Pojok Ambigu Otak Kanan

vermoza

11.2K 275 13

Kumpulan sampah dalam otak yang dirasa sayang untuk dilupakan Еще

Tempat Spesial Kita
Terima Kasih
Second Chance
Conversation
Eyes
Bus Stop
Hunter With No Name
Old Friend
Captain
Daydream
Can of Coffee
Opposite
24 Hours
Chocolate
LOST
Hey Ratu
The Mechanic
Gelap
Aku Siapa?
Signal
MiraTelli

Meet Again

426 15 2
vermoza

Aku memperhatikan selembar kertas kusam yang bertuliskan sebuah nomer telepon seseorang. 'V' hanya itulah petunjuk yang diberikan oleh gadis itu, sebuah huruf yang bisa berarti apa saja.

Aku mengeringkan rambutku yang basah sambil terus menatap kertas itu, ya karena hujan tak kunjung berhenti mau tidak mau aku harus memilih, tidur di halte atau pulang dengan basah kuyup.

"Telepon...enggak....telepon....enggak....."

Berulang kali aku mengucapkan dua kata itu, mencoba untuk mengambil sebuah keputusan. Aku sedikit penasaran tentang siapa sebenarnya gadis itu ? dia mengaku pernah kutolong tapi aku tidak ingat kapan.

Dia sepertinya mengenal siapa diriku tapi kenapa dia tidak tahu namaku ? kalau dipikir pikir wajahnya sepertinya tidak pernah kulihat di kampus ataupun di sekitar rumahku.

De Javu

Sekaleng kopi, halte, dan hujan. Sepertinya aku pernah mengalaminya, hanya saja aku tidak bisa mengingat kapan, dimana, dengan siapa, dan apa yang terjadi.

Kutinggalkan kertas itu tergeletak begitu saja di meja belajarku, ya aku memutuskan untuk tidak menghubunginya. Bisa saja dia memberikan nomer telepon palsu padaku, tapi untuk apa dia melakukan hal itu ? jika dipikir pikir tidak ada alasan yang kuat untuk dia melakukan hal yang
tidak penting seperti itu.

Badanku mendarat dengan mulus di kasur yang berantakan, sepertinya hari ini cukup melelahkan sehingga kasur yang seperti habis terkena badai ini terasa sangat nyaman. Ya mungkin lebih baik aku mengistirahatkan badanku.

******

Jam 7 tepat, itulah yang ditunjukkan oleh jam yang tergantung di dinding kamarku. Entah kenapa aku selalu terbangun pada jam ini, seolah olah seluruh badanku sudah terprogram untuk memulai aktivitasnya tepat di jam 7 pagi. Selarut apapun aku tidur, selelah apapun yang kurasakan, tubuhku selalu memaksaku meninggalkan alam mimpi tepat di jam ini.

Aku meraih smartphone yang menunjukkan ada sebuah notifikasi pesan masuk. Kugerakkan jemariku di atas retakan retakan layar yang terbentuk akibat kecerobohanku, sedikit aneh pada awalnya memang tapi kini aku sudah terbiasa.

Sebuah pesan dari Grup chat kelasku yang memberitahukan bahwa dosen untuk hari ini berhalangan untuk hadir.
Dengan rambut yang berantakan, aku beranjak dari dari singgasanaku, mencoba mencari sesuatu untuk menenangkan cacing cacing yang sedari tadi memberontak di dalam perutku. Aku harap ibuku memasak sesuatu.

"Kuliah jam berapa hari ini ?" Tanya ibuku sesaat setelah aku menutup pintu
kamarku.

"Dosennya gak masuk"

"Yaudah sana sarapan dulu, ada mie itu di belakang" ibuku melanjutkan menyapu ruang tamu

"Hahaha, makasih bu"

"Masak sendiri tapi"

Aku berjalan menuju dapur dan mengambil sebungkus mie instant yang akan jadi santap pagiku.

Padahal aku sudah berpikir jika di meja makan sudah tersaji sebuah mie kuah dengan asap yang masih mengebul dan siap untuk disantap.

"Bu ada kopi gak ?"

"Gak ada, jangan minum kopi terus terusan, liat itu kantong mata udah gede gara gara tiap malem begadang abis minum kopi"Astaga, pagiku terasa hambar tanpa kopi.

Yah mau bagaimana lagi badan itu terlalu malas untuk berjalan menuju warung terdekat untuk membeli beberapa bungkus kopi. Terpaksa segelas air putih yang jadi temanku menyantap mie kuah panas ini.

Aku kembali ke kamarku setelah menghabiskan sarapanku. Bingung, itulah yang kurasakan sekarang. Aku tidak tahu harus melakukan apa untuk menghabiskan waktu hari ini. Jelas jam segini terlalu pagi untuk pergi ke warnet.

Aku melirik kearah komputer yang terduduk manis di meja belajarku, layarnya masih hitam dan tidak memunculkan apapun.

Apakah aku harus menulis ?

Sempat terpikir untuk melakukan itu, tapi apa yang akan kutulis ? bahkan sebuah ide sederhana tidak terlintas di kepalaku.
Akhirnya kuurungkan niatku itu dan segera kusematkan sebuah earphone di telingaku diikuti dengan merebahkan
badanku di kasur.

Ternyata alunan musik dari handphone-ku membawaku terlelap cukup lama. Sudah hampir tengah hari sekarang. Aku beranjak dari kasurku dan kulihat selembar kertas di meja belajarku, kertas yang sama dengan yang kulihat kemarin.

Apa kuhubungi saja nomer ini ?

Sedikit keraguan menyelimutiku saat aku akan melakukan hal itu. Namun bosan yang kurasakan membuatku menekan deretan angka yang ada di layar telepon pintar milikku.

Tuuut~ Tuuut~

Sebuah suara yang menandakan bahwa nomer itu aktif dan sekarang aku tinggal menunggu seseorang di sana menjawab panggilanku.

Tuuut~ Tuuut~

Ah sepertinya ini memang sebuah nomer palsu, tidak ada jawaban sama sekali. Akhirnya kusudahi saja pekerjaan yang sia sia itu, bisa bisanya aku langsung percaya dengan tipuan konyol semacam itu.

Kunyalakan televisi dan segera mengecilkan volume suaranya, sebelum ibuku memarahiku karena suara televisi yang mengganggu percakapannya dengan seseorang di telepon. Acara acara televisi memang jauh dari kata menarik di jam jam segini.

Aku kembali ke kamarku, sepertinya hari ini lebih baik dihabiskan untuk tidur. Kulihat ada sebuah notifikasi di layar hanphoneku, 13 panggilan tak terjawab.

Siapa ini ?

Mengingat aku tidak memiliki seorang kekasih maka panggilan tidak terjawab sebanyak itu membuatku sedikit heran. Siapakah orang yang mau membuang buang waktunya untuk menghubungiku ?.

Drrttt Drrrttt

Sebuah panggilan masuk, ini nomer yang sama dengan nomer yang
melakukan 13 panggilan sebelumnya.

"Halo" aku menjawab panggilan tersebut

"Eh, halo ini siapa ya ?" Suara seorang gadis, mau apa seorang gadis menelponku ?

"..." Aku hanya diam, jujur aku tidak tahu harus berkata apa, bagaimana jika aku telah mengganggunya ? bisa bisa dia melacak nomerku dan melaporkannya ke polisi karena perbuatan yang tidak menyenangkan.

"Halo ? siapa di sana ? kalo boleh tahu dapet nomer ini dari mana ya ?" Gadis itu kembali mencoba mencari tahu siapa sebenarnya orang yang menjadi lawan
bicaranya

"Eumm, entahlah, seorang gadis memberikannya padaku"

"Loh ternyata kamu ya ? wah aku pikir kamu gak bakalan nelpon ke sini"

What ? ternyata ini benar benar nomer gadis itu.

"Kalo boleh tau nama kamu siapa ya ?"

"Eumm gimana ya ? waktu dulu kamu juga gak ngasih tahu nama kamu jadi apa pentingnya sebuah nama ?" gadis itu sepertinya senang membuatku bertanya tanya tentang dirinya.

"Dulu ? aku gak ingat kapan itu ?"

"Ya, sampai kau ingat lebih baik aku gak ngasih tau namaku"

Sungguh aku tidak mengerti apa yang diinginkan gadis ini. Apa susahnya memberitahukan namanya sehingga aku tidak kebingungan memikirkan panggilan untuknya.

"Terserah kau saja nona misterius"

"Hahaha, akan kusimpan nomermu ini, kapan kapan kita ngobrol lagi ya"

Tuuuuuuutttt~

Gadis itu mematikan teleponnya, sial. Tiba tiba rasa penasaran kembali merasuki pikiranku, bukan kepada identitas gadis itu tetapi lebih kepada apa yang pernah terjadi antara kami berdua di masa lalu.

Tok... tok....tok....

Kubuka pintu yang diketuk oleh seseorang dibalik pintu itu.

"Nak" Ternyata itu ibuku "Besok kamu berangkat ke jakarta"

"Hah ?"

******

Kira kira sudah sepuluh tahun semenjak terakhir kali aku menginjakkan kaki di ibu kota. Ya biar bagaimanapun ini adalah tempat kelahiranku. Karena pekerjaan orang tuaku akhirnya aku harus meninggalkan kota yang cukup padat ini, kota di mana semua orang berusaha untuk mengejar mimpi mereka.

Gedung gedung pencakar langit sepertinya semakin banyak menghiasi kota ini dan tentu saja kemacetan yang khas juga tidak berubah. Kenapa aku bisa bilang begitu ? ya karena saat ini aku sedang menikmatinya, memandangi barisan mobil mobil dari kaca kendaraan yang kutumpangi.

"Apa kabar kamu sekarang ? udah besar ya kamu sekarang"

"Hahaha iya dong om, masa mau kecil terus"

"Iya ya, ninik juga pasti seneng ketemu kamu, pas tau kamu mau ke sini dia bolak balik nanyain kamu terus tuh"

"Sama om, udah kangen masakan buatan ninik"

"Yaudah, tidur aja dulu, kayaknya macetnya masih lama ini, ntar om bangunin kalo udah sampe"

Ya itulah tujuanku ke sini. Setelah menerima telepon dari om ku yang sedang menyetir, ibuku langsung mengirimku kesini untuk menemani nenekku yang tinggal sendirian.
Sebenarnya dia tidak benar benar sendirian hanya saja om ku ini yang biasa menemaninya harus pergi keluar kota untuk sementara, masalah pekerjaan mungkin, oleh sebab itu akulah yang ditugaskan untuk menjaga nenekku selama om ku tidak ada di rumah.

Mungkin ini ide yang bagus, bertualang di tempat yang tidak ku kenal dan tersesat. Ya tersesat menurutku bukanlah hal yang buruk, mungkin saja ada hal hal baru dan menarik yang akan kutemui, semoga saja.

Benar yang orang orang bilang, waktu akan terasa lebih cepat ketika kita menikmatinya. Mungkin aku terlalu menikmati pemandangan di kota yang tidak ku kenal, beberapa pemandangan yang tidak bisa kutemui di rumah.
Saat ini mobil yang kutumpangi sudah berada di depan sebuah rumah sederhana. Mendadak kenangan kenangan masa kecilku memenuhi otakku, dulu di teras ini aku sering menghabiskan waktuku untuk bermain bersama teman temanku, kenangan yang indah.

"Halo cucu kesayangan ninik..." Seseorang yang kukenal keluar dari dalam rumah sederhana itu, nenekku

"Ninik" Aku memeluk nenekku itu, aroma khasnya masih sama seperti dahulu.

"Ayo masuk, ninik udah kangen ngobrol sama kamu"

Aku berjalan mengikuti nenekku sambil membawa sebuah koper yang berisi perlengkapanku, tidak banyak hanya beberapa pakaian dan barang barang pribadiku.

"Om duluan ya, mau ngejar pesawat lagi soalnya, jagain ninik ya"

Aku mengangguk ke arah Omku yang berjalan kembali menuju mobil yang terpakir di depan rumah nenekku.

Kulangkahkan kakiku masuk melewati pintu, semuanya masih sama seperti yang dulu, hanya kondisi beberapa barang saja yang sepertinya sudah dimakan usia.

Secangkir teh hangat, itulah yang berada di tangan nenekku, asap yang mengepul dari gelas menunjukkan jika nenekku baru saja membuatnya.

Dimulailah acara reuni antara aku dan nenekku. Sebuah obrolan ringan yang biasa dilakukan oleh orang orang yang sudah lama tidak bertemu. Kabar, kondisi ibu dan ayahku, hingga progress studi yang sedang kujalani sekarang.

Aku melihat wajah nenekku yang sangat antusias mendengar cerita ceritaku, kisahku yang biasa saja nampak seperti sebuah cerita yang sangat spesial di matanya. Entah kenapa aku merasa seperti memiliki seorang penggemar, ya meskipun aku harus beberapa kali mengulang beberapa bagian karena pendengaran nenekku yang tidak sejernih dulu. Untuk pertama kalinya aku merasa senang menceritakan kisah hidupku pada seseorang.

"Yaudah kamu istirahat dulu, pasti capek abis nempuh perjalanan jauh"

"Iya nik, bentar" Kuarahkan pandanganku menuju langit langit, mencoba memikirkan kegiatan apa yang akan kulakukan selama berada di sini.

"Udah tenang aja, selama di sini kamu bebas mau kemana aja, ninik udah biasa sendirian kok, ibu kamu aja yang terlalu khawatir sampe sampe nyuruh kamu buat jagain ninik"

Sepertinya nenekku bisa membaca pikiranku, dengan ini aku sudah mengantongi izin untuk berpetualang.

Kemana ? entahlah, lebih baik kupikirkan itu sambil menikmati empuknya kasur di kamar nenekku.

*****

"Udah siap ?" Nenekku datang dengan sebuah roti isi di tangannya, setidaknya dia membuyarkan lamunaku untuk sesuatu yang menyenangkan.

"Udah nih, aku pergi dulu ya nik" Kuambil roti isi itu dan segera melahapnya.

"Iya ati ati ya, jangan lupa kabarin ninik"
Aku mencium tangan nenekku dan berjalan keluar meninggalkan rumah itu. Terminal itulah tujuanku.

Puluhan atau mungkin ratusan angkutan umum terpakir di terminal yang ada di hadapanku. Bingung, itulah yang kurasakan untuk saat ini aku tidak memiliki tujuan pasti sehingga aku sulit untuk menentukkan angkutan mana yang akan kunaiki.

Pilihanku akhirnya jatuh pada sebuah bus. Bus yang cukup besar dan terkesan mahal, bisa di lihat dari interiornya yang rapi dan suasana sejuk saat aku menginjakkan kakiku di dalam, mungkin itu karena AC yang sedari tadi menyala.

Keadaan di dalam bus masih sepi sehingga aku bebas untuk menentukan di mana aku akan duduk. Akhirnya aku duduk di barisan kedua dari belakang, tepat di sebelah jendela sehingga aku bisa mengamati apa saja yang terlihat selama perjalanan.

"Tempat ini kosong kan ?"

Baru saja aku ingin menyematkan earphone di telingaku, namun tertunda karena seseorang baru saja mencoba berinteraksi denganku. Hahaha kata kata berinteraksi sepertinya terdengar janggal, memangnya aku ini apa ? makhluk halus ?.

"Iya, silahkan" Sepertinya aku mendapatkan teman seperjalanan yang tidak kuharapkan

"Loh kamu ?"

Apa ? kenapa dia bisa ada di sini ? gadis yang menghadiahkan sebuah tanda tanya besar kepadaku. Dia yang memberikan nomer teleponnya padaku dengan cara yang aneh.

"Mungkin ini yang di bilang jodoh ya hahaha"

Tawanya seperti menunjukkan jika dia berharap untuk bertemu denganku lagi. Jujur sebenarnya dia adalah orang terakhir yang kuharap untuk kutemui di sini, tetapi kenyataan berkata lain.

"Kamu mau kemana ?"

"Entahlah, gak ada tujuan pasti, kalo kamu sendiri ? lagi liburan ?"

"Liburan ? aku emang tinggal di sini"
Pantas saja wajahnya tidak pernah kulihat di kampus ataupun di sekitar rumahku, ternyata dia memang bukanlah orang yang berasal dari lingkunganku. Mungkin ini suatu keuntungan bagiku, mendapatkan seorang tour guide gratis untuk perjalananku.

Nampaknya bus ini tidak begitu diminati, terlihat dari hanya 4 orang penumpang yang ada, termasuk kami berdua. Akhirnya bus itu bergerak meninggalkan terminal, ya tentu para penumpang lain akan marah jika harus menunggu seluruh bangku terisi lebih dulu.
Titik titik air mulai membasahi kaca bus. Hujan, mungkin itu memang dibutuhkan mengingat sedari tadi matahari begitu semangat menyinari bumi.

Sebuah senyuman

Gadis iu tersenyum melihat rintik rintik hujan yang jatuh dengan derasnya membasahi tanah. Apakah dia suka hujan ? memang bukan hal yang aneh, beberapa orang memang menyukai hujan, tunggu dulu, kenapa apa yang dia suka menjadi begitu penting bagiku ?.

"Apa kamu suka hujan ?" sebuah pertanyaan terlontar dari bibir mungilnya.

"Setelah cuaca terik tadi mungkin jawabannya iya"

"Lalu apa kamu tau jika sebenarnya hujan bisa menghapus sedih yang kita rasakan ?" gadis itu sepertinya semakin bersemangat melontarkan pertanyaannya, apakah ada sesuatu dengan dia dan hujan ?

"Beberapa orang bilang begitu"

"Beberapa orang termasuk kamu"

Lagi lagi dia tersenyum, sebenarnya ada apa antara aku, dia dan hujan ? seolah olah semua itu terhubung oleh suatu benang yang tidak terlihat, atau mungkin aku hanya berpikir terlalu jauh ?.

"Aku ?"

"Ya, Cuma kurang sekaleng kopi dan sayangnya saat ini kita tidak berada di halte"

"Ok anggaplah semua itu memang terjadi, apa yang kau lakukan di sana kemarin ? bukannya tempat tinggalmu di sini ?"

"Hahaha, itu Cuma bagian dari pekerjaanku dan memang beberapa kegiatan dari pekerjaanku membuatku bisa jalan jalan keluar kota"

Pekerjaannya terdengar menyangkan, mungkin suatu saat aku harus mencari pekerjaan yang bisa membawaku berjalan jalan keliling dunia. Mungkin langkah pertama yang paling masuk akal untuk mencapai itu adalah dengan menyelesaikan kuliahku secepatnya.

Hening menyelimuti kami berdua, ya tidak ada lagi pertanyaan pertanyaan terlontar dari mulutnya. Benar benar gadis yang aneh, sedari tadi dia hanya tersenyum sambil menggoyangkan kakinya melihat ke luar jendela, kantung matanya cukup besar aku yakin dia tidak memiliki waktu tidur yang cukup, untuk sejenak seluruh perhatianku tertuju padanya.

"Eumm ada yang salah ?"

Sepertinya dia menyadari jika dirinya kuperhatikan. Gadis itu tidak marah lebih terlihat malu karena ada sesuatu yang tidak pas pada dirinya.

"Enggak, eumm kalo boleh aku tau dalam hal apa aku pernah membantumu ?" aku mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Mengembalikan rasa percayaku pada orang orang," Ujar gadis itu setelah berpikir beberapa saat.

Kopi, Hujan, Rasa percaya

Kata kata itu berputar putar dalam otakku, sepertinya potongan potongan puzzle sudah mulai lengkap dan hanya menyisakan satu potongan terakhir.

Bus yang kami tumpangi berhenti, sepertinya gadis itu telah sampai di tempat tujuannya. Dia berdiri meninggalkanku sendirian.

"Aku duluan ya, lain kali aku ajak kamu jalan jalan deh" Senyum lebar terukir di bibir gadis itu, menampakkan dua giginya yang seperti kelinci.

Aku mencoba kembali mencari potongan puzzle terakhir dalam
memoriku.

Aku tidak menyangkal cerita gadis itu hanya saja aku tidak bisa ingat apa yang telah terjadi di antara kami.

Jangan jangan dia...Ah apa mungkin dia gadis yang waktu itu termenung sendirian di sebuah halte ? gadis yang merasa telah mengecewakan banyak orang, ya pada waktu itu aku memang baru pulang dari mini market untuk membeli kopi, sayangnya hujan membuatku tidak bisa langsung pulang.
Aku juga ingat awalnya dia terlihat ragu ragu saat akan menerima kopi pemberianku.

Dan juga waktu itu aku tidak sempat memberitahukan namaku, bukan karena aku sombong hanya saja aku teringat akan telur pesanan ibuku yang lupa kubeli jadi aku buru buru meninggalkannya.

Viny

*****

"Ketemuan di GBK ya besok jam 10"

Sebuah pesan singkat yang kuterima membawaku ke sini, berdiri di hadapan sebuah stadion sepak bola yang sangat megah. Aku ingat jika tim jagoanku pernah berlaga di sini, tim dengan julukan meriam london yah walaupun aku lebih tepat disebut sebagai penikmat dibandingkan pecinta sepak bola.

Kemarin aku gagal untuk tersesat, ya aku hanya duduk di dalam bus hingga akhirnya kembali ke terminal tempat aku menaikinya, sungguh sia sia.

Kali ini sepertinya aku memiliki tujuan, entah ada angin apa gadis yang belakangan ini hadir dalam kehidupanku mengajak untuk bertemu. Bukan hal yang buruk toh memang aku sedang banyak waktu luang, mungkin saja dia bisa mengajakku ke tempat tempat yang menarik.

"Nungguin siapa bang ?" Seorang pemuda menyapaku, kira kira dia seumuran denganku atau mungkin lebih muda.

"Seseorang" ya aku memang tidak mudah akrab dengan orang lain.

"Pasti mau ke mall itu ya ?" dia menunjuk ke arah sebuah gedung, apakah itu sebuah mall ? entahlah semua gedung itu tampak sama di mataku.

"Kesana ? memangnya ada apa di sana ?"

"Loh saya kira abang fans idol grup juga hahaha"

Idol grup ? ya aku pernah dengar namun jujur sama sekali tidak tertarik dengan hal itu. Bukan karena stereotype tentang eksploitasi anak anak mud ayang sudah menyebar, hanya saja musik yang mereka bawakan bukanlah seleraku.
"Berarti kamu fans mereka ?"

"Iya, saya juga punya beberapa fotonya" Dia mengeluarkan kumpulan foto gadis gadis dari dalam tasnya.

"Dia.."

Mataku tertuju pada seorang gadis yang kukenal, seorang gadis yang secara tiba tiba memenuhi pikiranku belakangan ini.

"Udah dulu ya bang, saya mau kesana dulu udah di tungguin temen" Pemuda itu berjalan meninggalkanku sambil mengembalikan foto foto koleksinya ke tempat semula.

Tidak kusangka ternyata dia, Viny, adalah salah satu public figure yang cukup disenangi banyak orang, seperti action figure hanya saja ini versi hidupnya. Aku kira orang orang terkenal akan menjaga jarak dengan orang orang biasa sepertiku, ya karena orang orang sepertiku ini bisa dibilang tidak selevel dengan mereka tapi dia berbeda.

10.30 WIB dan dia belum juga datang, tidak tahukah dia jika membuat orang menunggu itu perbuatan yang tidak sopan ? mungkin memang kemacetan di kota ini mengubah satuan waktu terkecil bukan lagi detik melainkan jam, jelas dia bukan orang yang bagus dalam memanajemen waktu.

Dari kejauhan aku melihat seseorang berlari menuju kemari. Dari cara berlarinya jelas dia adalah seorang wanita, poninya naik turun seirama dengan langkah kakinya yang cepat, bahkan tas yang dia bawa terlihat bergerak tidak beraturan. Kini dia sudah berada di depanku sambil menunduk, mengatur nafas dengan keringat yang menetes dari dahinya.

"Huff... hufff... sorry telat, tadi macet sih" Klise, bukankah dia yang menentukan tempat dan waktu pertemuan ini ?

"Nih" Aku mengambil sebuah sapu tangan dari saku belakangku

"Hah ?"

"Elap dulu itu keringetnya"

"Eh iya, makasih"

Dalam sekejap sapu tanganku sudah basah dengan keringatnya. Dia duduk di sampingku, sebuah dress berwarna biru muda di balut dengan sebuah jaket ? atau sweater ? ah aku tidak terlalu mengerti tentang fashion wanita yang jelas semuanya terlihat pas di badannya.

"Ternyata selain suka membuat orang penasaran kamu juga hobi membuat orang menunggu ya nona Viny ?" Aku mencoba membuka sebuah obrolan.

"Eh ? kamu udah inget ?"

"Kebetulan iya, lalu apa tujuanmu menyuruhku kesini ?"

"Gak ada, Cuma pengen ketemu aja"
Jawaban macam apa itu ? aku kira dia sudah memiliki sebuah rencana sehingga berani mengajakku bertemu di sini, tapi ternyata nihil.

"Sekarang udah ketemu kan ? yaudah aku mau pulang"

"Eh tunggu..."

*KRUYUUUK~*

Ah suara apa itu ? aku melihat ke arah gadis bernama Viny itu, dia terlihat memegangi perutnya. Wajahnya mulai memerah sepertinya suara itu berasal dari perutnya.

"Mau nemenin aku makan siang ?"
pintanya dengan nada manja.
Akhirnya di sinilah kami, di sebuah warung bubur ayam dengan dua mangkuk bubur yang masih mengeluarkan asap putih di hadapan kami.

Aku mulai memasukkan sendok berisi bubur itu ke dalam mulutku, di mulai dari pinggir dan menyisakan bagian penuh dengan kacang, suwiran ayam serta kecap yang ada di tengah tak tersentuh.

"Loh bubur kamu gak diaduk ?" ucap Viny setelah memasukkan suapan bubur kedalam mulutnya.

"Aku biasanya makan kayak gini" aku melihat ke arah mangkuknya. Semuanya sudah tercampur secara merata dan keindahan dari bubur itu mendadak hilang.

"Padahal lebih enak kalo diaduk loh" Sepertinya dia mencoba meyakinkanku untuk melakukan hal yang sama dengan apa yang dia lakukan pada buburnya.

"Ya semua orang kan punya seleranya masing masing"

"Tapi kamu harus cobain makan bubur yang diaduk" Dia berusaha melakukan sesuatu pada buburku.

"Eh gak usah aku lebih suka begini" Aku berusaha melindungi buburku dari tangan jahilnya

"Cobain duluuu"

"Udah gausah"

"Cobaiiin..."

*PLOK*

"HUAAAAA PANASSSSSS"

Aku merasakan bagian tubuhku yang paling sensitif seperti terbakar.

Semangkuk penuh bubur ayam yang masih panas mendarat tepat di tempat 'rambo' bersemayam.

"Aduh maaf maaf" gadis itu mencoba membersihkan sisa sisa bubur di celanaku.

Aku memberikan isyarat padanya untuk tidak melakukan itu. Saat ini bagian itu sedang dalam keadaan yang sangat sensitif, bisa bisa semuanya semakin parah jika di sentuh oleh tangan tangan yang tidak berpengalaman.

Kami berjalan beriringan, aku masih memegangi daerah vitalku yang masih terasa sakit. Gadis itu melihatku dengan tatapan cemas, sepertinya dia merasa bersalah dengan apa yang baru saja terjadi pada 'rambo'. Ya tentu saja memangnya siapa lagi yang patut disalahkan ?.

"Masih sakit ?" dia meletakkan jarinya sambil melihat kearah celanaku yang basah tepat di bagian selangkangan.

Aku hanya diam sambil menatapnya tajam. Sepertinya dia mengerti arti dari tatapanku, kini dia hanya terdiam sambil menundukkan kepalanya.

*****

Sebuah kopi kaleng yang dingin kutempelkan pada bagian selangkanganku yang masih terasa perih. Mungkin hal itu bisa meredakan sakit yang kurasakan. Sensasi dingin dari kopi kaleng itu setidaknya membuatku merasa sedikit lega.

Duduk sendirian di bangku taman, suasana tenang dan damai seperti ini memang yang kuharapkan. Viny ? entahlah gadis itu pergi entah kemana, dia bilang ingin mencari sesuatu untuk dimakan.

15 menit berlalu, kemana sebenarnya gadis itu pergi ? aku merasa sedikit cemas, bagaimana jika sesuatu terjadi padanya ? mengingat tingkahnya yang ceroboh membuatku semakin khawatir, tunggu dulu, untuk apa aku mengkhawatirkannya ?.

Aku rasa ini sudah terlalu lama, lebih baik aku mencarinya untuk memastikan sesuatu yang tak diinginkan tidak terjadi.

*BRUAKKK*

Dari kejauhan aku melihat seorang gadis terjatuh, seluruh jajanan yang ada di tangannya berserakan di tanah, ya aku tau siapa dia.

"Lain kali hati hati kenapa" Aku mengulurkan tanganku pada gadis itu, menawarkan sebuah bantuan.

"Eh, anumu udah gak sakit ?"

"itu gak usah kamu pikirin" Aku membantunya berdiri"

"Aw..." Terlihat lutunya mengeluarkan darah, sepertinya hanya lecet biasa

"Udah kamu tunggu di bangku itu aja, aku mau ke sana bentar" aku menunjuk ke arah mini market yang ada di seberang jalan.

Gadis itu hanya mengangguk dan berjalan menuju bangku taman tempatku duduk tadi.

Aku kembali sambil membawa sebuah plastik kecil dari mini market itu. Viny terlihat sedang membersihkan bajunya yang kotor akibat jatuh tadi.

"Nih" Aku menyerahkan sebuah plester luka

"Makasih"

"Ternyata kamu orang yang ceroboh ya" aku membuka bungkusan makanan ringan yang kubeli di mini market.

"Begitulah"

"Aku kira orang terkenal sepertimu itu selalu sibuk"

"Eh kamu tau darimana ?" gadis itu membuka bungkusan makanan ringan lain

"Tadi ada orang yang membawa bawa fotomu aku rasa dia penggemarmu"

"Hahaha iya tapi hari ini aku bolos latihan" dia menggaruk kepalanya yang kupikir itu tidak gatal sama sekali.

"apa itu gak masalah ?"

"Sekali sekali kayaknya gpp" gadis itu memasukan beberapa keripik kentang kedalam mulutnya "Aku mau nunjukkin sesuatu sama kamu"

Dia mengeluarkan sesuatu dari tasnya, sebuah buku. Dia menyerahkan buku itu padaku, sepertinya dia ingin aku membaca isinya.

"Belakangan aku mencoba untuk menulis, ya karena cita citaku ingin menerbitkan sebuah novel, gimana menurut kamu ?"

Aku membaca karya tulisnya, otakku sedang malas untuk bekerja jadi aku tidak terlalu memperhatikannya dengan dalam.

"Gimana ? masih jelek ya"

"Gimana menurut orang lain tentang tulisanmu ?" aku menenggak kopi kaleng yang baru saja kubuka.

"Tidak ada, kamu orang pertama yang membaca tulisanku itu, sepertinya memang jelek ya ?" gadis itu menundukkan kepalanya.

"kamu harus ingat satu hal, kita tidak perlu meminta izin untuk menciptakan karya yang jelek, jadi gak perlu takut"

"Tapi..."

"Bahkan Vas bunga dengan harga selangit berawal dari kumpulan tanah liat yang tidak bernilai, tidak ada sebuah masterpiece tanpa karya karya yang gagal"

"Kau benar"

Mendadak suasana menjadi hening, bahkan suara angin yang berhembus terdengar jelas di telingaku. Kami beruda sama sama kehabisan topik untuk di perbincangkan.

"Apa kau senang menulis ?" ucap Viny

Senang ?

Ah itu dia, kenapa aku bisa lupa ? alasan selama ini aku menulis, sebuah alasan yang membuatku tetap berusaha menyelesaikan setiap karyaku sesempit apapun waktu yang kumiliki, meskipun aku harus tidur hingga larut malam, meskipun tidak banyak orang yang mengetahui karyaku, seburuk apapun komentar orang orang terhadap tulisanku. aku tetap melakukannya karena aku senang.

"Terima kasih..." Ucapku pelan

"Eh untuk apa ?" Viny terlihat heran

"Berkat kamu sekarang aku ingat alasan mengapa aku menulis"

"Memangnya apa ?"

"Senang, aku menulis karena aku senang melakukannya, tidak peduli apapun rintangan yang kuhadapi aku akan tetap menulis, karena aku senang melakukan itu"

"Benarkah ? padahal kukira alasanmu menulis adalah agar menjadi yang nomer satu di dunia"

Sepertinya takdir memang sudah merencanakan pertemuanku dengan gadis ini, ya secara tidak langsung dia mengembalikan alasan yang dulu sempat kulupakan. Viny, gadis ceroboh ini membuatku ingin segera membuat satu karya baru.

Matahari sudah semakin tenggelam, sepertinya aku harus segera pulang, nenekku pasti khawatir jika aku pulang terlambat.

"Hei ayo pulang udah sore" Aku mengajak Viny untuk kembali ke istana kami masing masing

"Kamu masih punya utang sama aku" gadis itu menggembungkan kedua pipinya sambil melipat kedua tangannya.

"Utang ?"

"Kamu belum kasih tau namamu"

"Ido, kamu bisa panggil aku dengan nama itu"

Sepertinya perasaan lega memenuhi hatinya, kini dia sudah mengetahui namaku.

"Apakah kita bakal ketemu lagi ?" dia menatapku dengah penuh harap

"Entahlah, siapa yang tau"

Aku berjalan meninggalkannya, sepertinya aku terlalu dingin padanya. Aku mengambil smartphone milikku dan mengetikkan sesuatu di sana.

"Besok di GBK jam 10"
*Send*

Продолжить чтение

Вам также понравится

215K 4.5K 47
"You brush past me in the hallway And you don't think I can see ya, do ya? I've been watchin' you for ages And I spend my time tryin' not to feel it"...
163K 5.7K 42
❝ if I knew that i'd end up with you then I would've been pretended we were together. ❞ She stares at me, all the air in my lungs stuck in my throat...
Doors open. ash

Фанфик

599K 9.3K 87
A text story set place in the golden trio era! You are the it girl of Slytherin, the glue holding your deranged friend group together, the girl no...
80.2K 1.8K 33
!Uploads daily! Max starts his first year at college. Everything goes well for him and his friends PJ and Bobby until he meets Bradley Uppercrust the...