GEMA: MY DOSEN HUSBAND [Suda...

By HellyPotter_

2.9M 100K 1.8K

Gema Alam, Dosen tampan yang baru saja mengalami perpindahan mengajar di universitas Airlangga. Semangat dan... More

PROLOG
1. Peristiwa awal
2. Kenyataannya
3. Keputusan Gema
4. Beasiswa Adira
5. Salah menduga
6. Kehancuran Adira
7. Gema yang baik
8. Jahat
9. Peduli Gema
10. Menjadi Istri Gema
11. Emosi Adira
12. Mahasiswa Baru
13. Reyna dan Gema
14. Pendarahan
15. Arti kehilangan
16. Pembuktian palsu
17. Sakit
18. Kemarahan
20. Perduli
21. Salah dugaan
22. Kerinduan sang anak
23. Antara senang dan sedih
24. Hadiah untuk bunda
25. Dia datang
26. Kesedihan Adira
27. Kepergian mamah
28. Kebaikan Gema
29. Ungkapan
30. Patah
31. Keputusan apa ini?
32. Penyesalan Gema?
33. Kehidupan masing-masing
34. Pangeran Syarga
35. Kebetulan adalah takdir
36. Tak ingin mengganggu
37. Kehancuran hati
38. Ibu dan anak
39. Keputusan Gema
40. Pengakuan Adira
41. Penjelasan Gema
Up!
Follow akun
VOTE COVER
INFO PRE-ORDER!!!

19. Hati yang hancur

62K 2.5K 76
By HellyPotter_

Ini sudah kelima harinya Adira tidak berkabar dengan keluarga Gundono. Perempuan itu memutuskan kontak dengan memblokir semua akun yang tersambung dengan mereka. Beberapa kali juga Adira melihat Bu Sera datang kerumahnya tapi Adira sama sekali tidak menemuinya.

Gema?

Laki-laki itu sepertinya benar-benar tidak perduli dengan Adira bahkan Anaknya. Iyalah, Gema kan sama sekali tidak memiliki perasaan apapun dengan Adira, dan malah Gema memanfaatkan Adira.

Adira menatap kosong kearah depan, sekarang dia duduk di pinggir kasur dengan memegang perutnya yang buncit. Kandungannya sudah memasuki tujuh bulan, disaat-saat ini seharusnya Gema menemaninya. Tapi apalah daya, Gema hanya terpaksa melakukan itu.

Rumahnya sangat terasa sepi, setelah ditinggal oleh Adira dan papahnya itu. Bohong jika Adira tidak merindukan kebahagiaan dalam rumah itu.

Gadis itu keluar dari kamar dan bersiap untuk makan, karena kebetulan Seorang satpam didepan memberikan Adira satu bungkus nasi karena merasa kasihan dengannya.

Adira duduk dimeja makan dseorang diri. Dia makan tapi air matanya ikut mengalir.

"Gue kenapa sih, kesel banget" gumam Adira mengusap kasar air matanya.

Beberapa suapan Adira telan, dan tiba dimana hatinya berdenyut sakit dan mengharuskan Adira menangis sesenggukan dengan menutup wajahnya dengan kedua tangan.

"Papah hiks hiks.. Adira butuh papah" Adira terus menangis seorang diri.

"Semuanya jahat sama Adira, Adira benci pah hikss hikss"

Di lain sisi, tepatnya di depan pintu Rumah Adira. Gema sangat ragu untuk mengetuknya. Dia mengurungkan niatnya tidak jadi bertemu dengan Adira.

"Gema Alam positif terkena DBD, Trombosit sangat rendah 67,6 jauh dari angka normal. Jika ada keluhan lebih parah, Silahkan datang kerumah sakit untuk melakukan perawatan intensif"

Pak Gundono mendapatkan pesan itu dari seorang dokter suruhannya di Bali. Orang tua mana yang tidak khawatir dengan anaknya, meskipun saat ini hubungan keluarganya tidak baik-baik saja. Orang tua Gema membawa Gema ke rumah sakit untuk perawatan intensif.

Itu sebabnya Gema tidak datang untuk menemui Adira.

Saat kondisi Gema membaik, dia memutuskan untuk keluar dari rumah sakit dan menemui Adira. Tapi Gema merasa jika dirinya tidak pantas untuk meminta maaf, karena kesalahan Gema cukup besar kepada Adira.

Gema menghela nafasnya berat lalu bergegas pergi meninggalkan rumah Adira itu.

****

Berhari-hari telah dilewati, Adira tidak ingin berlama-lama menangisi kesedihan itu. Dia harus menunjukkan pada dunia jika dirinya adalah wanita kuat. Walaupun sendiri, Adira pasti bisa.

Adira masih ikut kelas online, dirinya juga terkadang mengajak Gabriel untuk menemaninya mengerjakan tugas. Yaps, Gabriel sudah mengetahui kehamilan Adira.

Awalnya Gabriel syok, tapi perlahan dia dapat menerimanya dan membuat Adira melupakan semua masalahnya.

"Gak mau, kan tadi aku bilang rasa coklat, kenapa jadi vanilla" kesal Adira karena Gabriel membawa es krim pesanan Adira yang salah.

"Adira, listen to me" Gabriel berjongkok dihadapan Adira yang merajuk. Adira menoleh kearah Gabriel.

"Tadi tuh aku udah bilang sama pelayannya rasa coklat. But, dia kasih aku rasa Vanilla. Tadi aku sampe berantem gara-gara es krim ini doang. Sialan emang pelayan itu"

Adira membulatkan matanya sempurna mendengar umpatan yang keluar dari mulut Gabriel.

"Diajarin siapa ngomong kasar?" Tegur Adira penasaran.

"Temen-temen aku. Semua temen aku kalo marah pada ngomong. Sialan, Anjing, Bangsat, janc—"

"Gabriel" Tegur Adira memukul lengan Gabriel. Karena beberapa orang di mall itu menoleh kearahnya.

"Sorry Adira"

Adira menghela nafasnya singkat. "Jangan ngomong kasar lain kali. Kamu gak pantes, kamu tuh bule"

Gabriel mengerucutkan bibirnya. "Ini gimana es krimnya?"

"Buat kamu aja. Aku mau pulang" ucap Adira beranjak bangkit ingin pergi meskipun sedikit kesusahan karena perutnya yang sudah besar itu.

Gabriel memakan es krimnya dengan kesal lalu mengejar Adira.

"Adira, aku masih mau main di time zone" Gabriel menggelendong ditangan Adira seperti bayi.

"Punya temen berasa punya bayi ya" desis Adira terkekeh pelan.

Gabriel mengerucutkan bibirnya. "Plis Adira kita main-main dulu"

"Aku capek Gabriel, kamu gak lihat perut aku udah segede ini" kesal Adira.

"Kamu duduk aja, liatin aku main"

"Gak ah, aku mau pulang" tolak Adira.

"Adira—"

Adira memberhentikan langkahnya diikuti Gabriel, saat tidak sengaja berpapasan dengan seseorang yang tidak ingin dia temui saat ini. Bahkan laki-laki itu dengan santai merangkul perempuan lain disaat istri sahnya sedang mengandung besar.

"Gabriel, katanya tadi kamu mau main kan. Ayo" ajak Adira dengan merangkul tangan Gabriel begitu saja untuk pergi.

"Adira?" Reyna mengejar Adira dan menahan tangan Adira agar tidak pergi. Adira menatapnya bingung.

"Jangan pergi Adira, kamu jangan marah liat saya dengan Gema. Kita berdua cuma temen kok" ucap Reyna mencoba menjelaskan.

Adira terkekeh pelan menertawakan kebodohannya itu. Gema memandangnya diam.

"Teman?" Kekeh Adira. "Maksud kalian teman hidup, teman seperjuangan, atau teman sampai tua? Heum" Tanya Adira dengan mengerutkan keningnya.

"Intinya mau teman, mau mantan, mau apapun itu Saya gak perduli." Ucap Adira menatap mereka serius.

"Gema masih suami kamu dir, yang sopan sama dia"

"Ngapain saya harus sopan sama orang yang udah buat hidup saya hancur!" Ucap Adira menatap sengit Gema.

"Maafin kita, kita gak bermaksud menyakiti kamu." Ucap Reyna terdengar merasa bersalah.

Adira menghela nafasnya mencoba bersabar, lalu mengulaskan senyuman manis. "Semoga hubungan kalian langgeng ya. Saya cuma bisa berdoa buat kalian agar diberikan kebahagiaan lahir batin."

Saat Adira hendak pergi Gema menahan tangannya. Dengan kasar Adira menghempaskannya.

"Jangan sentuh saya!" Tekan Adira menatap Gema tajam.

"Saya sudah menggugat perceraian kita, tapi ditolak karena kehamilan kamu. Tapi mohon dir, tolong terima apa yang kamu alami saat ini." Ujar Gema didengarkan dengan seksama oleh Adira.

"Saya sudah lama tersiksa dengan hubungan kita. Saya juga gak mau memberikan harapan terlalu jauh buat kamu" imbuh Gema.

"Kita sama-sama salah, saya salah telah memanfaatkan kamu dan kamu juga salah telah hadir di keluarga Gundono"

Adira mencengkram bajunya mencoba menahan air matanya agar tidak turun. Tapi entah mengapa air mata itu terus berdesakan keluar membuat Adira kesal.

"Anggap saya Dosen kamu, jangan menaruh perasaan lebih dengan saya dir. Saya orang jahat" ucap Gema lagi.

"Reyna pemenang dihati saya, itu sebabnya saya tidak bisa mencintai kamu."

Mengapa Gema harus menyakiti Adira terus menerus? Apa salah Adira, mengapa Gema begitu tega mengatakan itu.

"Kamu gak usah khawatir, saya akan terus bertanggung jawab. Saya tidak akan membuang kamu seperti sampah. Saya akan membiayai semua kebutuhan kamu bahkan saya akan membuat cita-cita kamu tercapai dir. Tapi saya mau kamu melupakan semuanya, dan mengenai anak yang kamu kandung. Reyna bersedia untuk menjadi ibu sambung dari anak itu"

Tangan Adira mengepal kuat, hatinya benar-benar sangat sangit.

"Tolong setujui permintaan saya"

"ANJING! BANGSAT!"

Bugh!

Bugh!

Adira melotot terkejut saat Gabriel dengan keras memukul wajah Gema hingga laki-laki itu tersungkur. Banyak orang-orang yang melihat perkelahian itu.

"GO FUCK YOURSELF!" Teriak Gabriel terus memukuli Gema. Gema tidak menyerah, dia membalas pukulan Gabriel berkali-kali.

"Adira is your fucking wife! she is pregnant with your child!" Teriak Gabriel menggerutui Gema.

"STOP!" Teriak Reyna bingung harus gimana.

Seketika itu kedua satpam mall datang memisahkan perkelahian keduanya. Mereka sudah babak belur tidak karuan dengan saling melempar tatapan sengit.

Adira menangis sesenggukan memandang kearah Gema. Ada rasa kasihan di hati Gema, melihat wanita hamil itu menangis.

Gabriel melepaskan kasar tangan satpam tersebut lalu menghampiri Adira dan memeluknya. "Jangan nangis, semua akan baik-baik aja"

"Aku mau pulang"

Gabriel mengangguk dia menggenggam tangan Adira dan menuntunnya untuk pulang meninggalkan Gema dan Reyna itu. Mata Gema tidak luput dari perhatian Gabriel kepada Adira itu.

"Kita kerumah sakit ya Gema?" Ajak Reyna, Gema menepis tangan Reyna dan bergegas pergi dengan kesal.

"Gema!"

___________________

Nextpart

Continue Reading

You'll Also Like

102K 5.8K 19
Gadis cantik bernama Ava adalah gadis yang sulit di tebak, mulai dari tindakannya dan pemikirannya. dia memiliki keinginan untuk mendapatkan es batu...
350K 4.7K 17
Megan tidak menyadari bahwa rumah yang ia beli adalah rumah bekas pembunuhan beberapa tahun silam. Beberapa hari tinggal di rumah itu Megan tidak me...
236K 16.8K 50
Mereka memang menikah hasil perjodohan tapi tidak seperti cerita lain yang setelah menikah harus pisah ranjang, membuat perjanjian di atas kertas dan...