GOOD BOY || JKT48 Ver.

By xwchkshncrzy

18.7K 1.5K 44

Shan adalah pemuda pengidap skizofrenia, pemuda aneh dengan sejuta tabiat yang membuat siapa saja pasti akan... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29 [End]

Chapter 4

681 61 3
By xwchkshncrzy


Chika sangat menyukai macaron, karena menurutnya dunianya seperti macaron, warna-warni. Dia juga pribadi yang ceria, bahkan kelewat hiperaktif, jarang memperlihatkan kesedihannya, dan itu yang selalu membuat orang-orang di sekitarnya menjadi betah ketika bersamanya, apalagi di dukung wajahnya yang cantik, perpaduan dari ayah dan ibunya yang sempurna. Yessica Tamara, gadis itu sungguh sangat menarik.

Berbeda dengan Chika, dunia Shan lebih terlihat berwarna hitam dan putih. Abu-abu. Namun Shan mempunyai dunianya sendiri yang tidak bisa di jamah oleh semua orang, dunia Shan yang tidak bisa di bedakan antara kenyataan dan halusinasi. Pemuda dengan nama panjang Shan Dandelion itu sangat istimewa, spesial. Bahkan Shan termasuk ke dalam kategori jenius. Namun karena dia berbeda, dia mempunyai dunianya sendiri, itu yang membuatnya terlihat seperti anak idiot.

Tidak! Shan tidak idiot! Bahkan psikiater pribadinya saja sampai sekarang belum bisa mendiagnosanya secara pasti. Kadang Shan terlihat seperti pemuda pada umumnya, kadang dia terlihat seperti penderita skizofrenia, kadang terlihat seperti penderita bipolar, dia juga kadang memperlihatkan jika dirinya menderita OCD. Entahlah, Shan terlalu spesial untuk di mengerti.

Yang pasti, Shan selalu menganggap dirinya Anak Baik. Dan Hades tidak akan menjemputnya jika dia menjadi Anak Baik. Siapa yang mengatakan padanya??

Medusa.

Sosok-sosok itu entah nyata atau hanya halusinasi Shan.

.

.

.

"Ini ⎯  Aphrodite???" tanya Chika, kerutan di dahinya jelas terlihat. Shan mengangguk, lalu tak lama menarik buku gambarnya dan memasukkannya ke dalam tas.

"Kenapa wajahnya seperti ⎯  hahaha! Tidak asing ya..." Chika tertawa hambar, dia benar-benar berpikir bahwa wajah Aphrodite yang di gambar Shan adalah wajahnya. Ya! Itu wajahnya! Namun apa-apaan dengan belahan dadanya yang terlihat ⎯  euwwwwww terlalu vulgar!

Shan menggeleng. Dia malah menatap Chika kemudian tertawa, seperti anak kecil yang kegirangan saat melihat badut yang lucu. Chika kan bukan badut!

"Kau pandai menggambar ternyata. Apa itu benar-benar kau yang menggambar????"

"Aku yang menggambar. Aku menyukainya. Dia sangat cantik. Dia tidak seperti Medusa."

"Me ⎯  nyukainya??" Chika tersipu, walaupun belum pasti yang di maksud Aphrodite oleh Shan itu dirinya atau bukan, tapi dari wajah yang di gambar Shan, itu adalah wajahnya. Apa Shan menyukainya??? Chika terkikik geli saat memikirkannya.

"Tetangga gila, tertawa sendirian." ucap Shan dengan wajahnya yang polos, membuat Chika langsung menutup mulutnya dan menatapnya datar. Menghela nafasnya dan menatap Shan seolah berkata 'yang benar saja!'

"Besok hari minggu. Ayo pergi bersama! Mau tidak???" ucap Shan sambil tersenyum cerah.

'Apa dia sedang mengajakku berkencan?' batin Chika sambil menaikkan satu alisnya.

"Kau akan mengajakku kemana? Tumben sekali kau mengajakku pergi. Sudah bertahun-tahun kita menjadi tetangga, baru kali ini kau mengajakku pergi." jawab Chika, ada campuran heran dan sedikit menyelidik dari jawabannya. Bagaiamana tidak? Ini adalah pertama kali Shan mengajaknya pergi.

"Jangan-jangan kau ingin ⎯  ohh tidakk!" Chika menutup mulutnya, pikirannya terbayang oleh adegan salah satu film psikopat yang pernah dia tonton.

"Aku ingin pergi ke Danau Serena. Temani aku yaa.. Jim dan Tave bilang, akan lebih baik jika mengajakmu." Shan berkata sambil memainkan jarinya di atas meja. Sumpah! Seperti anak kecil! Apa dia juga mengidap Syndrom Peterpan? Batin Chika yang terus memperhatikan pemuda di depannya itu.

"Aku punya sepeda. Nanti aku akan memboncengkan Tetangga. Tetangga tidak perlu takut jatuh. Kak Boby bilang aku selalu beruntung. Jadi aku tidak mungkin jatuh. Ayo pergi jam 8 pagi!" Shan tersenyum cerah, lalu dia bangkit dari kursinya, kedua tangannya memegang tali tas ransel yang tersampir di kedua bahunya.

"Bye Tetangga!! Jangan lupa jam 8!" lalu Shan berlari kecil ke arah keluar kantin.

"Yak! Aku kan belum mengiyakan! Padahal kan aku mengincar kakaknya, kenapa malah bocah itu yang mengajakku kencan.. Tunggu.. Kencan??? KENCAN???!!!"

Chika tertawa hambar.

.

.

.

"Kakak lama sek ⎯  WUAHHH MACARON!!" Chika kegirangan saat Vino langsung mengulurkan sekotak macaron. Laki-laki tampan itu tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

"Senang hum???"

Chika mengangguk semangat.

"Banget!!" jawab Chika, lalu duduk di kursi keramik yang memanjang di depan kelas.

"Yak! Yakkk!! Ayo makan di mobil saja. Kita harus cepat pulang karena nanti malam Naomi akan datang. Ayo!!" Vino menutup kotak macaron yang sudah di buka Chika.

"Oh iya! Ayo Kak!!" Chika langsung bangkit dan menggandeng lengan Vino.

Kedua kakak beradik itu berjalan beriringan, Chika menggandeng lengan Kakaknya itu sambil bergelayut manja.

"Kak, apa nanti malam kau akan melamar Kak Naomi??" tanya Chika.

Vino menaikkan satu alisnya.

"Memangnya kenapa???"

"Heummm.. Kurasa sudah waktunya Kakak dan Kak Naomi menikah. Aku menyukai Kak Naomi, aku cocok dengannya, aku merasa mempunyai kakak perempuan sungguhan. Kakak harus menikah dengannya." jawab Chika sambil tersenyum girang, menampilkan eyesmilenya.

Vino tersenyum. Dia sudah mendapat lampu hijau dari Chika. Mungkin ucapan Chika memang benar, sudah waktunya dia menikahi Naomi, apalagi mereka berpacaran sudah hampir 5 tahun. Dan kedua keluarga juga sudah menyetujui hubungan mereka, tinggal menunggu aksi Vino saja untuk melamar Naomi, maka semua akan sesuai bayangannya. Sempurna!

"Yakkkkk Shan!!! Jangan berlari!!!"

Vino dan Chika berhenti berjalan, memandang Shan yang tengah berlari melewati mereka berdua. Di belakangnya laki-laki dengan outer hitam tengah berjalan angkuh sambil kedua tangannya masuk ke dalam saku celana.

Chika tersenyum ke arah laki-laki itu, namun hanya di balas lirikan angkuh yang terlihat menyebalkan.

"Dasar kulkas berjalan!!" rutuk Chika dengan suaranya yang pelan.

.

.

.

Boby berdiri di depan ruangan dengan papan kayu bertuliskan Kepala Sekolah. Dia bersandar di balik tembok sambil menghembuskan asap rokoknya, lalu menghela nafas dalam dan beberapa menit kemudian membuang rokoknya, menginjak rokok itu menggunakan sepatu hitamnya yang mengkilap.

"Kak.." Shan muncul dari balik pintu, menampilkan cengiran bodohnya.

Boby berdecak. Tidak biasanya dia menjemput Shan ke sekolah, namun karena Sisca yang sedang sibuk dengan Grand Opening Butik barunya di Distrik Hasley, maka mau tidak mau Boby yang menjemput Shan. Sebenarnya bisa saja dia menyuruh supir keluarganya untuk menjemput bocah itu, tapi jika ayahnya tau urusannya akan sangat panjang dan Boby sudah lelah dengan masalah yang berhubungan dengan Shan.

"Sebelum pulang kita ke kantor Ayah. Ayo!!" Boby mencengkram bahu Shan dan sedikit menariknya.

"Aku ingin naik sepeda." Shan menyengir lagi, lalu menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Boby menghela nafas untuk yang kesekian kalinya. Dia meredam emosinya. Lalu menatap tajam ke arah Shan, membuat adiknya itu beringsut dengan wajah ketakutan.

"Kakak. Menyeramkan. Seperti Hades." cicit Shan, lalu menunduk takut.

"Ck!! Ayo cepat!!!" dengan gerakan kasar Boby menarik tangan Shan, merangkul pundak adiknya itu sambil berjalan dengan langkahnya yang besar. Shan menunduk dengan raut wajahnya yang tertekan.

"Dasar bocah merepotkan!!"

Kata-kata itu meluncur begitu saja, tanpa sadar membuat goresan di hati Shan semakin lebar. Tanpa sadar juga setetes air mata melewati pipi putih milik Boby. Boby mencengkram bahu Shan sambil terus berjalan ke arah parkiran.

Shan duduk di samping Boby yang memegang stir kemudi. Dia terus memperhatikan jendela mobil sambil telunjuknya bergerak di atas kaca jendela. Boby hanya meliriknya, fokus dengan kemudinya dan enggan untuk mengajak Shan mengobrol.

"Kakak seperti Hades. Tapi Hades sebenarnya baik." mata Shan jauh menerawang ke depan.

"Persephone. Sesampainya di dunia bawah, Persephone diperlakukan Hades dengan sangat istimewa, dia memperlihatkan sisi lain dari Hades, bahkan dia membuatkan taman yang sangat indah. Persephone jatuh cinta pada kepribadian Hades yang lembut." Shan kembali mengoceh, lalu menoleh ke arah Boby.

"Tapi aku bukan Hades." jawab Boby dingin.

"Dan berhenti mengoceh tentang hal-hal tidak masuk akal itu!! Kau harus bisa membedakan mana kenyataan dan halusinasi Shan!!" sembur Boby, mencengkram stir kemudi dengan kuat.

Shan terdiam.

"Ya,, kakak bukan Hades. Bukan. Bukan. Bukan."

TBC.

Shan.



Chika.



Boby.

Persephone = Putri dari Demeter dan Zeus yang di peristri Dewa Hades.

Continue Reading

You'll Also Like

97.9K 9.6K 26
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
62.3K 4.1K 32
diceritakan seorang gadis yang bernama flora, dia sedikit tomboy dan manja kepada orang" terdekatnya dan juga posesif dan freya dia Cool,posesif dia...
1.4M 81.7K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi 🔞🔞 Homophobic? Nagajusey...
101K 10.5K 45
Pandora merupakan ekstrakulikuler di SMA Semesta. Komunitas yang menerbitkan majalah dan mading sekolah. Namun, di balik semua itu Pandora merupakan...