My Heart Calls Out For You

By fairytalice

38.3K 4.7K 260

Pram langsung jatuh cinta saat pertama kenal dengan Ayu. Ia sampai memberanikan dirinya untuk mengutarakan pe... More

You Were More Than Beautiful
If big baby are tired
Pram being Pram
Vespa for two
Families day out
Families day out pt.2
Saturday Night
Hazel Amoura Wiryadamara
Staycation
Hazel getting sick
Bapak turning into Ibu (Housewife) for a day
Ditinggal Ibu
Baby grow up so fast
short getaway
Obstacles
Reunited
hazel the clingy princess
Anak perempuan pertama
Hazel's little brother

Bapak, Ibu jangan marah - marah

1.4K 236 21
By fairytalice

Terasa aneh saat ia membuka mata dan hanya ada bayi kecil disampingnya. Matanya sangat lelah. Bukan karena kurang tidur. Sembab. Semalam tidak hentinya ia menangis.

"Hah...," Ayu menghela nafas kasar sebelum ia beranjak dari kasur dan menuju ke kamar mandi. 

Selesai membasuh mukanya, ia kembali menangis. Air mata menyatu dengan tetesan air sehabis cuci muka. Pagi itu Ayu larut dalam kesedihan, lagi. Apa yang membuatnya sedih hari ini disebabkan oleh perdebatan antara dirinya dan Pram pada malam sebelumnya.

flashback on

Sudah larut malam, tapi Pram belum juga pulang. Khawatir, gelisah, sekaligus kesal bersatu dalam pikiran dan hati Ayu. Seharian ini pun ponsel Pram tidak aktif, sudah berkali-kali Ayu hubungi juga tidak terbalas.

Namun, tidak lama suara mobil memasuki garasi. Pram sudah pulang. Raut wajahnya terlihat sangat lelah, tidak ada tenaga lagi untuk basa-basi. Disisi lain, Ayu tidak tinggal diam. Sesampainya Pram dirumah bukan sambutan hangat yang ia terima, melainkan ocehan Ayu yang membuat kepalanya semakin terasa berat.

"Kenapa seharian ini gak bales chat sama telfon aku? Darimana aja kamu jam segini baru pulang?" berbagai pertanyaan terus keluar dari mulut Ayu. 

Dan pertanyaan tersebut dihiraukan oleh Pram, ia mendudukkan dirinya di sofa ruang tv. Memijat pelipisnya yang terasa berdenyut, sementara Ayu terus membombardir dirinya dengan berbagai pertanyaan. Sampai satu kalimat tanya yang Ayu ucapkan mengikis kesabarannya.

"Kamu gak main cewek kan?" ucap Ayu.

Pram langsung berdiri. Memandangi Ayu dengan tatapan dingin dan mengintimidasi. Yang tidak pernah Ayu dapatkan tatapan seperti itu sebelumnya. 

"Apa kamu bilang?"

"Berani kamu tanya kayak gitu?" suara beratnya terdengar sangat hampa.

Ayu menelan ludah. Tamat riwayatnya. Bukan Pram yang penyayang dan sabar yang ada di hadapannya kali ini. Sungguh ini bukan Pram yang Ayu kenal. Seharusnya ia tidak bertanya seperti itu.

"Mas aku cuman khawatir. Aku takut sendirian berdua sama Hazel yang dari tadi rewel nanyain kemana bapaknya pergi," ia mencoba memberikan penjelasan dengan suaranya yang bergetar. "Dua hari ini kamu udah jarang main sama anak kamu sendiri."

Pram masih mematung memandang Ayu yang sedang bersuara dengan nada bergetar dan mata yang sudah berkaca-kaca. 

"Aku tau," ucap Pram, "tapi apa maksud kamu sama pertanyaan aku main cewek? Keliatan aku main cewek di belakang kamu? Kenapa kamu jadi sok tahu gini."

"Aku capek mas, mikirin kamu diluar sana sampe jarang hubungi aku barang satu bubble chat aja."

"Aku capek mas!" Ayu menaikkan suaranya, air matanya sudah menetes.

"AKU JUGA CAPEK!" ucap Pram tidak kalah tinggi. Saking tingginya, teriakan itu mengagetkan Ayu. Baru kali ini Pram meneriakinya, tepat di depan muka.

"Mas...," lantas Ayu pergi meninggalkannya dan berlari memasuki kamar, lalu menangis tersedu-sedu.

Pram menarik nafasnya mencoba menetralkan emosinya, lalu menyusul Ayu ke arah kamarnya. Ternyata pintu kamar tidak ditutup oleh Ayu. Anehnya, Pram lihat jika Ayu mengeluarkan kopernya dan mengisi koper tersebut dengan baju-bajunya serta baju milik Hazel.

"Apa maksud kamu?" Pram menahan Ayu yang sedang menutup koper tersebut. 

"Pergi," ucap Ayu singkat.

"Udah jam satu malam, kamu berani pergi kemana?"

"Aku mau ke rumah mami aja. Kamu juga udah lupa sama rumah sendiri kan mas, Hazel harus pergi sama aku."

Sudah kesal dan habis kesabarannya harus berurusan dengan Ayu yang berasumsi tentang dirinya yang sering pulang larut malam. Ia menarik pergelangan tangan Ayu agar ia menghentikan kegiatannya.

"Biar aku yang pergi," ucap Pram. Ia melenggang meninggalkan Ayu yang masih menangis dan berdiri kaku menyaksikannya pergi.

Sebelum pergi, Pram melirik ke arah Hazel yang terusik karena kegaduhan kedua orang tuanya. Ia hampiri Hazel, "maaf ya princess," Pram kecup dan peluk Hazel agar ia kembali tertidur, lalu ia benar-benar pergi meninggalkan rumahnya sendiri.

flashback off

"Mbuu...," Hazel terbangun dan mencari ibunya yang sudah tidak ada di sampingnya. 

Dengan mata sembab, ia berusaha untuk tersenyum agar Hazel tidak curiga, "halo, good morning princess ibu."

"Hmm," Hazel menunjuk kearah bantal yang biasa dipakai Pram. Ia bertanya kepada sang ibu, kemana bapak, kenapa bantalnya dingin. "Bapak kerja," ucap Ayu. Sejujurnya ia sudah tidak sangggup untuk menahan tangisnya.

Sepertinya Hazel dapat merasakan jika ibunya sedang tidak baik-baik saja. Padahal ia belum paham akan hal itu. Hazel memeluk Ayu membuatnya tidak tahan untuk menahan air matanya. "Maafin ibu ya..., Hazel mau maafin ibu gak?"

"Ahh...," sedih melihat ibunya menangis Hazel pun ikut menangis sambil memeluk Ayu.

"Sstt, jangan nangis nanti ibu makin nangis nih." Berakhir Ayu semakin menangis bersama Hazel dipelukannya.

Di sisi lain, alarm berbunyi sangat nyaring. Tanpa kehadiran sang istri disampingnya, jadi tidak ada yang membangunkannya. Ia membutuhkan alarm nyaring untuk membangunkannya agar tidak terlambat pergi bekerja.

Pram pergi meninggalkan rumah ke apartemennya yang lama. Kebetulan apartemen tersebut memang sedang kosong, namun benar-benar kosong. Hanya ada kasur dan sofa di apartemen tersebut. Makanan pun tidak ada. Terpaksa ia harus pergi lebih pagi untuk pergi sarapan terlebih dahulu. 

Hari ini akan menjadi hari yang cukup berat. Karena, beberapa hari kebelakang ia sedang ada masalah dengan sang klien, dan hal tersebut juga yang membuatnya jarang pulang cepat dan lebih sibuk bersama pekerjaannya daripada menghabiskan waktunya bersama keluarga kecilnya.

Pram tidak pernah memiliki niat untuk bermain perempuan seperti asumsi Ayu, buat apa ia selingkuh dari Ayu yang sudah sempurna bagi dirinya. 

"Semoga selesai hari ini, biar gua bisa pulang dan lurusin masalahnya," monolog Pram. 

Jujur saja ia merasa bersalah kepada Ayu setelah apa yang ia lakukan pada malam sebelumnya. Ia menyesal sudah melepaskan amarahnya begitu saja. 

...

Dengan bantuan beberapa rekan kerjanya Pram bisa menyelesaikan masalah dengan sang klien tanpa harus melalui jalur hukum. Walaupun ia harus kehilangan kliennya dan menerima kerugian yang cukup besar. Tapi tidak apa, namanya juga hidup pasti ada musibahnya.

Malamnya sebelum pulang Pram menyempatkan membeli makan untuk dimakan bersama Ayu nanti. Masih pukul tujuh malam saat Pram memarkirkan mobilnya di garasi rumah. Lampu rumah pun menyala, jadi dapat Pram pastikan jika Ayu dan Hazel ada di dalam.

Rumah mereka dikunci menggunakan smart door lock. Tujuannya agar mempermudah jika Pram harus pulang malam. Selain itu juga karena Pram ceroboh jadi lebih baik menggunakan alat canggih seperti ini, daripada harus berkali-kali membeli kunci.

Kode yang ia masukkan berhasil membuka pintu. "Sepi," ucap Pram. Biasanya ia akan memanggil Hazel atau Ayu jika saat pulang rumah terasa sepi seperti sekarang. Namun, sekarang situasinya berbeda. Pram mencari keberadaan kedua bidadarinya.

"AH!" teriak Hazel. Ia mendapati Pram yang sedang menaiki tangga hendak menuju kamarnya. "Ah tutu," ocehnya lagi. Senang bukan main akhirnya setelah beberapa hari tidak bertemu, Hazel bisa kembali melihat sosok cinta pertamanya.

"Loh belum tidur," Pram mengambil alih Hazel dari gendongan Ayu. Tanpa menyapa Ayu. Ia hanya sesekali mencuri pandang ke arah Ayu. 

Pram dapat melihat jika mata Ayu terlihat lelah dan sembab, ia pasti menangis seharian, asumsinya. "Kenapa belum tidur?"

"Uu," Hazel menunjuk botol susu yang ada ditangan Ayu. 

"Yuk bobo," ajak Ayu. Namun, ajakannya ditolak oleh Hazel, ia malah mengeratkan pelukannya pada Pram. Maksudnya, Hazel mau meminta botol susunya dan tidur bersama bapak.

"Bobonya mau sama bapak?" tanya Ayu yang dijawab anggukan oleh Hazel. "Yaudah nih susunya."

Hazel menerima botolnya lalu pergi menuju kamar bersama bapak. Ayu tidak ikut menuju kamar, ia merapihkan beberapa mainan Hazel yang masih berserakan lalu melanjutkan mencuci piring bekas Hazel makan. Setelahnya ia mengambil selimut tebal dari lemari berisi sprei dan selimut yang ada di kamar penyimpanan (gudang). Ia menidurkan dirinya di sofa ruang tv sambil menonton acara yang sedang tayang malam itu.

Lelah setelah mengurus Hazel dan menangis seharian ia langsung tertidur beberapa menit kemudian. Saat itu pula Pram turun untuk menghampiri Ayu yang ternyata sudah terlelap di sofa.

Terasa elusan di kepalanya membuat Ayu terbangun. "Kenapa tidur disini? Ketiduran?" tanya Pram. Masih terasa canggung.

"Aku biarin kamu tidur sama Hazel, dia udah kangen gak ketemu kamu."

Hening. Yang satu bingung harus apa dan yang satu sedang menahan tangisnya, lagi.

"Mas maaf," ucap Ayu sambil menundukkan kepalanya. "Aku udah kelewatan."

Pram menyunggingkan senyumnya, ia tepis jarak diantaranya dan Ayu. Tanpa pikir panjang ia langsung membawa Ayu kedalam pelukannya, "aku yang harusnya minta maaf. Maaf aku bentak kamu, aku pulang malem dan gak pernah kasih kabar sampe buat kamu berasumsi yang aneh, kamu gak sepenuhnya salah sayang," tangannya tidak berhenti mengelus rambut Ayu.

Ayu menangis lagi, "tapi ini juga salah aku, malah adu nasib sama kamu yang udah banting tulang kerja dari pagi sampe malem. Sebagai istri aku malah berasumsi yang jelek sama kamu. Hiks, aku minta maaf."

"Sstt, udah kita berdua terlalu capek sampe gak bisa tahan emosi dan ego masing-masing. Mas maafin kamu, kamu juga maafin mas ya?" ucap Pram lembut. Ia sudah kembali, Pram yang lembut dan penyayang telah kembali.

Ayu mengangguk dan mengencangkan pelukannya seolah ia takut jika Pram akan meninggalkannya. 

"Aku beliin kamu dimsum nih," Pram memberikan dua kantung plastik berisi makanan yang tadi ia beli sebelum pulang kerumah. "Udah makan belum? Kalau udah makan, disimpen buat besok juga gak papa."

Ayu menggeleng. Malu-malu ia membuka kantung plastik tersebut, memandangi Pram seolah meminta izin apakah ia boleh memakannya. Pram tersenyum lalu mengangguk. "Mas juga makan," ucapnya pelan. Sungguh Ayu sangat menggemaskan di mata Pram hari ini. Pasalnya ia bergerak sangat hati-hati, tingkahnya seperti sedang pdktan dengan Pram dulu. Ah ia rindu bersama Ayu, setelah berpisah semalam.

Mereka makan bersama ditemani film yang di putarkan oleh Pram di tv. Sudah lama ia tidak merasa sesantai ini lagi. 

"Kamu belum makan?" tanya Pram. Karena istrinya terlihat sangat lahap menghabiskan hidangan di depannya.

Ayu mengangguk lalu menggeleng. Apa maksudnya. "Aku makan tadi siang doang, malemnya belum. Hazel lagi susah makan, ribet."

Pram mengangguk paham. Ia juga belum makan banyak seharian ini, tapi setelah melihat Ayu lahap rasanya ia sudah kenyang.

"Kemarin-kemarin aku kena tipu klien," sela Pram di tengah aktivitas makannya. "Ternyata dia ada maksud buat jatuhin pesaing dia, tapi dengan alibi pake jasa profesional biar dia gak kena getahnya sendiri."

Ayu kaget dengan musibah yang di terima Pram selama ini, jadi itulah mengapa Pram agak sensitif dan sering pulang larut. "Terus sekarang gimana?"

Pram memakan satu dimsum, melirik ke arah Ayu yang terlihat sangat khawatir. Ia tersenyum lalu mengelus pipi gembul Ayu yang berisi dimsum. "It's okay now. Perusahaan kena denda sih, tapi untungnya pesaing itu gak minta ke jalur hukum setelah terima uang denda."

"Berapa?" tanya Ayu.

"20 juta," ucap Pram santai.

"MAS!" Ayu terkejut bukan main. Apa setelah ini Pram akan di PHK, lalu ia akan kehilangan pekerjaannya. "Kamu ada uangnya?"

Sebenarnya buat apa Ayu harus khawatir akan hal itu. Toh usaha bisnis keluarganya masih banyak. Ia juga walaupun sudah menjadi ibu rumah tangga tetap mendapat masukan dari usaha punya mami yang kini diurusi juga oleh Ayu.

"Hahahaha, itu atas nama perusahaan dong. Tapi ya karena itu klien aku juga jadi akhirnya uang denda dibayar 5 juta dari aku dan 15 juta dari perusahaan. Ada kok uangnya," Pram mengelus pipi Ayu lagi untuk menenangkannya.  

"Gausah takut gitu dong. Kamu mau beli tas juga aku masih sanggup."

Mimik wajahnya yang semula khawatir berubah sebal. Ia menonjok lengan Pram sampai membuatnya  meringis.

"Aku gak pernah minta tas ke kamu ya."

Senang rasanya Pram bisa kembali ke rumah dan menghabiskan sisa harinya kembali bercanda dan berbincang dengan Ayu. Sempat takut dan khawatir jika Ayu kecewa dengan perlakuannya kemarin dan meminta untuk berpisah. Namun ternyata, semua itu salah, Ayu tidak mau pergi meninggalkan Pram begitu juga sebaliknya.


Continue Reading

You'll Also Like

9.5K 2.2K 19
yang jelas, mulai ada kenyamanan-kenyamanan yang berdatangan mengunjungi Mera setelah datangnya Pandu Haidar Djuanda.
1.7K 323 10
Before divorce story.
1M 85.6K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
9.1K 857 33
.Start in '18 November 2021' .Ending ' 09 Mei 2022 ' . . . . sebuah pertemuan yang menghasilkan dua hati menemukan cintanya kembali. seorang dokter C...