan kayu tepat di kepalanya sampai membuatnya jatuh pingsan terlihat darahnya juga mulai keluar dari atas kepala Ogi saking kuatnya Rivanca memukul cowok itu.

Tali yang mengikat Meera juga ikut terlepas dengan sendirinya saat terasa melonggar. Lalu gadis itu langsung beralih memeluk erat tubuh jangkung Rivanca saat cowok itu mencoba membantunya, "Hikss.... A-aku takut! Jangan tinggalin aku lagi!!" ucap Meera tersedu-sedu. Hanya cowok itu yang bisa membuat Meera bisa sedikit tenang saat Rivanca datang untuk menyelamatkannya.

"Maaf... Maaf gue terlambat." ucap Rivanca pelan mengigit bibirnya penuh emosi dalam diam.

"Aku m-mau pulang hikss...." tangis Meera belum mereda.  "Tenang sayang, gue udah ada disini... Lo sekarang aman kok." kata Rivanca lebih lembut mengusap punggung gadis itu dalam dekapannya.

Gaztra yang baru muncul ikut masuk kedalam juga dibuat terkejut untuk melihatnya sesaat, detik berikutnya Gaztra seakan paham dengan cepat tentang kondisi situasi yang terjadi saat ini. Cowok itu terdiam sejenak begitu sudah berdiri membelakangi Rivanca dan Meera sambil mulai menatap penuh tajam ke arah orang-orang itu tadi yang sudah terkapar lemah sesaat.

"Vanca cepat Lo bawa pergi Meera dari sini!!" kata Gaztra melirik sekilas ke arah mereka berdua terlihat tatapan itu juga begitu datar. Dimana Rivanca masih memeluk tubuh gadis itu dan Meera yang juga menyembunyikan wajahnya didalam dada cowok itu penuh ketakutan karena perbuatan buruk Jeon tadi hampir saja ingin melecehkan dirinya ditempat gelap seperti gudang ini.

Tanpa banyak bertanya Rivanca pun segera menggendong Meera untuk pergi keluar dari gudang sialan ini meninggalkan Gaztra di dalam sana  dengan pintu yang tertutup sendiri. Seketika Gaztra mulai menyeringai seram. "Saat yang gue tunggu-tunggu telah tiba! Akhirnya gue bisa sedikit bermain lebih lama sama kalian bertiga,," ujar Gaztra terkekeh sinis sambil berjalan santai, dia menginjak wajah Ogi untuk sesaat yang masih tak sadarkan diri dibawah kakinya.

"Lo.... Lo mau ngapain lagi?!" Axel lantas mundur dengan dirinya yang masih terduduk dilantai. Gaztra mengeluarkan pisaunya dari saku celananya lalu menusuk cepat lebih dalam ke paha cowok itu nyaris hampir saja mengenai alat vital kejantanannya, kalau saja Axel tak sempat sedikit menahan gerakan cepat kilat dari Gaztra yang tiba-tiba menghunuskan benda tajam itu padanya tanpa ampun.

Axel terpekik penuh kesakitan memegangi pangkal pahanya yang sudah seakan dibuat berlubang. Gaztra semakin tertawa keras menggelegar, "Gue harus berterima kasih sama kalian.... Udah bisa bikin gue senang kayak gini. Lo pantes menerimanya anjing!!" tekan Gaztra lalu cowok itu memelintir tangan Axel juga seolah menjauhkannya agar tak menutupi darahnya yang merembes dari celananya hingga terdengar patah tulang yang begitu mengerikan dari lengannya.

"Arghhh! Sakit!! Shit fuck fuck bangsat!!" teriak Axel menggeliat seperti cacing kepanasan saat tangannya telah dipatahkan dan pahanya yang masih tertancap dalam oleh pisau dingin itu sampai habis ke ujungnya semakin membuat Axel tak karuan tersiksa meratapi dirinya. Cowok itu ingin mencabut pisau itu tapi belum sempat tangannya sudah dipatahkan begitu saja oleh tindakan gila Gaztra yang terlihat sangat senang.

Lalu lelaki itu kemudian beralih perlahan ke arah Jeon yang sepertinya baru akan bangun dari rasa sakit di punggungnya. Tiba-tiba Gaztra langsung memukulnya dengan ujung genggaman tampul dari sebuah palu yang entah dia dapat darimana yang jelas ada terlihat disekitar di dalam gudang ruangan yang tak terpakai ini sudah sempat diambilnya, "Bagus! Lo udah buat ceweknya teman gue ketakutan.... Gue gak mau bikin Vanca juga kecewa sama gue! Jadi gue harus bisa membalasnya lebih dari ini, ingat ini demi Vanca dan gue bisa bunuh Lo sekarang juga!!" kata Gaztra sebentar begitu dingin sebelum seakan mengarahkan palu itu juga pada jari-jari kaki Jeon hingga hancur, cowok itu sudah melepaskan sepatu Jeon lebih dulu saat sempat memukul rahangnya dengan cepat. Jeon yang lemah terjungkal ke belakang, seketika langsung menjerit sangat keras saat merasakan jari-jari kakinya seperti paku-paku kecil yang tertanam hancur lebur didalam tulangnya yang terasa remuk pada bagian kakinya.

Tak puas menyiksanya Gaztra juga sempat melakukan berbagai tusukan lain pada bagian tubuh Jeon yang lainnya. Hingga Jeon melemah tak berdaya dengan suaranya yang habis, cowok itu tak bisa lagi berteriak selain menahan sakit luar biasa. Kalau saja Jeon terus melawannya mungkin nyawanya hampir berada diujung tanduk. Cowok itu memilih pura-pura mati saja daripada Gaztra semakin beringas ingin membunuhnya secepat mungkin. Bahkan Jeon saja sudah tidak sanggup menanggung rasa sakitnya dengan mata terpejam erat merasakannya.

"Mati Lo bajingan!!" Gaztra berujar dingin setelah selesai melampiaskannya.

"Hahh.... Udah lama banget ya gue gak ngerasain senang kayak gini." Gaztra menengadahkan kepalanya ke atas seakan menatap langit kosong dengan sorot matanya yang penuh datar. Tangan cowok itu memegangi sebuah palu yang masih dia genggamnya. Cipratan darah begitu banyak menempel pada kaos seragamnya.

Ogi yang terbangun ia pun segera membalasnya juga langsung memukul Gaztra dari arah belakang. Terdiam sejenak beberapa detik. Gaztra tak merasakan apa-apa selain hanya berbalik ingin melihat orang itu tadi. Ogi sedikit menelan ludahnya pelan. Kenapa pria remaja itu tidak goyah tumbang padahal Ogi yakin dia sangat keras saat melakukannya. Ia kembali memukul kepala Gaztra dengan lebih cepat, kali ini lebih keras lagi secara berhadapan langsung tepat mengenainya dari samping wajahnya pada kepala cowok itu. Mulai terlihat darah mengucur sedikit deras dari pelipis Gaztra.

"Gak! Gak mungkin!!" Ogi menatap ngeri tak percaya bahwa Gaztra masih bisa berdiri kokoh seolah tak terjadi apa-apa padanya. Apa dirinya yang terlalu lemah tadi? Tidak! Mungkin saja Gaztra yang lebih kuat bisa menahannya atau mungkin cowok itu sendiri mempunyai sesuatu kelainan seperti tak merasakan sakit apapun. Ogi yang terpaku sedikit melangkah mundur saat Gaztra hanya bisa tersenyum aneh. Senyuman yang berubah lebih lebar memperlihatkan gigi tajamnya. Lalu dia pun tertawa dengan suara keras yang cukup mengerikan.

"Tutup mulut Lo! Urus mereka semua! Kalau Lo bilang sesuatu sama orang lain, gue bisa menghancurkan otak Lo lebih dari ini." kata Gaztra sambil menunjuk sebentar kepalanya sendiri seakan mengetuk-ngetuknya untuk membuat Ogi berpikir dua kali jika berani mengatakannya pada orang lain apa saja yang sudah dia lakukan pada mereka yang menjadi korban keganasannya. Ogi terpaksa meangguk ketakutan akan sikap aneh Gaztra yang tak biasanya jarang dia tunjukkan pada orang lain apalagi ke teman-temannya Gaztra hanya sering bersikap biasa saja seperti anak kecil yang manja. Kecuali jika sudah dibelakang mereka, Gaztra seperti orang baru yang tak dikenal oleh siapapun dengan sosoknya yang seram lebih menakutkan daripada iblis sekalipun. Gaztra

****

Setelah beberapa hari kejadian yang menimpa Meera. Gadis itu tak mau lagi berpisah dengan Rivanca. Bahkan Meera sendiri yang mulai mengikutinya. Padahal Rivanca yang sering mengajaknya lebih dulu tanpa gadis itu minta, "Meera Lo mau kemana?" Rivanca mengerutkan keningnya sebentar.

"Mau ke perpustakaan." jawab Meera.

"Ngapain sih kesana. Males gue,," sungut Rivanca tak setuju. Namun tangannya ditarik oleh Meera untuk mengikutinya juga.

"Temanin bentar. Aku mau balikin buku ini." ujar gadis itu sempat memelas. Rivanca sedikit meleleh dibuatnya.

"Nanti aja. Kita makan dulu ya,," ujar Rivanca mencoba untuk tersenyum manis pada Meera agar gadis itu yang lebih menurut padanya.

"Oh, atau nggak aku bisa minta aja sama Enggar buat...." Meera seketika ingin berubah pikiran lalu segera menghentikan ucapannya saat melihat Gaztra yang ingin melewatinya begitu saja.

Cowok itu baru terlihat sejak hari kemarin tak ada kabarnya. Kini telah datang kembali bersekolah entah ingin belajar atau membolos padahal ini sudah jam istirahat pertama. Tapi cowok itu juga sudah sangat terlambat sambil menenteng tas ranselnya di bahu begitu santai ingin memasuki kelas mereka dengan wajah datarnya yang tak biasanya.

"Hai Gaztra. Kamu kemana aja dari kemarin kok gak ada kabarnya?" tanya gadis itu mengalihkan pandangannya pada Gaztra sebentar. Rivanca dan Meera saat ini sedang berada di depan koridor kelas.

Gaztra hanya diam saja tanpa berniat untuk menjawab. Rivanca pun mendengus sedikit kesal ketika Meera lebih mulai mengkhawatirkan temannya itu. "Kamu kenapa? Kok diam aja sih? Tunggu... Apa kamu lagi sakit?!" tangan Meera terangkat bergerak hendak menyentuh dahi Gaztra. Namun cowok itu lebih dulu menepisnya sedikit lebih kasar.

"Gak usah sentuh gue bisa?" ucapnya datar menatap agak sengit pada Meera yang dibuat terkejut dengan sikap aneh Gaztra barusan. Padahal Meera hanya khawatir dengan cowok itu ketika melihat dahi Gaztra yang dililit oleh perban dan plaster yang menempel dipangkal hidungnya. Cowok itu terlihat sepertinya memilih kabur dari rumah sakit.

"Maaf..." Meera memegangi tangannya sebentar sambil menunduk pelan.

"Cih ganggu Lo!!" sinis Gaztra pelan. Sedangkan Rivanca cukup melotot tajam. "Gaz Lo kenapa sih? Lagi sakit?" Rivanca kemudian bertanya seakan mewakili semua para temannya mengenai soal Gaztra yang sempat menghilang dari muka bumi. Enggar dan Sevan yang paling penasaran sempat bertanya-tanya kemarin karena Gaztra tak membalasnya satupun pesan dari mereka. Meera yang waktu itu juga ikut mendengarkannya dibangku. Namun kini setelah bertemu cowok itu malah sedikit berbeda membuat Meera lebih heran akan dirinya. Dulu Gaztra pernah mengkhawatirkannya dan bersikap begitu manis. Jadi Meera pun akan melakukan hal yang sama untuk sedikit mengetahui tentang keadaan cowok itu juga.

Gaztra terdiam sebentar. "Iya. Gue mau lanjut istirahat dulu,," balas Gaztra sebelum akan berlalu begitu saja dari hadapannya. Meera menelan ludahnya. Apa dirinya punya salah pada cowok itu? Kalau iya memangnya apa? Tolong untuk ingatkan Meera kembali.

"Ayo katanya tadi mau kemana?" Rivanca berdehem kecil membuyarkan lamunan gadis itu.  Meera lantas tersenyum walau sedikit terpaksa, karena pikirannya mulai dipenuhi dengan perubahan Gaztra yang seolah tak menyukainya. Meera tiba-tiba teringat pesan Sevan dulu untuk tidak mengusik ketenangan Gaztra jika cowok itu sudah terganggu maka Meera akan menyesalinya.

"Gak usah dipikirin soal Gaztra tadi! Dia emang gitu orangnya kalau lagi kambuh." ujar Rivanca seakan mengetahui isi pikiran gadis itu. Lebih tepatnya menebak karena melihat wajah murung Meera. Rivanca sedikit tidak suka jika penyebabnya Gaztra yang tadi bersikap aneh. Walau Rivanca tersenyum samar tahu kalau Gaztra tak akan pernah menyukai gadisnya.

"Engga kok. Ishh! Udah ah cepatan nanti keburu habis jamnya,," ucap Meera enggan sedikit malu mengingat perutnya juga belum terisi makanan. Rivanca hanya terkekeh kecil.

TBC.....

VOTE 50 BISA YOK! Dukung author biar semangat lanjutnya!!

Spam KOMENT "next" juga disini!!

Review dong chapter kali gimana? Pasti ada yang penasaran nggak sih?

Mohon ya jangan silent readers kalian juga berharga kok buat aku.... ;)












Continue Reading

You'll Also Like

243K 36.6K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
51.9K 10.5K 13
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...
53.3K 8.4K 52
Rahasia dibalik semuanya
56.3K 4.1K 27
Love and Enemy hah? cinta dan musuh? Dua insan yang dipertemukan oleh alur SEMESTA.