Bad The Geng

De chihamusen

286K 3.4K 340

Meera kira the geng cowok yang pernah menolongnya akan mau berteman tulus dengan dirinya, akan tetapi salah s... Mai multe

Sentuhan terlarang?!
Getaran Candu?!
Dada yang menantang?!
Cumbuan panas?!
Tempat Gelap Bercinta?!
Terima Hadiah?!
Seseorang yang datang!?
Permen Manis dimulutnya?!
Pengen Ngenwe?!
Telan sayang?!
Mencuri sesuatu?!
Sebuah Apartemen!?
Kaos dan Bercak noda?!
Penguntit!?
Ketergantungan nafsu?!
Olahraga Bersama?!
Menjadi lebih baik
Menggigit manis.
Gadis kesayangan?!
Janji Susu?!
Hubungan sesuatu?!
Siasat buruknya?!
Maaf Terlambat?!
Kaden VS Yurra
Mengambil kesuciannya?! ⚠️
Shit! Brother Love?!
Jalang incaran?!
Mafia Family!?
Usapan Bibirnya?!

Sebuah Rencana?!

1.9K 85 12
De chihamusen

Selamat membaca!!

Semoga suka dan terhibur....

Harap maklum typo's bertebaran.....

.
.
.

Meera berusaha menghindari Rivanca. Ia tidak mau semua orang akan lebih memperhatikannya ketika cowok itu terus mencoba mendekatinya tanpa bosan. "Meera ikut gue yuk!!" ujar Rivanca dengan senyuman kecilnya menatap wajah jutek gadis itu.

"Ih! Lepasin! Aku enggak mau sama kamu!!" jawab Meera sambil menyentak tangan cowok itu saat hendak menyentuhnya sebelum  Rivanca sempat akan memegangnya.

"Meera kok Lo gitu sih?!" Rivanca sedikit terkejut ketika Meera masih sama yang selalu menolaknya. Kemarin Rivanca terlalu senang karena gadis itu akhirnya mau menghiburnya walau hanya sesaat, namun sekarang kini Meera terlihat jauh berbeda dengan sikapnya yang enggan waktu di kost ditempat gadis itu, dibandingkan saat mereka di lingkungan sekolah seakan saling tak mengenalnya satu sama lain.

"Jangan maksa Meera Van! Lo bikin dia takut tuh!!" ujar Enggar.

"Gue masih baik-baik kok, gak lagi jahatin dia,," heran Rivanca mengernyit sedikit bingung. Menoleh pada Enggar sebentar.

"Tapi dia nya enggak mau!!" balas Enggar agar Rivanca cepat sadar.

"Diam Gar!!" tegur Gaztra seketika mengisyaratkan Enggar untuk tidak ikut campur dalam urusan mereka berdua. Enggar menelan ludahnya sedikit saat tatapan Gaztra berubah tajam padanya. Meera pun menoleh sejenak pada Gaztra yang langsung cowok itu melengos cepat ke arah lain seakan membuang mukanya untuk lebih tidak bertatapan dengan kontak mata gadis itu. Kenapa? Pikir Meera sedikit aneh dengan cowok satu itu.

"Terus Lo mau kemana Meer?" tanya Rivanca lagi saat Meera hendak beranjak dari duduknya dari kelas mereka ingin segera keluar. Gadis itu kembali teralihkan ke arah Rivanca mengubah raut mukanya agak kesal.

"Mau nemani Sevan dulu!!" ketus Meera kemudian pada Rivanca. Sevan sudah keluar Lebih dulu. Dan benar saja cowok itu sedang merajuk pada Meera soal kemarin. Rivanca mendesis tak suka ketika temannya lebih dipentingkan oleh gadis itu tanpa mau mempedulikan dirinya.

"Meera gue ikut!!" ucap Enggar bangkit untuk mengejar gadis itu. Rivanca tak ingin kalah begitu saja ia pun lantas mengikutinya saat gadis itu lebih dulu beranjak pergi.

"Meera tunggu!!" Rivanca mencekalnya saat masih di lorong kelas. Enggar memutar jengah matanya ketika cowok itu masih bersikeras ingin memaksa Meera entah menginginkan hal apa dari gadis itu, Enggar tidak peduli.

"Gue ada salah Meer?" tanya Rivanca sedikit pelan dengan nada selembut mungkin untuk menahan ekspresi wajahnya yang sedang mengeras saat ini karena sikap Meera tidak menentu padanya.

"Enggak ada tuh!!" jawab Meera menggelengkan kepalanya cepat. Ia masih ingat Rivanca pernah hampir saja melakukan sesuatu yang aneh padanya saat terakhir kali meminta rokok sialan itu. Walau Meera akui reaksi tubuhnya juga menginginkan hal lebih dari perlakuan Rivanca tanpa Meera sadari.

Meera bingung tapi ia tidak ingin terlalu memikirkannya. Mungkin Meera juga sudah salah, bukan sepenuhnya itu kesalahan Rivanca, meski semua sumber masalah berawal dari lelaki itu yang telah melibatkannya lebih dalam. Namun Meera harus siap untuk menghadapinya konsekuensinya dengan sebuah perjanjian dari cewek yang dia setujui telah membawa kesialannya. Meera sadar, tak mau kembali mengulang kesalahan yang sama karena sering berurusan dengan Rivanca dari geng Bangs yang ikut terjaring bersama bos mafia besar.

"Terus kenapa Lo bersikap acuh kayak gini, gue punya salah apa sih tolong kasih tahu gue biar Lo bisa senang sama gue juga?" ujar Rivanca seakan ingin meminta jawabannya langsung dengan wajah cowok itu mulai sedikit memelas pada Meera agar segera memberitahukannya. Rivanca juga ingin memperbaikinya supaya gadis itu tak lagi membencinya setiap kali bertemu di depan mata mereka untuk bisa lebih lama saling bertatapan.

"Aku...." ucapan Meera sempat tertahan saat matanya tak sengaja melihat ke arah lain. Disana dari arah koridor kelas, terlihat ada orang lain yang tengah menatapnya begitu sinis sambil berbicara dengan seseorang yang kebetulan Meera juga sedikit mengenalnya.

Dia Yurra terlihat sedang berbincang seakan juga sempat berbisik seperti mengatakan sesuatu pada Jeon, si pacarnya Rhea. Cowok itu pun lantas menoleh juga ke arah Meera dengan sambil mulai melemparkan senyuman anehnya sekilas. Yurra sembari bersidekap depan dada dengan angkuhnya. Meera mendadak takut tatkala tatapan sinis Yurra menghujaminya dari jauh begitu terasa untuknya. Lalu Jeon kini ikut menyeringai lebar. Benar! Meera hampir lupa kalau Yurra juga berteman dengan pacarnya Rhea dari anak kelas sebelah.

Sepertinya mereka berniat ingin merencanakan sesuatu untuk gadis itu. Entahlah Meera hanya merasa lebih gelisah saat tahu keduanya terlihat cukup akrab saat saling berbicara. Meera kira Yurra akan sering sendirian namun cewek itu masih mempunyai teman yang lainnya.

"Apa Meer?" Rivanca menjadi penasaran apa yang ingin Meera katakan padanya malah terhenti sesaat ketika Meera terdiam kaku. Namun gadis itu malah menatap orang lain saat sedang berbicara padanya. Membuat Rivanca memutar jengah matanya sebentar untuk mengarahkan pandangannya ke arah lain juga agar tahu apa yang sedang gadis itu lihat didepan sana sampai enggan balas menatap mata tajam Rivanca yang merasa telah diabaikan untuk sekian kalinya.

"Ayo cepat, kita harus pergi dari sini!!" ujar gadis itu tiba-tiba setelah tersadar tanpa Meera sadari ia pun langsung menarik tangan Rivanca begitu saja untuk ikut bersamanya sembari memotong jalur ke arah lain demi tak ingin melewati koridor utama dimana Yurra berada didepan sana. Seketika Rivanca mengulum senyum senangnya dan melupakan pertanyaannya tadi yang tanpa akan jawaban dari gadis itu.

"Lah kok gue tinggal sih?!" decak Enggar tak terima saat Meera pergi begitu saja sambil membawa Rivanca tanpa mengajaknya juga. Gadis itu seakan terburu-buru lebih cepat. Enggar terpaksa harus berlari.

****

"Mana tuh anak? Belum datang juga kesini?" tanya Gaztra seakan mencari keberadaan seseorang. Bukannya tadi mereka akan kesini lebih dulu untuk menyusul Sevan tapi malah Gaztra yang duluan ke sini. Dengan tatapan datar namun matanya masih bergerak pelan mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

"Siapa?" sahut Sevan sok cuek sebentar, lalu sambil sedikit asyik dengan cewek baru disampingnya itu seolah tak mempedulikan temannya.

Sedangkan hanya Enggar yang ada disini yang terlihat duduk dibangku pojok kantin bersama mereka dan selalu mengumpat kesal saat sedang bermain game dengan Kaden yang juga sehabis dari ruang OSIS setelah sempat menemani Adhery di ruangan sana. Kaden langsung mampir ke kantin. Adhery belum juga beranjak dari tempatnya yang masih berkutat mengurus anggota OSIS tanpa bisa bergabung bersama mereka saat ini.

"Vanca mana sama...?" Gaztra kembali membuka suaranya urung yang harus tertahan saat juga ingin menyebutkan nama satu orang lagi namun dia ragu untuk melanjutkannya. Hingga membuat Gaztra sedikit meneguk ludahnya kasar sesaat.

"Gak keliatan dari tadi." jawab Sevan berdecak saat Gaztra mulai mengganggu waktu kesenangan sebentar.

"Bukannya tadi sama Meera ya mau ngebujuk Lo Sev, tapi gue jadi kesal banget dah malah ditinggalkan mereka berdua entah pergi kemana... Ke sasar kali kayaknya tuh anak-anak, ah ngeselin banget bangsat!!" kata Enggar yang seketika memasang muka masamnya begitu teringat di koridor tadi, sambil menekan layar ponselnya dengan greget. Kaden sedikit panik ketika Enggar kurang fokus dengan gamenya yang hampir kalah dibuatnya. Kaden sudah susah payah membujuk Enggar agar ikut memainkannya.

"Hah?!" Sevan sedikit terkejut lalu tersenyum seketika, begitu tahu Meera memikirkan dirinya membuat Sevan sumringah saat mendengarnya.

"Terus dia mana? Kok gak ada sih?" sungut Sevan begitu menyadari Meera belum juga datang menghampirinya.

"Lo bisa pergi sana! Mungkin bentar lagi cewek gue mau datang ke sini,," usir Sevan tiba-tiba pada Kinan tanpa perasaan sedikitpun, cewek yang sempat menemaninya tadi melototkan matanya.

"Cewek Lo?! Jangan geer deh!!" desis Enggar langsung menabok temannya itu tadi untuk mengingatkan Meera yang masih tidak menjalin hubungan dengan siapapun saat ini. Kaden hanya menggelengkan kepalanya sedikit terkekeh geli tak peduli.

"Sayang kok gitu sih?! Kan kita baru jadian tahu,," rengek Kinan juga tidak terima dia ingin menikmati hari bahagianya. Namun Sevan malah mencampakkan begitu saja hanya demi Meera seorang dalam satu waktu.

"Biarin aja dia disini Sev Lo yang ajak!!" ujar Gaztra mulai jengah. Kinan yang tadi hendak murung seketika tersenyum girang dan langsung saja beralih menempel pada Gaztra dengan manja.

"Tuh ambil aja sekalian!!" sahut Sevan masa bodoh. Gaztra malah merangkul cewek itu sebentar untuk membuat Sevan sedikit cemburu. Namun cowok itu tetap tak peduli selain hanya menunggu Meera.

***

Tak terasa bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa saat yang lalu. Meera sempat menghabiskan waktunya cukup lama dari tempat perpustakaan. Niatnya ingin ke kantin tapi tidak jadi saat melihat Sevan sedang bermesraan dengan cewek lain dari jauh Meera tidak ingin  mengganggunya. Rivanca entah pergi kemana cowok itu juga berhenti begitu Meera sempat melepaskannya lebih dulu sebelum akan menuju ke arah kantin yang terpisah dengan Enggar tadi hanya karena demi menghindari Yurra bersama Jeon didepannya.

Sudah saatnya Meera ingin pulang dengan membawa tasnya. Meera pun berjalan hingga ia tak sengaja melihat Adhery keluar dengan beberapa tumpukan buku dari tangannya. Meera segera mendekatinya. Berniat ingin membantu cowok itu.

"Mau aku bantu?" tawar gadis itu kemudian sembari tersenyum kecil dengan rambut merahnya yang sebagian tengahnya dikepang dua dan ujungnya hanya dijerat biasa. Nampak terlihat lebih manis dari biasanya. Dan pantesan saja Rivanca semakin tergila-gila pada gadis itu tanpa dia sadari.

"Ga--?! I-iya boleh kok." jawab Adhery dengan cepat dan sedikit gugup saat baru melihat wajah Meera lebih dekat dalam jarak hampir terkikis ketika susunan buku itu tadi yang sebelumnya sempat menghalangi jalan didepannya Adhery mengira orang lain tadi. Ternyata gadis itu malah muncul tiba-tiba cukup mengejutkannya tatkala sudah berdiri dihadapannya.

Senyum manis Meera membuyarkan Adhery sampai cowok itu tak sengaja melepaskan beberapa buku dari tangannya ikut terjatuh menimpa sepatunya. Meera sontak kaget dan berjongkok saat Adhery tersadar kembali ingin memungutnya.

"Dibagi dua aja. Biar aku juga yang ikut membawanya. Nanti kamu kesusahan kalau sendirian lagi." ujar gadis itu sebentar. Buku yang dibawa Adhery sangat banyak hampir segunung menutupi pandangan cowok itu sendiri untungnya tidak banyak orang yang berlalu lalang jika koridor kelas masih ramai sebelum akan jam pulang mungkin anak-anak tak akan sengaja lewat menyenggol Adhery dengan buku-buku tebal itu. Pastinya Adhery juga akan tidak akan segan-segan menghukum mereka untuk membersihkan gudang sampai malam.

Adhery tak bisa mengalihkan tatapannya saat menatap lekat wajah gadis itu dengan cukup dekat saling berhadapan. Meera yang masih sibuk merapikan buku-buku tadi namun Adhery malah salah mengambil tangan mungil Meera secara tak sadar, ia  pikir itu sebuah buku yang sedang dia pegang saat ini saking tidak fokusnya dia terus saja melihat gadis itu membuat Meera ikut tertarik sebentar sedikit bergerak maju dibuatnya oleh tingkah cowok itu barusan.

Meera seketika terdiam bingung sejenak, kenapa Adhery terlihat melamun? Apa cowok itu banyak pikiran? Iya sih, akhir-akhir ini Adhery lebih disibukkan dengan mengurus tugas OSISnya ketimbang bergabung bersama mereka setiap istirahat hampir Adhery lewatkan tanpa dirinya. "Adhery?" panggil Meera pelan dengan senyuman masih mengembang indah dimatanya.

"Sorry gue gak bermaksud..." Adhery sontak melepaskan tangannya dari gadis itu dengan mendadak canggung.  Ia juga sedikit terkejut sendiri dengan tingkahnya barusan tadi hingga Adhery harus membuang mukanya ke arah lain karena menahan malu sesaat. Sialan! Wajah gadis itu bahkan lebih dekat didepan matanya karena Adhery tak sengaja sempat menarik tangan Meera.

"Enggak papa kok. Ayo biar aku ikut kamu." kata Meera. Keduanya pun berdiri begitu buku sudah saling terbagi ditangan mereka. Adhery hanya balas tersenyum tipis.

Adhery adalah sosok yang Meera kagumi. Lelaki itu ketua OSIS yang paling tegas dan lebih pintar. Meera juga menyukainya. Adhery pernah membuat Meera merasa aman ketika cowok ada disekitarnya. Meski ciuman tanpa sengaja itu pernah terjadi padanya diantara keduanya saat Sevan mendorong kasar wajah Adhery tak sabaran dan Meera untuk segera melakukannya ketika giliran Sevan yang gagal ingin mengulanginya sebagai syarat gilanya waktu itu. Meera lantas mengenyahkan pikirannya yang tiba-tiba saja teringat kejadian hal memalukan itu.

Sedangkan Enggar seperti seorang Kakak yang seakan lebih mengerti dirinya. Meera juga merasa nyaman dengan cowok berlesung itu. Enggar cukup hangat dan selalu ramah padanya setiap saat. Hanya dua cowok itu yang bisa membuat Meera masih bertahan disekolah yang penuh menyebalkan ini.

Baru melangkah kakinya tiba-tiba saja Rivanca muncul dari sampingannya, sembari mengambil buku yang akan dibawa oleh Meera ke tangan cowok itu sendiri. "Kamu apaan sih kok tiba-tiba rebut bukunya?!" kaget Meera pada cowok itu.

"Biar gue yang gantiin Lo. Ini berat banget Lo gak akan kuat bawanya,," kata Rivanca dengan senyuman yang dipaksa sebaik mungkin untuk gadis itu. Meski tatapan tajamnya lebih mengarah pada Adhery.

"Enggak juga tuh!!" kesal Adhery.

"Sini balikin deh!!" ujar Meera ingin merebutnya kembali.

"Jangan baby... Gue gak mau lo sampai capek sedikit pun! Gue harus bantu Lo pokoknya. Ingat gue bakalan selalu ada buat Lo sampai kapanpun, Lo bisa butuh sama gue semaunya!!" ujar Rivanca sedikit menyengir lebar.

"Ih! Aku gak suka ya kamu ngikutin aku terus!!" Meera lantas beranjak pergi lebih dulu meninggalkan Rivanca yang katanya tadi terlalu niat banget mau membantu temannya itu! Dari pada Meera tak melakukan apapun dengan muka cemberutnya seketika melihat cowok berhoodie agak menyeramkan itu tadi ia lebih baik memilih pergi saja berharap Rivanca akan berhenti mengekorinya sedari tadi. Mungkin Adhery pun lebih membutuhkan Rivanca tapi Meera tidak mau Rivanca semakin mengganggunya, jika Meera masih bertahan disini.

"Yank!!" pangil Rivanca seakan berteriak keras membuat gendang telinga Adhery hampir pecah saat mendengarnya. Meera tetap menghiraukannya.

"Gila lo!!" umpat Rivanca sembari melotot tajam pada Adhery sekilas. Seolah menyalahkan cowok berkacamata itu sebelum akan menyusul Meera.

"Lo ya bangsat! Ngapain ngatain gue segala!?" decih Adhery sinis. Rivanca langsung menumpukan kembali buku tebal dan berat itu ke tangan Adhery yang belum siap menerimanya dengan kasar lalu ikutan pergi mengejar Meera yang sudah berlari menjauhinya.

"Dasar sinting!!" decak Adhery cukup kesal merasa juga seperti dibohongi oleh kedua orang itu. Sialan tahu begini gue gak terima sama bantuannya tadi!!  Gumam Adhery merutukinya terlebih pada Rivanca yang sok baik ternyata hanya pencitraan semata demi gadis itu.

"Biar gue yang gantiin Vanca Dhery udah biarin aja mereka,," ujar Gaztra baru muncul dengan senyuman samar. Ia sempat melihat terdiam sebentar ke arah Rivanca yang tengah berlari demi bisa mendekati gadis itu kembali. Lalu menoleh pada Adhery yang kemudian mulai memberikan setengah bukunya pada Gaztra.

Setelah berhasil mensejajarkan langkah kakinya dengan gadis itu ketika mereka sudah keluar dari area sekolah yang cukup jauh baru lah Meera memelankan langkahnya agar Rivanca tak perlu lagi harus berlari ke arahnya hingga mereka mulai berjalan beriringan begitu Meera sempat melihat ke arah sekitarnya lebih dulu memastikan sebentar tak akan ada murid yang sama satu sekolah akan mengenalinya, "Kenapa sih kamu ikutin aku terus?" tanya Meera yang akhirnya penasaran akan dengan maksud Rivanca selama ini padanya.

"Karena gue suka! Kenapa? Gak boleh?! Lo mau ngajak berantem sini biar gue ajarin!!" kata Rivanca sedikit nyolot dengan napas terengah pelan. Ia benar-benar gemas ingin mengigit gadis itu sekarang.

"Ngeri banget sih!!" gadis itu mengerutkan keningnya, Rivanca seketika terkekeh lucu begitu melihat ekspresi Meera selalu membuatnya terbayang-bayang.

"Yaudah ayo kita pulang bareng!!" ucap Meera seketika mulai menarik tangan Rivanca saat cowok itu terdiam sebentar sedikit membungkuk seakan memegangi lututnya sehabis berlari untuk mengejar dirinya tadi, Meera menjadi kasihan. Apa dirinya keterlaluan pada Rivanca yang keras kepala masih saja ingin mendekatinya? Meera sempat bertanya heran dalam pikirannya sendiri.

Rivanca mendongak sebentar dan mengerjapkan matanya barang kali dia salah dengar tadi akan perkataan Meera yang juga mengulurkan tangannya pada dirinya, "Ayo sayang! Dari tadi harusnya Lo ngajakin bareng dong! Jangan main tinggalin gue lagi!!" balas Rivanca terlihat lebih bersemangat kembali dengan semringah. Meera tanpa sadar pun membalasnya dengan tersenyum lucu. Kini gadis itu menggandeng tangan Rivanca yang disambut dengan begitu senangnya oleh cowok itu ikut menggenggam tangan mungil Meera sangat erat seakan tak mau berpisah lagi dengannya untuk lebih lama. Hingga keduanya saling bertautan tanpa ingin melepaskan pegangan tangannya satu sama lain. Meera hanya tersenyum kecil sambil memandangi lurus ke arah lain, Sedang Rivanca menikmati rasa membuncah dalam dadanya dengan mata sedikit terpejam setidaknya Meera juga menuntun jalan untuk Rivanca pulang bersamanya.

Melihat punggung kecil Meera yang ditemani oleh cowok berhoodie itu tengah berjalan membelakanginya cukup jauh. Seseorang itu menatap gadis itu entah sejak kapan memperhatikannya secara diam-diam, dia juga  menyembunyikan dirinya agar tak terlihat oleh mata mereka tadi yang tak sadar sedang diperhatikan begitu tajam olehnya.

Dengan senyuman tersungging manis kemudian, orang itu pun segera berlalu dari tempatnya. Tujuannya sekarang hanya satu yaitu gadis itu cukup menarik! Ia pasti akan melakukan sesuatu terhadap Meera.

TBC.....

VOTE 50 Bisa yok!!!

Spam KOMENT "Next" disini!!!

Sebentar lagi akan memasuki konflik gak tau berat atau gimana tetap ikutin terus kelanjutannya yaa biar sama-sama pada tahu hehhehe.....

Continuă lectura

O să-ți placă și

470K 4.9K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
163K 15.6K 38
Tidak pandai buat deskripsi. Intinya ini cerita tentang Sunoo yang punya enam abang yang jahil. Tapi care banget, apalagi kalo si adek udah kenapa-ke...
52.6K 8.2K 51
Rahasia dibalik semuanya
1M 84.8K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...