MANTAN || SUNA RINTAROU X REA...

By coretanpeach

747 100 30

Berpisah karena keadaan memanglah menyakitkan. Namun bagi (Name) itulah satu-satunya cara, satu-satunya jalan... More

01🫧
03🫧
04🫧
05🫧
06🫧

02🫧

111 16 6
By coretanpeach

Happy Reading🕊

🫧🫧🫧

"Haaahhh! Panass! "

(Name) merebahkan tubuhnya di karpet berbulu dengan tubuh yang sengaja ia hadapkan pada kipas angin yang ia nyalakan dengan kecepatan paling tinggi.

Kedua mata yang terpejam itu dan hendak menuju alam mimpi harus terganggu mendengar penuturan seseorang yang duduk di sofa depan televisi.

"Baru balik dari sekolah lo? "

"Hmm."

"Bukannya balik malah turu disini lo."

"Mager, Ca. Panas banget, gue udah keburu ngantuk." ujarnya pada sang sahabat--Keisya.

Keisya, wanita yang kini hamil delapan bulan lebih itu hanya menghela napas dan membiarkan sahabatnya berbaring menikmati angin sejuk dari kipas angin yang ia nyalakan. Padahal ada AC, namun kata (Name), angin yang berasal dari kipas angin lebih sejuk.

"Tsumu kemana, Ca? " tanya (Name) masih dengan mata terpejam.

"Lagi keluar belanja bulanan." jawab Keisya dan (Name) mengangguk mengerti.

"Lo udah hamil tua kenapa masih di rumah sendiri sih? Kenapa lo gak ke rumah Mama lo atau rumahnya Samu? Bahaya Ca, kalo lo sendiri terus kenapa-kenapa." kata (Name) masih dengan posisi pewe nya.

"Besok udah mau ke rumah Buna kok." jawab Keisya membuat (Name) berdehem panjang.

Gadis itu merubah posisinya menjadi tengkurap dengan kedua tangan yang ia lebarkan guna merasakan lembutnya karpet itu dan berharap ia segera menuju ke alam mimpi.

Namun lagi-lagi keinginannya itu tidak tersampaikan, saat hendak menuju alam mimpi lagi-lagi suara Atsumu yang baru pulang membuat kedua matanya terbuka. Ia mendengus dan berbalik badan, namun sialnya ia malah melihat keromantisan yang ditunjukkan kedua temannya itu sehingga ia pun berdecak kesal.

(Name) mengubah posisinya menjadi duduk bersila menghadap keduanya, matanya menatap tajam ke arah Atsumu yang setelah menciumi kening Keisya berlalu menuju dapur untuk menata belanjaannya.

"Gak sopan lo berdua sama jomblo! " tukasnya.

Keisya terkekeh begitu pula dengan Atsumu yang berada di dapur.

"Makanya, (Name)! Nikah! " seru Atsumu dari dapur.

(Name) kembali berdecak, "Lama-lama gue lipat juga nih bumi!"

Pasutri itu serentak menertawakannnya. Tidak lama Atsumu ikut bergabung dengan mereka dan duduk di samping sang istri, mengusap perut istrinya yang buncit itu.

"Kenma udah nyebar undangan, Oikawa juga udah lamaran, Samu juga udah mau nyusul bulan depan, Bokuto aja udah di jodohkan tuh. Tinggal lo, Suna sama Akaashi aja tuh yang belom jelas kapan." kata Atsumu mengundang dengusan dari (Name).

"Ibu gue aja gak nanya-nanya kapan gue nikah! Lo berdua malah ngedesak mulu! Bisanya ngedesak aja, ngasih calon kagak! Chuuakkss! " balasnya sembari menggerakkan tangannya yang hanya menegakkan jempolnya itu bergerak menyilang di depan leher membuat pasutri itu kembali terkekeh

"Ngapain kita ngasih calon? Orang calonnya udah di depan mata tuh. Tinggal lo pilih." sahut Keisya.

(Name) melototkan matanya, "TIDAK BESAR! Akaashi terlalu sempurna untuk gue dan gue club anti-balikan! " balasnya penuh penekanan.

"Beneerr? Kalo Suna tiba-tiba datang ngelamar gimana? " kata Atsumu membuat bola mata (Name) makin melebar, sepertinya sebentar lagi kedua bola mata gadis itu akan keluar dari tempat nya.

"GAK! GOSAH NGADI-NGADI LO! "

Pasutri itu serentak tertawa melihat reaksi yang diberikan (Name).  Keisya menyenggol lengan Atsumu bermaksud untuk tidak meneruskan kejahilan mereka. Menurutnya mereka cukup percaya saja pada keduanya, kalau berjodoh mau sekeras apapun (Name) menolak pasti kembalinya tetap pada sang mantan.

🫧🫧🫧

Seperti biasa, sebelum berangkat mengajar, (Name) selalu sarapan bersama keluarganya terlebih dahulu, dan kini ia sudah duduk di kursi makan dan menikmati sarapannya.

"Bagaimana dengan pekerjaanmu? "

Seiji--Ayah (Name) tiba-tiba bersuara. (Name) tau itu pertanyaan untuknya karena sang ibu tidak bekerja.

"Berjalan baik, Yah. Belum ada kesulitan dan semoga tidak ada." jawabnya.

Seiji mengangguk, pria itu melepaskan handphone nya dan memusatkan perhatian pada (Name).

"Bagaimana dengan pendidikanmu? Tidak mau lanjut S2? " (Name) tertegun, padahal ia akan membicarakan ini nanti dengan sang Ayah sekaligus meminta izin untuk mencari beasiswa di luar. Namun siapa sangka sang Ayah membahas duluan.

(Name) melepaskan sendok dan garpunya, meminum sejenak air putih lalu memperbaiki duduknya dengan badan yang tegap.

"Sebenarnya aku mau diskusikan ini dengan Ayah, nanti kalau waktunya udah tepat. Tapi karena Ayah bahasnya sekarang jadi aku mau ngomong sekarang." kata (Name) lalu menarik napas panjang dan memandang Ayahnya dengan serius, "Aku berencana mau lanjutin kuliah di luar, Yah. Tapi nanti karena aku harus cari beasiswa dulu dan ngumpulin biaya."

Dahi Seiji mengerut membuat jantung (Name) berdegup cepat.

"Kenapa nanti? Sebentar lagi masuk semester baru, kalau mau daftar sekarang, daftar saja. Ayah masih sanggup biayain kamu bahkan sampai S3-pun." tutur Seiji membuat (Name) benar-benar tertegun.

Kalau bukan karena malu, sudah pasti ia akan menangis di depan kedua orang tuanya saat ini. Namun karena ia tipe anak yang tidak terbuka kepada orang tuanya, maka sekuat tenaga (Name) menahan air matanya.

"Gak usah, Yah." ucap (Name) menggeleng pelan lalu menunduk menatap jari-jarinya yang saling memilin di atas paha, "Kali ini (Name) pengen mandiri. Ayah sama Ibu udah berkorban banyak buat (Name) dan Leina selama ini. (Name) udah 23 tahun, udah harus bisa cari uang sendiri, setidaknya belajar untuk menghidupi diri sendiri."

"(Name), Ayah sama Ibu sama sekali gak keberatan membiayai kamu bahkan sampai kamu sudah menikah pun." (Name) mengangkat wajahnya saat Ayahnya menggeser kursi untuk lebih dekat dengannya dan mengelus kepalanya.

(Name) yang menunduk karena penglihatannya sudah mengabur karena air mata pun mendongak membuat air mata itu jelas jatuh di kedua pipi nya.

"Begitupun dengan Leina. Hanya kalian berdua anak Ayah sama Ibu, Ayah bekerja keras untuk kalian, untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan kalian. Kalau bukan kalian, lalu hasil kerja keras Ayah untuk siapa? Ayah sama Ibu udah tua, nak. Tidak ada yang lebih penting saat ini bagi kami selain kebahagiaan dan kesuksesan kalian."

Sudah... runtuh sudah pertahanan (Name). Ia menunduk sembari terisak mendengar penuturan Seiji. Bahkan Leina pun ikut menunduk mendengar hal tersebut membuat Asara mendekat untuk mendekap putri bungsunya itu.

"Anak Ayah sama Ibu dua-duanya perempuan, gak menutup kemungkinan setelah menikah kalian akan tinggal sama suami kalian masing-masing. Dan pasti akan jarang ketemu Ayah sama Ibu. Selagi kalian masih serumah dengan kami, Ayah gak peduli harta Ayah habis dan harus bekerja keras lagi. Asalkan itu semua untuk kalian berdua."

🫧🫧🫧

Setelah acara mewek-mewek tersebut, (Name) tetap pada keputusannya yaitu membiayai pendidikan S2 nya sendiri dan sangat terpaksa Seiji mengizinkan dengan syarat (Name) tidak boleh kerja paruh waktu atau melakukan hal yang tidak perlu selama disana, hanya fokus belajar dan kuliah. Sebab Seiji yang akan menanggung semua kebutuhan putrinya itu selama disana.

(Name) sempat menolak dengan berkata bahwa ia punya tabungan untuk biaya hidup selama disana namun Seiji pun membalas bahwa uang itu cukup (Name) jadikan simpanan untuk biaya pendidikannya atau sebagai simpanan untuk berjaga-jaga jikalau ia kekurangan biaya.

Melupakan sejenak peristiwa tadi, (Name) harus kembali fokus mengajar. Kini ia berdiri di hadapan barisan para murid kelas 2-5 yang masih saja ribut. Saat ini mereka berada di salah satu gedung olahraga, karena hanya mereka yang olahraga maka (Name) akan membiarkan anak muridnya memakai gedung tersebut sampai waktu olahraga selesai.

"Yaa elo ngapain baris disini?! Sana lo paling ujung! "

"Yaa gue mau nya disini! Kenapa?! Masalah buat lo?! "

"Masalah lah! Dari sekian banyaknya tempat kenapa harus di samping gue hah?! "

"Simulasi di pelaminan, Ra! "

"DIH! NAJIS! "

"Reo! Mulut lo minta di slepet ya! Najis juga kali berdiri di pelaminan bareng cewek galak kayak Sera! "

"Anj--"

"WOI! LO BERDUA JANGAN KDRT DISINI DONG! NANTI AJA DI RUMAH! "

(Name) menghela napas panjang dengan senyum terpaksa memegang dahinya pusing.

"GUYSS! UDAH-UDAH! " pekiknya otomatis membuat anak-anak itu berhenti bersuara, yaa walaupun pasangan bertengkar Sera dan Kisei masih saling physical touch menggunakan kaki.

(Name) kembali menarik napas panjang dan membuangnya, memandang murid-murid tersebut satu persatu.

"Dengerin ibu dulu, kalo mau ngomong bentar aja. Gak lama bentaran doang, abis ini kalian ibu persilahkan ngomong." ujarnya, "Materi kita yang minggu lalu yaitu bulu tangkis belum kelar, jadi hari ini kita lanjutin lagi. Sebagian 'kan udah main minggu lalu 'kan? Udah ibu nilai juga, jadi hari ini kita lanjutkan masih berpasangan cewek cowok yaa. Abis itu kita main dua lawan dua."

"Oke terakhir minggu lalu, Kyokou ya sama Ken ya? Berarti sekarang giliran Kisei sama Sera."

"Loohh?! Gak mau, Bu! Tukeran aja saya sama Sana! " tolak Sera langsung seraya melirik tajam ke arah Kisei.

Dan yang ditatap pun juga membalas tatapan tajam tersebut.

"Gak bisa, ini keputusan kotak--"

"Bulat, Bu! "

(Name) terkekeh, "Iya, bulat maksudnya. Lagian kalian berdua sampai kapan mau bertengkar terus sih?"

"Sampai Pluto kembali lagi, Bu!" jawab Sera membuat (Name) menggelengkan kepala.

"Benci sama cinta beda tipis loh, jadi hati-hati kalo benci sama lawan jenis. Entar nanti malah cinta."  ujar (Name) tersenyum geli, jadi dejavu.

Serentak anak 2-5 bersorak seraya bersiul guna menggoda pasangan bertengkar itu membuat wajah keduanya memerah, entah karena malu atau marah, entahlah.

(Name) kembali terkekeh pelan, "Sudah-sudah. Ayo kalian berdua biar cepat kelarnya, sementara singkirkan dulu perasaan bencinta kalian masing-masing."

Sera berdecak kemudian maju lebih dulu disusul Kisei untuk mengambil Raket dan kock. Yang lain pun meminggir untuk melihat pasangan ribut tersebut bermain raket.

"Ck! Disana lo! " celetuk Sera saat keduanya masuk pada daerah lapangan.

"Iya-iya! Marah-marah mulu! Cepat tua entar lo! " kata Kisei beralih ke daerah lawan.

"Biarin!"

"Love language mereka emang gitu, Bu. Kalo bukan Physical attack yaa gelud mulut everyday." sahut salah satu anak 2-5 membuat (Name) tertawa.

Melihat kedua muridnya itu membuatnya merasa dejavu. Tersadar dengan kenangan yang lagi dan lagi muncul dalam kepalanya, (Name) menggeleng keras segera melupakan kejadian yang lalu-lalu tersebut.

'GUE UDAH MOVE ON TAPI KENAPA ADAAA AJA YANG BIKIN GUE GAMON, HAH?! '

🫧🫧🫧

"Bunaaa! "

"Eh, (Name). "

Gadis yang baru saja pulang dari sekolah itu membuka helmnya setelah memarkir motornya di halaman rumah Atsumu. Seragam olahraga khas guru masih terpasang di tubuhnya membuat Buna--ibu dari si kembar Miya dapat menebak jika gadis ini belum pulang ke rumah setelah mengajar.

"Rajin amat, Bun, nyiram tanaman." ucap (Name) yang melihat selang mengalir di tangan Buna.

Wanita yang sebentar lagi memiliki cucu itu tertawa kecil, "Iya nih, udah sore soalnya. Abis ngajar langsung kesini? "

(Name) menyengir, "Iya, Bun. Mau ketemu bumil, anterin pesenannya." tuturnya seraya mengangkat kresek putih di tangan kirinya.

"Lah? Masih ngidam? "

"Enggak tau, Bun. Kayaknya lagi ngerjain (Name) aja." jawab (Name) tertawa kecil membuat Buna ikut tertawa menggeleng pelan.

"Yaudah masuk-masuk, rame tuh di dalam."

Kening (Name) mengernyit, rame? Mereka 'kan gak ada janjian mau ketemu di rumah orang tua si kembar hari ini.

"Oh iya, kalo gitu (Name) masuk dulu ya, Bun. Semangat nyiram tanaman nya! " serunya seraya berjalan masuk membuat Buna tertawa kecil mendengar seruan semangat dari gadis itu.

(Name) pun masuk setelah membuka sepatunya lalu membuka pintu ruang keluarga dengan senyum cerah.

"SELAMAT SOREE WAHAI PENG--" Pekikan (Name) terhenti saat melihat seseorang yang duduk melantai di atas karpet bersampingan dengan Osamu, "huni bumi." lanjutnya dengan suara pelan lalu berjalan setelah mengalihkan pandangan saat ia tak sengaja eyecontact dengan sosok itu.

Kakinya melangkah menuju Keisya yang duduk di sofa dengan senyum lebarnya. (Name) yang mengerti senyum sahabat ngeselinnya itu mendengus seraya memasang wajah kesal. Ia menyodorkan plastik di tangannya pada Keisya lalu mendudukkan diri di kursi single.

"Nih! Pesenan lo! "

"Makasih, ayang! "

(Name) berdecak menatap Keisya sinis, "Sengaja 'kan lo ngerjain gue?! Mana ada ibu hamil ngidam di usia kandungan 9 bulan?! " ujarnya kesal membuat Keisya tertawa.

"Hahaha sorry bestiee, kalo gak gitu lo mana mau kesini. Gue udah mau lahiran loh, masa gak lo jenguk." (Name) kembali mendengus mendengar penuturan Keisya.

"Baru pulang ngajar lo, (Name)? "

(Name) menoleh pada Osamu yang baru saja bersuara, "Hm. Gak kerja lo? Tumben banget jam segini di rumah."

"Udah ada asisten gue di resto, ya gue balik lah."

"Rin, diem-diem bae lo, ngomong napa. "

(Name) langsung memberikan tatapan bombastic side eye pada Atsumu yang barusan bersuara, suami Keisya ini sepertinya sengaja mempertemukan mereka lagi di rumah ini. Padahal ia sudah memperingati diri untuk tidak bertemu sang mantan di kebetulan apapun. Namun apalah daya semesta berkata lain.

"Ngomong apa? " Laki-laki itu akhirnya bersuara setelah hampir 10 menit (Name) berada di sini.

"Bukannya ada yang mau lo omongin sama (Name)? " tutur Atsumu lagi.

Osamu yang duduk bersampingan dengan Suna menatap laki-laki itu seolah berkata, 'Berhenti lo pura-pura move on atau gue bongkar kebiasaan lo yang suka nungguin (Name) tiap pagi di depan sekolah dia mengajar! '

Suna yang di tatap seperti itu menghela napas, si kembar ini bisa diam saja tidak sih? Dia juga bakalan bicara kok, tapi menunggu waktu yang tepat.

"Gue--"

Ddrrrttt! Dddrrrttt!

Tatapan mereka serentak terpusat pada (Name) dimana ponsel gadis itu yang baru saja berdering. (Name) merogoh kantong celananya, mengeluarkan benda pipih dari sana. Keningnya nampak mengerut melihat nomor tak di kenal yang muncul di layar ponselnya.

"Eh bentar gue angkat telpon dulu." ujar (Name) melepaskan tasnya di atas sofa lalu beranjak keluar dari ruangan tersebut dan menerima telpon.

Bugh!

"Kenapa sih lo?! Gemas banget gue sama nyali lo ini! " tukas Osamu setelah mendorong tubuh Suna ke samping hingga cowok itu oleng ke samping dan berdecak kesal.

"Ngintilin elit! Ngakuin sulit! Chuangkiii! " gemas Osamu membuat Atsumu dan Keisya tertawa.

Jika Keisya dan Atsumu mempercayakan masalah tersebut pada (Name) dan Suna, Osamu justru ingin mereka berdua berhenti sok pura-pura telah move on. Bagaimana tidak, ia yang selalu jadi tempat Suna mengeluh setelah cowok itu menunggu (Name) di depan SMA AKKEI.

"Gue lagi nyari timing yang tepat, kodok! " tukas Suna tak kalah kesal.

"Halah! Timing-timing! Bilang aja nyali lo masih ciut! "

"Sok tau lo! Gue--"

Ceklek!

Suna yang hendak bergelut dengan Osamu terhenti saat (Name) membuka pintu dan berjalan cepat meraih tas nya.

"Ca, gue balik dulu ya. Barusan tukang paket nelpon udah deket rumah, gue kudu cepet-cepet pulang. Soalnya kalo tuh tukang paket nganterin ke rumah dan Ibu yang nerima gue bisa di sidang." tuturnya tanpa menghiraukan Osamu dan Suna yang sudah saling memegang baju kaos masing-masing.

"O-oh iya... hati-hati lo, jangan ngebut-ngebut amat. "

"Iyaa. Guys, gue balik ya! " tanpa menoleh lagi gadis itu segera keluar dari ruangan tersebut.

Osamu mengalihkan pandangannya dari pintu ke Suna yang masih memandang pintu yang telah tertutup itu. Dengan kesal ia kembali mendorong Suna hingga kembali terjatuh kedua kalinya.

"Rasain lo! Udah tau si (Name) gak bakalan mudah di ajak ketemu kalo ada lo! Malah lo sia-siain pertemuan hari ini! "

Suna berdecak sembari duduk semula dan menatap Osamu sinis.

"Gue udah mau ngomong tadi, tai! Tapi (Name) nya keburu di telpon! "

"Yaa salah lo gak ngomong duluan sejak dia datang! "

"Yakali gue langsung ngomong tanpa basa-basi??? "

"Sama aja, anj**! Keburu basi! "

Keisya dan Atsumu menghela napas, jika dulu teman gelud Osamu adalah Atsumu, kini berganti dengan Suna. Sepertinya Osamu kesepian, karena Atsumu tidak bisa seenaknya bertengkar dengannya lagi, maka ia menargetkan Suna sebagai patner bertengkar nya.

To be continue

Continue Reading

You'll Also Like

2.7K 176 8
Ini murni dari pikiran aku. Oh ya , yang nama cewe nya aku gak bagi , aku cuma bagi (name) . Terimakasih yang udah baca.. Jangan lupa di vote!.. ...
250K 36.9K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
14.7K 1.1K 10
Masa SMA yg menyenangkan-?! Ayo ikuti kisah hidup Name dan Teman Temannya
44.1K 5.6K 11
- aku lelah terus menerus memalsukan senyumku - ❗Dilarang Plagiat❗ Start: 21 February 2021 End: 14 December 2021 © Story by me © Character by Haruic...