DAMN!? my mate is a NERD!! (K...

By Sitinuratika07

4.9M 183K 9.2K

Series #2 Fantasi Damn My Mate Is A Nerd [Baca dulu cerita Mine] Hai, namaku Kelvin. Aku anak pertama dari... More

Part 1
.Part 2
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Cover Baru DMMIAN! Order yuk😍
Ebook Damn My Mate is A Nerd
ORDER PAKET KELUARGA FRANKLIN

Part 3

294K 15.5K 647
By Sitinuratika07

Maaf kelamaan update, kn kemarin author udh bilang lagi sibuk uas dan prepare sidang skripsi :( moga masih ada yang baca cerita ini, amin..

****

Dasar adik-adik durhaka! Awas saja mereka besok, tunggu pembalasan dariku.

Setelah selesai makan malam, kami sekeluara berkumpul di ruang keluarga. Melvin dan Deira malah semakin menyudutkanku disana. Mereka berdua sering menambah-nambahkan kejadian yang tidak pernah ada. Dan anehnya, Mama dan Papa percaya. Ck ck ck, aku harus bertindak sesuatu sebelum bertambah parah.

"Ma, Pa. Yang di katakan Melvin sama Dei itu bohong, Kelvin gak punya pacar kok. Suer!" ucapku. Nah kan, malah aku ikut-ikutan bahasa Melvin.

"Sudahlah, Kelv. Papa cuma mau lihat kok, kenapa kamu sembunyi-sembunyiin pacar kamu seperti itu," balas Papaku. Deira dan Melvin ketawa setan di belakangku. Saat aku menoleh, mereka berdua sok sibuk dengan menonton televisi. Menyebalkan!

"Iya, Kelv. Mama juga takut kalau kamu gak pernah deket sama gadis sebelumnya. Nah kan ada kabar baik kalau kamu sekarang malah sudah punya pacar," sambung Mamaku. Lama-lama aku jengah juga di sini. Kenapa semua orang di rumah ini jadi aneh? Untung saja aku tidak jadi aneh seperti mereka.

"Terserah deh ah, pokoknya Kelvin gak pacaran sama gadis nerd itu, Ma!" keluhku langsung pergi dari ruang keluarga. Aku kesal!!! Arghhh!!

-----

"Melvin, aku tidur di kamarmu malam ini." ucapku saat Melvin baru saja memegang tab-nya untuk bermain game.

"Kenapa dengan kamarmu?" tanyanya tak acuh.
"Kamarku basah kuyup di siram Papa tadi! Pokoknya aku tidur di kamarmu. Oke," paksaku.

Melvin mendengus kesal," Makanya kalau tidur itu jangan kayak kebo deh. Baiklah, tapi aku tidak mau membagi selimut." ucapnya. Aku tertawa, bahkan aku tidak pernah memakai selimut saat tidur. Aku tidak pernah kedinginan.

"Dasar, jangan salahkan gaya tidurku. Huh," Aku pun menyentil dahinya, Melvin hanya menggerutu tak jelas lalu kembali memainkan gamenya. Hahaha, lihat saja besok pembalasanku.

Tinggal satu lagi, Deira. Satu kelemahan Dei ialah dia sangat pelupa. Bahkan dengan barang yang baru dia taruh saja dia lupa. Misi ini pasti sukses besar besok. Ah aku tidak sabar. Tapi.. Aku lupa, sebaiknya aku minta tolong dengan Chris dulu.

"Apa yang sedang kau rencanakan, Kelv? Wajahmu jahat sekali," ungkap Melvin tiba-tiba. Aku sekarang sedang berada di kamar Melvin. Berbaring terlentang di atas tempat tidur berukuran king size ini.

"Nothing. Kau lihat handphone-ku tidak?"

"Tidak, bukannya kau tidak memperbolehkan kami memegang handphone-mu," jawab Melvin tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar tab.

"Ohh mungkin ketinggalan di kamar, aku ambil dulu."

"Ya ya ambillah, kalau bisa jangan kembali lagi ke kamarku. Aw sakit tau!!" ringis Melvin saat aku menyentil kepalanya. Terkadang mulut menyebalkannya itu bikin aku kesal.

Setelah aku keluar dari kamar Melvin, aku berjalan menuju kamarku yang berjarak hanya satu pintu. Kamar ditengah-tengah antara kamarku dan kamar Melvin adalah kamar Deira? Dari tadi, Dei belum keluar kamar setelah kami berkumpul di ruang keluarga. Iseng-iseng aku mengintip dengan membuka sedikit pintu kamar Dei yang berwarna pink itu. Heh, dia lagi di depan PC, nge-stalking media sosialnya Bray, Kerjaannya setiap malam memang seperti itu.

Kembali aku berjalan lambat menuju kamarku, kok ada suara-suara aneh ya dari bawah? Kayak suara kecupan-kecupan dahsyat gitu, lantas aku pun melihat ke arah ruang keluarga di lantai 1.

Astaga, Papa Mama!!!

Mereka berdua berciuman mesra, bukan mesra tapi kelewat mesum kayaknya. Bahkan Papa sudah setengah menindih Mama di sofa begitu, ck ck ck. Kelakuan kedua orang tua itu masih saja sama setiap harinya. Ini bukan sekali dua kali aku melihat mereka berciuman hot begitu. Sudah tidak terhitung lagi. Entahlah, Papa sepertinya tidak bisa tahan kalau tidak mencium mama sedetik saja. Terus yang aku heran, kenapa wajah mereka tidak tua-tua sih? Kalau saja orang lain tidak tahu kalau kami bertiga adalah anak-anaknya, aku yakin orang-orang bilang mereka masih pacaran.

Setelah melihat adegan hot di bawah, aku pun masuk ke kamarku dan langsung mencari di mana letak benda berlayar datar itu. Nah itu dia, di atas lemari. Handphone-ku memang tidak pernah aku pinjamkan ke Melvin dan Dei. Apa jadinya kalau benda ini di tangan jahil mereka. Waktu itu pernah sekali aku kecolongan, Melvin menelpon seluruh nomor wanita di kontak-ku. Aku juga heran darimana nomor-nomor itu, padahal kan aku tidak pernah menyimpan nomor wanita selain nomor Mama. Besoknya, aku jadi bahan rebutan gadis di kampus. Rupanya Melvin menjanjikan kencan dengan mengatasnamakan diriku! Kurang ajar kan?! Ahh sudahlah, untung saja itu sudah selesai.

Aku lupa kalau aku ingin menelpon Chris tadi, hadehh. Chris adalah salah satu teman di kampusku. Aku hanya ada beberapa teman di kampus, masih bisa terhitung pakai jari. Bukannya aku sombong atau apa, tapi setiap aku menegur anak laki-laki di kampusku, orang itu malah langsung pergi ketakutan. Aneh kan? Kalau yang kutegur itu wanita, mereka malah bergelinjangan nakal. Tambah aneh.

"Hallo, Chris. Kau besok ada mata kuliah?" sapaku langsung saat Chris, pria tinggi berambut pirang itu mengangkat teleponku.

"Ya, kau lupa besok kita ujian semesteran? Tentu saja, aku ke kampus."

Dengggg! Aku lupa kalau besok kami ujian.

"Besok bisa jemput aku? Tapi jangan depan rumah, sekitar 1 km dari rumahku." kataku. Chris bingung tapi akhirnya dia menurut juga.

Yosshhh, pembalasanku akan berbuah manis besok. Hahaha, lihat saja Melvin Dei. Makanya jangan kurang ajar dengan kakakmu ini.

----

"Morning, Ma."

"Hmmpphhh!" Papa menahan tawanya yang akan keluar saat melihat Melvib tiba di ruang makan untuk sarapan. Aku juga ingin tertawa tapi ku tahan. Beruntungnya aku di anugerahi muka innocent paling hebat.

"Melvin kenapa wajah kamu?" tanya Mama langsung. Melvin bingung, dia tidak pernah berkaca soalnya. Habis bangun tidur dia langsung mandi.

"Memangnya wajah Melvin kenapa Ma? Ganteng ya? Iya, Melvin tahu kok Ma." jawabnya sok. Mama dan Papa hanya saling tatap menatap.

"Pagi, Pa. Pagi Ma." salam Dei saat tiba di ruang makan. Dia mencium pipi kanan orang tua ku bergantian.

"Nah ini, kenapa wajahmu Dei?" tanya Papa. Deira menekuk mukanya, dia tahu.

"Entahlah, Pa. Ada orang jahil banget berkreasi di wajah Dei saat tidur. Pakai spidol TOP permanen lagi," Dei melirik ke arahku. Aku hanya terus bersikap tak acuh sambil memakan sandwich-ku. Sekarang, papa dan mama juga sedang menatapku tajam. Marah kayaknya.

"Hah? Wajah aku juga ya Dei. Pinjem kacamu cepat cepat!" serbu Melvin. Dei langsung memberikan kaca dari balik tas tangannya. Lalu, dia menahan nafasnya dan berteriak "Kelvin!!!!!!"

"Ma, Kelvin sudan telat nih, pergi dulu ya." Aku berdiri dan mencium pipi kanan Mama, kalau Papa, beliau tidak mau dicium kamo karena katanya kayak homo saja.

"Kelvin, kamu yang mencoret-coret wajah adikmu itu?"tanya Papa sambil menahan tanganku yang ingin pergi.

"Papa percaya? Kelvin kan tidak pernah jahil Pa, ayo cepat Melvin Dei, hari ini giliran kakak yang bawa mobil." ucapku datar sok cool. Iya padahal daritadi aku menahan tawa, semalam memang aku yang menghias wajah mereka. Di wajah Melvin aku menggambar kumis beserta jambang dan brewok. Sedangkan Dei, aku menggambar lingkaran-lingkaran kayak kue naruto di pipi kanan kirinya.

"Ma, gimana dong? Melvin ujian hari ini,"

"Bagaimana ya? Bisa susulan tidak?" tanya Mama. Melvin mengangkat bahunya tidak tahu.

"Nih kak, kita pakai masker saja. Beres kan? Dei tidak mau ikut ujian susulan. Pasti repot,"

Mereka berdua menyusul ke bagasi rumah yang berada di samping halaman. Wajah mereka cemberut tak suka, walaupun tidak kelihatan karena ditutupi masker.

"Kak, kami tahu kami salah. Tapi jangan begini dong, malu tahu!"

"Iya, kurang kerjaan banget. Kalau gak ada kerjaan, cuci mobil aja atau cabutin rumput atau rubuhin pohon kek,"

Melvin dan Dei bergerutu tak jelas. Aku hanya diam tak menanggapinya. Kalau cuma segini, aku yakin mereka belum jera. Satu lagi adik-adikku sayang pelajaran untuk kalian, makanya jangan suka membuat cerita yang mengada-ada.

Setelah kira-kira berjalan jauh dari rumah tapi masih di sekitaran hutan lebat Alaska ini, aku melihat mobil Chris sudah siap. Aku pun menepikan mobil danvmematikan mesin. Melvin dan Dei hanya melihatku heran.

"Sebentar ya, sepertinya mobil di depan itu mobil teman kakak. Jangan-jangan, dia bercinta dengan pacarnya lagi di dalam mobil itu," kataku bohong. Aku mencabut kunci mobilku dan berjalan lambat ke arah mobil Chris.

"Aku ikut, Kelv!" seru Melvin. Aku hanya memberi tanda pakai tanganku supaya dia diam saja di dalam mobil. Setelah aku di depan kaca mobil Chris, aku mengetuk-ngetuk kaca itu dan membuka pintunya. Tanpa basa-basi lagi, aku naik ke dalam mobil dan Chris melajukan mobilnya.

Gotcha! Rencanaku berhasil! Hahahahaha.
Aku menoleh ke belakang, Melvin dan Dei sudah keluar dari mobilku dengan mulut menganga dan mata mereka membesar hebat. Rasakan, habislah kalian. Handphone mereka aku sembunyikan di laci lemariku, belum lagi jarak antara mereka dan rumah sudah jauh.

"Kau ini jahat sekali, bagaimana bisa mereka pergi ke kampus coba?" tanya Chris. Aku hanya tertawa keras, jahat sekali ya? Doakan saja ada mobil lewat. Hahaha.

"Tidak, mereka lebih kejam padaku. Biarkan saja, mereka bukan anak kecil lagi." balasku. Paling-paling mereka menumpang mobil angkutan sayur-mayur pelayan nanti.

"Aku tidak tega dengan Dei, adik kecilmu itu sangat lucu, kau tahu? Seluruh laki-laki di kampus mengincarnya,"

"Aku tahu, tapi mereka harus menghadapi aku dulu kalau ingin mendekati Dei," ucapku serius. Chris tertawa, dia juga tahu kalau aku sangat melindungi Dei dari laki-laki hidung belang. Tidak dipungkiri, Chris juga tertarik dengan Dei. Hanya tertarik saja tapi tidak terlalu antusias untuk mendekatinya. Pesona playboy kelas kakap seperti Chris tidak akan bisa menembus pertahanan Dei yang hanya menyukai Bray itu.

"Tapi mobilmu bagaimana? Tidak takut M4-mu itu hilang?" tanya Chris lagi.

Aku menggeleng pelan,"Kemungkinan terburuk itu dicuri, biar saja."

"Haha, secara Franklin huh?" kata Chris sarkatis. Setelah itu dia tertawa lepas. Dasar aneh.

Tak terasa kami sudah sampai di kampus, sudah banyak sekali mahasiswa/i yang berkeliaran kesana kesini. Saat aku dan Chris keluar dari dalam mobil, pandangan wanita-wanita centil langsung tertuju pada kami. Chris memang dijuluki pangeran kampus. Kalau aku dan Melvin, king-nya. Hahaha ya biasalah memang setiap harinya begini.

Belum ada Melvin dan Dei di kampus, bagaimana ini ya? Ahh tiba-tiba rasa bersalah langsung mencuat di ubun-ubun. Nanti mereka diserang beruang liar bagaimana?

Chris berjalan duluan memasuki koridor kampus karena tadi tangannya sudah ditarik oleh seorang gadis. Entah siapa, mungkin salah satu pacarnya.

"Aww aduhh aduhh!!!" ringisku mendadak karena telingaku di jewer kuat dari belakang. Serius man, sakit banget!!

"Kamu tega ninggalin adik-adikmu ditengah hutan, huh. Bagus sekali Kelvin.."

Aku menoleh ke belakang, rupanya sudah ada Papa yang menjewer kuat telingaku di ikuti Melvin dan Dei di belakangnya. Mereka masih memakai masker yang menutupi wajahnya setengah.

"Pa, sakit telinga Kelvin.." keluhku. "Aduuhhh, Pa! Aww sakit!" Papa semakin memutarkan daun telingaku. Tingkah Papa dan anak ini alhasil jadi bahan tontonan anak kampus. Bahkan wajah para gadis seperti terkejut melihatku yang sedang kesakitan ini. Dari sini aku bisa mendengarkan celotehan mereka.

"Kelvin keren! Baru kali ini aku lihat ekspresinya. Lucu!"
"Kyaa! Papa Kelvin hot banget!!"
"Wajah Keluarga Franklin memang ajaib, lihat Melvin! Walaupun ditutupi masker saja masih tetap keren!"

Belum lagi, celotehan para lelaki. Rasanya aku ingin menendang semua wajah-wajah mesumnya saat melihat Dei.

"Untung saja Papa tadi belum ke kantor! Tidak lihat apa mata mereka tuh merah semua habis menangis!" gerutu Papa dengan masih tangannya menjewer telingaku. Aku menatap mata Melvin dan Dei, wuih benar! Mereka menangis. Astaga, kalau Dei aku maklumi. Ini, Melvin?

"Jangan ejek aku cengeng, kau tidak tahu tadi kami diserang temanmu itu. Wolf kurang ajar. Lihat, tanganku." Melvin menjulurkan tangan kanannya. Kasihan, lecet semua.

"Ya sudah aku minta maaf," sesalku. Melvin dan Dei hanya membuang muka. Seharusnya aku yang marah disini.

"Jangan lakukan lagi, sudah nanti kalian bertiga pulang kuliah minta jemput sopir di rumah saja. Papa pergi dulu," kata Papa terus berjalan menuju mobilnya. Setelah Papa benar-benar pergi, Melvin menyikut lenganku dan Dei menendang tulang keringku.

"Awww!!!" Mereka berlari meninggalkanku sendirian setelah melakukan tindakan keji itu. Adik-adik menyebalkan!!!!

****

Ujian akhir semester pun di mulai, tahun depan aku sudah lulus dari tempat perkuliahan ini. Kami bertiga memang cukup cepat masuk kuliah, umur berapa ya? 15 atau 16 tahun apa. Ya sekitar itulah.

Di luar dugaan, gadis beraroma edelweis itu satu ruangan ujian bersamaku. Dia duduk berjarak tiga kursi di depanku. Melihatnya saja bikin aku kesal, bagaimana tidak kesal? Dia mengangguku terus sih, secara tidak langsung setiap 5 detik sekali aku mencuri pandang ke arahnya. Merepotkan bukan!? Organ-organ tubuhku sepertinya tidak menurut lagi padaku.

Teeeeeeeeetttt

Bunyi deringan pertanda ujian selesai. Aku pun merenggangkan tanganku ke atas setelah kertas jawabanku di ambil oleh dosen. Gadis nerd itu juga lagi beres-beres peralatannya masuk ke dalam tas. Saat dia mulai berdiri dan berjalan, ada satu anak laki-laki jahil padanya. Dia memanjangkan kakinya supaya gadis nerd itu terjatuh. Dengan cepat aku mendekati gadis nerd itu dan menarik lengannya supaya tidak jatuh ke lantai. Sontak semua orang yang berada di kelas ini terkejut dengan tingkahku.

"Jaga kakimu baik-baik atau kupatahkan itu," ucapku sinis. Laki-laki yang tidak kutahu namanya hanya mengangguk kaku ketakutan melihatku. Tanpa pikir panjang lagi aku membawa gadis nerd itu keluar dari kelas. Entah kenapa melihat dia dijahili orang lain membuat hatiku sakit.

"Ma.. Maaf.. Bisa anda lepaskan tangan saya?" tanya gadis nerd itu pelan. Aku memberhentikan langkahku dan menoleh. Tak lupa juga melepaskan tanganku yang sedari tadi menarik tangan gadis ini sampai ke taman belakang.

"Awasi langkahmu, jangan sampai tersandung lagi oleh kaki orang," ucapku datar. Gadis itu mendongakkan wajahnya padaku. Mata turquoise bening itu langsung menusuk iris mataku.

Dia ... Cantik?

Tidak, tidak!

"Terima kasih, saya akan lebih berhati-hati." jawabnya.

"Katamu kemari mau mereject dia tuk jadi mate kita. Lakukanlah Kelv," Tiba-tiba Luc, wolf dalam tubuhku bicara. Ah iya, aku lupa. Tetapi aku harus menolaknya bukan?

"Siapa namamu?" tanyaku. Gadis nerd itu bingung tetapi mulutnya mulai bergerak tuk menjawab.

"Nama saya Flo. Flo Laurien." jawabnya mantap. Bibirnya... Baru kali ini aku melihat bibir gadis bisa membuatku nafsu seketika. Astaga, gawat.

"Ehemm," Aku berdeham untuk mengenyahkan pikiran kotorku barusan. "Flo,"

Jantungku berdebar kencang saat menyebut namanya tuk pertama kali. Ini, benar-benar gawat.

"Iya, kenapa?" jawab Flo polos. Mata bulat di balik kacamata besar itu menatapku teduh. Bibir tipis berwarna peach itu seakan-akan selalu memanggil buat di cium.

Sungguh, aku tidak mau menolak gadis ini tuk menjadi Mate-ku! Aku tertarik dengannya. Ya!!

Tbc

Maaf ya kalo mengecewakan:) heheh

Continue Reading

You'll Also Like

66.2K 2.8K 22
[ON HOLD || PINDAH KE KARYAKARSA] ••• ❞𝐜𝐚𝐮𝐬𝐞 𝐲𝐨𝐮 𝐚𝐫𝐞 𝐚 𝐠𝐞𝐦 𝐟𝐨𝐫 𝐮𝐬.❞ ...
12.5K 1.6K 16
Siapa yang menyangka, bukan Renata, bukan Demian, justru si raja iblis sendiri.. DAMON DEVILANO LUCIFER yang mendapat anugerah seorang bayi iblis yan...
55.7K 4.2K 52
[Slow Update] Bunga Centaurea Cyanus atau umumnya disebut Cornflower. Menurut Wikipedia, Cornflower adalah tanaman yang berasal dari Eropa. Tanaman b...