Frost Flower in the Palace

By kietzyQS

17.9K 2.7K 707

(English vers.) a story about a little frost flower with courage, intelligence and wisdom. She join the selec... More

Conference Room
Conference Room (Part 2)
Chapter 1 : The Birth of a Flower
Chapter 2 : Flower without Leaves
Chapter 3 : The Growth of a Wildflower
Chapter 4 : The Life of Young Flower
Chapter 5 : The Battle Shield
Bonus Chapter : Character in the Harem
Chapter 6 : The Selection
Chapter 7 : The Blooming Time
Chapter 8 : The Girl On My Sight
Chapter 9 : Uninvited Guess
Chapter 10 : The Queen's Favorite
Chapter 11 : The Harem
Chapter 12 : The Missing Gems
Chapter 13 : Deep of the Sea
Chapter 14 : Wild Flower
Chapter 15 : Bird Box
Chapter 16 : Revolution
Chapter 17 : The Grace
Chapter 18 : The Choosen One
Chapter 19 : Little Tiger
Chapter 20 : Small Wave
Chapter 21 : Little Sparks
Chapter 22 : One Pair of Heart
Chapter 23 : The name you wanna hear
Chapter 24 : When the wind blows
Chapter 25 : I've Lost
Chapter 26 : Too Hurt to Let Go
Chapter 27 : The Protector
Chapter 29 : Flower in the desert
Chapter 30 : The Wind brought me to you

Chapter 28 : The Only Hope

213 28 4
By kietzyQS

.Chapter 28.

.The Only Hope.


Pilu bagi Ratu Park saat melihat putranya menangis dihadapannya karena seorang gadis. Namun Ratu Park tidak bisa melakukan hal lain selain berharap bahwa penderitaan putranya akan segera berakhir.

Sooji meneteskan air matanya dalam diam saat mendengar suara pilu Lee Geum. Perlahan keraguan mulai menyelimutinya, apakah ia terlalu kejam pada pria itu? Tetapi jika ia tidak bersikap kejam, pria itu tidak akan pergi dari hidupnya meski ia usir sekalipun.

"Geum-ah, kau tidak boleh menyalahkan dirimu seperti ini . . . aku yakin, Sooji tidak pernah menyalahkanmu" bisik Ratu Park lembut pada putranya yang telah menangis.

"meski aku tahu orang-orang jahat itu yang melakukannya, aku sebagai Putra Mahkota Negara ini pun tidak mampu melakukan apapun. Aku tidak mampu melindungi rakyatku. Aku sungguh tidak berguna ibu" tangisan Lee Geum semakin pecah.

Sooji terdiam seketika. Sekujur tubuhnya menjadi kaku saat mendengar kalimat terakhir yang dilontarkan oleh Putra Mahkota. Sooji mulai mengepalkan tangannya, matanya kembali meneteskan air mata.

Tiba-tiba kalimat yang Ratu Park lontarkan sebelumnya terngiang dalam telinga Sooji.

"saat hanya tinggal selangkah lagi sampai kau memegang tahta itu, keserakahan orang-orang tak bertanggung jawab justru menjatuhkan keluargamu ke jurang yang paling dalam."

"aku sudah menjadi Ratu di Negara ini lebih hampir 20 tahun . . aku menemani Jeonha juga sudah lebih dari 20 tahun, bagaimana mungkin aku tidak tahu intrik dalam istana? Posisiku bagaikan harta yang diincar setiap penjuru. Aku sudah lelah dengan perang yang memakan banyak korban oleh orang-orang disekelilingku" ungkap Ratu Park dengan tatapan lembutnya pada Sooji.

Tiba-tiba sebuah pikiran terbesit dalam benak Sooji. Intrik politik, bagaimana jika ayahnya pergi bukan karena diserang Dinasti China? Bagaimana jika ada unsur politik didalamnya? Bagaimana jika ayahnya justru mati karena orang-orang yang mengincar posisinya?

Tangan yang terkepal itu perlahan mengepal semakin kencang. Mata yang sebelumnya meneteskan air mata itu mulai kering berganti dengan tatapan membara yang bahkan bisa mengeringkan lautan.

"Geum-ah, semua yang terjadi adalah kehendak Langit, kita sebagai orang tidak mampu melakukan apapun. Sekarang, yang harus kau lakukan adalah berhenti menyesali apa yang telah terjadi dan bukalah lembaran baru. Sejak Putri Mahkota-mu telah terpilih, maka hargai lah dia sebagai istrimu." Tutur Ratu Park dengan tatapan lembutnya pada putranya.

"kalau begitu, aku tidak akan mengganggu watu istirahat ibu. Aku pamit undur diri" hormat Lee Geum.

Baru tiga langkah Lee Geum melangkah, indra penciumannya seperti menangkap harum yang begitu familiar baginya. Apa Lee Geum terlalu merindukan gadis itu sampai indra penciumannya pun mulai berhalusinasi akan sosok gadis itu.

Lee Geum tersenyum getir dan melanjutkan langkahnya untuk meninggalkan Gyotaejeon. Moon Sanggung bergegas menghampiri Sooji, tapi Sooji sudah tidak ada disana.

"Jungjeon mama" Moon Sanggung menghampiri Ratu Park untuk melaporkan hal tersebut.

"Jungjeon mama" suara Sooji dari luar ruangan Ratu Park berhasil mengalihkan perhatian Moon Sanggung dan Ratu Park.

"masuklah" ucap Ratu Park.

Tak lama Sooji masuk ke dalam kediaman Ratu Park dengan semangkuk obat dinampan yang diangkatnya. Sooji mendekati Ratu Park dan segera mengangkat jarum perak yang memang ia letakkan disamping mangkuk tersebut untuk mengetes keberadaan racun.

"tidak perlu" tahan Ratu Park sembari menahan tangan Sooji yang hendak memasukkan jarum perak itu ke obat yang diraciknya sendiri.

"Jungjeon mama, bagaimanapun baiknya Yang Mulia menilai seseorang, Yang Mulia tidak boleh mempercayai seseorang begitu saja.." ujar Sooji menatap Ratu Park.

"Bae Sooji, ingatlah . . rasa percaya membawa kedamaian. Tanpa rasa percaya, tak ada satu ketulusan pun yang dapat dirasakan oleh orang lain, tak perduli seberapa baiknya perlakuan kita kepada orang tersebut" ungkap Ratu Park lembut.

Mendengar penuturan dari Ratu Park membuat bibir Sooji keluh seketika. Ia tak berani menyangkal karna tak ada yang salah dari ucapan penuh kebajikan dari wanita itu. Tanpa disadari, rasa kagum yang telah tumbuh mulai berakar dan berubah menjadi sebuah tali kasih yang sulit diungkapkan.

"Ye, mama" jawab Sooji lembut.

Ratu Park meneguk habis obat yang Sooji racik untuknya, Moon Sanggung langsung membantu Ratu Park membersihkan bibirnya. Ratu Park kembali berbaring diatas tempat tidurnya kemudian menatap Sooji dengan tatapan lembutnya.

"istirahatlah disini malam ini. Besok malam, aku akan meminta seseorang membawamu keluar dari Istana" bisik Ratu Park.

"Jungjeon mama . . . izinkan hamba menemani mama, setidaknya sampai Yang Mulia sembuh" ujar Sooji sembari menggenggam tangan Ratu Park lembut.

"aku akan segera membaik, bukankah kau yang berkata? Asalkan aku rutin meminum resep yang kau berikan selama 3 bulan, semua racun dalam tubuhku akan hilang" ungkap Ratu Park pelan.

"tapi, hamba merasa tidak tenang . . . hamba ingin memastikan bahwa Yang Mulia telah sepenuhnya sembuh, setelah itu . . hamba berjanji untuk hidup dengan baik" ungkap Sooji menatap Ratu Park penuh harap.

"Sooji-ya, Kau terlahir sebagai seekor kupu-kupu yang indah, tempatmu adalah ditaman luas, bukan di istana yang penuh dengan kekejaman politik. Menjauhkanmu dari Istana adalah satu-satunya perlindungan yang mampu ku berikan padamu. . . " jelas Ratu Park.

"apa itu artinya, Jungjeon mama baru akan hidup damai jika hamba pergi dari Istana?" tanya Sooji dengan air mata yang siap untuk mengalir dari pelupuk mata indahnya.

"benar" jawab Ratu Park.

"kalau begitu, hamba menerima perintah Yang Mulia . . . " Sooji bangkit berdiri dan memberi penghormatan penuh hingga kepalanya menyentuh lantai kepada Ratu Park.

"bangunlah, kau harus segera beristirahat . . " gumam Ratu Park pelan.

"terima kasih Jungjeon mama" ujar Sooji. Moon Sanggung segera menggiring Sooji menuju ke kamar kecil dibelakang tempat istirhat Ratu Park.

0.0

Sooji bangun dari tidurnya tepat sebelum ayam berkokok. Ia segera merapikan tempat tidurnya kemudian menuju dapur untuk merebus obat bagi Ratu Park. Sooji juga harus mengenakan Chima dikepalanya agar tidak dikenali dan tidak mencolok karna rambut tipisnya.

Sooji merebus obat-obatan untuk Ratu Park, tanpa disadari ucapan Ratu Park dan Lee Geum kembali terngiang dalam benak Sooji. Jika, seandainya ayahnya memang tidak mati karena perang, lalu siapa pembunuh dari ayahnya?

Sooji mengipas-ngipas tungku dapur dengan cekatan, setelah berhasil merebus obat untuk Ratu Park, Sooji segera membawa obat itu kembali ke Gyotaejeon. Sooji melangkah dengan perlahan dan hati-hati. Ia tak ingin keberadaannya disadari oleh para prajurit istana.

Sooji meletakkan obat yang telah ia racik ke atas meja didepan kamar Ratu Park yang masih berada didalam bangunan kediaman Ratu Park. Sooji berjalan keluar dari kediaman Ratu Park dan menatap langit yang mulai terang meski cahaya hitam kebiru-biruan masih menghiasi langit diatas kepalanya.

Perlahan kaki gadis itu melangkah menuju ke sebuah sungai yang berada tak jauh dari kediaman Ratu Park. Sungai yang pernah ia datangi saat ia kecil, bersama Joohyun saat perayaan kemenangan Joseon melawan Dinasti dari China.

Sooji berjalan mendekati bibir sungai, disana ada sebuah paviliun yang tak pernah ia lihat sama sekali saat ia kecil. Alis Sooji berkerut, ia sadar bahwa semakin indah dan terang wilayah itu maka akan semakin terlarang baginya untuk muncul disana.

Sooji tahu aturan itu akan tetapi kakinya melangkah begitu saja tanpa ia sadari. Lampu-lampu teratai menghiasi paviliun itu, paviliun yang dibangun di atas sungai itu. Kakinya melewati jembatan itu satu langkah demi satu langkah.

Setelah hari ini, ia akan memulai kehidupan barunya tanpa nama Bae Sooji. Ia akan terlepas dari semua belenggu ini tetapi apakah hatinya siap? Seperti tenggelam dalam pikirannya sendiri hingga tanpa sadar ia telah sampai didepan pintu paviliun itu.

Apakah dirinya benar-benar siap melepaskan semuanya? Bahkan jika itu tentang kematian ayahnya yang masih belum terselesaikan? Sooji mendorong pintu itu dengan lantang. Saat pintu itu terbuka, ia mulai berjalan memasuki paviliun itu.

Sooji melangkah tanpa ragu, tetapi matanya berhenti saat ia menatap tulisan besar yang pernah ia buat terukir disana.

"Yeogjjanghwa" – ini adalah resep obat yang ia berikan untuk Pangeran ke-dua saat itu.

Sooji kembali dibuat terdiam saat ia melihat sebuah lukisan yang menggambarkan seorang pelayan muda yang menghadap Raja dengan kepala yang tertunduk. Sooji tergelak saat otaknya membentuk sebuah kesimpulan.

Jika ini adalah tempat seperti yang ada dalam pikirannya, maka seharusnya sejak awal ia tidak menerobos masuk ke tempat ini. Sooji langsung berbalik dan hendak melangkah keluar tetapi suara langkah kaki menghentikan niatnya.

Sooji menoleh ke sana kemari dan segera berlari untuk bersembunyi didekat pembatas yang ada didekat lukisan tadi. Pintu terbuka dan suara langkah kaki itu terdengar semakin dekat. Sooji mengepalkan tangannya kuat menahan kegugupan dan ketakutan yang sudah menjadi satu.

"Jeonha sudah sekian lama tidak datang kemari . . . hari ini apa yang membuat Jeonha memutuskan untuk kemari lagi?" ungkap Kasim Hong yang seperti penasaran dengan pikiran Raja-nya.

Sejak pelayan itu muncul dihadapan Raja, Raja terus memerintahkan untuk mencarinya didalam istana selama setahun penuh tanpa lelah. Kasim Hong benar-benar tidak berani menerka isi kepala pemimpinnya itu disaat seperti ini.

"dilihat dari beberapa hal, pelayan ini sangat mirip dengan menantuku. . . meskipun aku baru pertama kali bertemu dengannya. Apa itu kebetulan?" pikir Raja dengan tatapan sendunya.

"Jeonha, nona Bae adalah seorang wanita yang berpendidikan dan cerdas, ia pasti jauh lebih hebat dibandingkan seorang pelayan biasa" ujar Kasim Hong.

"aku juga tahu itu, apa kau perlu mengulanginya hanya untuk ku dengar?!" ketus Raja.

"maafkan hamba Jeonha" ucap Kasim Hong.

"jika tidak ada menantu sepertinya disamping putraku, aku merasa tidak tenang." tutur Raja lagi.

"Jeonha, apa kau ingin aku mencari pelayan itu lagi?" tanya Kasim Hong.

"untuk apa?" Raja melirik bahunya seakan bisa menerka apa yang ada dipikiran Kasim Hong.

"mungkin pelayan pintar itu bisa membantu Seja Joha sebagai Selirnya?" timpal Kasim Hong.

"kau berani?!!" tegas Raja sembari berbalik menatap Kasim Hong dengan tatapan garangnya.

"maafkan hamba Jeonha, hamba terlalu banyak bicara!!" teriak Kasim Hong sembari menampar pipinya berkali-kali.

Sooji masih diam berusaha untuk bernapas dengan tempo pelan dan sehalus mungkin. Ia tidak ingin tertangkap basah disana. Jika ia tertangkap, maka tidak hanya sebuah hukuman biasa yang akan ia dapatkan. Ia yakin itu.

Kasim Hong hanya diam setelah Raja memaafkannya tanpa menghukumnya. Ia menatap Rajanya yang terpaku memandang lukisan pelayan muda yang menghadap dirinya sembari menunduk itu.

Ya, setiap kali Rajanya merasa gundah, ia selalu kemari untuk memandang lukisan itu dan menyendiri seperti tempat ini adalah sumber energi untuk menutupi semua kesedihannya.

Bahkan paviliun yang awalnya dibangun sebagai hadiah ulang tahun bagi Putri-nya, ia gunakan untuk menyimpan tulisan tangan pelayan muda itu. Tidak hanya itu, Raja juga meminta pelukis terkenal untuk melukis dirinya dengan seorang pelayan yang kepalanya tertunduk.

Raja melakukan hal sejauh ini, apa benar-benar hanya merasa kagum pada pelayan muda itu? Kasim Hong sendiri tidak yakin dan tidak berani menerka apa yang menjadi kebenaran dibalik semua ini.

"pertemuan pagi akan segera dimulai, mungkin sudah seharusnya kita pergi Jeonha" ungkap Kasim Hong.

"baiklah" jawab Raja kemudian melangkah pergi dari paviliun itu.

Sooji langsung menghembuskan napas lega saat menyadari Raja telah pergi dari paviliun itu. Sooji segera melangkah keluar dari paviliun itu untuk kembali ke kediaman Gyotaejeon. Sooji tiba disana tepat saat Moon Sanggung baru keluar dari tempat istirahat Ratu Park.

"kereta yang akan membawamu keluar ibu kota sudah siap, Ratu Park ingin bertemu denganmu sebelum kau pergi" ungkap Moon Sanggung.

"terima kasih Moon Sanggung. . . " ujar Sooji.

Sooji memasuki istana Ratu Park dan memberi hormat secara formal pada Ratu Park. Ratu Park tersenyum melihat gadis yang sudah ia anggap seperti putrinya sendiri itu.

"Jungjeon mama, terima kasih untuk bantuan dan perlindunganmu selama ini. Jika mungkin, suatu hari aku ingin membalas semua kebaikan yang kau berikan untukku mama . . . " ungkap Sooji dengan tatapan penuh kasih dalam matanya.

"kemari" panggil Ratu Park yang sudah duduk dari tidurnya. Ia merasa lebih baik hari ini.

Ratu Park langsung memeluk Sooji dengan erat, hal itu membuat Sooji sedikit terkejut tetapi ia langsung membalas pelukan Ratu Park untuknya. Sooji tersenyum dan memejamkan matanya saat memeluk Ratu Park.

0.0


To be continue . . . 

Continue Reading

You'll Also Like

Won't Get Divorce! By Berry.

Historical Fiction

15.1K 2K 24
Ketika keinginannya untuk bisa mengulang waktu terwujud, Edith segera berusaha memperbaiki hubungannya dengan suaminya, Julian. Ia berjanji tidak aka...
666K 31.9K 44
"Anjing sekali everybody, yakali gue tidur langsung beda dunia" Bagaimana jadinya seorang Queena Selvi Dealova Kenward jiwa masa depan bertransmigras...
446K 37.5K 33
Kehidupan Evelyn yang sempurna berubah setelah kematian kedua orang tuanya. Ia harus menjual harta dan kediamannya untuk membayar hutang keluarga. Se...
66.2K 10.5K 43
Zhu Yinan berasal dari Kementrian Pekerjaan Umum dan Gu Shangjun disisi lain adalah Jenderal yang dulu berada di pasukan yang sama dengan Zhu Yinan...