DADELARD (END)

By uzeecrown

193K 8K 684

"Denger ya! Apapun yang gue inginkan itu hak gue dan itu adalah kewajiban lo buat menuhin perintah gue!" tega... More

01 | botol
02 | sirup
03 | kantin
04 | name?
05 | obat
06 | rumah
07 | ngapain?
08 | adik
09 | telat
10 | bayi?👶🏻
11 | Diana
12 | kepunyaan
13 | kasian
14 | harus
15 | peringatan
16 | gue nggak terima
17 | obatin gue
18 | botol susu
19 | jaga, gue ngegame
20 | sentuh?
21 | kenapa?
22 | gak suka
23 | makanan atau lo
24 | two for one
25 | telepon
26 | dasi
27 | gendong
28 | kembali?
29 | jendela
30 | u are mine.
31 | sick
32 | kiss
33 | kesal
34 | don't touch
35 | racing kingdom
36 | who's?
37 | sleepy
38 | lips
39 | kenalan
40 | kunci
41 | apartemen
42 | luka
43 | someone
45 | benci
46 | sakit
47 | cair?
48 | murahan
49 | kamar
pap😋
50 | seribu kiss
51 | lupakan?
52 | hancur
53 | luar batas
54 | kamu
55 | sisa nafas
56 | Dia
57 | ICU
58 | manis
59 | tercantik
60 | bali (ending)

44 | cukup

1.4K 50 12
By uzeecrown

Hai people!

Vote and coment, ok?











~ let's read! ~

"Adel–" tangan Adelard meraih pinggang ramping Sonya merapatkan tubuh Sonya ke hadapannya, membuat gadis itu terkejut bingung.

Adelard memajukan wajahnya ke wajah Sonya yang sudah tampak bingung dan panik itu. Menatap setiap inchi wajah Sonya di setiap sisi.

Dan di saat itu juga angin memasuki kelas yang hanya berisi mereka berdua, "kamu mau nga-ngapain?"

Kringggg kringggg

Bel selesai istirahat berbunyi, membuat keduanya terkejut bersamaan.

Bugh

Aww

Sonya tersungkur, Adelard mendorong refleks tubuh Sonya menjauh dari dirinya.

Kening Adelard berkerut, menatap tajam wajah Sonya di hadapannya, "ngapain lo bangsat?" tekan Adelard penuh amarah.

Sonya semakin kaget dan bingung mendengar pertanyaan Adelard itu. Bukannya cowok itu yang menarik Sonya mendekatinya dan ingin melakukan sesuatu?

"Maksud? Yang duluan kamu Adelard!" bantah Sonya tidak terima.

"Lonte lo. Mau gue bunuh? HAH?" tekan Adelard tak terima juga, "lo yang mau macem-macem sama gue bangsat!" sambung Adelard.

"Fitnah banget kamu Adelard!!!" teriak Sonya, "kamu yang narik-narik aku anjing!" sambung Sonya gemas dan kesal.

"Shit. Jalang!" tekan Adelard sembari membersihkan beberapa bagian tubuhnya karena dipikir habis di sentuh Sonya.

Tanpa mereka berdua sadari, isi kelas itu sudah di penuhi teman-teman kelas mereka yang melihat apa yang sedang terjadi barusan.

Tak ada yang membuka suara, bahkan teman-teman Adelard juga. Mereka hanya diam sambil menyaksikan dengan wajah yang terkejut.

Tak peduli sekitar, Adelard beranjak dari kursinya dan pergi dari kelas itu.

***

Bel pulang sekolah berbunyi. Seluruh siswa maupun siswi berhamburan menuju area parkiran. Berbeda dengan Adelard dkk yang masih berada di dalam kelas. Mereka sedang bersiap-siap untuk latihan basket untuk final nanti.

"Lard!" panggil Derga yang sedang mengemas seragam sekolahnya.

"Hm?"

"Tadi lo dan Sonya ken–" tanya penasaran Derga namun segera di potong Adelard.

"Ssttt!" Adelard menempel telunjuknya di depan bibir dengan wajah yang dingin dan datar. Terlihat jelas bahwa Adelard tidak ingin dan tidak suka dengan perkataan Derga.

"Sonya ternyata kaya gitu ya? Padahal keliatannya anak baik-baik and kalem." sosor Edo.

"Emang dia kenapa?" tanya Derga penasaran.

"Lo jadi cowok kok kepo bat njing?" kesal Edo. Pasalnya sedari tadi Derga bertanya terus menerus kejadian Adelard dan Sonya tadi. Memang benar Derga tadi tak menyaksikan semuanya, karena ia datang ke kelas setelah melihat Adelard yang juga keluar kelas dan pergi setelah kejadian.

"Dih?"

"Lihat noh Arvan, nggak pernah kepo!" ujar Edo.

"Gimana mau kepo? Dia aja nggak pernah ngomong." sambung Dio.

"Apa?" tanya datar Arvan yang sedang fokus menatap layar ponselnya.

"Wih akhirnya ngomong." ujar Dio antusias.

"Stres." cicit Derga, "kelen ikut nggak ntar malam reuni temen smp di cafe?" tawar Derga.

"Kita aja beda smp cok." sahut Edo.

"Iya tuh." balas Dio setuju.

"Tapi gue sama Delard satu smp. Kalian ikutlah, banyak temen cewek gue yang bening-bening katanya ntar malam,"

"Aeera nggak bakal izinin."

"Elah Dio. Cuma sekali-kali juga. Ayolah!" paksa Derga, "Van, Do, ikut kan?"

"Pasti mama gue izinin sih!" ujar Edo semangat.

"Nggak izin sama cewek lo?" tanya Arvan tiba-tiba.

"Tai lo, Pan!"

"Oke pokoknya semua harus ikut! tanpa terkecuali." tegas Derga, "Lard ikut kan?"

"Hm?"

"Ayolah!"

"Oke."

***

Adelard, Derga dan Arvan masih berada di lapangan. Sedangkan Dio dan Edo sudah pulang beberapa menit lalu karena matahari sudah hampir terbenam.

Mereka bertiga sedang duduk untuk istirahat setalah bermain sekitar tiga pertandingan. Menatap dari jauh sunset yang cantik sembari meminum sebotol air dingin yang habis di beli oleh Derga di minimarket.

"Cakep bat sunsetnya kaya dia. Haha," ujar Derga setelah menelan beberapa teguk air, "apa gue bisa nikahin dia ya di masa depan?" sambung Derga.

"Nggak." balas Arvan membuat kedua bola mata Derga mengembang.

"Anjing lo," ketusnya, "ya gue tahu sih. Kenapa sih dia harus cantik? Kenapa nggak orang lain aja?"

Tak ada jawaban dari Arvan. Bahkan Adelard juga tak menanggapinya, cowok itu sedari tadi hanya diam dengan tatapan datar menatap senja.

"Jawab dong. Gini amat ngobrol sama dua orang bisu!" kesal Derga namun tak dapat memecahkan keheningan Adelard dan Arvan.

"Nginap di kulkas noh. Bareng ikan asin! Heran gue sama lo bedua, ada ape sih?" cerocos Derga kesal.

"Hmm, cantik ... ya?" ujar Adelard tiba-tiba sambil tersenyum miring lalu tertawa pelan dengan mata yang masih tertuju pada matahari yang sudah hampir sepenuhnya tenggelam.

Sontak Derga dan Arvan langsung menatap ke arah Adelard.

"Yoi, dia cantik, baik dan satu yang gue suka, dia–"

"Bukan sepupu lo yang gue bilang!" tekan tajam Adelard.

Membuat Derga kesal, "siapa? Sonya?"

Rasanya emosi Adelard memuncak saat mendengar perkataan Derga, dengan refleks cowok itu menendang keras paha Derga yang berada di sampingnya itu. Untung saja Arvan langsung menahan Adelard dengan cepat.

Bugh bugh!

Arvan menahan dada bidang Adelard, "sadar Lard!"

"Anjing, awsh ..." rintih Derga yang sudah tersungkur sambil memegang pahanya, "gue cuma becanda Lard. Apasih jing?"

"Nggak usah bawa-bawa nama jalang sialan, ngerti?"

"Apasih, lo berlebihan bat!"

"Lo nggak perlu ikut campur!"

"Lard, lo sekarang berubah banget. Gampang emosian, labil, kasar sama cewek! Tadi juga lo dorong kasar Sonya kan? Dia cewek dan juga lo yang mulai deketin dia dan lo juga yang dorong dia sampe lengannya lecet. Apa yang terjadi sama lo?"

Adelard mendengus dengan wajah yang masih berapi-api, melepas kasar dirinya dari Arvan yang menahannya dari tadi, "dia yang deket-deket gue bangsat!!"

Burrr

Adelard membanting botol air minumnya tepat di hadapan Derga, "lo nggak tau apa-apa. Shut your mouth okay?" seru Adelard yang langsung mengambil tasnya dan pergi meninggalkan Derga dan Arvan dari situ.

"Woy Lard!!" panggil Derga.

"Lo jangan mancing." tahan Arvan.

"Dia udah berubah Van, dia kasar bat sama Sonya tadi!"

"Ya biarin."

"Tolol lo. Sonya itu cewek, coba cewek lo di kasarin sama cowok lain kaya Sonya tadi?"

"Sonya cewek lo?"

"Woy. Lo lihat Adelard sekarang berubah bat jing! Suka minum, emosian, stres, gila ntar lama-lama dia malah overdosis cok. Lo masa biarin temen kita kek gitu?"

"Gue tau. Biarin aja, ntar juga sadar."

"Sadar? Kita dong yang ngasih sadar dia. Ntar malah dia mati gegara minum terus,"

"Hmm.."

"Dia kenapa sih? Masa gara-gara tersangka hamilin cewek monyet kemarin dia jadi gini?"

"Bukan."

"Terus? Menurut lo?"

"Tau ah."

"Apasih Pan? Lo kan tau masalah jiwa gitu?"

Tak ada balasan dari Arvan, cowok itu hanya mengemas barang-barangnya ke dalam tasnya.

"Woy?"

"Cewek yang di paksa pacaran dengan dia sendiri, ntahlah, i don't know."

"Dasha?"

"Hm,"

Derga menyerngit, "hah?"

"Dah .." tak menanggapi lagi, Arvan langsung menggandeng tasnya dan melambaikan tangan kepada Derga yang masih terdiam karena mendengar jawaban dari Arvan tadi.

"Tunggu, woy!"

***

09.00 pm

Adelard dan keempat temannya sudah tiba di sebuah cafe. Memarkirkan motor mereka masing-masing lalu masuk ke dalam cafe.

Cafe bernuansa cokelat itu sangat unik dan mewah. Dan juga pengunjungnya begitu ramai, dan mayoritas pengunjung rata-rata remaja hingga dewasa.

Tiiittt tiiittt ...

Tiba-tiba saja ponsel Adelard berdering. Cowok itu mengambil dari saku celananya lalu mengangkat telepon dari seseorang.

"Hm?"

"Lo dimana Lard?" tanya seorang perempuan dari sebrang sana.

"Di pintu."

"Ooh .. kirain masih di jalan, cepet ya ini semuanya udah ngumpul. Emm, nggak semua sih, seper empat doang, hehe."

"Oke."

Tuttt. Adelard menutup teleponnya.

"Ara ya?" tanya Derga.

"Clara," balas singkat Adelard yang masih fokus mengotak-atik ponselnya.

"Iya Ara berarti. Yaudah yok!"

"Cantik pasti orangnya." sahut Dio tiba-tiba.

"Hmm, nggak bisa banget lo kalo tentang cewek!" sindir Edo.

"Aeera, inget." tambah Derga. Namun Dio pura-pura tak mendengar sindiran teman-temannya itu.

Sudah beberapa menit mereka mencari-cari perkumpulan alumni mereka, dan untung saja akhirnya mereka menemukan mereka di lantai atas.

Derga langsung melompat sambil tersenyum hingga matanya sudah tak terlihat kala melihat teman-teman masa smpnya itu. Saling sapa menyapa dan saling bertanya kabar. Sama seperti Derga, Adelard pun ikut menyapa teman-temannya. Tak mau diam-diam saja, Dio, Arvan dan Edo juga ikut bergabung dan memperkenalkan diri mereka juga.

"Gila-gila!!! Anjirrr, dah gede aja lo suhu!!" ujar Yoga antusias bersalaman dengan Adelard.

"Lo apa nggak gede?" tanya balik Adelard.

"Burungnya doang yang gede, Lard," sosor Zaki yang dapat mengundang tawa lainnya.

"Yaiyalah," ungkap Yoga bangga, "btw kalo punya lo, gede nggak Lard?" bisik Yoga.

"Apasih Ga, omongannya itu loh! Jorok banget!" sosor Clara kesal dengan pembahasan teman-teman cowok alumninya itu.

"Iya tuh, udah ah! Adelard, Derga duduk aja kalian sama temen-temen kalian juga. Gue bakal pesen minuman dan camilan dulu," tambah Reva yang segera memanggil Waiter.

"Zaki-Zaki, otak lo kaga pernah bersih deh, dari smp," ujar Derga seraya menggeleng-gelengkan kepalanya tidak menyangka.

"Der bukannya kemarin lo kirim b*kep ke gu–" balas Zaki namun cepat di potong Derga.

"Reva, gue ini, ee, Avocado juice. Oke?" potong Derga yang di beri anggukan Reva.

"Pengalihan isu nih," ujar Reey seraya tertawa pelan dan di ikuti oleh teman-teman lainnya.

"Yang lainnya?" tanya Adelard yang celingak-celinguk.

"Kan gue bilang cuma seper empat Lard, cuma dikit banget. Hehe, soalnya nggak ada yang bisa di ajak. Jadi cuma kita-kita aja," jelas Clara, gadis cantik dengan pakaian dress putih dan punggung yang di baluti cardigan crop.


"Reuni apa ngapain? Dikit bat. Masa dari 35 murid di kelas, yang datang cuma 8 biji?"

Memang benar yang datang hanya delapan orang saja, Yoga, Zaki, Reey, Asraf, Romi, Reva, Clara dan Nauri.

Clara menarik napasnya kesal, "susah ngajaknya, Derga ..."

"Siap putri Ara ..."

"Lo kok main hp terus sih Delard?" senggol Clara sambil berbisik yang tepat berada di samping Adelard.

"Hm?"

"Jangan main hp terus,"

"Kenapa?"

"Inikan lagi ngumpul. Ngobrol aja jangan main hp sibuk sendiri,"

Adelard melirik Clara yang terus saja melarangnya dan menatap ke arah pakaian Clara, "jaket lo tuh mau melorot." tegur Adelard.

Clara menatap ke pakaian di tubuhnya, "ini cardigan Adelard, modelnya emang gini, enggak melorot kok,"

Tak mau menanggapi lagi Adelard hanya fokus mengobrol dengan teman-temannya. Kemudian beberapa saat kemudian hidangan mereka pun tiba.

Mereka pun menyantap dan menyeruput perlahan berbagai macam minuman yang telah di pesan dan mengobrol banyak, mulai tentang masa sekolah saat SMP, motor, hobi, gym, game dan yang terakhir adalah pacar.

"Gue sih udah ada, sepupu sendiri," ujar Derga sambil tersenyum.

Romi mencicipi cake kemudian terkejut mendengar perkataan Derga, "Serius? mang bisa cok?"

"Nggak ada yang bisa halangin sih. Dah itu aja."

"Keluarga lo setuju?" tambah Yoga penasaran.

"Secara gue ganteng, pinter, kaya? Yah bisalah bahagiain dia, siapa sih yang nggak terima?"

"Uhhh gitu yaa? Terus Adelard?"

Tiba-tiba saja suasana menjadi hening dengan pertanyaan yang menuju ke Adelard, Derga dan teman-teman lainnya tak bersuara.

"Gue ad–"

Perkataan Adelard seketika terpotong kala ia menatap dari jauh seseorang. Dia, Dasha yang sedang bercanda ria sambil tertawa bahagia dengan wanita dan pria paruh baya yang merupakan ayah dan ibu Dasha. Dan satu orang yang membuat Adelard terdiam membisu adalah keberadaan cowok yang tak asing di matanya.

Dia, Rio. Rio bersama Dasha dan keluarga Dasha. Sedang asik mengobrol dan bersenda gurau satu sama lain.

Wtf?

"Lard!" senggol Yoga tepat di samping kiri Adelard dan samping kanan yaitu Clara.

Adelard tersedar dari tatapannya tanpa kedip tadi. Kemudian ia tertawa pelan seraya tersenyum tipis, "nggak dulu. Buang-buang waktu." sambung Adelard dari perkataan tadi.

Cowok itu kembali melirik sedikit, sedikit ke arah Dasha yang sekarang hanya tinggal Dasha dan Rio yang sedang asik mengobrol. Sedangkan ayah dan ibu Dasha baru saja pergi dari situ entah kemana.

Wajah Adelard memerah kala melirik keduanya, menahan segala emosi yang bercampur aduk. Namun cowok itu berusaha tetap tenang.

Adelard terus melirik dan memerhatikan juga meyakinkan, apakah dia tidak salah lihat?

Ia tidak salah lihat! Plester di kening Dasha. Itu benar Dasha.

Tetap menenangkan dirinya. Adelard berusaha tidak perduli dengan gadis jalang yang berselingkuh dari dirinya. Di cafe dengan cowok brengsek dengan raut wajah yang bahagia. Tidak ada beban di pikiran Dasha tampaknya, ia menikmati makanan dan minumannya tanpa memikirkan cowok yang setiap hari selalu memikirkan dan mencarinya dimana-mana.

Ada ya? Cewek yang lebih jalang dan sialan dari sebutan itu? It's you. Haha. Bodoh, kenapa lo hidup? Dan bodohnya gue mau lo tetap hidup. Wtf? Kenapa gue jadi bodoh gini. Lo yang bodoh, bukan gue. Itu yang lo mau? Oke. Gue nggak keberatan. Batin Adelard.

Di rasa sudah muak dan malas, Adelard memutuskan untuk pulang duluan namun di cegah oleh teman-temannya, "gue pulang."

"Hah? Jing, kok secepat itu?" tahan Yoga.

"Gue ngantuk."

Derga menahan tubuh Adelard yang sudah berjalan untuk pergi dari situ, "Lard, tumben? Lo nggak minum?"

"Di club biasa? Gue nggak keberatan."

"Apasih woy? Bukan itu maksud gue. Jangan dulu lah pulang!"

"Hmm terus?"

"Sssstt, dah-dah, kita harus solid. Satu pulang, semua pulang. Oke sampe sini kita senang-senangnya. Masih banyak waktu kita bisa meet lagi," saran Zaki. Dan saran Zaki mendapat banyak setuju dari yang lainnya. Dan mereka pun kompak untuk balik bersama detik ini.

"Solidaritas banget hidup lo," ujar Derga bangga.

Zaki tersenyum bangga, "sst, gue tau."

***

Para alumni sudah pulang semuanya, tersisa Clara saja bersama dengan Adelard, Derga, Dio, Arvan dan Edo.

"Lo nggak bawa kendaraan Ra?" tanya Dio.

"Enggak, gue di jemput nanti sama temen. Soalnya motor lagi di pake, hehe,"

"Duh, gue nggak bisa bantu nih soalnya gue langsung latihan Taekwondo,"

Clara tersenyum tipis ke arah Dio, "gue juga nggak butuh bantuan kok,"

Sontak jawaban dari Clara membuat Derga dan Edo tertawa puas.

"Ingat bini, makanya." sindir Derga.

"Tobat Dio," tambah Edo.

"Bareng gue," tawar Adelard tiba-tiba yang membuat teman-temannya terkejut.

"What? Serius Delard?" Edo menutup mulutnya yang ternganga karena terkejut.

Derga dengan cepat menarik Edo untuk segera pergi, "dah. Yok ah!" ajak Derga kepada Edo dan yang lain, "Lard, anter Ara ya, gue mau jemput adek gue juga soalnya. Bye!"

Derga dan Edo meninggalkan parkiran di ikuti juga dengan Arvan. Dio sudah pergi beberapa menit yang lalu. Dan sekarang tersisa Adelard dan Clara.

Dengan cepat Adelard menarik tangan Clara, memakaikan helm ke kepala cewek di hadapannya yang sudah diam membeku karena bingung juga terkejut. Kemudian lanjut Adelard melepas jaketnya dan memakaikan ke tubuh Clara yang sekarang hanya tersisa dress dengan leher dan lengan yang terekspos dengan warna kulit yang putih.

"Gu-gue bisa send–"

Tak peduli perkataan Clara, cowok itu tetap melanjutkan aktivitasnya memakaikan jaket ke tubuh Clara hingga mengancingnya satu persatu.

Dan ternyata sedari tadi ada seseorang dari jauh menatap Adelard dan Clara. Dia adalah Dasha. Dasha menatap dari jauh tanpa berkedip, ia terus menerus menatap Adelard bersama Clara tanpa peduli seorang cowok yang suda memanggil-manggil nama Dasha dari atas motor ninja.

Dan detik itu juga Adelard melirik dan menatap wajah Dasha dari kejauhan, tidak ada cahaya yang begitu terang, hanya lampu berwarna orange memancarkan cahayanya yang sangat sedikit.

Tampak tak peduli dengan tatapan Dasha, Adelard malah balik lagi fokus ke hadapan Clara di depannya dan memegang kedua pipi Clara seraya tersenyum, "cantik."

To be continued

Hmmm???👆😌
Kangen nggak? Maap ya udh php, sumpah aku sibuk bangetttt guys, skrg pun ini aku sempetin buat up pdhl ada tugas mtk yg numpuk belum di kerjain👆😭

Gimana part ini?

Spam komen >>

See uuuuu🤍

Continue Reading

You'll Also Like

24.9K 811 63
Namanya Gabriel Jonatan Wiliam, si raja jalana dan kriminal yang mendapatkan nasib sial saat ia harus menikah dini dengan gadis sebatang kara karna...
62.7K 3.1K 47
[Follow me first] Ini kisah tentang Reyhan dan Ayra yang sama-sama saling mencintai tapi dengan cara mereka sendiri. Bagi Ayra, Reyhan merupakan cowo...
10.6K 595 13
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Namanya Dimas Ardian. Dijuluki The Devil di dunia hitam. Hobinya tawuran mainstream, balap liar, troublemaker sejati, dingin...
2.7M 198K 56
*SEKUEL OF DANGER BOY* Ini adalah cerita Altheo Zean Alard, lelaki tegas nan galak dalam menghadapi seorang gadis yang bernama Lovata Lucas. STAR _09...