G A R A

By darkmyyy

353K 24K 560

Rumitnya takdir membuat Gara bingung, dari yang di buang oleh keluarga ayahnya. Sampai mereka mengemis bahkan... More

1.
2.
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42

31

6K 367 15
By darkmyyy

Gara menatap keluar jendela yang menampilkan awan mendung. Ia berkedip pelan, ruangan yang berisi dirinya saja terasa begitu sepi. Tak kebisingan dari luar yang terdengar. Daddy dan Abangnya mungkin sedang mencari informasi tentang Anarghya.

"Anarghya" gumamnya.

Ia terkekeh pelan setelah menggumamkan marga itu. Sudah ia duga sedari mendengar kabar kepulangan kakak pertamanya. Cepat atau lambat, pria muda itu akan mengambil dirinya untuk di tempatkan di sisinya.

Anarghya adalah marga dari mantan istri Setyo. Kakaknya itu mengikuti marga sang nenek. Yah wajar saja, bukankah sedari bayi ia di urus oleh neneknya.

Gara memejamkan matanya, namun ia tak tertidur. Suara pintu yang di buka pun tak dapat membuatnya terusik. Ia pikir, mungkin itu adalah Daddy atau abangnya.

"Adik kecil" panggil orang itu.

Gara membuka matanya dan langsung melihat ke arah sofa. Dimana seorang pria muda tengah duduk dengan tenang. Senyuman lebar yang terpatri di wajah pria itu membuatnya terlihat begitu menawan.

Gara diam melihat wajah yang sangat mirip dengan Reksa. Bedanya, Reksa tak memiliki tahi lalat kecil di ujung kelopak mata kirinya. Reksa juga tak mungkin memanggilnya dengan sebutan adik kecil. Jadi Gara menyimpulkan bahwa pria muda yang masih tersenyum lebar ini adalah kakak pertamanya.

"Heksa" gumam Gara.

Heksa Pratama Anarghya, pria muda yang sudah mengambil alih segala hal milik Anarghya. Pria muda yang selama ini tak pernah kembali ke keluarganya. Pria berusia 23 tahun ini tengah ramai di perbincangkan oleh publik karena kesuksesannya di usianya yang masih terbilang muda.

"Tak sopan memanggil namaku secara langsung, sedangkan kau adalah adikku" tegur pria itu dengan nada yang cukup santai.

Gara tak menghiraukan teguran itu, ia melirik ke arah pintu yang tak memberikan tanda-tanda keributan di depan. Melihat itu, Heksa menyeringai lebar.

"Cukup mudah, menerobos masuk ke dalam sini" ujarnya sembari memperlihatkan kartu anggota milik orang yang bekerja pada Grevanska.

"Oh dan lagi, orang-orang yang berjaga di luar juga sudah ku ganti. Adik kecil, bukankah aku sangat cerdas?" Tanyanya.

Gara diam tak menjawab pertanyaan itu. Ia duduk di ranjangnya kemudian menatap wajah Heksa. Ia bisa saja pergi dari sini, tapi masalahnya adalah haruskah ia melompat dari lantai 7 ini? Ide yang sangat buruk, jika saja di depan sana tidak di jaga mungkin Gara sudah berlari sekarang.

Gara pasrah saja, mungkin Heksa tak akan macam-macam dengannya. Heksa pasti berbeda dengan mereka, bagaimana pun juga Heksa tak tumbuh bersama dengannya jadi ia tak tahu akan sikap dan sifat Heksa.

"Kenapa baru datang?" Tanya Gara.

Pertanyaan itu membuat Heksa menurunkan tatapannya. Ia diam untuk waktu yang cukup lama. Sedangkan Gara masih menunggu jawaban darinya.

Gara sebenarnya hanya bertanya dengan asal saja. Lagipula sudah sedari lama ia memutuskan harapannya pada Heksa. Dulu ia selalu berharap agar Heksa datang dan membawanya pergi jauh. Namun ternyata setelah bertahun-tahun, Heksa tak kunjung datang. Gara menyerah akan semuanya setelah ia menyimpulkan bahwa Heksa tak akan pernah datang selamanya.

"Cukup sulit untuk dapat menemui mu" jawab Heksa.

"Maksud?" Tanya Gara dengan kening yang berkerut.

"Akan sangat panjang jika ku ceritakan, adik kecil hanya ketahuilah bahwa kau dan aku tak jauh berbeda" ujarnya.

Gara diam, tak mengerti maksud ucapan Heksa. Apanya yang tak jauh berbeda? Bukankah selama ini Heksa selalu hidup dengan baik. Bukankah itu yang dikatakan oleh publik. Apanya yang tak jauh berbeda dengan dirinya?

Dikatakan bahwa tuan muda Anarghya adalah anak yang cukup beruntung. Meskipun ia tumbuh dengan neneknya namun ia sangat jenius. Tuan muda Anarghya juga menjadi idaman bagi para orang tua di luaran sana. Bukankah itu cukup membuktikan bahwa selama ini Heksa hidup dengan baik?

Pertanyaan itu hanya mampu ia tampung di benaknya saja. Karena bagaimanapun juga ia sudah tak ingin mengetahui apapun lagi mengenai orang-orang yang memiliki hubungan darah dengannya.

Heksa yang melihat Gara termenung hanya bisa tersenyum tipis. Ia tahu pasti ada banyak hal yang ingin ditanyakan adiknya itu. Heksa tak tahu harus memulai ceritanya dari mana.

Mungkinkah dari tentang ia yang tak pernah bisa keluar dari aturan-aturan yang di buat oleh neneknya. Atau tentang ia yang harus merebut kekuasaan milik neneknya agar ia bisa keluar.

Ada banyak hal yang ingin di ceritakannya pada sang adik. Namun Heksa memilih diam, mungkin tidak sekarang. Tapi suatu saat nanti, ia pasti akan menceritakan alasannya tak pernah kembali ke rumahnya. Bukannya ia tak pernah peduli, tetapi untuk menyelamatkan dirinya saja Heksa kesulitan selama ini.

"Adik kecil, kali ini biarkan aku yang bertanya" ucapnya.

Gara menatapnya dengan tatapan biasa saja, seolah tak ingin tahu sama sekali. Sedangkan Heksa lagi-lagi hanya tersenyum tipis melihat reaksi itu.

"Apa kau tahu, mengapa ia memanggilmu Sea?" Tanyanya.

Gara diam, bukannya ia tak mengerti akan pertanyaan Heksa. Ia sangat mengerti, ia juga penasaran akan hal ini namun ia tak pernah menanyakannya kepada Daddy-nya. Karena ia pikir mungkin Daddy-nya menyukai panggilan itu.

"Sagara dan Sea, bukankah artinya sama? Kau mungkin tidak akan mempercayainya, tapi ia selalu mengingatkan mu bahwa kau berbeda dengan mereka" ujar Heksa.

Gara diam, ia menurunkan tatapannya. Ia tak tahu apa maksud perkataan Heksa. Apa yang di maksud dengan selalu mengingatkan? Ia tak tahu apanya yang berbeda.

Lama termenung, Gara tiba-tiba mengingat saat ia membandingkan dirinya dengan Nick. Saat itu bukankah Ziel mengatakan bahwa dirinya dan Nick berbeda. Tetapi Gara tak tahu apanya yang berbeda.

Gara kembali menatap Heksa yang tengah mendongakkan kepalanya, menatap langit-langit. Pria muda itu terlihat sangat tenang dan sulit di tebak. Raut wajahnya kadang tak sesuai dengan sikapnya. Membuat Gara sulit menebak apakah ia memiliki maksud baik atau tidak

"Yah... Apakah Nicholas memiliki nama lain seperti mu?" Tanyanya tanpa mengubah posisinya.

Gara sedikit terkejut tentang pertanyaan ini, dari mana Heksa tahu mengenai Nick? Juga seberapa jauh Heksa tahu tentang kehidupannya? Seberapa jauh Heksa tahu tentang keluarga barunya?

Gara tak menjawab, bagaimana ia bisa tahu akan hal itu. Ia tahu Nick saja baru kemarin-kemarin. Itupun hanya sekilas karena ia sudah terlanjur kesal dengan bocah itu. Haruskah ia bertanya pada daddy-nya nanti? Mungkin pria paruh baya itu mengetahuinya.

"Tentu tidak, kau tidak perlu bertanya pada ayah baru mu" ujar Heksa seolah tahu apa yang tengah di pikirkan Gara.

Heksa membenarkan posisi duduknya  dan menatap Gara. Ia kemudian menyeringai tipis melihat Gara yang sedang berpikir keras.

"Pada akhirnya yang tetap tinggal akan tetap tinggal, dan yang harus pergi maka harus pergi" ujarnya.

Gara diam, tak mengerti lagi apa yang Heksa katakan. Ia menatap Heksa yang sepertinya tengah memikirkan sesuatu.

Namun tak lama Heksa berdiri kemudian melihat jam yang melingkar di tangannya. Ia mendekati Gara, yang membuat Gara sedikit bergeser. Bagaimana pun juga, Gara tak bisa membaca gerakan Heksa jadi ia sangat berwaspada. Gara takut Heksa akan menyakitinya.

"Lebih dari itu, ada banyak hal yang belum kau ketahui. Tetapi tak bisa ku selesaikan sekarang. Adik kecil, lain kali mari bertemu dan bahas semua hal yang tak pernah kau ketahui sama sekali" ujar Heksa.

Heksa mengangkat tangannya, melihat itu Gara memejamkan matanya begitu erat. Namun saat ia merasakan elusan lembut itu ia membuka matanya. Menatap wajah Heksa yang begitu dekat.

"Lain kali mari pergi bersama, ciptakan kehidupan impian kita masing-masing" ujar Heksa dengan pelan.

Setelah mengatakan itu, Heksa mengeluarkan sebuah benda dari saku celananya. Gara tak sempat melihat apa benda itu, namun ia merasakan tusukan kecil di punggung tangannya. Tak butuh waktu lama tubuhnya menjadi lemas dan tatapannya mengabur. Kesadarannya perlahan-lahan mulai menghilang. Hingga sebelum benar-benar menghilang, ia mendengar suara Heksa yang samar-samar mengatakan.

"Mari pergi bersama untuk menghancurkan mereka"




Hallo!

Kembali lagi bersama pengangguran yang sok sibuk ini😺

Maafkanlah saya yang lama tidak up hehe🙏🐸

Yah segitu saja sih jangan lupa vote komen ya🐸












Thank you 🦋
Papay👋

Continue Reading

You'll Also Like

299K 22.4K 37
"Ketika takdir sudah berkata bagaimana alurnya seperti apa pun ceritanya kita harus menjalaninya seperti Drama dan pemeran utama" ~Elvano Edzard~ ...
24.1K 1.6K 43
sequel cerita My Priorities [Baby Jaeden] Book ini menceritakan kehidupan keluarga Bara setelah book sebelumnya. Kehidupan yang absurd, lagi ajaib. J...
239K 18.2K 23
Masi banyak typo maaf baru beberapa chap yg direvisi๐Ÿ™ Arion Bagaskara & Keano Marvello Dua orang yang memiliki hubungan darah namun berbeda, dua or...
4.1M 226K 65
[Harap follow dulu sebelum baca] Sebuah kisah pernikahan yang berawal dari suatu kejadian. Tanpa di sangka, suatu kejadian merubah kehidupan. Dimana...