GOOD BOY || JKT48 Ver.

By xwchkshncrzy

21.3K 1.5K 44

Shan adalah pemuda pengidap skizofrenia, pemuda aneh dengan sejuta tabiat yang membuat siapa saja pasti akan... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29 [End]

Chapter 3

952 72 3
By xwchkshncrzy

Rintik hujan turun tepat di saat bel pulang berbunyi. Chika membereskan bukunya dengan lesu, lalu beranjak dari kursinya sebelum Zee menghampirinya dan mengajak pulang bersama. Dia tidak mau! Di luar hujan dan Chika paling tidak suka jika harus memakai jas hujan. Itu menyebalkan!

Lagi pula jika di pikir-pikir, pemuda seperti Zee yang kaya mengapa tidak membeli mobil saja, namun saat Chika menanyakan hal itu, jawaban Zee selalu sama. Selera. Ya,, selera, Zee lebih suka menaiki motor daripada harus menaiki mobil yang jika macet tidak bisa untuk di ajak kerja sama. Dan yang paling penting, pemuda seperti Zee yang suka tebar pesona tentu akan lebih merasa keren jika menaiki motor sport keluaran terbaru. Gadis-gadis yang mengidolakannya tentu tidak masalah jika harus menaiki motor Ducati itu di tengah hujan yang lebat. Sungguh bodoh!

Chika bernafas lega karena Zee mengiriminya pesan jika hari ini dia ada ekskul musik. Gadis itu lantas berjalan riang menuju ke kantin, membeli segelas susu hangat dan sepotong red velvet pasti akan sangat nikmat jika di makan saat hujan seperti ini. Sembari menunggu kakaknya yang sedang dalam perjalanan untuk menjemputnya.

Oh! Dan soal Zee lagi, Zee bukan kekasih Chika. Mereka berteman sejak SMP, lagi pula, Zee bukanlah tipenya. Dan yang paling penting, Chika sama sekali tidak menyukai pemuda itu, menyukai dalam arti yang menjurus ke arah perkencanan. Memikirkan Zee kadang membuatnya naik pitam, membuatnya lekas lapar, dan memang kantin adalah tempat yang cocok untuk menetralisir hatinya yang mendadak badmood.

Dasar playboy cap kaki seribu!

.

.

.

Helaan nafas meluncur dari bibir yang berwarna pink alami, lalu tak lama laki-laki tinggi itu berdiri dan membuang rokok yang sebelumnya sudah dia matikan. Pandangannya kini jatuh ke jendela besar yang terpasang di salah satu sisi ruangannya, dari sini dia bisa melihat kota Ackerley yang tidak pernah tidur, selalu terlihat sibuk karena aktivitas manusia di dalamnya, dan dia adalah salah satu manusia tersebut.

Ting!

Bunyi notif dari ponselnya membuat laki-laki itu beranjak dari sana, berjalan sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya yang berwarna hitam. Satu tangannya keluar dari saku celana, menyambar ponselnya yang tergeletak di meja kerja. Sudut bibirnya terangkat, saat membaca pesan dari adiknya.

"Bocah itu, benar-benar sangat cerewet." ucapnya lalu memasukkan ponsel ke dalam saku jasnya. Dia menyambar kunci mobil yang menggantung di sebelah rak buku, lalu melenggang pergi meninggalkan ruangan bernuansa black in white itu.

Laki-laki berusia 32 tahun itu berjalan santai sambil sesekali bersiul. Bibirnya sedari tadi tersenyum entah memikirkan apa, mungkin jika orang lain yang melihatnya akan heran, dan menganggapnya kurang waras. Rintik hujan di luar pun sama sekali tidak mengganggu moodnya, hatinya sedang membuncah bahagia dan tidak sabar untuk menunggu malam tiba. Dia menarik nafasnya, seolah mengisi paru-parunya dengan cara yang rakus. Biarkan saja, dia sedang bahagia.

"Vino!!"

Laki-laki jangkung yang di panggil Vino itu berhenti berjalan, lalu memutar tubuhnya dan pandangannya kini tertuju pada wanita berambut panjang dengan sorot matanya yang seperti mata kucing, tengah berjalan ke arahnya sambil memegang sebuah kotak. Vino tersenyum, senyumnya semakin lebar.

"Ada apa???" tanya Vino begitu wanita itu berdiri di depannya. Vino menatap wanita di depannya dengan tatapannya yang menghangat, seolah wanita itu adalah sesuatu yang paling berharga di hidupnya.

"Kau meninggalkan ini. Kau tidak ingin Chika mendiamkanmu kan??" jawab wanita itu sambil mengulurkan sebuah kotak yang isinya adalah macaron.

"Ah!! Hampir saja aku lupa. Terima kasih mi.. untung saja kau ingat, jika tidak, Chika pasti akan mendiamkanku seharian. Kau tau kan bocah itu sudah seperti monster macaron." ucap Vino di sertai tawanya.

Vino mengambil alih kotak macaron itu. Lalu keduanya saling menatap, hingga uluran tangan Naomi sukses mendarat di pipi Vino, lalu wanita itu tersenyum hingga matanya terlihat hanya segaris, membuat Vino selalu gemas. Naomi membelai lembut pipi Vino.

"Jadi, kau akan pulang ke rumah???" tanya Naomi, lalu mencubit gemas hidung Vino yang mancung.

"Iyaa, hanya beberapa hari saja. Kau pasti akan merindukanku kan??" Vino menaik-turunkan alisnya, membuat Naomi hanya terkekeh melihat kelakuan laki-laki di hadapannya ini.

"Aku merindukan memecahkan kasus bersamamu.." Naomi mengedipkan satu matanya, lalu tersenyum gemas, dan di akhiri oleh kecupan di pipi Vino.

"Ingat, nanti malam Mama memintamu untuk makan malam di rumah." ucap Vino, membuat Naomi sekali lagi menarik bibirnya, lalu dia bersedekap dada dan memandang Vino dengan posisi sedikit berjinjit. Kekasihnya itu sangat tinggi.

"Vino, hari ini kau sudah mengucapkan itu sebanyak 13 kali. Dan bukan hanya kau, Chika juga hampir tiap 1 jam sekali mengirimiku pesan yang sama. Hey, aku pasti akan makan malam bersama kalian.." Naomi tersenyum lembut, lalu merapikan rambut Vino yang sedikit berantakan.

"Itu artinya kau sudah cocok menjadi kakak ipar Chika, hehehe." Vino terkekeh, lalu mengerling genit ke arah Naomi, membuat wanita berusia 28 tahun itu salah tingkah, pipinya bersemu merah dan di mata Vino itu sangat menggemaskan.

"Sudah sana jemput Chika! Kau kakak yang keterlaluan membiarkan adikmu menunggu lama, ishhhh sanaaaa!" Naomi mendorong tubuh Vino dari hadapannya, menyembunyikan pipinya yang masih memerah. Vino menurut setelah sebelumnya mencuri ciuman dari bibir Naomi.

"Yakkk!!! Vino Lazario!!!" Vino sudah berlari kecil meninggalkan Naomi yang semakin blushing di buatnya.

Vino keluar dari kantor kepolisian saat rintik hujan masih saja mengguyur kota Ackerley. Dia menuju mobilnya yang terparkir tak jauh darinya, laki-laki itu berlari menembus rintik hujan sambil memegang kotak macaron. Tak lama Pajero Sport berwarna hitam itu melaju meninggalkan kantor kepolisian.

.

.

.

Pandangan Chika menyapu ke sekitar kantin, lalu tersenyum saat mendapati sosok yang dia kenal tengah duduk sendirian di barisan paling pojok. Chika berjalan riang ke arah sosok itu.

"Shan?"

Shan menoleh ke arah Chika, sedangkan Chika tanpa basa basi langsung duduk di depan Shan. Gadis itu tersenyum, sedangkan Shan hanya menatapnya dengan tatapan biasa saja, bahkan raut wajahnya terlihat bodoh.

"Kau sedang apa? Kenapa belum pulang? Mau pulang bersamaku? Kak Vino sebentar lagi akan menjemputku." Chika memberondong pertanyaan yang hanya di jawab Shan dengan matanya yang berkedip beberapa kali.

"Tetangga." lalu, hanya kata itu yang meluncur dari bibir Shan.

Chika memutar bola matanya malas, lalu menghembuskan nafasnya.

"Aku memang tetanggamu, tapi namaku Chika. Kau harus memanggilku Chika." Chika mengerucutkan bibirnya. Shan hanya meliriknya sekilas dan tersenyum sangat tipis.

"Aphrodite." ucap Shan.

"Apa???" Chika mengerutkan keningnya.

"Oh ⎯  !" Shan bergerak tiba-tiba, membuat Chika kaget karena tingkah pemuda di depannya itu. Shan membuka ranselnya dan mengaduk isinya, entah apa yang dia cari. Lalu tak lama tangannya keluar dari dalam tas, sambil memegang satu plester dan langsung di perlihatkan di depan Chika.

"Plester???"

Shan mengangguk, persis seperti anak kecil.

"Plester ditemukan oleh Earle Dickson pada tahun 1920. Plester berguna melindungi luka dari terbentur, rusak, atau kotor. Plester biasanya ditutupi oleh tenunan, plastik, atau karet lateks yang memiliki kemampuan rekat." ucap Shan.

Chika hanya terbengong.

"Sikumu terluka. Ini." Shan mengulurkan plester bergambar dinosaurus itu ke hadapan Chika.

"Mau aku pakaikan?? Tetangga???" Shan menusuk-nusuk punggung tangan Chika yang berada di atas meja. Membuat gadis itu kembali tersadar dan sedikit gelagapan.

"Ahh terima kasih Shan.. Aku bisa memakainya sendiri."

"Itu gambar dinosaurus. Apa Tetangga tau apa yang terjadi setelah hantaman meteor yang memusnahkan dinosaurus??" pertanyaan yang di luar dugaan muncul dari bibir Shan. Chika menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dan hanya menatap Shan dengan tatapan 'apa kau gila?'.

Tapi bukankah Shan memang ⎯  sedikit gila???

Shan tertawa, lalu dia membuka buku gambarnya. Memperlihatkan sebuah gambar yang membuat Chika tertegun.

"Aphrodite. Dewi kecantikan." ucap Shan.


"Tunggu.... Kenapa wajah yang ada di gambar ini tidak asing??" batin Chika.





TBC.



Vino.





Naomi.

Continue Reading

You'll Also Like

73.3K 8.9K 28
Mark Lee laki-laki yang sudah berstatus tunangan kembali bertemu dengan Aeri, mantan kekasihnya yang menghilang darinya lima tahun lalu dan berganti...
36.6K 4.3K 32
Kamu pembohong, kak Chika
141K 11K 86
AREA DILUAR ASTEROID🔞🔞🔞 Didunia ini semua orang memiliki jalan berbeda-beda tergantung pelakunya, seperti jalan hidup yang di pilih pemuda 23 tahu...
WENGI By yerin

Fanfiction

14.6K 1.7K 18
Yessica Tamara, gadis keturunan jawa yang di anugrahi kemampuan melihat dan berkomunikasi dengan bangsa lelembut. Pertemuannya dengan seorang gadis p...