Paradise (Segera Terbit)

By ohhhpiiu

2.6M 141K 5.2K

[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua... More

Bab I
Bab II
Bab III
Bab IV
Bab V
Bab VI
Bab VII
Bab VIII
Bab IX
Bab X
Bab XI
Bab XII
Bab XIII
Bab XIV
Bab XV
Bab XVI
Bab XVII
Bab XVIII
Bab XIX
Bab XX
Bab XXI
Bab XXII
Bab XXIII
Bab XXIV
Bab XXV
Bab XXVI
Bab XXVII
Bab XVIII
Bab XXIX
Bab XXX
Bab XXXI
Bab XXXII
Bab XXXIII
Bab XXXIV
Bab XXXV
Bab XXXVI
Bab XXXVII
Bab XXXVIII
Bab XXXIX
Bab XL
Bab XLI
Bab XLII
Bab XLIII
Bab XLV
Bab XLVI
Bab XLVII
Bab XLVIII
Bab XLIX
Additional Part 1
Additional Part 2
Additional Part 3
SEGERA TERBIT

Bab XLIV

42.1K 2.3K 72
By ohhhpiiu

Karena malam ini saat yang
terindah bagi hidupku
Oh Tuhan
Jangan hilangkan dia
Dari hidupku, selamanya

Jangan Hilangkan Dia - Rossa

...

"Bagaimana kondisinya?"

"Sejauh ini kondisinya sudah stabil, dilihat dari tubuh yang sudah bisa merespon nyeri, saya rasa tidak lama lagi kesadarannya akan segera pulih."

"Bagus. Pantau terus jangan sampai dia mati." Akbar menggerakkan sedikit kepalanya, meminta Theo mendekat lalu berbisik, "Begitu ada perkembangan segera hubungi saya."

"Baik Tuan." Theo mengangguk patuh, ia memberikan kode pada seorang dokter untuk mengikutinya.

Akbar berkacak pinggang, matanya memindai setiap inci ruangan. Entah bernasib baik atau sial, setelah jatuh dari lantai 6 ia membuat gadis itu berakhir terkapar bersimbah darah di balkon lantai 4.

Dokter rumah sakit menyatakan kondisi Alya kritis dengan tulang rusuk patah serta gegar otak yang cukup fatal. Namun, Akbar bertindak cepat dan segera meminta rumah sakit untuk membuat putusan 'kematian' bagi Alya.

Tidak ada satupun keluarga gadis itu yang datang, membuat Akbar semakin leluasa melancarkan aksinya.

Meski sedikit memberatkan posisi Dirga, Akbar tetap mengambil resiko sambil mempertimbangkan agar dapat membalaskan perbuatan yang telah wanita ini lakukan pada kedua anaknya. Sejujurnya Akbar tahu ia tak perlu bertindak sejauh ini, namun, membuat Alya tetap hidup dan diketahui publik pun tidak akan membantu posisi Dirga yang sudah ditetapkan sebagai tersangka.

Terlebih dengan adanya bukti fisik bekas cekikan di leher Alya yang telah polisi simpan, sekaligus tidak ada cctv yang merekam kejadian tersebut dikarenakan posisi Dirga dan Alya berada di titik buta.

Hidup atau tidaknya Alya tidak akan membantu apapun.

"Selamat datang di neraka."

Mulai hari ini sampai seterusnya, tidak akan ada yang mengetahui tempat tersembunyi ini. Akbar akan menyimpan mainannya sendiri, ia membiarkan Alya hidup hanya untuk menyiksa gadis sebatang kara ini saja.

Itupun jika Tuhan memberikan gadis ini kesempatan hidup lebih lama. Sebab dokter mengatakan bahwa kemungkinan gadis ini hidup tidak lebih dari 30%.

...

Expo semakin dekat, banyak guru yang memutuskan untuk tidak masuk kelas karena turut mempersiapkan kegiatan yang segera berlangsung itu.

Belakangan ini Qila semakin akrab dengan anak Osis terlebih karena mereka memiliki penampilan bersama. Selepas berlatih Qila pasti bergabung dengan beberapa anak Osis yang menyambutnya ramah. Angkasa turut bahagia melihat Qila yang sudah mulai nyaman membaur dengan yang lain.

Tak aneh jika kini gadis itu punya lebih banyak teman. Sejujurnya Qila punya personality yang ceria sehingga mudah disukai siapa saja. Tidak. Ini bukan berdasarkan perasaan sepihak Angkasa, banyak anak-anak yang berkata bahwa Qila adalah sosok menyenangkan, mereka bahkan menyesal baru mengenal Qila sekarang.

"Eh berarti lo tahu ya anggota kpop yang itu?"

"Tau!"

"Sumpah gue juga suka banget sama dia."

Ketika sedang asyik-asyiknya bercerita sambil melepas penat, gerombolan siswa IPS 2 datang menghampiri Qila dengan muka yang dipenuhi kesal. Dibelakangnya terdapat beberapa anak teater yang turut mengikuti.

"Heh anjing!" Bahu Qila tiba-tiba di dorong kasar.

"Eh apa-apaan nih dateng-dateng ngerusuh!" Seorang gadis yang duduk disebelah Qila terlonjak kaget.

"Lo diem ya! Gue gak ada urusan sama lo!?" tunjuk Dera dengan wajah marah. "Maksud lo apa ngelaporin gue sama yang lain! Lo pikir keren kayak gitu? Tingkah menye lo selama ini pasti buat ngejebak gue sama yang lain kan!?"

Alis Qila mengerut, ia menatap sekelilingnya yang menjadikan Qila sebagai pusat perhatian. Tangannya sedikit bergetar, "Ayo bicara di tempat lain."

Dera menghempas tangan Qila, memandang Qila dengan tatapan jijik dan muak. "Kenapa? Biarin semuanya tahu sejahat apa lo sebenernya!"

"Licik lo Qila, gak nyangka ternyata cewek selemah lo bisa punya pikiran picik buat jebak kita." Firda maju mendorong bahu Qila berkali-kali.

"Tanggungjawab! Gara-gara lo kita semua kena skors 3 minggu."

"Lo temen bukan sih? Bisa-bisanya ngelakuin hal gini ke kita?!"

"Dasar gak tahu malu."

Semua anak-anak mulai berkumpul, penasaran dengan apa yang terjadi, tatapan mereka menusuk seperti tengah menghakimi Qila.

"Semuanya!" Kini Dera menunjuk wajah Qila. "Lo semua jangan sampe ketipu sama muka jalang ini!"

"Ada apa sih?" Bisik-bisik mulai terdengar dari segala arah.

Kedua mata Firda sudah berkaca-kaca. "Lo ada masalah apa sih, Qi, sampai tega laporin kita ke kesiswaan? Lo emang dendam sama kita dari dulu? Ini semua pasti udah lo rencanain, kan?"

Qila menggeleng lelah, tangannya terkepal. "Udah selesai marah sama nuduhnya?" Tak jauh dari posisinya ada Angkasa yang sedang ditahan oleh beberapa anak Osis, wajahnya bahkan terlihat lebih marah dari siapapun.

"Apa?" tanyanya tak percaya. "Emang beneran iblis ya lo?"

"Hei, sejak awal aku gak pernah sekalipun kalian anggap temen." Qila tersenyum kecil, ia menatap lekat-lekat wajah mereka, "Kenapa disaat gini kalian baru bilang aku ini temen?"

Para gerombolan siswa di depannya tampak menggeram, kesal.

"Gak perlu penjelasan apapun, buktinya udah diserahin ke bagian kesiswaan, kalau penasaran datang dan tanyain sendiri kenapa nama kalian bisa ada di list orang yang kena skors."

"Bangsat ya! Jadi selama ini tampang sok polos lo cuma pura pura!?" Kepala Qila menegak saat Firda menarik rambut Qila. Membuat beberapa anak panik dan segera memisahkan dari Qila.

Bukannya meringis dan ketakutan, Qila malah tertawa kecil.

"Kenapa? Gak nyangka orang yang selama ini kamu injak-injak bisa jadi duri tajam?" Qila sudah cukup muak diam saja selama ini, ada banyak hal yang sedang ia pikirkan termasuk kondisi Dirga di kantor polisi, Qila tidak mau menambah beban pikirannya dengan hal lain. "Kalau segini aja kamu udah ngerasa gak adil, terus perlakuan kamu selama ini harus aku anggap apa?"

"Lo!?" Dera kembali mendorong bahu Qila sampai Qila meringis menahan nyeri. "Ngerasa sok jago bisa ngelaporin kita? Kalau gak punya bukti GAK USAH BANYAK BACOT!"

"Bukti?" Qila terkekeh geli membuat mereka yang tengah menyaksikan terpana, gadis lemah yang sering menundukkan kepalanya itu kini berdiri tegap tanpa rasa takut. "Bukannya tindakan kamu sekarang udah cukup buat dijadiin bukti?"

Dera beserta anak lain terkesiap. Sejak tadi memang hanya Dera dan Firda yang terang-terangan mengintimidasi Qila. Keduanya kompak memojokkan Qila seolah korban.

"Harus bukti apa lagi yang bisa bikin kamu, maksudnya, KALIAN sadar kalau selama ini KALIAN pembully?" Tidak ada yang berani angkat bicara membuat Qila menghela napas lelah. "Aku ... gak pernah sekalipun buat masalah sama kalian."

Qila menunjuk satu persatu orang yang ada disana, matanya nampak begitu sedih namun tubuhnya tetap berdiri kokoh meskipun kini sudah dikerumuni layaknya gula diantara para semut.

"Kalian serang aku pakai kata-kata busuk, kalian perlakuin aku kayak sampah, kalian ... kalian yang ejek aku terang-terangan, terus kenapa sekarang malah bertingkah jadi korban? Asal kalian tahu aku bahkan gak pernah sekalipun berani pergi ke kantin, ketemu orang banyak, karena kemanapun aku pergi, kalian pasti tatap aku jijik, bener, kan?"

"Gue gak-"

"DENGERIN AKU NGOMONG DULU!"

Napas Qila menderu dengan wajah memerah menahan tangis, kini tangannya terlihat sekali bergetar, seluruh anak menyaksikan, sungguh, Qila merasa malu sekaligus lelah disaat bersamaan.

Ia malu karena menjadi pusat perhatian dari orang-orang yang hanya ingin memuaskan rasa penasarannya. Sekaligus lelah karena berkali-kali disalahpahami sebagai pencari perhatian.

"Memangnya aku gak punya hak laporin kalian semua? Terus aku harus selamanya diam setiap kali kalian jadiin aku bahan olokkan?" Qila maju selangkah dengan kepala menegak percaya diri. "Setiap hari lokerku penuh sampah, gak jarang rambut aku kena sisa permen karet entah punya siapa, baju olahragaku pernah hilang, buku-buku yang ada di kolong meja basah, bahkan kertas ujian harian pun pernah hilang, dan kalian masih dengan santainya datang? Nanya kenapa aku bisa laporin kalian? Bahkan skors pun masih belum cukup buat balas semua perlakuan kalian selama ini."

Semua terdiam mendengarnya. Nampak tak bisa berkata-kata karena apa yang Qila ucapkan adalah kenyataan.

"Jadi? Aku harus apa biar kalian sadar kalau udah keterlaluan? Aku harus diam dan terima semuanya sambil ketakutan sedangkan kalian bisa nikmatin hari tanpa beban? Aku yang harus jadi pecundang menyedihkan?"

Air mata Qila mulai turun satu persatu, ia tak bisa lagi membendung sesak yang ditahan sampai membuat tenggorokannya mendadak kering, suaranya bergetar dan tercekat.

Sejak tadi Angkasa sudah berontak minta dilepaskan, wajahnya tercetak jelas raut khawatir melihat Qila yang kini berubah pucat pasi.

Tiba-tiba tangan kiri dan kanannya di genggam. Qila menatap Vega serta Wenda yang berusaha melindungi Qila dengan membawa tubuhnya ke belakang mereka.

"Cukup," ujar Vega merasa muak. "Gue rasa ini bukan tontonan bagus buat kalian jadiin konten," sindirnya pada beberapa anak yang sibuk merekam kejadian.

"Kalian gak punya malu ya?" Wenda menatap semua orang kesal, "Bukannya introspeksi diri."

Firda melebarkan mulutnya. "Sadar! Lo juga ditipu sama dia! Nama kalian berdua ada di list ini!?" ujarnya sambil melemparkan beberapa kertas.

Vega tertawa geli, "Kenapa harus ditipu kalau ide buat ngelaporin hal ini adalah ide gue?"

"A-apa?" tanya Firda tergagap begitu juga yang lain. "MAKSUD LO APA ANJING! LO SENGAJA BIKIN KITA SEMUA DI SKORS? SINTING YA LO!"

"Gak tuh, gue justru yang paling waras sekarang." Wenda ikut tersenyum mendengarnya.

Dera mengepalkan tangan. Kesal dan muak bersamaan.

"Kalian semua gak inget dia udah lukain muka Inez? Inez sampai keluar sekolah ini juga pasti karena dia!" Dera menunjuk wajah Qila sambil berkata lantang agar di dengar semua orang. "Pantes aja lo gak punya teman, kelakuan lo emang pantes digituin."

plak.

Semua terkesiap tak terkecuali Wenda dan Vega yang menatap Qila terpana. Wajah Qila mengeras sambil menatap tajam Dera.

plak.

Tamparannya kini makin kencang membuat Dera yang baru saja ingin protes kembali terhempas ke samping.

"Udah selesai ngomongnya?"

"ANJING-" Tangan Dera langsung ditahan oleh Vega dan Wenda. "Lepas! Lepas bangsat! Dasar cewek jalang! Biadap lo sok polos!!!"

"Dasar muka badak!" Qila berteriak. "Gak tahu malu!"

Firda yang melihat kesempatan langsung bergerak maju hendak menjambak Qila namun tertahan karena tiba-tiba anak Osis yang sebelumnya hanya jadi penonton kini melingkar melindungi tubuh Qila.

Mereka serempak menatap dengan pandangan menusuk sambil melindungi tubuh Qila agar tak bisa disentuh siapapun. Membuat Qila membatu tak menyangka.

"Mending lo semua cabut deh, ngeliat kelakuan lo kayak gini emang pantes sekolah skorsing kalian." Maya, salah satu anak Osis yang baru Qila kenal melirik tajam pada Dera dkk.

Vega serta Wenda langsung menghempas tangan Dera dan segera bergabung melindungi Qila.

"Orang gila bahkan malu disamain kelakuannya sama kalian." Wenda berdecak, tangannya masih melindungi kepala Qila. "Sadarin aja diri lo emang pembuli gak tahu diri!"

"Terus apa bedanya lo sama gue! Gak usah ngerasa sok suci!"

"Gue gak ngerasa suci tuh. Gue ngelakuin ini justru sebagai penebusan dosa, setidaknya gue masih kenal malu, dasar sampah!" Wenda meludah sampai mengenai seragam Firda. "Makan tuh jigong gue!"

Semua jadi memandang ke arah gerombolan IPS 2 dengan pandangan menusuk, menghakimi perbuatan mereka dan menyetujui bahwa mereka semua pembuli.

Firda, Dera beserta siswa lain menunduk menahan malu. Tanpa mengucapkan apapun lagi mereka beranjak pergi dan mendapat sorakan satu sekolah. Semua mengolok-olok kepergian mereka.

"Makasih," gumam Qila pada semua orang yang melindunginya. "Makasih banyak."

"Lo gak sendiri."

"Iya! Ada kita!"

"Kita tahu kok lo gak salah!"

"Semangat Qila! Kita dukung lo."

"Lo hebat banget tadi, maafin gue selama ini cuma diem dan jadi penonton."

"Iya! Kita semua minta maaf."














Terimakasih.

Continue Reading

You'll Also Like

229K 8.2K 47
Rania, seorang gadis yang berharap mendapatkan kebahagiaan kini menemukan kebahagiaannya walau hanya sementara.
51.2K 12.9K 68
[ JANGAN LUPA FOLLOW, VOTE DAN COMMENT ] [UDAH SELESAI] Hanya cerita singkat tentang satu insan manusia rapuh, namun berkedok dengan keras dan tidak...
161K 22.3K 35
[BTS Fanfiction : 1 of 2] Mereka dipertemukan oleh takdir yang semula terpisah kini menjadi satu kesatuan utuh. Relasi yang terbangun akhirnya sampai...
333K 21.3K 60
Attara Anastasya Ganendra, gadis yang kehidupannya berubah setelah terhantam kenyataan pahit di masa lalu membuat dirinya terhempaskan masuk ke dalam...