SWEET BUT PSYCHO

By xrain__

11.8K 1.1K 340

"Lucu banget, jadi pacar gue mau nggak?" Gawat! Allaric---Si Psikopat Gila itu jatuh cinta. ____ Perhatian! C... More

01 - Blurb
02 - First Love
03 - Who?
04 - Sungkan.
06 - Angkot Cinta
07 - Psycho

05 - Es Krim

1.5K 152 44
By xrain__

~♥~
Part 05 - Es Krim
~♥~

Memang benar, real no fake fake. Setelah tadi pagi memaksanya untuk pulang bersama. Allaric sengaja menunggunya didepan kelas sampai akhirnya jadi trending topik nomor satu bahan ghibah seluruh siswa.

Karna Alana sudah bisa menebak hal seperti sebelumnya, ia biarkan saja berita simpang siur yang terjadi. Alana telah terbiasa menjadi manusia yang memiliki banyak haters.

Mau menolak tawaran Allaric sudah pasti tidak bisa. Lagipula, setelah cowok itu mengantarnya ke-kelas sehabis dari UKS tadi, Alana sudah menjadi bahan ghibahan. Dan sekarang, melihat Allaric yang nangkring didepan kelasnya. Rasa-rasanya para haters Alana dan fans Allaric semakin kebakaran jenggot.

"Lihat deh, mata mereka rasanya mau copot liat kamu jalan sama aku, Kak." Alana menarik ujung jaket Allaric pelan seolah mengadu.

"Besok gue pastiin nggak bakal ada lagi yang berani ledekin lo lagi." sahut Allaric santai.

"Caranya gimana?" tanya Alana.

Langkah Allaric terhenti, Alana pun ikut diam menunggu jawabannya.

"Cara yang gue punya nggak bakal lo ngerti. Jadi lo cukup duduk manis buat nunggu hasilnya." jelas Allaric serta menoel hidung mancung Alana disertai senyum manis.

~♥~

Alana terdiam anteng menikmati es krimnya ditemani semilir angin diarea outdoor kedai kecil dekat taman kota. Alana sengaja tak menolak ajakan Allaric untuk memakan es krim bersama karna,  percuma juga menolak ajakan Allaric. Ajakan cowok itu lebih berasa paksaan daripada ajakan. Lagipula, siapa juga yang akan menolak jika telah ditawari es krim.

"Kakak ngajak aku makan es krim, tapi yang makan aku aja." sindir Alana.

"Gue nggak suka es krim." sahut Allaric, ia tersenyum tipis menatap Alana menikmati es krim coklatnya.

"Nggak suka tapi ngajak orang lain beli." ceplos Alana. Sorot matanya beralih melirik Allaric sekejab dan baru menyadari jika cowok itu terang-terangan memandanginya yang tengah memakan es krim.

"Gue nggak suka, tapi lo suka." ucap Allaric.

"Maksudnya?" tanya Alana bingung.

Allaric berdehem seraya melepas jaketnya perlahan. Ia meletakkan jaket itu tepat diatas rok Alana yang sedikit tersikap akibat tiupan angin yang terlalu kencang.

"Kayaknya gue beneran suka sama lo."

"Uhuk!" Alana langsung tersedak mendengar ucapan Allaric.

"Pelan-pelan, nggak bakal ada yang minta es krim lo kok. Kalo perlu nanti gue beliin lagi." ujar Allaric sembari memberikan tepukan pelan dibahu Alana. Ia tak menyadari jika ucapannya tadi dapat membuat hati mungil Alana berdisko sekian kencangnya.

"Ehm, astaga jantung aku.." gumam Alana bingung sendiri.

"Kak Allaric jangan gitu, aku ini perempuan." omel Alana.

Allaric menatapnya heran. "Lo emang perempuan, siapa yang bilang lo cowok?" tanya nya kembali.

"M-maksudnya, maksudnya gitu deh. Pokoknya jangan sembarangan bilang suka. Nanti suka beneran baru nyesel." Alana menunduk tak mau bersitatap dengan Allaric, ia memakan es krimnya kembali dengan tangan yang gemetaran.

"Gue emang suka sama lo, dan gue nggak menyesel akan hal itu." jawab Allaric mantap.

Jantung Alana semakin tak karuan mendengar ucapan Allaric. Cowok itu menyatakan perasaannya segamblang ini tanpa ada rasa malu sedikitpun. Alana pikir, urat malu Allaric telah putus.

"Apa sih, Kak Allaric nggak usah aneh-aneh." tegas Alana berusaha tetap kalem.

"Apa yang aneh? Gue manusia, gue cowok, suka sama cewek itu hal wajarkan?" sahut Allaric.

Ia melirik beberapa mobil yang melintas dan berdehem pelan, lalu meneruskan ucapannya. "Kecuali kalo suka sama sesama jenis, sesama cowok. Itu kayaknya..."

"Ya lo bisa menilai sendirilah." sambung Allaric.

Mulut Alana terkunci seakan kehabisan kata-kata. Ia biarkan saja Allaric mau berbicara apapun itu.

"Alana, jangan diem." ucap Allaric.

Dan seperti biasa, larangan adalah perintah. Alana semakin membisu tak mau membuka suara.

"Jadi pacar gue, mau? Kalo diem berarti iya, kalo jawab berarti iya."

"Ih apaan, curang!" sewot Alana.

"Oke fiks, lo jadi pacar gue." goda Allaric. Melihat muka Alana yang memerah tiba-tiba ia semangat untuk menggodanya.

"Aku kan nggak bilang iya." protes Alana. Ia melemparkan bungkus es krim kedalam tong sampah yang berada tak jauh darinya.

"Kayak yang gue bilang tadi. Diem artinya iya, jawab artinya juga iya." jelas Allaric tetap santuy.

"Maksa." sungut Alana, jika dilihat dari wajahnya sepertinya perempuan itu merajuk.

Allaric tertawa kecil, ia menarik tangan Alana pelan untuk segera beranjak dari sana.

"Bercanda doang, nggak usah marah. Lo marah makin cantik, kalo gue makin suka jangan salahin gue nanti." kelakar Allaric. Lengkungan kecil dibibir Alan terbentuk. Ia tersenyum malu-malu kucing.

"Mau kemana?" tanya Alana.

"Jalan-jalan dulu, mau? Gue pengin ajak lo muter-muter kota sambil liat sunset. Seru banget, gue yakin lo bakal suka." ajak Allaric, senyum laki-laki itu menjadi riang saat memasangkan helm dikepala Alana.

"Boleh, tapi jangan sampai terlalu sore ya, Kak. Nanti aku dimarahin Mama." sahut Alana. Ia juga tak munafik dengan menolak ajakan Allaric. Alana juga ingin melihat sunset yang akhir-akhir ini hanya dapat ia lihat dari balik jendela kamar.

"Nggak sampe maghrib udah balik. Ayo, naik!" Allaric hendak menaiki motornya sebelum Alana menarik lengannya pelan.

"Kenapa?" tanya Allaric bingung.

"Jaketnya---"

"Anginnya kenceng, buat lo aja." sahut Allaric cepat. Ia melirik sekilas rok pendek Alana lalu kembali menaiki motor dan menyalakam mesinnya.

Mendengar jawaban Allaric, Alana langsung paham. Ia melilitkan jaket itu dipinggangnya dan perlahan menaiki motor Allaric.

"Udah?" tanya Allaric.

"Eum, udah." jawab Alana.

Motorpun melaju keluar parkiran kedai dan membelah jalanan kota sore ini. Bersama angin yang bertiup, sepasang anak manusia itu sama sama menikmati kebersamannya diselingi candaan ringan.

"Ternyata enak juga ya muter-muter naik motor sore sore gini." celetuk Alana saat mereka sampai dilampu merah.

"Besok-besok gue ajak liat sunset dipantai, jauh lebih seru." sahut Allaric.

"Gini aja udah cukup kok. Aku udah bahagia banget." ucap Alana dengan perasaan berbunga. Setelah dipikir-pikir ternyata seperti ini rasanya orang pacaran diluar sana yang sering menikmati angin sore bersama. Ternyata seseru itu ya, Alana baru tau.

"Gue juga bahagia, Lan. Makasih." gumam Allaric lirih.

Alana yang tak dapat mendengar gumaman Allaric pun bertanya. "Kamu barusan bilang apa, Kak?"

"Nggak ada, gue cuma bilang kalo dipantai pasti lebih asik. Lain kali pasti kita bisa nikmatin sunset bareng disana." ucap Allaric.

"Semoga aja bisa soalnya aku anak rumahan banget. Nggak boleh sering-sering main." kelakar Alana.

Allaric terkekeh pelan mendengarnya. "Kalo mainnya sama gue, pasti bisa." sahutnya.

Alana tersenyum-senyum menatap beberapa pengendara lain. Lampu masih merah, motor meraka belum lagi melaju. Disaat bersamaan, mata Alana gagal fokus menatap penjual balon warna warni yang berkeliling disela-sela kendaraan yang menunggu lampu berubah menjadi hijau.

"Wah, lucu banget.." gumam Alana gemas sendiri melihat balon-balon itu.

Penjual balon yang ekor matanya pintar mencari pembeli pun mengerti sorot mata Alana yang ingin membeli dagangannya. Penjual balon itu sengaja mendekati Alana dan menunjukkan balonnya antusias.

"Tiga puluh lima ribu aja yang gambar bunga matahari, Neng. Kalo yang ada lampunya tambah sepuluh ribu jadi empat puluh lima ribu." ucap penjual balon yang akrab dipanggil Pak Rusdi itu merayu Alana dengan menggeol-geolkan balon dagangannya supaya tampak lebih lucu.

"Enggak, Pak. Maaf.." sahut Alana pura pura tidak tertarik. Padahal mata nya seakan tak mau beralih menatap balon itu.

"Tiga puluh lima ribu udah murah banget, yang lainnya bisa sampe lima puluh ribu loh.." tetap saja Pak Rusdi kekeuh memasarkan balon-balonnya, sampai pada akhirnya Allaric terusik dan melirik Alana dari kaca sepion.

"Kenapa?" tanya Allaric menoleh kebelakang.

"Nah, bagus! Mas, pacarnya kan?"

"Bukan." Alana menyahuti pertanyaan penjual balon itu cepat sebelum Allaric menjawabnya.

"Masih calon." sahut Allaric.

"Wah, pas banget ini. Calon pacarnya pengin balon saya ini loh, kalo nanti Mas mau beliin pasti nanti dia mau dijadiin pacar." bujuk Pak Rusdi bersemangat.

Allaric menatap Alana yang memasang komuk seolah-olah tak perduli. Ia juga bisa melihat bahwa perempuan itu aslinya memang menginginkan balon itu.

"Mau?" tanya Allaric.

Alana pura-pura menguap lebar, lalu menggeleng. "Aku bukan anak kecil." jawabnya.

Diam-diam Allaric tersenyum. "Mau yang bunga atau yang ada lampunya?" tanya nya sekali lagi.

"Yang ada lampunya." sahut Alana cepat.

"Eh, maksudnya nggak mau dua-dua nya." ralat Alana cepat, tersadar jika dirinya keceplosan ia bersembunyi dibalik punggung tegap Allaric. Pak Rusdi tergelak kecil membuatnya semakin kehilangan muka.

Tin!!

Suara klakson terdengar dari belakang, rupanya lampu telah berganti hijau. Allaric buru-buru merogoh uang dari saku seragamnya entah berapa itu. Ia langsung menerima uluran balon dari Pak Rusdi bersamaan dengan membayarnya.

Lima lembar berwarna merah, Pak Rusdi terkejut bukan main. Ia baru tersadar saat sampai ditrotoar. Motor Allaric juga telah melaju. Dibarengi lambaian tangan, Pak Rusdi memanggil Allaric dari belakang.

Meski mendengar pekikan dari Pak Rusdi, Allaric tetap melajukan motornya santai. Ia hanya memberi satu jempol kirinya sebagai tanda terima kasih pada Pak Rusdi. Senyum Pak Rusdi pun mengembang seiring ucapan syukur yang terpanjat dari dalam hati nya.

Begitu pula dengan Alana, meski awalnya menolak ia akhirnya luluh juga. Ia memegang balon pemberian Allaric kuat-kuat. Bahagia sekali, senyum Alana sama sekali belum pudar sendari tadi.

"Berhenti didepan rumah yang ada mobil putihnya itu lagi?" tanya Allaric.

"Iya, Kak." jawab Alana. Sebentar lagi sampai rumah, dan ternyata hampir maghrib. Alana meminta Allaric untuk lebih cepat melajukan motornya.

"Turunnya pelan-pelan." Allaric memakirkan motornya dikiri jalan, baru setelah itu Alana turun dari motornya. Ia menerima uluran helm yang semula Alana pakai. Dan berganti melepas helmnya sendiri.

"Jaketnya aku cuci dulu---"

"Nggak usah, langsung gue pake aja." potong Allaric.

"Ngak papa? Kan udah aku pinjem." ucap Alana tak enak hati.

"Nggak papa, cuma lo pinjem sebentar."

"Ya udah, makasih ya, Kak." Alana tersenyum hangat menatap Allaric yang tengah memakai kembali jaketnya.

"Sama-sama." Allaric ikut tersenyum. Ia juga mendaratkan tepukan pelan pada pucuk kepala Alana.

"Bahagia selalu ya, Lan." ujar Allaric.

Alana terpaku beberapa saat setelah mendengarnya

"Alana, gue nggak bercanda soal perasaan gue tadi. Gue juga nggak maksa lo buat bales rasa gue ini. Gue cuma pengin lo tau kalo gue suka sama lo. Itu aja." ucap Allaric.

"Kak, aku---"

"Sekarang mungkin belum, tapi nanti lo pasti juga bisa suka sama gue. Gue cuma butuh waktu, kasih gue waktu buat buktiin seberapa banyak suka yang gue punya buat lo, Alana." sambung Allaric kemudian.

Melihat reaksi Alana yang jelas terkejut, Allaric segera menaiki motornya kembali dan melajukannya perlahan. Senyumnya belum memudar bahkan ketika bayangan motornya jauh tak terlihat lagi dimata Alana.

Kali ini, Allaric memang gila. Gila karna merasakan cinta untuk pertama kalinya.

Hai, apa kabar?
Semoga kalian suka part ini ya..
Maaf updatenya lama. Habis ini kita gass poll kawal Allaric sama Alana sampai bisa jadian ( ̄3 ̄)

Spam next disini untuk lanjut!!!

Sehat sehat selalu ya kalian, tetap semangat dan jangan mudah menyerah. Sekian, salam cintaa ♥♥

-ryuka.

Continue Reading

You'll Also Like

1M 47.9K 36
Anyelir Dayana sangat mencintai Biru Nevandra, namun sebaliknya Biru terlihat tidak mencintainya, padahal hubungan mereka sudah berjalan 6 tahu laman...
222K 16.6K 22
Seorang prajurit senior perempuan angkatan darat, harus merelakan dirinya terdampar dalam tubuh seorang Permaisuri yang suka seenaknya dan mengabaika...
109K 6.4K 41
๐๐ซ๐จ๐ญ๐ก๐ž๐ซ๐ฌ๐ก๐ข๐ฉ [ ๐—™๐—ข๐—Ÿ๐—Ÿ๐—ข๐—ช ๐——๐—จ๐—Ÿ๐—จ ๐—ฆ๐—˜๐—•๐—˜๐—Ÿ๐—จ๐—  ๐— ๐—˜๐— ๐—•๐—”๐—–๐—” ] Leo, seorang anak kecil berusia 5 tahun yang tinggal bersama seorang k...