DERMAGA//

By suroyyanurlaily

3.7K 123 10

𝙈𝙚𝙣𝙜𝙖𝙥𝙖 𝙨𝙚𝙤𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙖𝙮𝙖𝙝 𝙗𝙚𝙜𝙞𝙩𝙪 𝙩𝙚𝙜𝙖 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙖𝙣𝙖𝙠𝙣𝙮𝙖? " Aku selalu menyay... More

PROLOG//
{1}. Awal Cerita//
{2}. Pertemuan Mereka//
{3}. Menikmati Senja Bersamamu//
{4}. Awal Kisah Sang Bumantara & Shandya//
{5}.Apa definisi rumah bagi Bumantara & Sandhya? //
{6}. Kebersamaan//
{7} . Dia Hanya membutuhkan Bulan dan bintang untuk Menemaninya//
{8}. Tentang Indiya latita//
{9}. Hari Ini Hujan Turun//
{10}. Di Dunia Ini Masih Banyak Orang Baik//
{11}. Bandung Menangis//
{12}. Hei! you, aku merindukanmu//
{13}. Bulannya Indah Kayak Kamu//
{15}. Kita hari ini//
{16}. It's Oky//
{17}. Sekuat Sesakit //
{18}. RUMAH//

{14}. Apa Itu...Bahagia?//

53 3 0
By suroyyanurlaily

Happy reading📖

Tandai typo!!!

--Dermaga//--

   Senja sudah mulai menampakan dirinya. Semua manusia mulai menghentikan aktivitas mereka yang telah di mulai dari pagi. Terlihat kedua insan yang berbeda kelamin sedang duduk-duduk di taman yang berada di rumah sakit, sembari menikmati indahnya ciptaan Tuhan. Mereka mengobrol bercerita riang tentang kehidupan mereka masing-masing.

" Gw baru nyadar kalau ternyata... Keluarga gw rusak. " Lirihnya.

Pemuda yang duduk di atas kursi roda itu berucap lirih ketika mengatakan itu, ia terus memandang senja yang sudah beranjak pulang memandangnya sambil membatin.

Perempuan itu tetap diam, tak tahu akan berkata apa.

" Aaa candra, jangan sedih ah! " Seru lilya kepada candra yang mulai menjatuhkan air matanya, sedikit demi sedikit.

Jika kalian menanyai lilya kenapa ia bisa sampai di rumah sakit, ia kabur dari rumahnya selagi mamahnya pergi berkerja.

" Cand, dengerin gw. " Lilya menghadap ke candra kemudian memegang bahunya.

" Ada gw. Keluarga lo nggak rusak cand, tapi Tuhan hanya menguji lo seberapa sabar lo nge-hadapin ujian lo. " Nasihatnya, candra menghela nafas sembari melepas tangan lilya  yang berada di bahunya.

" Dari gw lahir sampai gw udah 17 tahun gw nggak pernah sama sekali ngerasain bahagia. "

Apa bahagia sesungguhnya? Bagaimana cara bahagia? Apakah ketika ia tersenyum palsu ke orang-orang yang ia lihat? Bohong rasanya ketika ia tersenyum padahal ia sedang menyembunyikan sesuatu, itu terasa sangat munafik!

" Ada ya orang yang takut sama cewek? " Tanya lilya ingin merubah suasana.

" Ada,"

Lilya berpikir sebentar. " Kok ke gw nggak sih? "

" Karena, bagi gw lo itu istimewa. " Lilya menatap wajah tampan candra, ia sedikit menjadi gugup. Hei! Kemana kah lilya yang tak memiliki urat malu? Kemanakah lilya yang barbar?

"__ Se-istimewa bandung. " Lanjut candra seketika ia tersenyum lebar membuat lilya tak bisa menahan senyumnya.

Senyum mereka menjadi pengantar pulangnya sang senja yang padahal dia baru saja muncul beberapa menit yang lalu.

" Balik ke ruangan lo yuk?! " Ajak lilya langsung di angguki oleh candra.

Lilya membantu candra untuk mendorong kursi roda sembari memegang tiang infus candra.

Di tengah jalan lilya menghentikan jalannya membuat sang pemuda bingung, gadis itu menghampiri seorang pemuda yang terlihat sedikit kesusahan memegang jajannya.

" Haikal, kenapa lo nggak pake kresek? " Tanya lilya sembari memberikan tiga jajan coklat kepada haikal pemuda yang ia jumpai 2 hari yang lalu.

" Tadi kresek nya putus makanya gw pegang ni jajan. Lilya ngapain lo di sini? " Tanya sang pemuda, lilya menunjukkan candra yang hanya diam, pemuda saling senyum satu sama lain.

" Gw candra, sahabat nya lilya. " Ucap candra.

" Gw haikal. " Pemuda yang menggunakan baju pasien itu tersenyum kepada candra dan lilya sebelum meninggalkan keduanya.

" Siapa lo? " Tanya candra, lilya kembali menjalankan kursi roda itu dengan pelan.

" Temen, nggak sengaja kenal kemarin. " Candra mengangguk mengerti.

Sampai mereka di ruangan, lilya membantu candra untuk bangun dari kursi roda dan berbaring di ranjang.

Sembari menunggu catra yang sedang membeli entah apa, lilya duduk di kursi di pinggiran kasur candra.

" Cand. " Candra yang sibuk memainkan game di handphone nya tak mendengarkan suara lilya yang memanggilnya.

" Cand. " Panggil lilya sekali lagi.

" Hm? "

" Anjing, kalo ada orang yang manggil itu nyaut bukannya diem kayak orang bisu. " Kesal lilya membuat pemuda itu melihat lilya lalu menyauti panggilannya tadi.

" Udah bete gw. " Candra memiringkan kepalanya ingin melihat wajah kesal lilya.

" Lo kesel? " Perempuan itu melihat pemuda yang berada di depan wajahnya dengan kesal lalu kemudian ia memukul kepala candra membuat candra menjauhkan kepalanya dari wajah lilya.

" Psikopat lo lilya. "

Lilya mengeluarkan lidahnya berniat mengejek candra yang di balas kepalan tangan yang akan dilayangkan ke lilya.

Ceklek

Suara pintu mengalihkan perhatian lilya dan candra, mereka berdua serempak melihat ke arah pintu yang dibuka oleh pemuda yang masuk dengan senyum lebar selbari menenteng 2 buah kresek berwarna hitam dan putih yang berukuran lumayan besar dengan yang berukuran kecil.

" TADA!! " Seru catra sembari mengangkat kresek berwarna putih membawanya kehadapan lilya dan candra.

" Wah, bulan melon. " Lilya mengambil satu buah melon yang sudah di belah.

" Di belah 'in sama siapa? " Tanyanya

" Gw tadi minta tolong sama Ibu-ibu yang lewat tadi. " Jawab catra memberitahu bahwa ia meminta tolong kepada seorang Ibu-ibu yang bersama anaknya di taman rumah sakit untuk membelah 'kan  buah melon yang tadi sudah ia beli.

" Ada-ada aja. "

" Ya udah gw mau minta sepotong. " Pinta candra yang dari tadi sudah tergiur dengan rupa buah melon itu.

Lilya mengambil buah itu lalu memotongnya kembali menjadi setengah lingkaran.

" Gak di cuci dulu? " Lilya diam sebentar lalu mengasih candra.

" Gak usah, bersih kok. "

" Yang bener aja lo, lilya. " Kesal candra.

"Minkumankamin."

" Kuman jadi vitamin. " Sahut catra yang sudah memotong bagiannya lalu memakannya.

" Sama aja kalian berdua. " Candra mengambil melon yang berada di tangan lilya dan memakannya. Mereka bertiga memakan melon itu sampai habis saking manis dan gurihnya.

" Besok lo dah boleh pulang kan? " Tanya lilya di sela-sela makannya.

Candra mengangguk kemudian tersenyum ke lilya. " Lo suka buah melon? "

" Iya, kenapa emangnya? "

" Oh, kalo gw nggak suka sih. " Jawab candra berniat mengusili lilya.

" Yee si anjir, lu udah makan 4 potong masih di bilang nggak suka. " Catra yang mendengar itu hanya bisa tertawa geli dan kembali melanjutkan makannya.

***

" Candra. " Panggil pemuda kepada pemuda yang berada di sebelahnya. Mereka berdua sudah tidak di rumah sakit, minggu sore tadi mereka pulang ke rumah dengan orang tua rio yang mengantarnya.

" Hm? "

" Nggak ada. " Ucap catra cepat,

" Ck. " Decak candra. Ia mengambil alih remote tv yang di pegang catra dan mengganti salurannya.

" Suka banget lo perasaan nonton sinetron azab. " Delik catra kepada candra yang juga sebenernya menonton sinetron azab hanya untuk merosting saja.

" Gw kan berkebangsaan indonesia dan warganegara indonesia. " Beritahu candra sembari memukul dadanya pelan sambil menghadap kakaknya.

" Apa hubungannya? "

" Indosiar dan azab itukan suatu ciri khas perfilman indonesia. Nah, sebagai warga indonesia kita tu harus mendukung karya apa yang di ciptakan bangsa kita. " Jelas candra membuat catra mereontasikan bola matanya si paling cinta indonesia.

Catra mengeluarkan benda pipih dari kantong celananya dan membuka sebuah aplikasi.

Candra melihat catra yang membuka aplikasi berwarna hijau lalu bertanya. " Beneran lo putus sama ola?? "

Catra menutup handphone nya lalu cemberut sebelum mengangguk membenarkan pertanyaan candra.
" Gw di selingkuhin, "

" Lagian gw pernah bilang si ola tu sasimo. " Catra diam.

" Elah ngapain tangisin cewek kek gitu, sia-sia tau nggak air mata lo. " Lanjutnya.

" Gw nggak nangis btw. " Kesal catra sambil melihat candra dengan mata tajam.

" Yadeh, tapi cuma meneteskan air mata. " Candra tertawa terbahak-bahak melihat wajah kesal catra, ia melarikan diri nya ke kamar nya agar tak kena pukulan dari catra.

Catra menggedor pintu kamar candra berkali-kali tak sama sekali tak diindahkan oleh sang tuan kamar.

" Catra, orang tidur lo jangan ribut. " Nasihat candra dari dalam kamar, pemuda itu menghentikan gebrakan nya.

" Buka! Gw mau tidur bareng lo. " Setelah mendengar ucapan kakaknya, candra tanpa pikir panjang membuka pintu kamarnya.

" Lo nggak punya maksud lain kan? " Tanya candra sambil memicingkan matanya puh mengintimidasi ke catra.

Catra mengangkat tangannya " Nggak sumpah. " Candra mengangguk lalu mempersilahkan catra masuk ke kemar dan kembali menutup pintu itu rapat-rapat.

" Coba lo hadap belakang, cand. " Suruh catra kepada candra untuk menghadap ke belakang di depannya.

" Eyy.. Lo pasti mau mukul pantat gw kan?! " Tuduhnya membuat catra mengerucutkan bibir nya kesal membuat pemuda yang berada di depannya ini ketawa sembari menunjuk wajah catra.

Saling kesalnya, catra membawa tangan panjangnya ke pantat milik saudaranya kemudian memukul nya dengan keras membuat candra mengaduh.

" Pantat gw sialan. " Candra mengusap pantat nya yang baru saja di pukul oleh catra sesekali meringis, sedangkan pelaku tertawa dan segera menyembunyikan tubuhnya di selimut.

Candra mencoba membuka selimut itu untuk melakukan apa yang tadi kakaknya lakukan ke dia, tetapi catra berusaha keras menahan agar selimut itu tak terbuka membuat candra frustasi memilih membaringkan dirinya di sebelah catra dan memeluk badan besar itu.

" Wahh.. Sesek nafas nih gw. " Catra membuka selimut yang menghalangi nafasnya lalu beralih menatap candra yang menaikkan alisnya menatap catra.

" Gemes banget sih. " Candra semakin mengeratkan pelukannya ke catra sembari kakinya juga berada di atas perut catra.

" Candra!! Gw capek!! " Teriak catra frustasi memindahkan kaki candra agar tidak berada di perutnya dan memindahkan tangannya yang yang berada di dada catra.

" Hahaha, sorry.. Sorry. " Candra merubah posisinya menjadi telentang menatap langit-langit lain halnya dengan catra yang sama sekali tak merubah posisinya.

" Cat, lo pernah kepikiran nggak sih, kalo papah--" Ucapan candra terhenti ketika mendengar suara dengkuran halus di telinganya, ia melihat ke samping yang ternyata catra sudah tertidur.

" Cepet banget lo tidur cat. Selamat tidur. " Candra merebut bantal guling yang di peluk catra beralih membawanya dan memeluk bantal guling itu dan juga menarik selimut yang berada di tubuh catra dan memakainya.

-

-

-

" Nih makan. " Candra menyodorkan sepiring nasi dengan lauk telur ke catra yang berada di meja makan menunggu candra selesai goreng telur.

" Gw nggak suka telur setengah matang. " Ucap catra membuat candra tanpa sepatah kata menukar piring itu dengan miliknya.

" Terimakasih. " Mereka berdua memakan nasi mereka masing-masing kemudian selesainya mereka langsung berangkat ke sekolah menggunakan angkutan umum.

Beberapa menit di perjalanan, candra dan catra sudah terlihat di depan gerbang sekolah.

" Jangan bolos cand. " Peringat catra sudah tahu apa yang akan di lakukan oleh saudara kembarnya ini.

" Elah, lagian ini hari pertama gw masuk, harus rajin dong. " Catra melihat candra dengan tajam sebelum pergi meninggalkan candra ke kelasnya.

Bukannya mengikuti perintah catra, pemuda itu malah memutar balik badannya berniat pergi ke taman yang berada di belakang sekolah, lagian ini masih pagi dan hanya sebagian siswa-siswi smanda yang datang.

Ia bersiul sembari memegang tali tasnya yang berada di bahu kanan nya dan juga sesekali menendang kerikil-kerikil yang berada di tanah.

Seketika ia berhenti berjalan ketika mendengar suara seorang pemuda yang membentak seorang pria paruh baya.

" Aku nggak butuhin ini! " Bentak pemuda itu sembari mendorong kotak nasi yang di sodorkan oleh papahnya, membuat terpaksa paruh baya itu menaruh kembali kotak nasi yang sudah ia siapkan untuk anaknya dengan perasaan sedih.

" Nak, jangan begitu. Papah udah capek-capek masak ini buat kamu. " Ucap pria paruh baya itu memandang putranya sedih. Candra yang melihat itu juga sangat sedih terlebih lagi pria paruh baya itu adalah orang yang selalu membersihkan halaman sekolah   smanda.

" Papah nggak ngerti ya sama ucapan aku yang kemarin? Aku tu malu punya papah kayak papah. "

" Bilang apa aku ke teman aku kalau aku punya orang tua perkejaan nya jadi tukang sapu sama pembantu. " Pemuda yang berseragam SMA itu mengacak rambutnya kesal dan sekali lagi ia menunjuk papahnya.

" Jangan panggil aku kalau aku lagi sama temen-temen ku apalagi di sekolah. "

Pemuda itu pergi meninggalkan papahnya yang hanya diam tak bereaksi apapun mungkin saking biasanya.

Candra yang sedari tadi mendengar pembicaraan itu mengepal kan tangannya marah ucapan pemuda itu. Ketika ia menginginkan kasih sayang seorang ayah ada orang yang bahkan tidak ingin mengakui ayahnya sendiri.

" Mau tukeran ayah? Lo malu kan punya papah tukang sapu? Biar gw yang jadi anak papah lo, " Ucap candra kepada pemuda yang lebih pendek darinya ia melihat logo kelasnya ternyata baru kelas X.

" K-kak candra? Ngapain kakak di sini? " Ucap pemuda bertagname kelvin itu dengan gelapan ketika tiba-tiba seseorang muncul di sampingnya.

" Berasa keren lo udah ngucapin kata itu ke papah lo sendiri, hm? Otak lo, lo taruh di mana hah?! Dia papah lo dia yang ada di saat lo susah dan senang, di saat semua orang pengen ngerasain kasih sayang orang tua lo malah bilang kayak gitu ke papah lo. Mikir nggak sih lo ucapan lo tadi nyakitin hati papah lo. " Kelvin memandang remeh ke candra.

" Masalah lo apa sama gw? "

Candra menahan dirinya untuk tidak memukul wajah songong pemuda di depannya ini.

" Pergi deh lu," Usir candra membuat kelvin hanya terkekeh remeh.

" Cuih, sok-sok an. " Kelvin pergi dari taman itu meninggalkan candra yang hanya menatap punggung songong banyak gaya itu.

Candra menghampiri pria paruh baya  yang di ketahui sudah berumur 57 tahun, candra mengambil satu sapu lidi yang berada di sebelah pak tegar dan membantu untuk menyapu sampah-sampah yang berserakan itu.

" Kamu ngapain candra? " Tanya pak tegar memperhatikan candra yang mulai menyapa halaman itu.

" Biasa, nanem jagung pak. " Pak tegar tertawa kecil mendengar jawaban dari candra.

" Candra, kamu lepas sapu itu kemudian balik ke kelas, jangan bolos." Suruh pak tegar membuat candra cemberut dan menghentikan aktivitas nya tadi.

" Saya kan mau bantu bapak. "

" Nanti saya aja. Itu udah pekerjaan saya, sedangkan kamu belajar. " Candra menaruh sapu itu dan duduk di kursi panjang itu sembari memerhatikan pak tegar yang menyapu.

" Kamu udah sehat? " Tanya paruh baya itu lagi.

" Sehat dong, saya kan ironman. " Candra menunjukkan bisepnya kepada pak tegar.

Pak tegar menaruh sapu lidi yang ia pegang dan duduk di kursi sebelah candra dan mengeluarkan sesuatu dari tasnya.

" Udah sarapan? " Kotak nasi itu adalah kotak yang ditolak oleh kelvin tadi.

Candra menggeleng membuat pak tegar tersenyum senang. " Ini di makan ya. " Candra menerima kotak nasi itu dan membukanya ternyata nasi goreng dengan tempe dua biji dengan hiasan timun di atasnya.

" Bapak nggak makan? " Pak tegar menunjukkan kotak makan membuat candra mengangguk dan menyendok nasi goreng itu.

" Ini bapak yang masak? " Pak tegar mengangguk.

" Gimana enak nggak? " Candra mengangguk dan menyuap kembali nasi itu dengan lahap, pak tegar tersenyum bahagia ia membayangkan candra adalah anaknya yang memuji masakannya.

" Bapak cocok buka lestoran nih, enak banget. " Puji candra lagi.

" Seandainya anak saya muji saya kayak kamu, betapa senangnya saya. " Celetuk pak tegar membuat candra menghentikan suapannya.

" Seandainya juga papah saya kayak bapak. "

" Emangnya papah kamu kenapa? " Tanya paruh baya itu.

" Biasa, sibuk sama pekerjaan sampai lupa udah punya dua anak. " Kata candra dengan santai tapi tidak dengan hatinya.

Pak tegar menepuk bahu candra pelan dan kembali melanjutkan perkerjaan nya yang tertunda.

" Habisin terus masuk ke kelas." Suruh pak tegar membuat candra mengangguk mengerti.

" Nasi goreng nya enak, kalau boleh request bikinin saya tiap pagi. Hehe. " Pinta candra dengan menyengir ia hanya bercanda.

" Bayar 5 juta rupiah. " Candra dan pak tegar sama-sama tertawa dengan bercanda an itu. Candra mendengar suara bell masuk membuat ia meminta izin untuk pergi ke kelas dan meninggalkan pak tegar yang menatap punggung tegap itu mulai menjauh dari penglihatannya.

--Dermaga//--

Jangan lupa vote & komen!

Continue Reading

You'll Also Like

SENJAKARA By malia.

Teen Fiction

250K 9K 54
Tentang Senja Kanista Niharika, lahir ketika bumantara memancarkan cahaya jingga. Senja yang penuh rahasia, Senja yang sangat cerewet namun pendiam d...
234K 16.3K 43
Pecinta broken home yaudah baca;) Ara berjalan kesetiap ruangan melihat tempat di mana dia tidur bersama dengan vano " Lo tega ninggalin gua sendiri...
2.4M 218K 52
TERSEDIA DI GRAMEDIA📍 "Aku terlalu lelah untuk terus berkelana di bawah hujan." Legenda Negeri Angkasa. Sosok laki-laki yang rasa sabarnya tidak per...
3.5M 180K 27
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...