BANDOENG DIKALA MALAM [ON GOI...

By reginanurfa

2.2K 334 65

Hantu? Batari sama sekali tak percaya dengan hal semacam itu. Hingga suatu waktu, ia berubah pikiran setelah... More

00. PROLOG
⚠️TUNGGU⚠️
01. Hal Yang Tertinggal
02. Rumah Tua
03. Hansen Terheide De Vries
04. Sebuah Pertanda
05. Gangguan Dimulai
06. Pribumi Misterius
07. Menjadi Rebutan
08. Tetangga Sebrang
09. Pertanda Kedua
10. Oma Belinda
11. Terus Membuntuti
12. Pertanda Mimpi
13. Kediaman De Vries
14. Meminta Bantuan
15. Tulip Yang Manis
16. Reinkarnasi
17. Si Rambut Pirang
18. Sosok Pendamping
19. Bukan Teka-Teki
21. Menyelami Masa
22. Bukan Hilang Ingatan
23. Terjebak Di 1941
24. Tak Ada Jalan Pulang
25. Mereka Bukan Hantu
26. Babu Sang Gundik
27. Pangeran Kembar
28. Pesona Batari
29. Hansen vs Aryan
30. Tragedi Awalan
31. Tamu Istimewa Si Kembar

20. Sebuah Titik Terang

53 9 0
By reginanurfa

Bandung, 14 September 20##.

Hari ini adalah entah sudah berapa malam Batari tidak bertegur sapa dengan Hansen. Perkara penasaran pada selembar foto tua, hubungan mereka jadi terasa sangat renggang. Sudahlah tak ada gunanya juga Batari memikirkan hal itu terlalu dalam. Jika Hansen tidak mau menemuinya, ya mau diapakan lagi.

Dan yang Batari kini lakukan hanya terduduk sembari memakan tempe yang sedang ibunya goreng. Sedangkan Lokamandala sedang seru sendiri di sofa dengan game di ponsel kesayangannya.

"Emang Oma Belinda itu orangnya kayak gimana, Ri?" Tanya Retania sembari memasukkan beberapa menu makanan ke dalam rantang.

"Baik" Timpalnya sambil mengunyah. "Mama belum pernah ketemu ya?"

Retania menggeleng. "Belum, belum sempet. Mama titip salam aja ya, sekalian kamu anterin ini ke Oma Belinda sama Bu Nuri" Ujarnya menaruh rantang di atas meja.

Begitulah Retania. Jika membuat makanan berlebih pasti akan dibagikan pada tetangga. Sementara Batari hanya mengangguk saja. Lagipula ia juga bosan di rumah, kalau bertemu dengan Oma Belinda kan setidaknya bisa mendengar cerita baru.

"Kasih ya Ri, sekalian pulangnya beliin minuman dingin di warung Bu Nuri. Pingin yang seger-seger Mama"

"Kakak juga titip ya, dek. Beliin apa gitu yang enak-enak" Sahut Lokamandala yang masih serius bermain game.

Batari mengangguk sambil menenteng dua kotak makanan. "Oke. Kalau gitu Riri keluar dulu ya saudara sekalian"

Sementara Retania segera duduk disebelah Lokamandala. "Iyaa, hati-hati sayang. Kalau udah langsung pulang yaa!"

"Asiaappp Mama bawel!!" Sahut Batari sembari menuju teras depan lalu memakai sandal.

"Jangan lupa yang kakak jugaaa!!!"

"Iyaa baweeelll!!!" Seru Batari yang sudah tak nampak lagi.

Sore ini Batari bertugas untuk berbagi sedikit makanan pada Oma Belinda. Ketika menyebrang jalan dan berhenti tepat di hadapan rumah Hansen, langkahnya terhenti. Saat berbalik sebelah alisnya mencuat melihat Sari tengah berdiam di jendela kamarnya. Sepertinya Sari sedang memperhatikan..

"Ha!"

Dengan sigap Batari langsung membekap mulutnya sendiri. Ia kaget ketika arah pandang Sari yang tertuju pada salah satu jendela rumah Hansen. Disana ada sosok perempuan berkulit putih dan bergaun merah tengah menatap Batari yang ada di bawah. Kedua mata sosok tersebut hitam legam. Berbeda dengan Sari yang berwana putih penuh.

Layaknya layangan yang ditarik benang, sosok bergaun merah tersebut menembus dinding dan melayang terjun ke bawah. Tepatnya ke arah Batari. Tapi tunggu dulu, bersamaan dengan itu Sari ikut melakukan hal yang sama. Dia tak kalah cepat dengan si sosok bergaun merah.

"INLANDER SIALAANN!!" Pekiknya.

"Sarii!!" Pekik Batari ketika sosok tersebut hendak menyerangnya.

Busshh.

Sosok bergaun merah terhempas jauh ketika Sari mendekap Batari dari belakang dan memunggungi sosok yang sudah terlempar. Dingin. Meskipun dipeluk, hanya hawa dingin yang menyelimuti. Itulah yang Batari rasakan. Batari baru berani membuka kedua mata setelah Sari melepas dekapannya.

"S-Sari, tadi apaan?" Tanya Batari dengan suara bergetar.

"Itu yang namanya Anneke. Lebih baik Nyai pergi saja, biar wanita itu Ibi yang tangani" Ujar Sari yang langsung menghilang ketika Batari berkedip.

Ketika hendak berbalik pulang, langkah Batari terhenti. "Aduh, kan harus ke rumah Oma Belinda dulu" Ucapnya sembari melihat tentengan rantang.

Mau tak mau Batari tetap melanjutkan langkah sampai akhirnya tiba di depan rumah Belinda. Baru beberapa ketukan saja, pintu sudah terbuka. Seakan penghuninya tahu akan ada tamu yang datang, bahkan Batari sendiri sedikit heran dibuatnya.

"Sore Oma" Sapa Batari tidak sesemangat seperti biasanya. Bahkan suaranya terdengar jelas bergetar. Entahlah rasanya kelu lidah ini untuk berucap. Maklum saja, kejadian barusan masih membuatnya kaget.

Belinda tersenyum sembari melebarkan pintu. "Selamat sore juga, cantik"

Batari tersenyum lebar ketika Belinda selalu memanggilnya begitu. Lalu ia memperlihatkan rantang yang dibawanyaa. "Oma, Riri bawa sesuatu. Takutnya Oma capek masak gitu, Mama kok yang buatin" Ucapnya.

"Mau masuk dulu?"

Batari terlihat berpikir. Sebenarnya ia ingin pulang tapi kalau kembali sekarang takutnya hantu yang bernama Anneke itu akan menyerangnya lagi. Sepertinya tidak ada pilihan.

"Iya, Oma. Riri masuk ya" Izinnya sembari masuk ke dalam rumah.

"Oma buatkan teh dulu ya"

Batari mengangguk loyo. "Iya, oma" Setelah menyimpan rantang diatas meja, ia menyusul ke dapur. "Oma kan sendirian tinggal disini, engga sepi gitu Oma?" Tanyanya sambil celingak-celinguk.

Belinda yang sedang membuat secangkir teh manis hanya tersenyum. "Tidak, kan ada kamu"

Batari tersenyum. "Kalau gitu Riri bakal sering-sering main ke rumah Oma yaa" Kekehnya lalu segera meraih cangkir dari tangan Belinda. "Biar Riri aja yang bawanya, Oma"

"Terimakasih" Kekeh Belinda sambil mengelus pipi Batari sekilas.

Deg.

Batari terdiam ketika pipinya disapu tangan senja Belinda. Dingin. Sama seperti Hansen waktu itu. Namun sedetik kemudian, Batari kembali tersenyum lebar lalu memapah Belinda untuk menuju ruang depan. Batari baru duduk di sofa setelah Belinda duduk di kursi goyang kesayangannya.

"Batari"

"Iya, Oma?" Sahut Batari setelah menyeruput teh buatan tetangganya.

"Jika ada yang memberikan sesuatu berharga jangan ditolak, ambillah"

Batari mengerutkan dahinya tak mengerti. "Maksud Oma?"

Belinda tersenyum sembari menggeleng. "Oma akan pergi untuk beberapa waktu, jadi maukah kamu menjaga rumah ini sampai ada yang datang?"

"Emangnya Oma mau kemana?" Tanya Batari meskipun ia sudah mengangguk.

"Ke suatu tempat, tenang saja kita akan segera bertemu nanti"

Batari kembali mengangguk lalu tersenyum. "Terus Oma mau berangkat kapan?"

"Sebentar lagi" Jawab Belinda bangkit dari duduknya. Hal itu membuat Batari melakukan hal yang sama. Berdiri.

"Oh, kalau gitu Riri pulang aja. Lagian Riri kesini cuma ngaterin makanan aja kok. Riri pulang dulu, Oma" Balas Batari ramah seperti biasa.

"Batari"

"Iya? Kenapa Oma?" Sahut Batari sembari memutar tubuhnya.

Belinda memandangi wajah Batari sendu kemudian menghampiri gadis tersebut. Sekali lagi ia mengelus pipi Batari sayang. "Sepanjang jalan pulang, jangan pernah kamu menoleh ke arah kanan atau kiri. Kalau mendengar suara, abaikan saja. Mengerti?"

Batari menaikkan sebelah alisnya tak mengerti. "Emangnya kenapa Oma?"

"Tidak apa-apa" Singkat Belinda lalu membukakan pintu.

Batari yang masih terlihat bingung hanya menampakkan senyum seadanya. "Kalau gitu Riri pulang dulu. Dadah, Oma" Pamitnya.

Langkah Batari melambat seiring semakin jauh dari pekarangan rumah Belinda. Ketika berbalik, ia melihat wanita tua itu tersenyum lembut sambil melambaikan tangan padanya. Batari membalas senyuman senja itu tapi entah kenapa ada perasaan aneh yang mengganjal dalam dadanya.

Selain itu, Batari juga masih berusaha mencerna ucapan Oma Belinda padanya tadi. Jika ada yang memberikannya sesuatu? Siapa? Dan apa? Sungguh, membuat kepalanya pusing saja. Apa ini ada hubungannya dengan.. Albert?

"Batari!"

Batari sontak menghentikan langkah ketika ada yang memanggil namanya. Kepalanya otomatis menoleh ke arah sumber suara dan itu berasal dari rumah yang pernah ia masuki sebelumnya. Iya, itu rumah Hansen. Batari sedikit terkejut ketika menyadari ia sudah berjalan cukup jauh dari rumah Belinda.

"Batari, ayo main!"

Batari terdiam ketika ada anak laki-laki yang memakai topi baret menghampirinya. Meski terhalang pagar kayu, anak laki-laki yang membawa boneka beruang itu masih berusaha mendongak menatap Batari.

"Dia siapa?" Gumam Batari heran. Tanpa curiga apapun, ia mendekat ke arah pagar putih tersebut. "Kamu adiknya Hansen?"

Dilihat dari kulit seputih susu dan rambut berwarna pirang, Batari yakin kalau anak ini masih ada sangkut pautnya dengan keluarga Hansen. Dan diluar dugaan, anak itu mengangguk semangat sembari menunjukkan deretan giginya yang ompong.

"Iya! Saya Wil, kamu lupa?"

Lupa? Batari menyengit heran. "Engga lupa kok, kita kan emang belum pernah ketemu"

Anak itu menggembungkan kedua pipinya kesal. "Jahat! Wil sudah dilupakan" Rajuknya.

"Eh, nih bocah kenapa?" Gumam Batari pelan. "Maaf dek, tapi kan kita emang baru ketemu sekarang" Sambungnya.

"JANGAN!!"

Buset. Batari tersentak kaget ketika tak lama kemudian ia mendengar sebuah teriakan dari dalam rumah Hansen dan ia begitu mengenali suara siapa itu.

"Itu suara Hansen kan?" Tebaknya.

Dengan lugunya anak laki-laki itu mengangguk. "Iya, Hansen sedang marah pada Ann"

Marah? Sepertinya itu bukan sekedar marah karena berikutnya Batari mendengar ada suara benda jatuh. Tanpa permisi, Batari masuk ke dalam pekarangan rumah Hansen. Ia menunduk sambil memegang kedua bahu anak kecil tadi.

"Kamu disini aja ya, jangan masuk. Biar kakak yang cek ke dalem dulu"

Anak laki-laki itu terdiam tak mengerti ketika Batari berlari masuk ke dalam rumahnya. Dan tanpa ada yang tahu, Belinda memperhatikan semua itu dari depan pintu rumahnya sendiri. Ia menggeleng sembari menghela nafasnya pelan, sampai memutuskan kembali masuk ke dalam.

Satu hal yang Batari lupa. Ia tak menggubris ucapan Belinda.

"Sampai bertemu lagi, Batari"

*****

reginanurfa
-27072023-

Continue Reading

You'll Also Like

7.9M 461K 48
Wang Li Xun, the Crown Prince, goes out hunting for the Celestial Flower to save his mother from a terminal illness. When he nearly dies from the att...
665K 44.1K 43
Hanya tentang hubungan romantis Jungkook dengan pria dinginnya, Taehyung. ON GOING | SLOW UPDATE ⚠️ still often revision and lots of typos © kwoooy
262K 17.4K 151
The Divine woman Draupadi was born as the eternal consort of Panadavas. But we always fail to treasure things which we get easily. Same happened with...
45.9K 407 27
Nearly two years have passed since Pip and Ravi broke up, and they're back together and better than ever. Pip glows with every second she spends with...