Battle War ; Magic, Sword and...

By KuroHako

993K 7.3K 572

Genre: Fantasy, Romance, Action, Harem, Ecchi, Light Novel Indonesia NB; kurang cocok untuk pembaca di bawah... More

Chapter ex 00 <Beginning>
Chapter ex 01 [Areshia City]
Chapter ex 03 [Battle at Sirei Mall]
Chapter ex 04 [Battle of Beginning]
Notification

Chapter ex 02 [Boy Meet Girl]

35.2K 1.3K 101
By KuroHako

400 tahun berlalu sejak berakhirnya Light War. Sebuah perang terbesar dan paling terlama dalam sejarah. Sebuah perang yang terjadi antara penyihir dan Demon King.

Kebaikan melawan kejahatan. Dan kebaikanlah yang selalu menang, tapi-

Apakah itu benar benar sebuah kemenangan?

Pada saat itu, jumlah penyihir tidaklah sebanyak di masa sekarang. Dulu penyihir adalah sebuah eksistensi langka yang menjadi sebuah penentu kekuatan suatu negara.

Sebelum Demon King muncul dan mengacau dunia, peperangan terjadi antara negara untuk merebutkan tanah di benua Orladist, tapi saat Demon King muncul, peperangan berhenti dan seluruh dunia bersatu untuk menghentikan Demon King.

Bukanlah itu yang dinamakan kemenangan yang sesungguhnya?

Pada saat ini tak hanya jumlah penyihir yang semakin banyak, tapi perkembangan teknologi yang menggunakan sihir [Magitec] juga semakin maju dan berkembang. Bahkan orang biasapun dapat menggunakan sihir sederhana menggunakan bantuan benda sihir. Tentu saja mereka hanya mampu menggunakan sihir berperingkat F.

Hal ini merupakan pengetahuan umum yang kini hanya menjadi sejarah dan kisah dongeng untuk anak kecil agar tak melupakan eksistensi paling berbahaya yang pernah tercatat dalam buku sejarah.

Sayangnya, semua itu tak ada hubungannya dengan situasi yang saat ini Kuro alami.

Dia berada di dalam Sirei Mall bersama dengan Fila yang terlihat sangat manis dan cantik saat mengenakan pakaian putih yang dihiasi pita warna pink.

Dari jauh mereka mungkin terlihat seperti pasangan serasi yang sedang berkencan, namun tentu semua itu salah.

"Huuuhh.. tempat ini sungguh luar biasa.."

"Ku ku ku. Apakah ini baru pertama kalinya kau memasuki sebuah mall?"

Sirei mall. Tempat ini luas dan penuh dengan benda benda yang tak berada di tempat biasa.

Lampu yang terbuat dari benda sihir menghiasi seluruh tempat dan membuat pemandangan begitu indah. Apalagi dengan hologram yang terbang kesana kemari seperti hantu yang bisa menembus pengunjung. Meskipun itu bagian dari hiburan, itu cukup menyeramkan.

Sirei mall terdiri dari 6 lantai. 4 lantai diatas dan dua lantai di bawah tanah. 3 lantai pertama adalah tempat yang menjual berbagai benda sihir, sementara 3 lantai atas adalah tempat untuk menjual barang kebutuhan sehari hari.

Dengan kata lain jika ingin membeli Titran Stone, maka mereka berdua seharusnya pergi ke lantai bawah tanah, tapi saat ini mereka sedang berjalan di lantai dua.

Di lantai 2 ini dipenuhi oleh toko yang menjual berbagai makanan dari penjuru dunia dan kebutuhan sehari hari. Di salah satu toko itulah mereka sedang mengobrol ditemani oleh dua cangkir kopi.

"Ya kurang lebih begitu, selama ini aku tinggal di desa yang berada di tengah hutan Rukia. Dan meskipun ke kota, aku hanya singgah sementara tanpa ada waktu berkunjung ke tempat seperti ini."

"Hutan Rukia? Bukankah itu tempat yang paling berbahaya di kekaisaran?"

Kuro mengangguk.

Selain dihuni oleh monster ganas dan kuat, namun wilayah hutan yang tak bisa ditebak membuat penyihir kuat sulit bertahan. Bahkan ada rumor kalau hutan itu dihuni oleh Demon yang dulunya anak buah Demon King. Sampai sekarang tak ada yang mencoba untuk menjelajahi wilayah itu.

"..... dulu hampir setiap hari kami diserang monster, dan sudah menjadi tugasku untuk menghadapi para monster yang menyerang desa. Tapi karena banyak hal, maka aku datang ke kota ini."

"Ngg... dulu? Maksudmu sekarang kau tak melakukannya lagi?"

"Ya. Semua itu berkat Ania, Ruoka, dan Charllote. Mereka bertigalah yang membantu kami untuk mengusir para monster yang akan menyerang desa."

"Heeehh.. jadi itulah alasan kenapa kau begitu kuat meskipun Kuro bukan seorang penyihir, tapi aku yakin mereka bertiga juga kuat karena mampu melindungi desa dari para monster."

"Ha ha, jadi kau sekarang percaya kalau aku bukan seorang penyihir?"

"Ya. Aku percaya setelah kau bertarung melawan ayahku. Kau tahu kan apa yang membedakan penyihir dengan orang biasa? Mana atau energi sihir. Seorang penyihir memiliki mana dan orang biasa tidak memilikinya, dan karena mana sudah dimiliki sejak lahir, maka seorang penyihir akan menggunakan mana di setiap mereka melakukan sesuatu. Bahkan di saat mereka berjalan, seorang penyihir akan mengggunakan mana meskipun dalam jumlah yang sangat kecil."

Itu adalah pengetahuan umum yang sudah diketahui banyak orang. Kuro tak ingin membantahnya, tapi juga tak ingin mengiyakan.

".....hoooo... Fila mengetahui hal ini karena seorang penyihir kan?"

Tentu itu hanya tebakan, namun dari sikap dan tingkah laku, kenyataan Fila merupakan  penyihir bukanlah hal mengejutkan.

Fila hanya tersenyum. Dia tak berniat untuk menyembunyikan fakta bahwa dia seorang penyihir. Tapi bukankah seorang penyihir wajib bersekolah di sekolah sihir?

Awalnya Kuro berniat menanyakan itu, tapi dia merasa kalau ada alasan tertentu sehingga membuat Fila tidak bersekolah.

Kuro ingat kalau ayah Fila pernah berkata kalau dulu dia adalah seorang jendral, apakah itu ada hubungannya?

"Baiklah, kurasa kita sebaiknya pergi ke lantai atas."

"Lantai atas? Bukankah lantai 3 dan 4 hanya berisi toko pakaian?"

"Syukurlah kau mengerti. Aku ingin belanja pakaian dulu sebelum membeli Titran Stone. Yah karena aku sudah lama tak berkunjung kesini, maka tak ada salahnya untuk sekalian belanja kan?"

"Ha ha dasar wanita."

"Terima kasih atas pengertiaannya."

Fila tersenyum karena senang saat mengetahui kalau Kuro mau menemaninya, tidak, tepatnya terpaksa menemani karena dia tak bisa membeli Titran Stone sendirian, tapi Fila merasa kalau Kuro tak keberatan menemani dirinya.

Setelah membayar tagihan, mereka berdua berjalan menuju tangga yang menghubungkan lantai 3. Meskipun sebenarnya ada lift, namun mereka memilih berjalan sekalian untuk melihat lihat.

Sesampainya di lantai 3, seperti sebelumnya mereka menjadi pusat perhatian para pengunjung. Meskipun pengunjung juga penasaran dengan pedang yang dibawa Kuro, namun kali ini Filalah yang menjadi pusat perhatian.

Dengan wajah cantik bagai seorang peri, dia menarik hati setiap pengunjung di Sirei mall, terutama lelaki yang mengunjungi mall, tapi karena mereka mengira Kuro adalah pacar Fila, maka tak ada yang berani menggoda Fila.

Tak ada yang menyalahkan hal ini. Dengan gaun one piece berwarna hijau muda serasi dengan rambutnya. Lalu ditambah dengan lekuk tubuh yang sempurna, maka tak salah jika Fila dikategorikan gadis kelas satu.

(Ini sungguh memalukan. Ayah ini, kenapa aku disuruh berpakaian seperti ini? Dan kenapa tiba tiba aku juga disuruh belanja pakaian?)

Ya. Alasan kenapa Fila berdandan sangat cantik bukanlah atas kemauannya sendiri. Ayahnyalah yang memaksanya, tapi entah mengapa ini tak terlalu buruk.

(Tapi kurasa tak ada salahnya menjadi gadis normal untuk sehari.)

Meskipun cukup repot bersiap, tapi Kuro yang mau menunggu adalah bukti kalau dia seorang lelaki yang lembut.

Di saat itulah dia melirik ke arah Kuro yang berjalan di sampingnya. Wajahnya yang tampan dan terlihat acuh, entah mengapa membuat jantung Fila berdebar debar, bahkan wajahnya memerah tanpa dia sadari.

Mereka baru bertemu beberapa jam, tapi Fila sudah merasa tertarik dengan Kuro. Mungkin inilah yang dimaksud sebagai karisma.

"?"

Entah mengapa Fila merasa sejak tadi Kuro sedang melirik kesana kemari seperti sedang mencari sesuatu.

Di lantai ini semuanya berisi toko pakaian model terbaru dan karena saat ini musim panas, maka pakaian didominasi oleh baju yang berbahan tipis dan ringan.

"Kuro...?"

" ..ahhh maaf. Aku hanya merasa kalau suasana mall ini sedikit aneh. Sejak tadi aku banyak melihat orang berpakaian tertutup dan memiliki simbol aneh di pakaian mereka."

"Mm?"

Setelah mendengar itu, Fila melihat ke pengunjung mall yang ada di sekitar mereka.

Kuro mengatakan yang sebenarnya, jika diperhatikan dengan baik, ada beberapa orang yang berpakaian sangat rapat hingga menutupi seluruh bagian tubuh mereka, dan di pakaian mereka ada sebuah simbol lingkaran kecil bergambar gagak merah.

Dengan merasakan mana, Fila mengetahui mereka bukanlah seorang penyihir.

"Mungkin mereka hanyalah kelompok organisasi tertentu yang sedang berkumpul di mall ini. Kau tahu kan kelompok semacam itu cukup banyak. Karena mereka bukan penyihir, jadi aku ragu kalau mereka akan berbuat aneh."

"....Kuharap juga begitu."

"Haha, kurasa kau hanya terlalu berhati hati. Lagipula di mall ini ada 10 Knight yang berjaga di masing masing lantai, jadi kau tak usah kuatir!"

Knight adalah penyihir yang menjaga ketentraman dan keamanan di kota Areshia dan seluruh kota lain di kekaisaran. Knight berpakaian armor ringan yang membuat mereka mudah dibedakan dengan orang biasa.

Selama di mall ini, Kuro pernah melihat 16 Knight yang sedang berpatroli untuk menjaga keamanan.

Membawa senjata dan menggunakan sihir memang tak dilarang di kota ini, tapi jika menggunakan sihir tanpa alasan yang jelas atau menggunakan sihir untuk kejahatan, seorang penyihir dapat langsung dihukum mati di tempat, karena itulah anggota Knight adalah penyihir berperingkat A-B keatas.

"Baiklah, kurasa aku terlalu berlebihan memikirkannya, tapi tak ada salahnya untuk berhati hati kan?"

"Ya, kau ada benarnya, ahhh kita sudah sampai di toko yang akan kita masuki."

"..........."

Mereka berdua berhenti di sebuah toko yang menjual gaun untuk pesta. Meskipun Kuro tak terlalu mengerti kenapa Fila memasuki toko semacam ini, namun Kuro tahu kalau pakaian di toko ini semuanya mahal.

"Kuro, apakah ada yang kau suka?"

"Tidak, sayang sekali aku sama sekali tak tertarik dengan pakaian semacam ini."

"Ummm, apakah karena kau berasal dari desa?"

"Kurang lebih begitu."

"Begitu rupanya, tapi kau harus tetap membeli satu pakaian pesta!"

Mendengar itu, Kuro tak mengerti maksud perkataan Fila.

".......?"

"Dengar, sekarang kau adalah murid Kuryuu Academy, dengan kata lain kau pasti akan menghadiri banyak pesta. Apa kau tak tahu itu?"

Tidak. Dia tidak tahu dan tidak peduli. Dia sama sekali tak tertarik dengan semacam pesta, tapi jika diingat ingat, dia memang diberi uang untuk membeli pakaian.

"Huh, jadi pakaian yang dimaksud nenek jalang itu adalah pakaian pesta, ... sampai kapan dia mau memaksaku melakukan sesuatu yang kubenci.."

"Nenek jalang?"

"Ya. Kepala sekolah, kau tahu, dialah yang memaksaku bersekolah di sana dan memberi uang untuk membeli pakaian, tapi aku baru tahu kalau yang dimaksud nenek jalang itu adalah pakaian pesta."

"Haha, kau memanggil salah satu dari 5 Paladin di negeri ini dengan sebutan nenek jalang? Yah itu ada benarnya mengingat dia sudah berusia 60 tahun tapi berpenampilan 17 tahun, tapi aku yakin hanya kau saja yang berani memanggilnya nenek jalang."

Keduanya tertawa kecil.

"Oh iya, aku tahu aku perlu pakaian pesta, tapi kenapa kau juga harus membeli pakaian pesta? Apakah itu ada hubungannya dengan ayahmu yang seorang mantan jendral?"

Di kekaisaran ini, seorang yang berpangkat tinggi di militer juga merupakan seorang bangsawan. Jadi meskipun sudah pensiun, Kuro yakin kalau Fila sebenarnya seorang bangsawan.

Dan jika ayah Fila seorang jendral, maka ayah Fila adalah seorang penyihir berperingkat tinggi SSS atau Master, tapi Kuro belum tahu kenapa mantan jendral bekerja sebagai tukang besi.

Selain itu, jika dugaannya benar, Fila juga penyihir beperingkat tinggi, namun tampaknya Fila tak ingin dia mengetahui hal itu.

"Ya, kurang lebih begitu. Kau tahu kan beberapa hari lagi putri Riana Levt Vermilisst akan datang ke kota ini, kami diundang ke pesta penyambutan kedatangannya."

"Begitu rupanya."

"Jadi apakah ada pakaian yang Kuro sukai? Toko ini merupakan toko terbaik dan merupakan toko langgananku, jadi aku yakin kita akan mendapatkan pakaian pesta yang bagus, dan jika masalah uang, aku akan bicara agar kau mendapatkan diskon."

Kuro hanya tertawa pahit. Dia tak tahu harus senang atau sedih.

Fakta bahwa Fila adalah seorang bangsawan cukup mengejutkannya, tapi yang membuatnya terkejut adalah fakta bahwa kalau Fila menganggap dia tak memiliki uang.

Sial.

"Hahaha, aku tak ada masalah dengan uang. Lagipula aku punya banyak uang dari pekerjaan sampinganku, tapi seperti yang kubilang tadi, aku sama sekali tak tertarik dengan semacam pakaian pesta."

"Maksudmu koleksi pakaian disini tidak ada yang cocok? Jangan kawatir, di toko ini kita bisa memesan kok, ....permisi, kami ingin memesan pakaian, bisakah kau panggilkan tuan Sellena?"

Fila berteriak dan menyuruh seorang penjaga toko untuk memanggil pemilik toko.

"Hoi, sudah kubilang aku ti-"

"Jangan kuatir, anggap saja ini hadiah dariku."

Fila tersenyum. Dia terlihat sangat manis, tapi ketika pendapatnya tak didengar, Kuro merasa sedikit jengkel, tapi tak apalah, tapi entah mengapa dia mendapat firasat buruk ketika mengingat nama pemilik toko.

Tuan Sellena.

Jangan bilang kalau dia......


Part 2

"Kuro, kau tak apa apa?"

Di samping Fila, Kuro memasang wajah suram. Hal itu terus terjadi sejak mereka keluar dari toko pakaian pesta. Di tangan kiri Fila, sebuah tas kecil berisi pakaian pesta yang sudah dia pesan sebelumnya.

Saat ini mereka berdua berada di lantai 4.

"Aku tidak apa apa, tapi jika banci itu memegang tubuhku lagi, aku akan langsung memenggalnya di tempat!"

Dia sangat marah. Marah ketika mengingat laki laki banci kekar yang menjadi pemilik toko pakaian pesta tadi. Jika dia tak menahan diri, dia sudah membunuh banci itu.

"Hahaha, kau selalu saja bercanda, tapi mau bagaimana lagi, dia tak mungkin bisa mengukur pakaian yang pas jika tak menyentuhmu kan?"

"Ya, aku tahu itu, tapi bukankah aku bisa diukur oleh kakak yang cantik itu, haa.. entah mengapa hari ini aku begitu sial"

"Kurasa kau tak sesial itu kok."

"Hmm?"

"Coba lihat ke sekelilingmu!"

Kuro hanya bisa terkejut saat melihat toko yang akan mereka masuki.

".... kau tak benar benar ingin belanja di salah satu toko ini kan?"

"Tenang saja, kau pasti sedang dikira sebagai pacar yang menemani kekasihnya saat belanja pakaian dalam atau pakaian renang, sudah kubilang kau tak terlalu sialkan?!"

"Kalau begitu aku akan memilih kembali ke lantai 3."

"Tidak boleh, aku butuh pendapat seorang lelaki mengenai pakaian renangku!"

".. lepaskan tanganmu!!"

Kuro tak bisa kabur dari Fila yang menarik lengannya dengan sekuat tenaga, meskipun dia mencoba memberontak, dia tak bisa kabur jika menggunakan kekuatan penuhnya.

Dan itulah alasan kenapa saat ini dia berada di toko pakaian renang.

"......sial"

Kuro berdiri sambil terpaksa menunduk dan mencoba tak melihat ke sekelilingnya yang penuh dengan pakaian renang dengan berbagai model dan warna. Dan tentu saja tambahan berupa para wanita yang menatapnya dengan tatapan jijik sambil berbisik.

"Dia sungguh tampan, tapi apa yang dilakukannya disini?"

"Mungkin saja dia sedang menemani pacarnya."

"Mungkin saja dia hanya orang mesum."

Mendengar itu, hati Kuro hancur berkeping keping.

Meskipun saat ini bisa dibilang berada di tempat impian para lelaki, namun dia sedang merasa di neraka yang sangat panas. Apalagi Knight perempuan yang menjaga toko ini sejak dari tadi menatapnya dengan tajam. Lengkap sudah kesialanya.

Satu hal yang Kuro syukuri, tak ada murid Kuryuu Academy yang belanja di toko ini.

"Kuro, bagaimana dengan ini? Apakah cocok denganku?"

Fila muncul dari ruang ganti memakai pakaian renang berwarna putih polos yang serasi dengan rambut hijaunya.

"Entahlah. Tapi itu terlihat cocok denganmu."

Kuro tak terlalu mengerti tentang pakaian renang, jadi dia hanya berkomentar seadanya, dan itulah yang membuat Fila cemberut dan kembali memilih pakaian renang yang lain.

"Kalau begitu bagaimana dengan yang ini?"

Sekarang Fila memakai bikini berwarna merah yang berhias pita merah dan penuh dengan renda. Itu juga terlihat sangat cocok dengan Fila. Kuro baru sadar kalau Fila mempunyai dada yang besar.

"Kurasa bagus, tapi-..."

"Ahhh... apakah ini terlalu kekanak kanakan? Tunggu sebentar, aku akan memilih yang lebih terlihat dewasa."

Dia diabaikan lagi.

Kuro sebenarnya berniat mengatakan kalau bikini yang dia pakai tak terlalu cocok.

Ah.... sudahlah..

Tak berapa lama kemudian Fila keluar lagi dengan memakai bikini yang tak disangka Kuro.

"Kuro, kalau yang ini lebih dewasa kan, tapi entah mengapa kainnya terlalu sedikit"

Wajah Fila memerah saat menunjukkan bikini yang hampir tak berkain dan hanya bertali saja.

Dengan cepat Kuro menutup matanya dan menatap ke arah lain, tapi itu sudah terlambat karena tubuh hampir telanjang Fila sudah tertanam di otaknya.

"Whaaa.. kenapa kau memilih bikini seperti itu? Cepat ganti!"

"Heeh.., kupikir Kuro akan menyukainya."

"Kenapa kau bisa berpikir seperti itu? Sudahlah cepat ganti!!'

"ciiih..."

Fila menutup tirai dan berganti dengan pakaian renang baru, dan ini adalah pakaian renang terakhir yang dia pilih.

(Aku bagaikan gadis murahan, tapi kenapa aku tak merasa malu saat Kuro melihatku?)

Jantungnya berdebar keras dan wajahnya panas. Dan yang lebih mengejutkan, dia ingin membuat Kuro lebih memperhatikan dirinya lagi.

Fila tak mengerti. Ini adalah pertama kalinya merasakan perasaan seperti ini.

Meskipun banyak pertanyaan dalam hatinya, dia mencoba tak terlalu memikirkannya dan memakai bikini warna biru laut.

".........."

Fila perlahan lahan membuka tirai dan memperlihatkan tubuhnya yang sedang memakai bikini berwarna biru laut dengan gambar hati berwarna merah darah.

"Kuro, ba-bagaimana menurutmu?"

"......."

Tak ada jawaban. Kuro hanya terdiam dan memandang dirinya.

(Sudah kuduga, bikini ini tidak cocok untukku)

Fila merasa sedih dan cemberut. Dia ingin segera kembali dan mengurungkan niatnya.

"Fila, kau terlihat sangat cantik"

"Eh?"

Apakah dia salah dengar?

"Kau terlihat sangat cantik bagaikan seorang malaikat yang memakai bikini."

"Benarkah itu?"

Kuro mengangguk.

"Ya. Kau adalah gadis tercantik!!" 

Jantung Fila berdebar kencang tak terkendali.

Fila tak mengerti kenapa hanya mendengar pujian Kuro jantungnya berdebar debar seperti ini. Tetapi satu hal yang pasti, dia merasa sangat senang.

"Baiklah, aku akan membeli yang ini saja."

Setelah itu Fila menutup tirai dan berganti pakaian lagi. Sementara itu Kuro hanya berdiri dengan wajah sedih.

Entah mengapa saat melihat Fila, dia mengingat seseorang yang berharga dalam hidupnya yang sudah tiada. Dan sekarang dia mengingatnya lagi

"Kyaaaaaaa!!"

Tiba tiba Fila berteriak. Kuro dengan sigap langsung berlari menuju ruang ganti dan mengecek Fila. Bahkan dia sudah bersiap siap menarik pedang dari sarungnya.

"Huh?"

Sayangnya yang dia temukan hanyalah Fila yang tak memakai bra dan setengah telanjang. Dada Fila yang besar berayun ketika Fila menoleh ke arah Kuro yang melihatnya. Tentu lupa dengan penghias kemerahan yang menambah daya pikat seorang wanita. Semua itu terekam baik oleh kepala Kuro.

"Ahahaha.. maaf!!"

Secara reflek Kuro meminta maaf dan menutup tirai lagi dan berbalik.

"Kuro......"

"Fila aku minta maaf, hanya saja aku mengira kau berteriak karena dalam bahaya... aha haha."

"Aku tahu itu..."

Dan mereka berduapun saling terdiam satu sama lain.

"Kuro..."

"ya"

"Kau jangan mengintip ya!"

"Un!"

Kuro hanya mengangguk, tapi itu sudah terlambat. Dia sudah melihat tubuh telanjang Fila, walau hanya bagian atas.

Lalu, kenapa Fila berteriak?

Dan inilah yang menyebabkan Fila dan Kuro pergi ke toko selanjutnya, yaitu toko pakaian dalam perempuan.

"Aku tak terkejut jika besok akan mendapat julukan pria mesum di sekolah haaa.."

Kuro hanya mendesah dalam ketika melihat seluruh toko yang penuh dengan pakaian dalam.

Dan sekali lagi dia ditatap dengan pandangan menjijikan oleh para wanita yang mengunjungi toko dan Knight yang menjaga toko pakaian dalam. Dalam hati dia bertekad untuk menguatkan hatinya agar bisa bertahan di sur-neraka impian para lelaki.

Toko ini masih di lantai 4 yang terletak tak jauh dari toko pakaian renang. Lalu kenapa dia ada disini?

"Maaf Kuro, aku tak menyangka tali pakaian dalamku akan putus, yaa.. sebenarnya aku menyadari kalau dadaku semakin besar, tapi aku tak terlalu peduli."

Fila sedang memilih bra yang sedang dipajang di toko, entah mengapa Fila tak merasa malu mengatakan hal tentang dada kepada laki laki.

Yang cukup membuat terkejut, Fila memilih ukuran bra yang cukup besar, yaitu E cup. Tapi sekarang lebih besar lagi.

"Haha ha, tapi kau tak harus mengajakku kan?"

"Anggap saja ini sebagai bonus karena melihat dadaku."

"Bonus kah, apa kau pikir aku laki laki yang suka semacam itu?"

"Sengaja atau tidak kau tak perlu malu. Aku juga tak keberatan kok."

"Woy..."

"Hahaa, aku tak keberatan asal kau sudah menjadi suamiku."

"Apa maksudmu?"

Saat itulah Fila baru menyadari kalau dia mengatakan hal yang tak seharusnya. Dia tanpa sadar menyatakan cintanya kepada Kuro.

Wajah Fila langsung memerah dan menutup wajahnya dengan bra yang dipegang.

Dia malu. Sangat malu, tapi entah mengapa dia merasa senang.

"Bu-bukankah wajar kalau sepasang suami istri melihat tubuh satu sama lain. Kenapa aku harus menjelaskan ini padamu, ...Kuro bodoh!!"

"Ohh... aku mengerti."

"...........bodoh!!"

Fila menatap ke arah lain dan mengambil bra berwarna pink.

Dengan wajah yang memerah, Fila pergi le ruang ganti untuk mencoba bra yang ingin dia beli. Wajah kesalnya masih terlihat saat tirai tertutup. Sayangnya, Kuro tak tahu kenapa Fila kesal.

"Kalian benar benar pasangan yang serasi."

Seorang penjaga toko tersenyum dan memuji hubungan Kuro dan Fila. Penjaga itu pasti mengira kalau dia dan Fila sepasang kekasih.

Itu bukanlah masalah, lagipula jika orang tahu kalau dia hanyalah sebatas teman, Kuro bisa saja diusir dari toko itu.

Itu bisa menjadi masalah dan tentu merepotkan.

Tiba tiba salah satu tirai ruang ganti di samping yang dipakai Fila terbuka. Seorang gadis muncul hanya sedang memakai celana dan pakaian dalam.

Seorang gadis yang dikenal sebagai Golden Scarlet Princess. Dia adalah penyihir berperingkat S di Kuryuu Academy dan merupakan pasangan Kuro.

Laila Alein Fortisillein. Itulah nama gadis itu.

"Permisi, apakah ada ukuran yang lebih ke-"

Laila mematung saat melihat Kuro yang sedang berdiri dengan membawa tas belanjaan dan pedang di tangan kirinya.

"Yo, aku tak menyangka dadamu lumayan besar dan G String kah, itu sangat cocok untukmu."

Kuro langsung saja mengatakan apa yang ada dipikirannya.

"A-apa yang kau lakukan disini, Bodoh!!"

"Ahhh soal itu... "

Dia mencoba menjelaskan, namun dia tak tahu harus mulai menjelaskan dari mana.

Di saat itulah Fila selesai memakai bra dan keluar dari ruang ganti, yang cukup mengejutkan, dia sama seperti Laila, dia hanya memakai celana dan pakaian dalam.

"Kuro, apakah ini cocok?"

Sial. Bagaimana cara menjelaskan situasi saat ini? Tidak. Dia tak perlu melakukannya.

"Ahaaha.. itu sangat cocok denganmu Fila, tapi pertama tama bisakah kalian bepakaian dulu?"

Tanpa sadar, hidung Kuro mengeluarkan darah bagai sungai. Dia sedang mimisan karena melihat dua gadis cantik sedang tak berpakaian di depannya.

".......?"

Laila yang tak mengerti maksud perkataan Kuro langsung melihat ke bawah dan sadar kalau dia sedang tak memakai pakaian.

"Kyaaaaaaaa!!!"

Laila berteriak dan langsung menutupi tubuhnya dengan kedua tangannya dan masuk ke ruang ganti.

Sementara itu Fila hanya terenyum ketika melihat Kuro yang mimisan.

Dia berhasil. Tapi, siapa gadis itu?

Tampaknya Kuro mengenalnya dan mereka terlihat akrab atau itu hanya perasaanya saja?


Part 3

Fila Ariant.

Laila Alein Fortisillein.

Pandai besi dan penyihir ranking S.

Kedua gadis cantik ini saling menatap ke arah lain dengan wajah kesal di sebuah ruang istirahat di lantai 4 Sirei mall.

Di bawah kaki Laila terdapat 10 tas yang berisi barang belanjaanya, sementara itu di bawah kaki Fila terdapat 3 tas.

Ini bukanlah persaingan tentang siapa yang belanja lebih banyak, tapi mereka berdua terpaksa duduk di meja yang sama karena seorang pria.

Kuro Kagami.

Seseorang yang menjadi biang keladi saat ini sedang berada di toilet untuk membersihkan darah yang mengalir deras dari kedua lubang hidungnya.

Itu wajar mengingat dia telah melihat dua orang gadis cantik sedang setengah telanjang, tapi itulah yang menjadi masalah.

Sruuuuttttt..

Fila minum jus yang dia pesan. Cuaca yang panas membuatnya merasa  haus. Meskipun ada pendingin ruangan entah mengapa udara di sekitarnya terasa panas.

"Hei... bisakah kau dinginkan kepalamu penyihir api, kau tak tahu kalau sihirmu membuatku berkeringat?"

"Ah?!"

Laila mengerti maksud perkataan Fila. Memang tanpa sadar dia telah memanaskan udara di sekitarnya. Dia merasa menyesal, tapi itu wajar mengingat dia sedang marah.

Sebagai penyihir api, panas merupakan temannya, karena itulah dia tak merasa panas dan berkeringat, tapi bagi orang lain, panas merupakan sesuatu yang mengganggu.

".......Maaf, aku tak sengaja."

Mendengar itu, Fila tersenyum.

"Tidak apa apa. Lagipula wajar marah ketika Kuro melihatmu setengah telanjang, tapi aku sama sekali tak keberatan jika Kuro yang mengintipku ku ku ku."

Wanita jalang dan tak tahu malu. Itulah yang dipikirkan Laila saat melihat gadis cantik yang baru saja dia temui itu, tapi ada satu hal lagi yang membuat Laila kesal, yaitu ukuran dada F cup Fila.

Jika dibandingkan dengan dirinya yang B cup, dia sama sekali tak memiliki kesempatan, tapi kenapa gadis didepannya itu tiba tiba tersenyum?

"Hahaha... maaf aku hanya bercanda. . Namaku Fila Ariant. Ini pertemuan yang aneh, tapi salam kenal."

Fila mengulurkan tangannya, tapi Laila ragu untuk menjabat tangan. Tetapi dia melakukannya karena sadar Fila tak memiliki niat buruk.

(Bercanda? Bukankah tadi memang dia tak malu saat Kuro melihat tubuhnya?.)

"....Laila Alein Fortisillein, salam kenal, Fila."

Laila tersenyum pahit saat berkenalan dengan Fila, tapi entah mengapa nama Ariant terdengar akrab di telinganya.

"Jadi kau adalah putri Paladin yang dijuluki paladin terkuat itu ya? Heh.. aku tak menyangka akan bertemu dengan seorang putri dari orang yang terkenal."

Ayah Laila merupakan salah satu dari lima paladin.

Leon Alein Fortisillein, itulah nama ayahnya. Dia dikenal sebagai penyihir api terkuat selama 400 tahun ini dan belum pernah ada yang mengalahkan dirinya.

Sebagai seorang putri Paladin terkuat, peringkat Laila sebagai penyihir beranking S sangatlah wajar, tapi-

Peringkat S tidaklah cukup bagi Laila.

Saat ini usianya 15 lebih, tapi dia masih berperingkat S.

Dia sangat berbeda dengan kakaknya yang berperingkat Master di saat usia yang sama.

Ini sungguh memalukan, tapi tak ada yang tahu rasa malu ini selain dirinya sendiri. Hal itu karena tak ada seseorang yang bisa dia ajak berbagi dan mengerti tentang dirinya.

Tapi, semua itu tak ada hubungannya dengan pertemuannya dengan gadis yang berambut hijau ini, dan akhirnya dia ingat kenapa Ariant begitu akrab di telinganya.

"Haha, aku juga tak menyangka akan bertemu dengan putri mantan jendral Irho Ariant. Sungguh kebetulan sekali, iya kan?"

"Ya. Aku setuju sekali.."

Dan akhirnya mereka saling menatap satu sama lain dengan tatapan tajam, tapi itu bukanlah tanda mereka saling bermusuhan.

"Hahaha.."

"Hahaha.."

Mereka berdua tertawa bersamaan. Mereka tersenyum dan hawa tegang langsung menghilang dalam sekejap.

"Um... ngomong ngomong apa hubunganku dengan Kuro, Laila?"

Laila terkejut dan langsung memasang ekspresi rumit, tapi di saat yang sama wajahnya memerah. Apa dia ingat kejadian tadi?

"Hmmm... yah.. sebenarnya hubungan kami hanya sebatas partner di sekolah. Tapi-"

"...?"

"....Fila, apa kau percaya mimpi yang menjadi kenyataan?"

"Eh? Apa maksudmu?"

Sekarang justru Fila yang memasang wajah rumit. Dia bingung dengan penjelasan Laila yang aneh.

"Ah.. tidak tidak.. ummhh.. gimana ya.. oh iya. Begini.. sejak kecil, aku selalu bermimpi melihat dan bertemu dengan seorang lelaki, tidak lebih tepatnya aku dan lelaki itu adalah sepasang kekasih."

"......"

".... dan lelaki di mimpiku itu sangat mirip dengan Kuro, hanya saja mereka memiliki warna mata dan rambut yang berbeda. Fila, bagaimana menurutmu?"

Jujur, Fila sama sekali tak mengerti, tapi dia tahu kalau lelaki yang ada di mimpi Laila mirip dengan Kuro.

"Hmmm... kurasa itu hanya kebetulan, tapi apa tak apa apa menceritakan hal ini kepadaku? Aku adalah gadis yang baru kau kenal loh.."

Itu memang benar. Laila juga paham kalau mimpi ini seharusnya tak ceritakan kepada orang lain, tapi-

"Maaf. Seharusnya aku tak menceritakan hal ini kepadamu. Aku hanya sedang merasa bingung dan... dan entah mengapa aku ingin bercerita kepadamu tentang mimpiku.."

Laila langsung terlihat sedih. Dia hanya terdiam dan menunduk.

Terus terang Fila tak terlalu mengerti, tapi dia tak suka jika ada orang bersedih di depannya.

"Haaa.. aku sungguh membenci ini."

"Eh?"

"Maaf. Aku sebenarnya tak merasa keberatan. Kau bisa bercerita sebanyak apapun, tapi jangan berharap aku bisa memberimu solusi. Tapi jika ceritamu itu benar, bukankah itu yang dinamakan takdir?"

Laila langsung mengangkat kepalanya dan cahaya kembali ke matanya.

"Takdir?"

"Ya. Kau tahu semacam nasib yang sudah di tentukan sejak lahir, tapi ini baru pertama kalinya aku mendengar dan melihat semacam ini."

".......Aneh kan?.. tapi-"

Ada banyak yang aneh dengan mimpinya itu.

"Sudahlah, anggap saja Kuro hanya orang yang mirip di mimpimu. Dengan begitu, kau tak perlu cemas lagi kan?"

"Ya kau benar, tapi-"

Meskipun banyak hal yang dia pikirkan, namun dia sadar Fila benar. Jadi saat ini dia memutuskan untuk melupakannya.

Laila tersenyum.

"Oh iya, aku minta maaf, karena aku kencanmu dengan Kuro menjadi terganggu!?"

"Eh? Kencan? Kami tidak sedang berkencan kok."

Mendengar itu, Laila langsung bingung.

"Bukankah kalian berpacaran dan sedang berkencan?"

"Jangan bercanda. Aku dan Kuro baru berkenalan 2 jam yang lalu, mana mungkin kami berpacaran."

"......."

Entah mengapa perasaan Laila tiba langsung merasa lega dan lebih baik.

"Hmmm, mungkinkah kau bercerita tentang mimpimu karena mengira aku dan Kuro sepasang kekasih?"

"Eh?"

Wajah Laila langsung memerah dan menunduk malu.

Melihat tingkah Laila yang seperti itu membuat Fila tersenyum.

"Begitu rupanya... tenang saja, aku dan Kuro pergi kesini karena harus membeli sesuatu, dan setelah kami membelinya mungkin kami tak akan bertemu lagi, jadi kau tahu kan.. aku mengajaknya berkeliling sebagai kenang kenangan."

"Fila, jangan bilang kalau kau.."

".. entahlah.. aku juga tidak mengerti. Kau tahu meskipun hanya berkenalan dua jam yang lalu, entah mengapa aku merasa senang saat bersama dirinya, tapi..-

"...."

".. mungkin saja ini karena rasa kagumku terhadap Kuro. Aneh sekali. Ini baru pertama kalinya kurasakan."

Bukankah itu yang dinamakan cinta?

Entahlah, namun Laila juga mengerti apa yang dirasakan Fila, tapi-

"Fila, kau merasa kagum dengan penyihir ranking F itu? Kau pasti bercanda."

Harga diri Laila tak ingin mengakui Kuro.

"Tidak. Aku tidak bercanda. Kau tahu Kuro-"

Kabooooooooommmmmm!!!

""??!!!!!""

Mereka berdua terkejut saat mendengar suara ledakan yang cukup besar dari lantai bawah. Dan tak hanya satu ledakan, namun banyak sekali ledakan dan suara tembakan.

Orang orang di sekitar Laila dan Fila mulai panik, tapi seorang Knight tiba tiba tiba datang dan menyuruh semua orang berkumpul.

"Dengar. Saat ini sekelompok penjahat sedang menyerang mall ini. Diharap semuanya segera pergi ke tempat pengungsian. Kami para Knight akan menghadapi mereka."

Semua orang mengangguk. Mereka mulai berjalan rapi menuju ke tempat pengungsian terdekat.

Serangan oleh sekelompok penjahat yang menggunakan sihir sudah sering terjadi, karena itulah penduduk non penyihir hanya bisa mengungsi ke tempat pengungsian.

Tentu saja tempat pengungsian merupakan tempat yang dibuat khusus oleh pemerintah untuk melindungi penduduknya dan di saat seperti inilah seorang Knight dibutuhkan untuk melawan penjahat.

Meskipun Laila dan Fila adalah seorang penyihir, namun mereka tidak diperbolehkan ikut campur masalah seperti ini, tapi mereka di perbolehkan membantu Knight jika keadaan memaksa dan memerlukan izin khusus.

Karena itulah mereka berdua hanya menuruti kata Knight perempuan itu dan pergi menuju tempat pengungsian, tapi-

"?"

Fila tiba tiba pergi saat Knight melihat ke arah lain. Hal itu tentu saja membuat bingung Laila. Dan karena merasa cemas, akhirnya Laila juga ikut menyelinap.

Mereka berdua sekarang sedang bersembunyi di antara tumpukan pakaian. Tentu saja pakaian dalam.

Setelah memastikan semua orang memasuki tempat pengungsian, Knight itu mengeluarkan sihir tipe komunikasi.

Lingkaran sihir kecil di dekat telinganya mengeluarkan suara temannya sesama Knight.

"Knight A7, bagaimana statusnya?"

"(Knight A7 ke Knight C9. Saat ini kami sedang berhadapan dengan 10 orang musuh yang menggunakan senjata api. Kami sedang berusaha menghapi mereka, tapi mereka ke- gaaaaaaaaaahhh)"

Knight itu mendengar suara tembakan dan teriakan. Di saat itulah lingkaran sihir tipe komunikasi itu langsung menghilang.

Knight itu tahu kalau temannya sesama Knight mungkin sudah mati.

Tetapi kenapa temannya bisa mati?

Knight perempuan itu dan 5 temannya memasang wajah bingung, sedih dan marah di saat yang bersamaan.

Mereka tak mengerti kenapa rekan mereka bisa dikalahkan dengan mudah oleh penjahat.

Dan meskipun mereka tak mengerti, namun ini bukanlah saatnya untuk bersedih.

Keenam Knight itu tahu kalau mereka bisa mati setiap saat, tapi mereka adalah penyihir beranking A-SS yang terpilih dan sudah berpengalaman dalam pertempuran. Karena itulah seharusnya mereka tak mudah dikalahkan.

Apakah musuh kali ini begitu kuat?

Mereka tak tahu, karena itulah mereka mengaktifkan sihir mereka untuk menghadapi para penjahat itu.

"Erlika!!"

Sebuah tombak bermata tiga tiba tiba muncul dengan sebuah cahaya keemasan.

"Edoras."

Knight lainya mulai mengaktifkan sihir mereka. Kali ini seekor serigala merah dengan 5 ekor api muncul dari lingkaran sihir.

"Delphia."

"Luxuriana."

"Silph."

"Kurugi."

Keempat knight lainnya mulai mengangkitkan sihir mereka secara bersamaan.

Delphia adalah pistol besar berwarna biru dengan hiasan unik.

Luxuriana adalah ular berkepala empat sepanjang 10 meter.

Silph adalah manusia setengah burung yang memegang 2 pedang. Sementara itu Kurugi adalah pedang sihir yang berwarna hijau.

3 User dan 3 Contractor siap menghadapi musuh yang mendekat.

Sementara itu Laila dan Fila merasa kagum saat melihat pemandangan yang luar biasa itu.

Sebagai penyihir, mereka berdua tahu keenam Knight itu adalah seorang penyihir yang luar biasa meskipun mereka belum bertarung.

Jika menghadapi salah satu Knight itu, mungkin saja mereka berdua tak akan menang.

"Mereka kuat"

"Aku setuju, tapi entah mengapa aku merasakan firasat buruk."

Mendengar perkataan Fila, Laila merasa bingung namun di dalam hatinya, dia juga merasakan hal yang sama, yaitu firasat buruk.

"!?"

Tap tap tap...

Keenam Knight itu mendengar suara yang berasal dari arah tangga.

Meskipun ada lift, namun karena keadaan darurat, maka lift dimatikan sehingga hanya ada satu jalan menuju lantai 4, yaitu lewat tangga.

"Eh?"

Hanya satu orang musuh yang mendekat.

Lelaki kurus dengan pakaian yang sangat tertutup. Ada sebuah simbol lingkaran kecil dengan gambar gagak berwarna merah di lengan kanan bajunya.

Keenam Knight itu merasa bingung. Bukan karena musuh yang berjumlah satu orang, namun karena mereka berenam tak merasakan mana sekecilpun dari laki laki itu, tapi mereka tahu kalau lelaki itu adalah musuh dari pistol yang dia bawa.

"Hee.."

Lelaki itu tersenyum dengan bangga seolah olah sedang meremehkan keenam Knight yang berada di depannya yang sudah mengaktifkan sihir mereka.

"....kalian berenam, bersiaplah untuk mati!"

♔Part 4♔

6 Penyihir melawan 1 orang penjahat yang hanya bersenjata api.

Ini pemandangan yang sungguh lucu.

Bagaimana tidak? Enam penyihir beranking A+ (Knight) melawan 1 penjahat adalah suatu hal yang Laila dan Fila belum pernah lihat selama ini.

Tentu saja karena ini baru pertama kalinya dalam sejarah (mungkin) terjadi, meskipun begitu keenam Knight itu menatap tajam ke arah lelaki kurus itu dengan kewaspadaan tinggi. Kenapa? Bukankah lawan mereka hanya satu orang yang bersenjata api?

Mereka pasti dengan mudah mengalahkan lelaki itu.

Tidak.

Tak ada satupun keenam Knight yang berpikir seperti itu. Mereka tahu pasti ada alasan kenapa orang biasa(bukan penyihir) berani menantang mereka.

Dengan kata lain, musuh mereka pasti sudah mempersiapkan sesuatu taktik atau cara untuk menghadapi Knight.

Teman mereka di lantai bawah yang mati adalah buktinya, tapi cara apa yang digunakan penjahat untuk membunuh teman mereka? Apakah dengan senjata api itu?

Senjata api memang sebuah senjata kuno yang biasa dipakai non penyihir dan sudah menjadi pengetahuan umum kalau senjata api tak mempan dalam menghadapi penyihir.

Jadi bagaimana cara penjahat itu melawan 6 penyihir dengan satu buah senjata api?

Tak ada yang tahu.

Dan hanya ada satu cara untuk mengetahuinya.

"Delphia, output 60%"

Salah satu Knight tipe User mengarahkan senjata pistol sebesar satu meter ke arah penjahat kurus itu.

Mana telihat terkumpul dalam satu titik di ujung pistol itu dan di saat itulah Knight menekan pelatuk.

Sebuah sinar berwarna biru melesat dari ujung pistol tepat mengarah ke penjahat.

Knight yang menggunakan pistol adalah penyihir beranking A yang sudah berpengalaman, karena itulah meskipun dia hanya menyerang dengan menggunakan kekuatan 60%, namun itu sudah cukup untuk menghancurkan sebuah rumah. Lalu apa yang terjadi jika tubuh manusia non penyihir menerima serangan seperti itu?

Tentu saja akan langsung hancur berkeping keping.

Jika di bandingkan dengan penyihir yang memiliki mana dan tubuh yang mampu bertahan dari serangan sihir, manusia non penyihir bukanlah apa apa, tapi-

"?!"

Tak hanya Knight tipe User pistol yang terkejut, namun semua orang terkejut saat melihat mana yang ditembakan itu tiba tiba menghilang sesaat sebelum menyentuh pakaian penjahat itu.

Apa yang sebenarnya terjadi?

Pertanyaan itu muncul di semua Knight dan mereka berdua (Laila dan Fila).

"Ha ha, apakah kalian pikir serangan itu bisa membunuhku? Ayolah, jangan membuatku tertawa!! Apa kalian tahu kalau teman kalian dapat bertarung dengan lebih baik, ..... tapi pada akhirnya mereka semua mati Ha hahaha!"

Mendengar perkataan penjahat itu, keenam Knight itu marah karena penjahat itu telah menghina sahabat dan rekan mereka.

Keenam Knight  tahu kalau ini hanyalah provokasi, namun bukankah teman mereka tetap mati?

Tak ada alasan untuk menahan diri.

Keenam Knight itu memutuskan untuk menghabisi penjahat itu untuk membalaskan kematian rekan mereka.

"Silph, maju"

Knight tipe Contractor menyerang dengan manusia setengah burung yang membawa pedang. Kali ini dia menyerang dengan serangan langsung dari jarak nol.

"Edoras!!"

Serigala berekor api lima tak mau mengalah dan menyerang penjahat itu.

Sementara itu, Knight yang lain tetap waspada sambil mempersiapkan serangan mereka.

Kurugi adalah pedang sihir yang mampu memotong apapun. Knight yang memegangnya adalah penyihir beranking SS. Dia adalah yang terkuat dari keenam orang Knight.

Meskipun serangannya yang paling kuat, namun itu membutuhkan banyak waktu untuk mengisi dan mengontrol mana.

Dia tahu musuhnya kali ini bukanlah musuh yang bisa di kalahkan dengan mudah.

Rekannya sesama Knight juga mengerti situasi yang mereka alami, dan karena itulah mereka harus bertarung untuk mengulur waktu.

Silph menyerang dengan pedangnya, namun pedangnya langsung lenyap seketika saat menyentuh pakain penjahat itu.

Hal itu juga terjadi kepada Edoras yang menyerang dengan cakarnya, namun kakinya langsung menghilang.

Delphia juga menyerang dengan menembak penjahat itu sekali lagi, kali ini dia mengeluarkan 90% kekuatannya, tapi tembakannya langsung menghilang seperti sebelumnya.

Mengetahui hal itu, Luxuriana bermaksud menyerang dengan membelit tubuh penjahat itu, namun Luxuriana langsung menghilang.

Knight yang melihat nasip Luxuriana akhirnya mengerti tentang musuh mereka.

Meskipun tak ada yang berhasil membuat penjahat itu bergerak, namun mereka akhirnya paham kekuatan musuh dan alasan kenapa sihir mereka langsung menghilang saat menyentuh penjahat itu.

Penjahat itu tiba tiba tersenyum saat melihat Knight itu tak menyerangnya lagi.

"Hooo, kalian akhirnya paham kenapa sihir kalian tak mempan terhadapku? Haha kalian ternyata lebih pintar dari teman kalian di bawah!"

Meskipun mereka tahu, namun itu hanyalah tebakan mereka, dan jika mereka ingin membuktikan tebakan mereka, maka mereka hanya harus menyerang penjahat itu dengan kekuatan penuh mereka.

Mereka tahu mungkin mereka akan menghancurkan mall jika melakukan hal itu, namun tak ada pilihan lain.

"Erlika, ... Igwind, Full power!"

Tombak bermata milik salah satu Knight mulai bercahaya. Di saat itulah dua mata pisau di sebelah kanan dan kiri berubah dan menjadi satu buah mata tombak.

Sementara itu,

"Luxuriana, Adeos Full Contstall!!'

Knight itu memunculkan kembali ular berkepala empat, namun kali ini jumlah kepalanya ada lima.

Dan dari kelima mulut ular itu munculah sebuah cahaya ungu yang semakin membesar menjadi satu bola ungu yang besar.

"Edoras, Fire Cannon Blast!"

Api merah kehitaman langsung menyelumuti tubuh serigala berekor api dan mengubahnya menjadi api yang berbentuk serigala.

"Silph, Elementa 1000 Blade."

Sayap manusia setengah burung itu berterbangan ke segala arah dan bertransformasi berubah menjadi ribuan pedang yang tajam.

"Delphia, Output Infinite Prims."

Pistol itu bertranformasi dan berubah menjadi pistol dengan 3 moncong senjata dan masing masing moncong memadatkan mana yang kemudian perlahan lahan menjadi satu .

Dan yang menjadi andalan mereka juga sudah selesai mengisi mana ke pedangnya.

"Kurugi, Immortal Blade Flow!!"

Pedang hijau itu tidak bertranformasi seperti sihir teman temannya, namun pedangnya mengeluarkan cahaya hitam yang menyelimuti pedangnya.

Semua Knight telah bersiap mengeluarkan sihir pamungkas mereka masing masing.

Mereka tahu jika mereka menyerang dengan sihir pamungkas sendiri sendiri, maka pasti akan langsung menghilang, lalu bagaimana jika mereka menggabungkan 6 sihir pamungkas mereka?

"SACRED UNISON MAGIC ART, DESTINY DARKNESS"

Keenam Knight itu berteriak di saat yang sama.

Serangan diawali oleh Erlika yang melesat ke arah penjahat itu, di saat itulah Edoras bergabung dan memperkuat Erlika, lalu Delphia dan Luxuriana menembak bola mana dan membuat serangan mereka bertambah besar dan kuat, tapi tak hanya itu, Sliph menggabungkan sayap pedang dan berputar spiral menjadi sebuah bor sihir.

Gabungan dari kelima sihir pamungkas itu menyerang dan tepat mengenai penjahat itu.

Dan seperti sebelumnya, serangan mereka langsung menghilang di saat hampir menyentuh tubuh penjahat itu. Meskipun begitu, gabungan 5 sihir pamungkas itu terlalu kuat dan membuat baju penjahat itu compang camping dan tubuhnya terdorong mundur.

Penjahat itu tersenyum saat mengetahui dia terdesak, namun serangan seperti ini masih belum cukup.

"Ha ha, ini belum se-!!!"

Namun penjahat itu akhirnya sadar kalau ini baru gabungan 5 sihir pamungkas.

Knight yang memegang Kurugi tersenyum dan akhirnya mulai menyerang dengan pedangnya.

Di saat penjahat itu terdorong mundur akibat menahan serangan, Knight itu menebas 5 gabungan sihir pamungkas dan di saat itulah serangan yang awalnya berwarna merah berubah menjadi hitam kelam dan membuat serangan itu 10 kali lipat lebih kuat dari sebelumnya.

Meskipun penjahat itu mampu menetralkan sihir, namun jika menerima serangan yang terlalu kuat, maka kemampuan itu sama sekali tak berarti.

"Gaaaaaaaaaaaaaaahhhh!!!"

Penjahat itu berteriak dan akhirnya terpanggang hingga mati dan membentur dinding.

Di saat tubuh penjahat itu terjatuh, suara logam dapat terdengar.

Itu adalah suara armor tipis yang dipakai oleh penjahat itu, tapi bukan itu yang membuat penjahat itu mampu menetralkan sihir.

Sebuah batu kecil berwarna merah darah tersusun rapi di armor penjahat itu, dan itu bukanlah batu biasa.

Keenam Knight itu kelelahan karena sudah mengeluarkan sihir pamungkas yang telah menghabiskan hampir seluruh mana yang mereka miliki, karena itulah mereka langsung menonaktifkan sihir mereka untuk berjaga jaga jika musuh datang lagi.

Salah satu Knight mendekati tubuh penjahat itu dan melihat armor yang di pakai dengan penuh seksama.

"Sepertinya dugaan kita benar, penjahat ini menggunakan Anticristal, tapi.."

"Ya. Ini baru pertama kalinya aku melihat Anticristal sebanyak ini..."

Salah satu temannya mendekat dan memberikan komentar.

Anticristal atau Bloodstone adalah benda yang dapat menetralkan segala jenis sihir, namun Anticristal seharusnya sangat sulit didapatkan, hal itulah yang membuat heran Knight itu.

"Serui, lihat ini! Bahkan pistol mereka berpeluru Anticristal. Mungkin inilah yang menyebabkan teman kita terbunuh!!"

Untung saja penjahat itu terlalu percaya diri dengan Anticristal yang terpasang di armornya. Meskipun Anticristal adalah benda yang dapat menetralkan segala macam sihir, namun Anticristal tak mampu menghilangkan sihir penyihir berperingkat Paladin.

Lalu kenapa Anticristal tak mampu menahan serangan Knight yang hanya berperingkat A-SS?

Jawabannya ada pada pedang hijau Kurugi yang dimiliki salah satu Knight.

Kurugi mampu menggandakan kekuatan hingga 10 kali lipat serangan sihir, dengan kata lain, serangan gabungan sihir tadi telah meningkat hingga menyamai level sihir Paladin.

Dan meskipun para Knight memakai armor, namun armor mereka hanyalah logam tipis yang diperkuat dengan sihir masing masing Knight.

Hal ini bertujuan agar Knight lebih mudah bergerak dan tak terlalu terbebani, namun armor tipis itu akan langsung tak berguna jika terkena Anticristal dan meskipun tidak mati, namun Knight tak akan mampu mengunakan sihir karena di tubuh mereka terdapat Anticristal.

"Kapten, apa yang harus kita lakukan?"

"........."

Knight pemegang Kurugi adalah Kapten, karena itulah anak buahnya bertanya apa yang harus mereka lakukan, namun Kapten itu tak langsung menjawab pertanyaan anak buahnya.
Dia sedang berpikir dan menganalisa situasi.

Saat ini mall sedang diserang oleh penjahat. Meskipun tujuan mereka masih belum jelas, namun penjahat itu benar benar merencanakan serangan ini dengan baik menggunakan Anticristal.

Selain itu, mereka masih belum tahu pasti jumlah musuh yang mereka hadapi, jika satu musuh saja sudah membuat mereka kerepotan seperti ini, apa yang akan terjadi jika ada sepuluh musuh?

Mempertimbangkan segala yang ada, mereka harus mengambil keputusan pahit.

"Kita akan mundur. Saat ini hanya inilah yang bisa kita lakukan. Kita akan ke tempat pengungsian dan menunggu bantuan, aku yakin mereka pasti akan segera mengirim bantuan jika mengetahui situasinya seperti ini, lagipula kita harus memberi informasi tentang musuh yang menggunakan Anticristal."

Anak buahnya mengangguk tanda mengerti.

"Dan jangan lupa paksa dua penyihir muda yang bersembunyi di tumpukan pakaian da-?"

Takk... takk. Takk..

Sebelum sempat menyelesaikan kata katanya, dia dikejutkan oleh 3 granat yang mengelinding di bawah kaki mereka.

Booooomm!!

Granat itu meledak dan sebuah batu berwarna merah dan asap berterbangan ke berbagai arah.

"Gaaahh...."

Granat itu adalah granat yang sudah dimodifikasi dengan di tambah Anticristal. Menyadari hal ini, keenam Knight tak mampu menahan Anticristal dengan armor mereka dan akhirnya tubuh mereka tertembus oleh Anticristal.

Meskipun hanya terluka dan tidak mati, keenam Knight itu sekarang tak bisa menggunakan sihir mereka.

"Si.. al"

Kapten Knight itu hanya bisa menahan sakit sambil melihat anak buahnya yang hampir tak bisa bergerak, namun dia tahu kalau semua masih hidup.

Tapi ada yang lebih penting daripada keselamatan dirinya, yaitu dua orang gadis yang sejak tadi bersembunyi.

Meskipun 2 gadis itu menekan mana mereka, namun sebagai seorang penyihir berperingkat SS dan seorang Knight, mendeteksi keberadaan seseorang adalah hal yang mudah.

"Syukurlah mereka baik baik saja!!"

Kapten Knight itu tersenyum saat melihat Laila dan Fila baik baik saja. Meskipun pakaian di sekitar mereka hancur, namun mereka berdua tak terluka sedikitpun.

Sebagai seorang Knight, keselamatan warga adalah prioritas utama mereka, karena itulah mereka sudah siap jika harus mati, tapi-

"Ini sungguh memalukan. Aku tak menyangka penyihir muda harus melihatku seperti ini!"

Kapten Knight itu tertawa, tapi tertawa pahit.

Sebagai seorang penyihir senior, dia berharap bisa menunjukkan kekuatan dan tanggung jawab sebagai seorang Knight kepada juniornya.

"Huhh.... kalian cepat bangkit dan berdiri. Musuh kita sudah datang!! Kita sebagai Knight harus menunjukkan kekuatan kita meskipun tanpa menggunakan sihir!!"

Kelima anak buahnya bangkit dan berdiri. Meskipun wajah mereka tampak sedang menahan rasa sakit akibat tubuh mereka tertembus Anticristal, namun mereka semua tersenyum.

"Kapten, apa hanya itu yang bisa kau katakan, aku sungguh kecewa dengan kata katamu"

"Ya mau bagaimana lagi, kapten kita memang tak pandai berkata kata."

"Sudahlah.. ayo kita tunjukan kenapa kita dipanggil Knight"

Keenam Knight itu tersenyum satu sama lain dan mengambil pisau yang diselipkan di kaki kiri mereka.

Meskipun itu adalah pisau khusus yang terbuat dari Magilium, namun saat ini pisau itu hanyalah pisau biasa, tapi tak ada alasan untuk menyerah.

Tap tap tap tap...

Suara langkah kaki terdengar.

1 Orang, 2 orang .. tidak. Kurang lebih 14 orang.

Mengetahui musuh sudah semakin dekat, keenam Knight itu memegang pisau mereka dengan erat dan mengambil posisi menyerang.

"Bersiaplah, mereka datang!!"

Seperti yang Kapten bilang. Musuh datang beramai ramai dengan senjata api di tangan mereka.

Musuh berjumlah 14 orang. 3 Orang memakai armor Anticristal, 10 orang yang hanya bersenjata api dan satu orang berbadan besar dan kekar memimpin 13 orang itu.

"Semuanya, serang!!"

Keenam Knight itu berlari ke arah musuh dengan membawa pisau di tangan kanan mereka.

Mereka berenam berlari sambil menahan sakit dan terus maju tanpa ragu dan takut terhadap musuh.

Mereka tahu tak memiliki kesempatan menang, namun itu bukanlah alasan untuk tidak bertarung dan bertahan untuk melindungi warga kota Areshia.

"Semuanya, apapun yang terjadi, kita harus membunuh musuh yang memakai Anticristal!"

"Baiiik"

Mereka telah memutuskan untuk menghabisi 3 orang yang memakai Anticristal.

Mereka semua tahu pasti ada alasan kenapa hanya 3 orang saja yang memakai armor Anticristal, karena itulah mereka berniat menghabisi mereka bertiga terlebih dahulu.

Meskipun itu berarti membuat mereka pergi ke neraka.


Part 5♔

Lelaki bertubuh besar dan kekar itu bernama Alan Saegrusa. Dia adalah pemimpin dari kelompok organisasi bernama Red Crow yang menyerang dan menguasai Sirei mall.

Saat ini dia sedang berhadapan dengan 6 Knight yang mengarahkan pisau mereka ke arah dirinya, tapi dia tahu kalau perlawanan Knight itu sia sia saja saat berhadapan dengan pistol berpeluru Anticristal.

Dengan senyuman jahat, dia memerintahkan 13 anak buahnya mengarahkan senjata mereka ke arah Knight yang berlari ke arahnya.

"Bunuh mereka!"

Dua kata terucap dan anak buahnya langsung menekan pelatuk senjata mereka yang menembakkan 30 peluru Anticristal per detik.

Alan tahu keenam Knight itu mengincar 3 anak buahnya yang memakai armor Anticristal, dan karena 3 anak buahnya merupakan bagian penting dari rencananya, maka dia tak boleh kehilangan satupun anak buahnya.

Dia harus mengakui Knight yang mereka lawan cukup cerdas. Karena itulah Alan bermaksud menghabisi keenam Knight secepat mungkin.

"Hyaaa!!"

Mengetahui musuh akan menembak, Kapten Knight langsung melempar pisaunya dan mengenai salah satu penjahat yang memakai armor Anticristal dan membunuhnya sebelum mereka menembak.

Dua target utama tersisa dan seolah tak peduli dengan kematian anak buahnya, Alan hanya menunjukan tatapan tanpa belas kasih.

Kemudian para penjahat mulai menembak. Dua Knight yang terlambat menghindar langsung terkena peluru dan akhirnya terjatuh di lantai Mall.

Keempat Knight yang tersisa masih maju dengan bergerak zig zag untuk menghindari peluru dengan kekuatan yang tersisa, namun sebelum sempat mendekat, 3 Knight yang tersisa tumbang karena peluru telah menembus dada dan tubuh mereka.

Kini yang tersisa hanyalah sang Kapten.

Meskipun tubuhnya terluka, dia terus maju sambil di menghindari peluru dengan kecepatan abnormal.

Inilah kekuatan dari penyihir berperingkat SS. Meskipun tak bisa menggunakan sihir, namun bukan berarti dia lemah. Dia dapat terus berjuang meskipun tubuhnya sudah hampir hancur.

Dengan tangan kiri, sang Kapten mengambil pisau di saku kirinya dan maju untuk membunuh musuhnya.

Dia tahu tak mungkin mengalahkan 13 orang penjahat itu, namun itu tak masalah, selama dia bisa membunuh salah satu yang memakai armor Anticristal.

2 meter tersisa. Dia terus maju meskipun tubuhnya sudah di penuhi oleh peluru dan banyak darah mengalir deras dari tubuhnya.

"Haaaaa!!!"

Dengan kekuatannya yang terakhir, dia akhirnya berhasil mendekati salah satu penjahat yang memakai armor Anticristal dan bermaksud menusuknya dengan pisau.

Penjahat itu berhenti menembak dan terlihat panik saat mata pisau tepat mengarah ke dadanya, tapi-

Dooor!!

Kapten itu berhenti bergerak dan menjatuhkan pisaunya ke lantai. Di saat itulah sebuah lubang terlihat di kening Kapten Knight itu.

Orang yang membunuh sang Kapten tidak lain adalah Alan sang pemimpin Red Crow dengan pistol.

"Aku menghormati tekadmu, tapi aku tak boleh kehilangan anak buah lagi."

Itu adalah sebuah tanda penghormatan terhadap Kapten Knight yang berjuang hingga nafas terakhir.

Sebagai seorang prajurit, Alan tahu harus menghormati orang yang berjuang hingga nafas terakhir demi tugas dan kewajibannya.

"Kumpulkan mayat para Knight ini dan jalankan rencana tahap ketiga!"

12 anak buahnya mengangguk dan berpisah menjadi dua grub. 2 orang yang memakai armor Anticristal tetap bersama Alan dan mengumpulkan mayat keenam Knight. Sepuluh orang yang tersisa pergi ke atas menuju atap mall.

Sementara itu, Fila dan Laila yang melihat kejadian itu hanya terdiam dan meneteskan air mata mereka.

Mereka kagum dan sedih saat keenam Knight itu mati demi menjalankan tugasnya.

Sebagai penyihir yang berperingkat S seperti para Knight, Laila merasa kalau kemampuannya berbeda jauh dengan para Knight itu. Tidak, tak hanya dalam kemampuan, namun juga tekad untuk berkorban. Untuk pertama kalinya dia merasa begitu lemah dan tak bisa berbuat apapun.

"Tsk!!"

Dia mengggit bibirnya karena marah.

Berkat Anticristal yang tersebar di dekat mereka, Laila tak mengeluarkan sihir apinya. Fila bersyukur dengan hal itu.

Akan gawat jika penjahat itu mengetahui kalau mereka berdua sedang bersembunyi dan mengamati pertarungan antara Knight dan Red Crow.

Fila tahu dan mengerti apa yang dirasakan Laila, namun ini bukanlah saatnya bertindak ceroboh.

"Laila.."

"!?"

Fila menepuk pundak Laila. Hal itu membuat Laila kembali ke kesadarannya.

"Laila, ayo kita pergi dari sini. Ini adalah satu satunya kesempatan kita untuk segera pergi dari sini."

"Ba-baiklah, tapi..."

Laila melirik ke mayat Kapten Knight yang terletak di lantai Mall. Entah mengapa dia merasa ingin menjadi seseorang seperti Kapten Knight itu, tapi agar keinginannya dapat terkabul, pertama tama dia harus selamat dari kekacauan ini.

"Sudahlah. .. tak ada gunanya kau bersedih. Knight itu mati dengan terhormat."

"......"

"Karena itulah setidaknya kita harus hidup agar pengorbanannya tidak sia sia."

"...Aku mengerti, tapi kita mau pergi kemana?"

"....umm..."

Fila sedang berpikir dan melihat ke sekeliling dari celah pakaian.

Dia dapat melihat 3 orang penjahat. 2 Orang sedang menata mayat para Knight dan satunya lagi sedang berkomunikasi dengan temannya lewat radio.

Radio juga bisa dibilang alat yang sudah ketinggalan zaman yang sudah jarang dipakai oleh masyarakat umum.

Meskipun radio pernah digunakan dalam masa perang, namun akibat perkembangan teknologi yang menggunakan sihir, tadio digantikan alat sejenis ponsel sihir untuk berkomunikasi.

Selain lebih banyak fungsi, ponsel sihir juga bisa menampilkan gambar lawan bicara, tapi yang terpenting adalah semua orang bisa menggunakan ponsel sihir meskipun bukan seorang penyihir.

Tapi tentu saja penggunaan ponsel sihir selalu diawasi oleh kekaisaran agar tidak digunakan untuk kejahatan.

Setiap ponsel sihir terhubung dalam satu sistem yang dikendalikan pemerintah, hal itu memberikan kebebasan pemerintah untuk mendengarkan pembicaraan dan mematikan ponsel sihir.

Dan meskipun pembicaraan mereka selalu diawasi, namun masyarakat umum tak tetap menggunakannya sebagai alat komunikasi karena alasan praktis dan membayar uang dalam jumlah kecil.

Tapi ada beberapa penyihir atau orang yang menggunakan ponsel di luar sistem yang pemerintah buat. Tentu saja ini sebuah tindakan kriminal , tapi hal ini juga dilakukan oleh beberapa orang di militer(Knight) untuk menjaga rahasia.

Kembali ke topik utama.

Fila mengerti kenapa penjahat itu menggunakan radio daripada ponsel.

Anticristal tak hanya dapat menghilangkan sihir, tapi juga dapat melenyapkan sihir yang terdapat di ponsel yang digunakan sebagai sumber tenaga.

Hal itu membuat Fila bisa menebak kalau jumlah orang yang memakai Anticristal lebih dari empat orang(dua mati di bunuh Knight) dan jika di ingat ingat jumlah orang di mall yang memakai simbol gagak merah, maka jumlahnya 50 orang lebih dikurangi 15 yang ada di lantai 4 (tempat Fila saat ini), jadi masih banyak musuh di lantai 3 ke bawah.

Hal itu membuat Fila tak bisa memutuskan pergi ke lantai bawah.

Meskipun dia tahu Laila seorang penyihir beranking S , dia dan Laila tak akan menang jika berhadapan dengan penjahat yang memakai Anticristal.

Dia tahu betul dari pertarungan antara 6 Knight dan satu orang penjahat yang terjadi beberapa saat yang lalu.

Musuh yang kuat. Itulah musuh mereka saat ini. Dan meskipun bantuan datang, dia tahu mungkin bala bantuan kebanyakan akan bernasib sama seperti Knight yang ada di Sirei mall.

Jadi apa yang harus dia perbuat agar bisa lolos dari situasi semacam ini?

Dia punya cara, tapi ini adalah cara yang saat ini mustahil di lakukan dan belum tentu berhasil.

"Fila?"

Fila hanya terdiam saat mendengar pertanyaan Laila.

Kemana mereka harus pergi untuk bersembunyi?

Lantai 4 Sirei Mall adalah tempat yang khusus menjual pakaian wanita, terutama pakaian renang dan pakaian dalam.

Hal itu membuat tempat untuk bersembunyi menjadi sedikit karena banyak toko yang menjual dengan memamerkan koleksinya agar pembeli tertarik.

(Sial?!)

Fila mulai kehabisan pilihan, di saat itulah dia menemukan cara agar bisa selamat meskipun ketahuan saat mencari tempat bersembunyi.

"Fila, kenapa kau memungut Anticristal? Bukankah itu akan langsung menetralkan sihir kita meskipun hanya bersentuhan langsung?!"

Fila hanya tersenyum saat mendengar pertanyaan itu dari Laila.

Dia punya alasan memungut Anticristal yang berada di sekitar mereka yang berasal dari Granat yang di lempar musuh untuk membuat Knight tak bisa menggunakan sihir mereka.

"Laila, jangan diam saja. Kau juga pungut Anticristal dan taruh di tempat yang tak terlihat dan pastikan menyentuh kulitmu."

"Eh?"

"Cepat lakukan saja! Kita harus menetralkan sihir kita agar musuh tak bisa merasakan mana dari tubuh kita. Meskipun dua orang penjahat itu memakai armor Anticristal dan kita dapat tahu kalau dua orang itu bukanlah penyihir, namun kita tak tahu apakah pemimpin mereka seorang penyihir atau tidak karena dua orang yang memakai armor Anticristal selalu di dekatnya. Dan karena itulah..."

Begitu rupanya. Laia mengerti maksud dari tindakan Fila menyuruh dia memungut Anticristal.

"Meskipun kita ketahuan karena tempat ini tak banyak tempat bersembunyi dan sedikit terbuka, namun kita bisa berpura pura menjadi orang yang terlambat masuk ke tempat pengungsian"

"Ya, tapi kita tak tahu apakah mereka akan langsung membunuh kita saat mereka menemukan kita."

"Kurasa kita tak perlu memikirkan hal itu. Sejauh ini mereka hanya mengincar dan membunuh para Knight yang menjaga mall ini, dengan kata lain mereka tak ingin membunuh orang yang tak ada hubungannya dengan hal ini. Satu hal lagi... meskipun mereka tahu aku penyihir dari seragam sekolahku, namun aku tak terlalu yakin kalau mereka akan mengincarku"

Hal itu berkaitan dengan aturan khusus yang melarang penyihir/murid sekolah sihir untuk bertarung dengan penjahat.

"Hmm... benar juga. Dan aku yakin mereka tahu kalau percuma membunuh kita. "

"... Lalu apa kau sudah menemukan tempat untuk bersembunyi?"

"...Kita bisa bersembunyi di ruang staff yang ada di bagian toko pakaian renang. Aku yakin kita bisa bersembunyi di sana. Meskipun itu bukanlah tempat yang aman, namun aku ragu penjahat itu akan pergi ke sana."

"...baiklah. Aku mengerti.."

Setelah menyusun apa tidakan yang mereka ambil (lebih tepatnya tempat bersembunyi), mereka memasukan Anticristal ke tempat yang tidak terlihat dan langsung menyentuh kulit mereka.

Tempat itu tentu saja di BH mereka.

Setelah itu, dengan hati hati mereka mengendap endap dan merangkak seperti sedang berperang di antara pakaian dalam.

"......."

"Sial...aku lupa tentang ini...."

Lantai 4 terdiri dari bagian utama, yaitu bagian pakaian dalam, bagian pakaian renang dan bagian pakaian sehari hari.

Semua bagian itu dihubungkan oleh lorong besar yang merupakan satu satunya jalan untuk pergi ke bagian toko pakaian renang.

Hal itu membuat kemungkinan mereka ketahuan saat melewati lorong itu semakin besar.

"Kita harus melewatinya!"

"Eh?"

Laila terkejut dengan perkataan Fila barusan.

"Tenang saja, musuh kita saat ini hanya 3 orang. Dengan lantai luas seperti ini, akan memakan banyak waktu untuk berpatroli atau sekedar mencari orang. Dan sejauh yang kita tahu , ketiga penjahat itu hanya diam di tempat itu. Hmm .. mungkin mereka mengawasi bala bantuan yang datang atau mencegah orang untuk datang ke atap Sirei mall"

"kuh... kurasa kita tak ada pilihan lain.

Mereka berdua tersenyum kecut dan melewati lorong dengan cara berlari.

Tap tap tap..

Suara gema sepatu terdengar setiap kali mereka melangkah, hal itu membuat mereka sadar kalau telah melakukan kesalahan fatal.

"Sial..."

Mereka tak ada pilihan lain selain mempercepat lari mereka.

Suara langkah kaki mereka pasti sudah terdengar dan membuat ketiga penjahat itu mengetahui lokasi dan apa yang mereka lakukan saat ini.

"Kyaaah!!'

"Laila!?"

Laila terjatuh akibat kakinya tersandung.

Semua itu berkat sepatu hak tinggi yang dia pakai.

Meskipun mahal, namun kualitasnya sangat buruk, itulah yang sedang dia pikirkan, tapi ini bukanlah saatnya untuk memikirkan hal itu.

"Tenang saja, aku tidak apa apa.. ouch"

Kaki Laila sedikit terkilir. Hal itu membuat dia merasakan sakit di kaki kirinya saat dia mencoba berdiri.

Mengetahui hal itu, Fila langsung membantu Laila dengan memapahnya.

Tapi, mereka tahu kalau tidak punya banyak waktu. Penjahat itu bisa datang setiap saat.

"Bertahanlah, kita hampir sampai"

"Umm.."

Laila mengangguk.

Di saat itulah dia bisa melihat sebuah pintu yang bertuliskan khusus staff di salah satu toko.

Mereka sudah sampai ke tempat tujuan mereka.

Tapi-

"...?!"

Keringat dingin langsung mengalir deras saat keduanya menyadari kalau musuh sudah membidik mereka dengan pistol dari jarak 30 meter dari belakang mereka.

Musuh mereka adalah salah satu dari penjahat yang memakai armor Anticristal.

"Kuh.."

Apa yang harus mereka lakukan agar selamat dari penjahat itu?

Mereka tidak tahu, tapi di saat itulah Fila dan Laila berdoa kepada Tuhan agar ada seorang pahlawan yang menolong mereka dari keputus asaan dan kematian .

Continue Reading

You'll Also Like

170K 10.7K 44
[Pemenang Wattys Award 2016 Kategori Pilihan Staf] Mohon maaf konten cerita dihapus karena sudah diterbitkan dalam versi cetak. Fantastic cover by:...
936K 56.3K 57
Setelah menerima banyak luka dikehidupan sebelum nya, Fairy yang meninggal karena kecelakaan, kembali mengulang waktu menjadi Fairy gadis kecil berus...
122K 22.4K 123
Fully dedicated to @NPC2301 "Sebelum perasaan ini menjadi dingin, setidaknya aku ingin memberitahumu banyak hal." *** Cindyana H Batch 1: 1st Aug 201...
19.5K 2.1K 16
(Underground Bullet Case:03) Berawal dari liburan gratis yang didapatkan Budi dari undian, Ren dan Kirana terjebak dalam permainan yang melibatkan ny...