Sebelum 365 Hari (End)

By thedreamwriter13

34.5K 2.6K 7.8K

"Bagaimana bisa aku terus mengingatnya, jika aku saja, tak bisa mengenali diriku sendiri?" - Thea. ... More

0. PROLOG
1. TRAUMA MILIK THEA
2. GALANG DAN SHELLA
3. PENGAKUAN RASA
4. PATAH HATI GALANG
5. KEBINGUNGAN
6. CUPCAKE DI CAFE MENTARI
7. BERTEMU DENGAN ALI
PEMBERITAHUAN • JADWAL UPDATE!
8. GALANG PUNYA PACAR?
9. CEWEK POPULAR
10. BUKAN PACAR NYA
11. MEMBERIKAN RASA AMAN
12. LO, AKAN TETAP JADI THEA
13. SI MATA INDAH
14. KEVIN?
15. SPOILER PERASAAN
16. PROSOPAGNOSIA
17. MAAF, GUE GAK SENGAJA
18. CINTA ATAU KASIHAN?
19. GALANG KENAPA?
20. DUNIA DAN RASA KECEWA
21. KHAWATIR
22. PUNYA GEBETAN
23. THEA SAYANG BUNDA
24. KENA HUKUMAN
25. NIGHT WITH YOU
26. DIA PEMBUNUH
27. SWEET DAY
28. ROOFTOP SEKOLAH
29. PENGAKUAN SHIRA
30. MENYESAL
31. SETENGAH KEPERCAYAAN
32. GRAVITASI CINTA
33. HARUS RELA
34. SEJUTA LUKA
35. RUMAH BARU
37. KESAYANGAN
38. KALIAN SIAPA?
39. ACQUIRED PROSOPAGNOSIA
40. IZIN DARI ALI
41. DANCING IN THE RAIN
42. YANG BELUM USAI
43. MAAF, THEA
44. KITA TERLALU SINGKAT
45. RAIN WITH MEMORIES
46. BERDAMAI
47. KEPERGIANNYA
48. JIKA DIA KEMBALI, LAGI
49. NYATA YANG SEPERTI MIMPI
50. KITA SELAMANYA

36. LIBRARY DATE

468 42 301
By thedreamwriter13

Hallo, selamat membaca bab 36, Love!

20 vote for this chapter lagi, yuk!

⚠️ Note: Cerita ini hanya fiksi belaka, ambil baiknya, tinggalkan buruknya.

Sabtu, 22 Juli 2023-

Happy Reading, enjoy love 💕

36. LIBRARY DATE

🌻🌻🌻

Thea baru saja selesai merapikan seragam sekolah yang sudah digunakannya. Percaya atau tidak, Amira memang sebaik itu. Semalam, dia sudah membersihkan seragam Thea lebih dulu agar gadis ini bisa menggunakan nya lagi untuk sekolah pagi ini.

Thea memakai tas ransel maroon miliknya. Saat akan berjalan keluar kamar, dia terhenti lagi, mata nya tertarik untuk melihat sesuatu yang ada di meja belajar Galang. Senyum manis terpancar di wajahnya. Kala, Thea melihat sebuah bingkai foto yang terpampang jelas wajahnya.

Tangan Thea meraih bingkai foto tersebut. Yang benar saja? Galang melakukan hal selucu ini? Ada sebuah tulisan di bawah foto itu, 'Namanya, Calithea. Dan aku mencintainya.' Kira-kira itu yang dapat Thea baca.

Thea tak bisa menahan senyumnya lagi, Galang se romantis ini?  

Setelah meletakkan bingkainya kembali, matanya kini melihat pada selembar foto yang sudah usang, tergeletak diantara tumpukan buku. Foto dua anak kecil yang saling tersenyum.

Awalnya, Thea berfikir kalau itu adalah Galang dan Abel, namun sepertinya bukan. Mereka terlihat seumuran. Dan benar, tulisan yang ada dibalik kertas foto itu menjelaskan jika dua anak kecil tersebut adalah Galang dan Shella.

"Mungkin Galang memang mengenal Shella jauh sebelum kita bertemu. Gue gak bisa seegois itu untuk minta mereka saling menjauh. Persahabatan memang seerat itu, apalagi jika terjalin untuk waktu yang lama. Dan mungkin gue tau, kalau Galang pernah meletakkan Shella di hatinya. Namun, gak ada yang gak bisa berubah, Thea. Lo harus bisa percaya kalau sekarang lo adalah orang yang Galang letakkan dihatinya."

"Shella akan tetap menjadi sahabat Galang sampai kapanpun, dan gue, adalah cintanya."

"Iya, cinta gue kan lo."

Thea membulatkan matanya kala mendengar sebuah suara dari arah belakang dia berada saat ini. Saat Thea menoleh, terlihat Galang sedang menatapnya dengan wajah tengil di ambang pintu kamar.

Thea menaruh foto kecil Galang dan Shella yang tadi dia pegang. Wajah gadis ini terlihat gugup. Apa mungkin Galang mendengar semua yang dia katakan dan melihat yang dia lakukan tadi?

"Pagi, Thenyu," sapa Galang lebih dulu.

"Lo dari kapan di sana?" gugup Thea.

"Dari lo kepo-kepo liat foto cewek cantik yang gue bingkai itu."

"Kenapa? Cewek gue cantik ya?" kata Galang dengan nada meledek.

Thea menahan senyumnya. "Nggak, biasa aja."

"Loh, emang iya?" tanya Galang dengan raut heran. Kini, Galang mendekati Thea, mengambil bingkai foto yang ada wajah Thea di sana, sembari memperhatikannya. 

"Ih cantik kok. Cantik banget malah," kata Galang saat memandangi foto itu.

Galang menatap wajah Thea. "Eh tapi kok mirip lo ya, The?"

Galang tiba-tiba menepuk kening nya pelan. "Aduh iya, pantes mirip. Kan cewek gue, lo. Hehehehe," ucap Galang dengan kekehannya yang terdengar konyol.

Thea tertawa dengan perilaku konyol Galang kali ini. Galang memang tak pernah kehabisan ide untuk menghibur Thea. "Galang, apa sih? Udah ah," kata Thea yang kini langsung pergi keluar kamar. Sebenarnya, Thea sudah terlanjur malu karena sikap Galang tadi.

Setelah keluar dari dalam kamar, Thea melihat Amira yang tengah sibuk menyiapkan makanan dari dapur ke meja makan. Tanpa berfikir panjang, Thea memutuskan untuk mendekat dan membantunya. "Biar Thea bantu ya, Bu."

"Boleh, sayang. Ibu minta tolong ambilin piring sama sendok aja. Yang di sini biar Ibu yang rapihin," kata Amira.

"Iya." Thea berjalan kearah dapur untuk mengambil apa yang Amira minta tadi.

Galang yang baru keluar kamar, kini malah terdiam didepan pintu dan memperhatikan interaksi antara Thea dan Ibu nya itu. Tanpa sadar, senyum terukir di bibirnya. Ada perasaan senang yang tak bisa dia jelaskan. 

Ngeliat Thea sama Ibu kayak gini, jadi ngebayangin masa depan deh. Kalau nanti gue sama Thea menikah, pasti pemandangan gue tiap pagi adalah dia, terus pasti sering banget ngeliat Ibu sama Thea kayak gini. Hihihi, jadi ngebayangin kalau Thea jadi istri gue, batin Galang.

Galang terus tersenyum dengan pikiran yang terbang entah kemana itu. Pikirannya terlalu senang saat membayangkan jika semua itu akan terjadi suatu saat nanti. 

"Ibu, apotek nya emang tutup ya? Ini Bang Galang kesian banget, makin parah kayaknya." Suara Abel menyadarkan Galang dari lamunan indah nya tadi. 

"Eh, Abel! Enak aja lo kalo ngomong!" kata Galang kesal.

Abel tertawa pelan. "Lagian senyum-senyum sendiri kayak gitu."

Abel kini berjalan kearah meja makan. Gadis itu duduk lebih dulu di kursi, kursi yang berada disebelah Thea. Dan tak mau kalah, Galang menariknya menjauh.

"Pindah-pindah! Ini tempat Abang," ucap Galang.

"Ihhh, ngeselin." Abel terpaksa mengalah, gadis itu kini mengambil posisi di sebelah Amira. Amira dan Thea hanya tersenyum melihat tingkah konyol kakak beradik ini.

"Kak Thea, kok mau sih sama Bang Galang? Kak Thea kan cantik ya, tinggi, pokoknya Abel aja yang cewek, suka ngeliatnya. Kok mau sih sama Bang Galang yang— kayak gini," kata Abel dengan nada memelan diakhir. 

Galang memelototkan matanya. "ABEL!"

"Lagian apa sih, Kak kelebihan Bang Galang?"

"Ya itu kelebihan gue." Galang langsung menyambarnya begitu saja.

"Dih, sok iye banget, Bang."

🌻🌻🌻

"Anak-anak. Hari ini para guru akan mengadakan rapat, jadi sekarang kalian bisa istirahat lebih dulu, dan mungkin jam istirahat nya akan di perpanjang."

"Jangan lupa gunain waktu kalian dengan baik, ya. Setelah bel nanti kita akan bertemu kembali untuk membahas materi sosiologi di bab selanjutnya. Ibu izin keluar, terimakasih semua," ucap Bu Citra yang kini berjalan ke luar kelas dengan beberapa buku ditangannya.

"Makasih, Bu." Seisi kelas berucap.

Kelas kembali ramai setelah kepergian Bu Citra. Mereka mulai berlari kesana-kemari dan mengobrol sesuka hati.

"Kantin gak sih kita," kata Toya dengan semangat.

"Masih jam segini, anjir. Masa udah ke kantin?" sahut Xavi.

"Ya gue laper, anjir. Masa iya gak ke kantin?"

Galang memutar matanya, melihat ocehan tak jelas kedua sahabatnya ini. Tanpa berbicara, lelaki itu berdiri.

"Mau kemana lo, Lang?" tanya Toya.

Galang hanya tersenyum tengil, lalu memberikan kode dengan dagu yang menunjuk kearah kelas sebelah.

"Ketemu Thenyu?" ledek Toya.

"Iya dong. Mau ketemu siapa lagi," sahut Galang dengan pedenya.

Xavi tiba-tiba ikut berdiri. "Gue ikut. Princess gue juga butuh di tengokin. Gas lang kita samperin bini-bini kita," ucap Xavi bersemangat.

Xavi berjalan mendekati Galang dan merangkul pundaknya.

"Terus gue gimana woi?" kata Toya.

"Oh iya ya, Toya gimana, Xav?"

"Hm." Galang dan Xavi memperagakan gaya seperti sedang berfikir. Sebenarnya mereka sembari meledek ke jomblo-an Toya.

"Ya, di sana kosong tuh. Mending lo mojok, terus meratapi nasib."

"HAHAHAHAHA." Galang dan Xavi tertawa dengan puas melihat ekspresi wajah Toya yang sangat kesal saat ini.

"Et sekate-kate aje lo berdua. Gue sumpahin lo berdua tambah cungkring!" kata Toya gak terima.

"Bodo, wlee!"

Galang dan Xavi memutar arah tubuhnya, kemudian berjalan. Mau tak mau, akhirnya Toya berdiri dan ikut bersama kedua sahabatnya ini.

"Galang!"

Belum jauh dari pintu kelas, sebuah suara memanggil nama Galang. Ketiga lelaki ini terhenti.

"Mau kemana?"

"Ke sebelah, Shell. Kenapa?" ucap Galang.

Tiba-tiba, Shella meraih lengan kanan Galang dan tersenyum tipis. "Temenin gue sebentar yuk!"

"Kemana?"

"Udah ayo!"

"Eh— tapi—"

Shella langsung membawa Galang begitu saja, sebelum Galang menjawab apa-apa. Xavi dan Toya saling menatap dengan heran.

"Lah lah, main gandeng-gandeng?" kata Toya.

"Bukan nya waktu itu nyuruh Galang jauh-jauh ya? Kok dia balik sendiri?" oceh Xavi sedikit kesal.

"Tau, agak sinting tuh si Shella."

🌻🌻🌻


"Kata Bang Ali, semalam lo kabur? Emang iya?" kata Shira penasaran.

"Hah, kabur? Emang iya, The?" Ilona ikut berucap.

Thea mengerutkan keningnya. Kenapa bisa Shira mengetahui perihal ini?

"Lo ketemu Bang Ali dimana?"

"Jadi semalam gue abis dari minimarket, gue gak sengaja ketemu Bang Ali. Dia bilang katanya lagi nyari lo. Terus— dia anterin gue pulang, hehe."

"SHIRA? SERIOUSLY?" Ilona seperti terkejut sendiri mendengar perkataan Shira di akhir.

"Kenapa?"

"Dianterin Bang Ali pulang?"

"Iya beneran."

"Aaaaa mau juga," rengek Ilona. Thea dan Shira menatapnya aneh. Ilona, sepertinya sangat mengidolakan kakak laki-laki Thea yang satu ini.

"Ih, Lona. Gue bilangin Xavi nih," ancam Thea.

"Eh jangan dong. Bercanda, The."

"Jadi gitu cara mainnya ya, Shi? Bikin Theo peka susah, jadi deketin Abang nya juga?" ledek Ilona. Shira mendelikkan matanya, lalu menggeleng dengan cepat.

Gadis itu memegang tangan Thea. "Ih, Thea. Gue gak gitu kok. Beneran, semalam tuh Bang Ali yang nawarin, gue juga gak enak nolaknya."

Thea tertawa melihat kelakuan dua sahabatnya ini. Lagipula, Thea juga tak berfikir aneh-aneh. "Santai, Shi. Gue tau Lona cuma bercanda."

"Lagipula, kalau mau sama Bang Ali gak apa-apa kok. Justru, gue lebih merekomendasikan dia, soalnya Theo nyebelin," ucap Thea.

Kata-kata Thea tadi mengundang gelak tawa dari Shira dan Ilona. Bisa-bisanya Thea berkata seperti ini.

Di sela percakapan mereka, Xavi dan Toya datang. Suasana pun kian ramai.

Toya pun mulai berkata dengan wajah nya yang selalu ceria. "Gosok gigi, pake mukena, selamat pagi, wanita-wanita cantik mempesona."

"Kembali lagi dengan Pangeran Xavi dan—"

"Karung beras di sini." Xavi tiba-tiba melanjutkan ucapan Toya yang belum terselesaikan.

"Sekate-kate, lo. Udah gue puji-puji juga," kata Toya jengkel.

Mereka berdua berdiri di sebelah kiri kursi yang Ilona dan Shira duduki.

"Kok cuma berdua? Si cungkring kemana?" tanya Ilona.

"Ih, Lona. Cowok gue itu," ucap Thea tak terima.

"Cie, ekhm. Ceweknya Galang marah," ledek Xavi.

"Ih apa sih?" Thea terlihat gugup.

"Itu si Galang, lagi sama Shella. Gak tau, tiba-tiba aja nyamperin, terus bawa dia pergi," oceh Toya dengan nada kesal.

Raut wajah Thea seketika berubah saat mendengar nama Shella di perkataan Toya tadi. Untuk apa Galang bersama Shella? Dan untuk apa Shella menghampirinya lagi?

"Lah? Bukannya mereka marahan? Shella kan udah suruh Galang jauh-jauh dari dia," sambar Ilona setelahnya.

"Mereka kemana?" tanya Thea cepat.

"Gak tau, The. Tadi sih kearah lapangan."

Thea langsung berdiri dari tempat nya. Sepertinya dia akan pergi menemui Galang dan Shella. Mungkin?

Keempat anak ini saling menatap. "Waduh, apakah akan ada perang dunia kawan-kawan?" ucap Xavi.

"Seru tuh kayaknya," canda Toya.

🌻🌻🌻

Thea masih berjalan mencari keberadaan Galang saat ini. Kemana kira-kira Shella dan Galang pergi?

Mungkin Thea tau, Thea paham kalau mereka bersahabat. Tapi tetap, Galang adalah kekasihnya. Mana mungkin Thea bisa biasa saja, apalagi Galang pernah memiliki perasaan dengan Shella. Dan Thea berfikir ada yang aneh, kenapa Shella tiba-tiba kembali pada Galang? Bukan kan benar waktu itu Shella yang meminta Galang menjauhinya?

Langkah kaki Thea berhenti di sebelah sebuah dinding, di arah kiri, ada Galang dan Shella. Gadis cantik berkacamata ini memperhatikan mereka dari jauh.

Ada yang cukup mengusik pandangan Thea. Saat melihat Shella memegang lengan tangan Galang.

Gadis ini menggigit bibir bawahnya. Raut wajahnya berubah.

Thea sudah bersemangat untuk pulang bersama Galang hari ini. Namun, wajah bahagia gadis ini tiba-tiba terhenti saat melihat kekasihnya di peluk oleh seorang gadis  yang dia masih ingat wajahnya.

"Galang," lirih Thea.

Thea hanya diam, kenapa hatinya terasa resah? Kenapa rasanya seburuk ini? Thea tak suka ada gadis lain yang memeluk Galang seperti itu.

"Gue males debat. Kalau gue kesana, mungkin ceritanya akan beda. Gue gak marah, tapi gue takut bakal emosi aja dan bikin hubungan gue dan Galang kenapa-kenapa. Kayaknya lebih baik gue menghindar dulu," kata Thea yang kini langsung memutar arah tubuhnya.

"Abis peluk-peluk Galang, sekarang pegang-pegang tangan. Shella kenapa sih?" gumam Thea kesal.

"Gue harus tetap santai." Thea menarik nafasnya dalam.

Di satu sisi, Galang masih meminta Shella untuk melepaskan pegangan itu. "Shell, maaf ya."

"Kenapa sih? Biasanya dulu juga lo yang suka nempel-nempel sama gue," cetus Shella.

Dulu, dulu, dan dulu. Galang bingung harus gimana, keadaan nya beda.

"Ini di sekolah, Shell. Gak enak diliat anak-anak."

"Galang."

Galang dan Shella melihat kearah suara tersebut datang. Tanpa basa-basi Galang langsung melepas paksa tangan Shella yang masih memegangi lengannya.

Thea? Aduh, mati gue. Dia liat gak ya tadi Shella pegang-pegang lengan gue? batin Galang.

Galang tersenyum gugup pada Thea yang kini berada disampingnya. "Eh, Thenyu. Kenapa?"

"Lagi apa?" tanya Thea.

"Ah, nggak ada apa-apa."

"Jadi temenin gue ke perpus, kan?" ucap Thea, tangannya langsung meraih tangan kanan Galang dan menggenggamnya.

Thea melirik sekilas kearah Shella, gadis itu sepertinya terganggu dengan perlakuan Thea ke Galang.

"Gue udah janjian duluan sama Galang, buat ke kantin," kata Shella.

"Loh iya? Gue janjiannya dari semalam soalnya, Shell. Berarti gue duluan kan? Iya kan, Lang?" kata Thea yang mengakhiri pandangannya pada Galang.

Galang merasa aneh dengan tingkah kekasihnya ini. Padahal mereka belum punya janji apapun sebenarnya.

"Tapi gue yang dari tadi sama Galang!"

Thea melepaskan tangan Galang, lalu memasang wajah datar nya. "Oke. Terserah Galang kalau gitu," ucapnya.

Thea sebenarnya merasa kesal dengan kelakuan Shella sekarang. Karena malas ribut, Thea membalikkan tubuhnya, baru saja akan berjalan, namun, Galang tiba-tiba berbicara.

"Thea, sebentar." Galang meraih tangan Thea lalu melihat kearah Shella.

"Maaf, Shell. Lo duluan aja ke kantin. Gue mau nemenin Thea ke perpus dulu," ucap Galang.

Shella mengerutkan keningnya. Baru kali ini, Galang tak memilihnya. Sedangkan Thea? Gadis itu tersenyum puas.

"Gue duluan ya."

Galang membawa Thea pergi dari hadapan Shella. Langkah mereka kini pergi menuju kearah perpustakaan sekolah.

Mereka kini berada di sebuah lorong yang selalu sepi itu. Thea tiba-tiba melepaskan genggaman tangan Galang.

"Kok di lepas?"

Thea menatap Galang dengan wajah bete nya. Galang hanya tersenyum. Thea tampak lebih unyu saat seperti ini.

"Lo cemburu ya?"

"Nggak."

"Serius?"

Thea hanya diam, Galang mendekati wajahnya, lalu tersenyum meledek. "Serius gak, Thenyu?"

"Ish!" Thea mencubit perut bagian kiri Galang pelan.

"Aduh, sakit. Cubit-cubit lagi," eluh Galang.

"Sekarang gue yang tanya, kalau ada cowok yang peluk sama pegang-pegang tangan gue lo gimana?" tanya Thea.

"Kalau ada yang berani? Gue gebukin dia. Mana rela gue." Galang menjawabnya dengan nada kesal.

Thea tersenyum miring. "Lalu? Gue boleh gebuk Shella gak?"

"Kenapa jadi Shella?"

"Dasar gak peka! Gue gak suka Galang gue di peluk-peluk, di pegang-pegang tangannya!" ucap Thea kesal. Gadis itu menekuk wajah dan mengerucutkan bibirnya.

Galang tertawa keras mendengar ucapan Thea. Jika bisa, Galang ingin memakannya, karena ini kelewat menggemaskan.

"Asik, Thenyu cemburu."

"Ih kok gitu?"

"Gue seneng, Thea. Itu artinya lo sayang sama gue."

"Tau ah."

"Lo marah? Jangan marah dong," rayu Galang.

"Nggak, nggak marah."

"Kalo nggak marah, muka nya jangan ditekuk gitu," pinta Galang yang kini memegang dagu Thea dengan jari telunjuknya.

Thea diam sejenak, ada satu pertanyaan di kepalanya.

"Lo beneran sayang sama gue?" tanya Thea.

"Lo tau kan jawabannya?"

"Apa?"

"Gue sayang sama lo. Sayang banget, Thea. Harus apa biar lo percaya?"

Thea hanya selalu ingin mendengar kalimat itu dari Galang, setidaknya untuk membuat dia lebih yakin akan perasaan Galang. Karena banyak yang membuat Thea takut sekarang.

"Kenapa Shella peluk-peluk lo sore itu?"

"Kapan?"

"Sore itu di parkiran."

Galang ingat. "Lo liat?"

"Iya."

"Kenapa gak bilang? Kenapa gak samperin gue? Kenapa malah bilang gak jadi pulang bareng?" tanya Galang.

"Gak apa-apa."

"Shella sama Kevin putus. Wajar kan dia ngerasa sedih? Gue juga gak tau, waktu itu dia tiba-tiba samperin gue dan cerita, sebatas itu kok. Lo tau kan kita sahabatan udah lama. Naluri Shella yang bawa dia untuk ke gue saat itu, Thea. Mungkin karena kebiasaan."

Shella dan Kevin putus? Ketakutan baru untuknya, jelas. Apa ini alasan kenapa Shella kini seakan kembali membutuhkan Galang?

"Tapi semuanya udah beda kan sekarang?" kata Thea.

"Iya gue tau. Gua akan berusaha ngebatesin semuanya agar gak lebih. Gue akan jaga perasaan lo, perasaan gue untuk lo, hubungan kita berdua."

Thea yang tadi menunduk, kini menatap Galang saat tangannya dia raih. "Bukannya kunci dari semuanya itu rasa percaya? Bisa untuk percaya sama gue kan?"

Thea mengangguk. "Maaf."

"Gak perlu. Gue yang minta maaf karena buat lo terganggu."

"Jadi ke perpus? Gue temenin lo baca buku, yuk!"

"Ayo!"

🌻🌻🌻

Galang dan Thea kini sudah ada di perpustakaan sekolah. Mereka duduk di sebuah kursi yang berada di dekat rak yang berdiri di ujung ruangan.

Sejak tadi, Galang hanya memegang sebuah buku, tanpa membacanya, mata Galang, fokus menatap gadis cantik di depannya yang masih asik dengan buku yang dia baca.

Jika bisa dilihat, Galang seperti orang gila yang senyum-senyum sendiri.

Thea lucu banget sih.

Kalau ngeliat dia kayak gini, rasanya pengen berduaan terus.

Thea, Thea, lo selalu buat dunia gue berbunga-bunga setiap kali ada di dekat lo.

Galang terus membatin dengan senyuman yang tak pudar.

Seakan sadar sedang diperhatikan, Thea mengalihkan pandang dari buku itu ke arah Galang. Saat melihat Thea kini menatapnya, Galang pura-pura membaca buku.

Thea tertawa pelan.

"Lagi baca apa, Lang?"

"Ah, ini gak tau sih, gak ngerti juga, tapi seru aja," kata Galang gugup.

"Serius banget ya?"

"Iya nih, The. Jangan ganggu dulu ya, gue lagi mencoba memahami."

Thea rasanya ingin tertawa keras, tapi sadar ini adalah perpustakaan. Tangan Thea kini meraih buku yang Galang pegang di depan wajahnya.

"Sangking serius nya lo sampai gak sadar kalau bukunya kebalik. Pantes aja lo gak ngerti apa isinya, Galang," ucap Thea, sembari membalik buku yang Galang baca.

"Hah, iya, kebalik ya, The," ucap Galang yang seakan baru menyadari. Lelaki ini memasang wajah konyol nya itu.

"Lo ada-ada aja sih."

"Tau nih gue, aja-aja ada."

"Lagian lo sih," ucap Galang.

"Gue? Kenapa?"

"Lo terlalu indah, sampai-sampai gue terlalu serius ngeliatin nya, jadi gak sadar kalo bukunya kebalik," sahut Galang tengil.

"Jadi dari tadi lo ngeliatin gue?"

"Iya dong. Eh iya dong. Maksudnya, ya iya lah. Buku nya gak menarik, lebih menarik ngeliatin lo, ehehe."

Thea tersenyum lebar, dia letakkan telapak tangannya di wajah Galang. "Galang, ih. Apa sih?"

"Thea."

"Kenapa?"

"Maaf kalau bahas ini. Tapi gue masih mau tau, semalam lo kenapa?"

Thea diam sejenak saat mendengar ucapan Galang. Kenapa Galang harus menanyakan hal ini lagi?

Galang meraih tangan Thea, memandangnya teduh. "Gue mau tau lo kenapa? Apa yang terjadi, The?"

"Thea? Kenapa?" Galang bertanya kembali saat raut wajah Thea seketika berubah.

"Sebentar," ucap Galang.

Galang membereskan buku yang tadi mereka baca, lalu meletakkannya kembali di rak. Galang kini membawa Thea pergi dari perpustakaan.

"Mau kemana?"

"Ke tempat lo bisa cerita dengan puas."

Galang membawa Thea ke taman sekolah, yang jauh dari keramaian, serta mungkin, tempat ini cukup damai untuk membiarkan gadisnya bercerita.

"Cerita ya? Gue mau tau kenapa lo kayak semalam," pinta Galang.

Thea seketika menangis. Tersedu, tanpa menatap Galang. Jujur, Galang bingung ini kenapa?

Tanpa berucap, Galang langsung mendekap tubuh kekasihnya.

"Ayah dan Bunda cerai, Lang. Ayah punya anak perempuan lain. Ayah dan Bunda menyembunyikan semuanya dari gue. Ayah pergi dari rumah dan memutuskan untuk memilih keluarga baru nya," ucap Thea dengan suara getar.

Galang terpaku seketika. Ternyata lukanya senyata ini? Luka yang membuat Thea hampir menyakiti dirinya sendiri.

Galang sampai tak tau untuk berkata apa lagi.

To Be Continued ....

🌻🌻🌻

Hallo, gimana bab 36 nya?

I hope you like it, Love!

Sebenarnya sorry kalau bab ini mungkin agak garing 😭🙏 seharusnya sih ini masih ada lanjutannya, tapi aku pikir udah terlalu panjang, jdi aku pindahin ke next bab aja.

Sesuai kata aku, bab nya akan panjang kalau vote nya masuk target, bener kan? Aku gak bohong loh 😚

Ikuti alur nya dulu ya, gak perlu nebak-nebak begini begitu. Inget aja, aku selalu berusaha kasih yang terbaik, kurang-kurang nya, ya aku kan manusia. Skenario terbaik cuma milik Tuhan.

Pokoknya, tetep di sini buat Galathe yaa!! Ikuti kisah indah mereka.

Ya mungkin ada konflik mah biasa, pasti ada, seperti hidup kita aja yg kadang kiding ini wkwk.

Makasih, udah bertahan sejauh ini untuk baca tulisan ku 😗💕

So, see you hari Selasa untuk baca kelanjutannya!

Follow:

Wattpad : @thedreamwriter13

Instagram : @thedreamwriter13

Twitter : @worldofjingga13

Tiktok: @blueskyitsyouu

Makasih love 💗

Continue Reading

You'll Also Like

47.2K 1.9K 42
"Jungkook, come here. Your private tutor is here." 'But dad, I don't need a- I mean hi teacher. Nice to meet you. I'm Jeon Jungkook, and you're?" "P...
10.5K 1K 45
"I'm just no one. He is the famous student in this school meanwhile me, a new student that just a nerd and silent girl." - Kim Taeyeon ...
8.5K 752 13
How can they bring a girl in my absence and claim it as my wife. That is too underaged.... This thought made him take extreme action, the action of f...
524K 15K 53
what happened when the biggest mafia in the world hid his real identity and married an innocent, sweet girl?