Reverse

Oleh RainaVelexia

545 78 0

Keluarga Baskara adalah keluarga yang cukup berkuasa di Pulau Biru. Tapi berkat kematian misterius dari Alex... Lebih Banyak

[1] Si Kembar
[2] Morning Glory
[3] Pemakaman
[4] Tangan
[5] Pelayan Utama
[6] Peringatan
[7] Tebing Curam
[8] Pasar
[09] Ardelia
[10] Tepi Pantai
[11] Aroma Lily
[12] Tawaran
[13] Lily Putih
[14] Aliansi
[15] Kabut
[16] Tunas baru
[17] Ivan
[18] Peringatan
[19] Ketegangan
[20]Makan Malam
[21] Kebenaran Keith
[22] Pesan

[23] Dadu yang dilempar

9 3 0
Oleh RainaVelexia

Apa yang sudah kau pilih

Selalu ada akibatnya

Baik atau buruk

Kau hanya bisa menerimanya sekarang

Tiga tahun yang lalu...

Semua anggota keluarga Baskara dikumpulkan diruang keluarga Mansion untuk membahas sesuatu yang sangat penting.

Tapi sayangnya tidak ada satu pun dari mereka yang tahu alasan mereka dikumpulkan saat ini.

Satu-satunya yang mereka ketahui adalah mereka wajib datang dan tepat waktu.

Karena itu mereka semua tengah menunggu kedatangan Guntur selaku kepala keluarga yang baru.

"Kenapa kakak tiba-tiba memanggil kita semua?" tanya Siella penasaran.

"Aku juga tidak tahu. Apa pun itu seharusnya cepat karena masih ada urusan lain di resort yang perlu kuurus." Timpal Kate sedikit kesal karena terlalu lama menunggu.

"Husst! Jangan sampai kakak mendengarnya, kalian ingin dikeluarkan dari Baskara atau apa?" peringat Sandra.

Semua anak-anak mereka juga ada di sana termasuk Iyana dan ketiga anaknya. Mereka semua bertanya-tanya apa yang akan dibicarakan oleh Guntur itu.

Tidak ada satu pun dari mereka yang bisa menebak jalan pikiran Guntur setelah dia menjadi kepala keluarga Baskara.

Setelah menunggu hampir setengah jam akhirnya Guntur keluar dari ruang kerjanya dan menemui mereka.

Rautnya tenang, sama sekali tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Jadi, tidak seorang pun di antara mereka bisa menerka apa yang sedang Guntur pikirkan saat ini.

Guntur duduk tepat ditengah-tengah mereka dan menatap satu per satu anggota keluarganya dengan tatapan yang tidak terbaca.

Meski keponakannya merasa tidak nyaman, mereka juga tidak bisa menolak perintah Guntur. Alasannya, tidak ingin kehilangan semua hak eksklusif yang mereka miliki sebagai anggota keluarga Baskara.

"Kakak, kenapa memanggil kita kemari?" Tanya Sandra manis pada Guntur.

"Tentu saja untuk membicarakan masa depan dari keluarga Baskara."

"Masa depan?" Ulang Kate.

"Ya, aku akan menobatkan Berlian menjadi penerusku"

Terlihat sekali Iyana sangat senang dengan pengumuman yang diberikan Guntur itu. Sementara, anggota yang lain tidak terlihat terlalu menyukainya.

"Bukankah itu sudah pasti kakak? Apalagi Berlian adalah anak laki-laki kakak satu-satunya." Ucap Siella bingung.

"Aku tidak bilang hanya itu saja pengumuman dariku. Ada satu lagi yang perlu kubicarakan dengan kalian. Aku akan mengangkat anak."

"Angkat anak? Tapi kakak tidak pernah mengangkat anak dari luar keluarga Baskara sebelumnya." Kata Kate tidak setuju dengan apa yang baru saja Guntur katakan.

"Setuju kak. Mengangkat anak dari keluarga yang belum kita kenal justru akan membuatnya jauh lebih tidak bisa diprediksi." Tambah Sandra.

"Kita juga tidak boleh melanggar aturan dari leluhur kita, untuk menjaga garis keluarga ini tetap suci. Terakhir kali kakak melanggarnya, akibatnya benar-benar diluar perkiraan kita."

Siella juga tidak setuju dengan keputusan Guntur yang sangat keluar dari jalur yang selalu diambil pendahulu mereka. Itu melanggar tradisi dan pasti akan mengakibatkan musibah.

Guntur melihat Iyana yang terlihat sangat tenang dan terlalu tenang.

Ketika mungkin saja kedudukan putranya terancam dengan kehadiran anak angkat itu. Apalagi jika anak itu adalah seorang laki-laki.

"Bagaimana menurutmu, Iyana? Kau juga sama keberatannya dengan yang lain?" tanya Guntur.

Iyana tersenyum tipis dan menaruh cangkirnya. Semua sikapnya benar-benar elegan dan sangat anggun sekali dibandingkan semua yang ada di dalam ruangan itu.

"Kurasa kau harusnya mengingat dengan jelas apa yang terjadi pada anak pertama kita, Kenan. Tradisi kita dilanggar dan menyebabkan petaka itu. Jika melanggar lagi, apa yang akan terjadi kau tahu sendiri bukan, kepala keluarga Baskara?"

"Selalu ada yang pertama untuk segalanya. Lagi pula aku hanya memberitahu kalian bukan meminta pendapat kalian." Ucap Guntur datar.

Lalu berjalan masuk seorang remaja laki-laki yang hampir seumuran dengan Icha, anak kedua dari Iyana.

Muka mereka semua benar-benar sama sekali tidak menyukai kehadiran remaja laki-laki itu.

"Mulai sekarang, dia akan menjadi anak dan sekaligus tangan kananku. Giovanni Baskara. Dia memiliki semua hak yang dimiliki anggota keluarga Baskara termasuk memakai lambang keluarga Baskara."

Anggota keluarga Baskara mau tidak mau, suka tidak suka harus terima dengan keputusan Guntur tersebut.

Tapi satu hal yang mereka semua setuju diantara mereka, Gio tidak berhak atas marga Baskara dan tidak selevel dengan mereka semua.

******

BUGH!!!

BUGH!!

BUGH!!!

Suara gedoran keras dari pintu depan membuat Nia tersentak hingga gelas yang berada ditangannya jatuh berserakan dilantai. Hanya berjarak dua cm dari membuat kakinya terluka.

"Siapa yang tidak sopan sekali bertamu seperti ini?" kesal Nia berjalan menuju pintu depan.

Dia melihat dari jendela sebelum membuka pintu dan figur seorang wanita yang bertamu di depan rumahnya.

Nia membuka pintu rumahnya dan melangkah keluar. Tidak ingin tamu yang tidak diundangnya itu memaksa masuk.

Tapi begitu membuka pintu Nia langsung menahan napasnya karena aroma lili yang sangat menyengat itu menyeruak paksa pada indra penciumannya.

"Tante, ada perlu apa kemari?" tanya Nia berusaha untuk tidak terpengaruh aroma memuakan itu.

Kate berbalik hingga berhadapan dengan Nia "Bagaimana bisa kau melakukannya?" tanyanya.

Nia hanya bisa menyerit bingung karena tidak mengerti dengan pertanyaan Kate barusan. Memangnya apa yang sudah dia lakukan?

"Maksud tante apa? Aku tidak mengerti." Jawab Nia.

Kate maju satu langkah mendekati Nia. Saat itu Nia baru menyadarinya, ada sesuatu yang aneh dari tante termudanya itu.

Kate tidak akan membiarkan kuku jarinya kotor sedikit pun.

Nia melihat ke sekitarnya untuk mencari rute pelarian terbaik, dia tahu betul berlari ke dalam rumah sama saja jalan buntu.

Dia hanya perlu berlari menuju pantai dengan cara apa pun.

"Kenapa kau bisa melakukannya?! Seharusnya kau tidak bisa melihatnya!!!" Kate mulai menaikkan suaranya.

Perlahan Nia mulai menggeser tubuhnya kearah kiri agar dia bisa langsung berlari menuju jalan utama.

Sementara Kate makin mendekatinya. Dengan mata yang merah menyala dan wajah yang pucat.

"Apa yang tante bicarakan? Jelaskan agar aku mengerti."

"Kau menghalanginya. Kau membuat prosesnya jauh lebih lama dari yang seharusnya. Selama kau berada disisi gadis itu, kemampuan berkurang."

"Kemampuan apa?"

"Kemampuanku!" marah Kate.

Langsung melompat pada Nia tapi untungnya gerakan Nia lebih gesit dan berhasil menghindar.

Mungkin karena gelapnya malam, kedua mata Kate seperti vampir yang mengawasi mangsanya.

Tapi suara yang baru saja Nia dengar bukanlah suara tantenya, lebih mirip dengan suara berat yang sangat serak.

"Siapa kau?! Kau bukan tanteku." Ucap Nia karena penasaran.

"Oh, kau orangnya?" Kate tersenyum lebar.

Sangat lebar dari senyum orang normal pada umumnya. Nia juga merasa ngeri melihatnya.

"Apa maksudmu?"

Kate kembali berdiri dan mendekati Nia lagi tapi kali ini dengan gerakan cepat.

Kate berhasil menangkap dan langsung cengkeram leher Nia pada dinding rumah Nia.

Refleks Nia langsung berusaha melepaskan diri. Saluran napasnya menjadi sempit dan rasa sakit dilehernya tidak tertahankan seperti akan patah.

Nia melihat wajah tantenya tapi yang dia lihat sosok tinggi besar, berambut panjang dan wajah serta tubuh yang meleleh yang sangat menjijikkan.

"Jika aku tahu ada kau, aku tidak akan menawarkan janji pada wanita tua ini." Seringainya terlihat sangat menakutkan sekali.

Nia pernah melihat pemandangan yang mengerikan tapi tidak ada yang mendekati sosok didepannya yang berusaha mendekatinya.

Rasa jijik, mual, dan geli menjadi satu. Aroma lili yang kuat tadi kini menjelma menjadi aroma daging busuk bercampur darah yang dibiarkan begitu saja selama berhari-hari.

"Kini kau disini. Bagaimana jika kau mengikat janji denganku? Akan kuberikan kematian yang cepat dan tidak menyakitkan."

"L-lepas-ss!"

Nia berusaha keras untuk melepaskan dirinya. Dia masih terlalu muda untuk mati bodoh seperti ini.

"Pada akhirnya kau juga akan mati disini. Daripada mati dengan lambat dan sangat menyakitkan hingga kau berharap dibunuh. Kenapa tidak mengikat janji denganku?" ucapnya pura-pura kasihan.

Pertama kali Nia baru datang kemari dia juga mengalami hal yang sama.

Tapi saat itu ada Bayu yang datang dan menolongnya kini tidak ada satu pun orang yang menolongnya.

Bagaimana dia bisa keluar dari masalah ini dengan kekuatannya?

"LEPASKAN!"

Bushh!

Tiba-tiba saja sosok itu terhempas menjauh dari Nia. Begitu terlepas Nia langsung meraup oksigen sebanyak-banyaknya, rasanya seperti selamat dari tenggelam.

Dia melihat sosok itu yang masih terduduk di tempatnya sambil menatap tangannya yang mengeluarkan asap tebal seperti habis terbakar.

"Hisshhh!"

Nyeri, Nia langsung memegang bahu kanannya.

Rasanya seperti sesuatu yang panas sedang membakarnya.

Sakitnya tidak tertahankan sama sekali, bahkan Nia sampai berteriak berulang kali.

Tapi rasa itu tidak hilang juga bahkan terasa sampai ditulangnya.

"Sial! Kau sudah punya perjanjian dengan yang lain! Kau manusia iblis, brengsek!"

Sosok itu berusaha menyerang Nia tapi dia kembali terhempas.

Kali ini bukan karena kekuatan Nia melainkan sosok pria dengan wajah tampan yang diri diantara dirinya dan sosok mengerikan itu.

"Apa kau tidak diajari untuk menjauhi milik orang lain?" tanya sosok itu percaya diri.

Nia hanya bisa diam saja, rasa sakit dipunggungnya masih terasa sekali. Tenaganya terhisap semuanya hingga wajahnya menjadi pucat pasi.

Mau berkata apa pun tidak ada gunanya, dia memilih menghemat tenaganya.

Sosok buruk rupa itu terlihat berhenti ditempatnya dan ekspresi berubah menjadi sangat gelap

"Kau sialan yang mengambil mangsaku? Setan rendahan! Tidak tahu diri!"

"Hahaha..." kekeh pria itu tersenyum miring

"Sepertinya kau tidak tahu tempatmu. Biar kuingatkan tempatmu seharusnya berada." Senyum itu berubah menjadi seringai.

Pria itu dengan gerakan pelan mengangkat tangannya seolah mencengkeram sesuatu dan hebatnya sosok itu pun bergerak sesuai dengan gerakannya.

Tubuh sosok itu tertarik mendekat dan lehernya berada tepat dalam cengkeraman pria itu.

"Lepaskan, ampun. Lepaskan aku, lepaskan! Aku tidak akan mengganggu apalagi mendekatinya."

Mohon sosok itu dengan sangat. Seolah-olah sangat ketakutan dengan pria itu.

Pria itu menatapnya datar "Bagaimana ya? Kau sudah mengotori mata kekasihku. Tidak mungkin aku akan melepaskanmu semudah itu."

Nia menyentuh tangan pria itu "Jangan bunuh dia." Ucapnya pelan.

Meski tidak yakin, siapa atau apa yang berada didepannya saat ini tapi Nia merasa dia sangat mengenalnya.

Pria itu menatap Nia dengan lembut dan senyum manis

"Hati Nirinia-ku seperti biasanya selalu baik. Sudah tugasku untuk menjaganya selamanya tetap seperti itu."

BOOMM!

Dalam satu remasan tubuh sosok itu hancur, cairan merah dan amis terciprat ke segala penjuru arah.

Darah segar mengalir dari tangan yang digunakan untuk mencengkeram sosok itu. Pria itu mendekati Nia perlahan.

Nia baru menyadari jika selain tangannya pakaian putih yang dia kenakan sama sekali tidak terkena satu tetes pun darah.

Seolah ada yang membungkus tubuhnya. Pria itu berjongkok dihadapan Nia.

Wajah tampan, bibir merah muda berisi, mata yang tenggelam kala tersenyum, manik mata senada dengan warna laut.

Nia mengenali semua itu.

"Bagaimana menurutmu? Bukankah aku juga terlihat sangat tampan dalam wujud asliku?" tanyanya bangga.

"Kenapa kau membunuhnya?" Nia mengabaikan ucapan pria itu.

"Oh, dia? Simpel saja, dia menyentuh yang tidak seharusnya dia sentuh. Makanya aku menyingkirkannya."

"Kau sudah berjanji tidak akan membunuhnya." Sudut Nia.

Pria itu tersenyum "Aku tidak berjanji apa pun padamu." jawabnya telak.

Ya, semua salah Nia yang dengan mudah berpikir jika pria itu akan menuruti permintaannya saat mereka bahkan saling mencurigai.

Nia mengakui dia terlalu naif kali ini. Seolah membaca pikiran Nia pria itu melanjutkan

"Tapi kau tidak perlu khawatir, aku tidak akan melanggar janji yang telah kukatakan. Itu bukan sifatku."

"Teruskan saja omong kosongmu itu. Seolah aku akan percaya setelah rasa sakit yang kau berikan ini." ujar Nia tidak peduli karena dia masih merasakan sakit dari punggungnya itu.

"Ah, itu? Maaf, seharusnya tidak muncul secepat ini. Tapi karena makhluk rendahan tadi, itu harus muncul lebih awal."

Nia menatap pria itu tajam
"Apa yang kau lakukan dengan tubuhku?!"

"Bukan aku. Jangan sembarangan kalau menuduh. Tapi aku tidak bisa bilang bahwa itu tidak ada kaitan denganku." katanya enteng dengan raut tidak bersalah.

"Sialan kau!" maki Nia emosi.

"Na...na...na" pria itu menaruh telunjuknya dibibir Nia

"Kau tidak cocok dengan kata makian seperti itu, Nirinia-ku. Mengerti?"

Nia ingin sekali menikam pria didepannya saat ini. Tapi kekuatannya benar-benar habis seperti terhisap keluar dari tubuhnya.

Jangankan untuk berdiri, Nia ragu punya tenaga untuk menggeser tubuhnya menjauh dari makhluk didepannya ini.

Nia berusaha keras membuat jarak antara mereka. Tapi tubuhnya berkhianat dan malah memilih masuk kedalam pelukan pria itu.

Pria itu tersenyum melihat tingkah Nia yang menurutnya lucu itu.

"Kau selalu marah-marah dan memakiku tapi kau juga yang pertama meraihku. Sungguh lucunya Nirinia-ku ini. Rasanya aku ingin menyimpanmu dalam lemari kesayanganku."

"Dasar sakit!"

"Aku juga menyayangimu, Nirinia-ku."

Pria itu mengelus pelan kepala Nia lembut penuh kasih sampai kedua mata Nia akhirnya terpejam dan jatuh dalam alam bawah sadarnya.

*******

Keith buru-buru lari ke rumahnya. Tidak lupa dia sepanjang jalan melihat kesekelilingnya memastikan tidak ada seorang pun yang melihatnya.

Wajahnya terlihat ketakutan dan sangat gelisah. Berulang kali dia mengelap tengkuknya seperti ada sesuatu yang sangat kotor menempel disana.

Setelah sampai dan memastikan tidak ada seorang pun dirumah. Keith langsung mengeluarkan pakaian yang dari tadi dia sembunyikan dibalik jaket parasut yang dipakainya.

Keith tidak mencuri pakaian, pakaian itu adalah miliknya.

Keith langsung menuju halaman belakang dan menyalakan api. Setelah api besar dia langsung melemparkan semua pakaian itu ke dalamnya. Menunggu sampai kobaran api itu menghabiskan seluruhnya.

"Tidak-tidak lupakan. Lupakan semuanya, Keith. Kau tidak disana, kau tidak melihat apa pun."

Keith bergumam meyakinkan dirinya sambil memandang kearah api yang sedang menyala itu.

"Tapi, tidak mungkin seseorang bisa meledak seperti balon begitu saja 'kan?"

*******

To Be Continue...

Akhirnya official tampil juga karakter yang paling misterius ini.

"KAMELIA"

Untuk namanya belum bisa di spill ya. Entar Nia ngintip jawabannya.

Kan ga boleh.

Jadi, Tim mana kalian? Gio atau Kamelia? Apa gak dua-duanya?

Raina Velexia

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

393K 22.6K 39
[WARNING⚠⚠ Ada banyak adegan kekerasan dan Kata² Kasar, mohon bijak dalam membaca] ••• Achasa seorang gadis cantik keturunan mafia rusia yang tidak s...
KANAGARA [END] Oleh isma_rh

Misteri / Thriller

7M 528K 92
[Telah Terbit di Penerbit Galaxy Media] "Dia berdarah, lo mati." Cerita tawuran antar geng murid SMA satu tahun lalu sempat beredar hingga gempar, me...
Pengantin Iblis Oleh Khalisa

Misteri / Thriller

203K 13K 43
"Kau telah terikat dengannya, Alana." Malam itu burung gagak membawa kabar buruk yang akan menghancurkan seluruh hidup Alana, sebuah kutukan yang mem...
3.8M 231K 52
"Satu langkah kakimu keluar dari rumah, aku tidak akan segan-segan memotong kakimu!" Memiliki suami mafia berjiwa psikopat itulah yang dialami wanita...