Byurr
Begitu air dingin membasahi tubuhnya, Kenniro pun terbangun. Mendapati ia yang ada di tempat yang kotor dan kumuh dengan keadaan tangan yang diikat ke belakang.
Telunjuk seseorang menggapai dagunya. Melengoskan nya ke kanan dan kiri. Mengamati setiap inci dari wajahnya
"Tidak buruk" ujar orang itu
Iya, Kenniro tau. Ia tampan dan rupawan. Itu kan maksudnya?
Orang itu menghela nafas sebentar lalu berdiri sambil menatap Kenniro dengan tajam. Detik selanjutnya, orang itu mencengkram kedua pipi Kenniro menggunakan satu tangannya, refleks mata Kenniro terpejam.
"Ternyata cukup mudah membuatmu ketakutan, lemah!"
Dugh!
Apalagi yang dilakukan anak taekwondo sepertinya? Tentu saja menendang privasi pria itu. Kenniro tak suka dibilang lemah, dia itu pernah menjuarai taekwondo tingkat nasional.
"Lo yang lemah!! Asal Lo tau ya, Lo itu orang terlemah yang pernah gue temuin! Bukan cuma lemah, tapi juga cupu!! Beraninya sama anak kecil, nggak mampu Lo lawan bokap gue!!" Teriaknya dengan sangat kencang membuat amarah pria itu meledak-ledak
"Dasar bocah ingusan!!"
'pyarr'
Rasa pening langsung menjalar ke kepalanya saat sebuah botol kaca mengenai kepalanya. Darah kental mengalir dari pelipisnya, menetes di permukaan lantai yang kotor.
'pyarr'
Lagi, entah dari mana pria itu mendapatkan botol kaca hingga menggunakannya untuk melukai kepalanya
'pyarr'
'pyarr'
Sekarang bukan hanya pelipisnya saja berdarah, tapi seluruh wajahnya juga terkena cairan merah itu. Telinganya berdengung, matanya sudah tak bisa melihat dengan jelas objek didepannya. Terakhir, ia hanya bisa mendengar suara tawa pria itu dengan samar, setelah itu gelap.
"Habisi anak itu" titah Darwin pada anak buahnya. Tak peduli dengan wajah Kenniro yang berlumuran darah, tak peduli dengan Kenniro yang tak sadarkan diri
Sedangkan Darwin kembali duduk dengan tenang dengan bersindekap dada menatap puas pemandangan didepannya
Tangannya mengambil botol yang sangat kecil di sakunya. Memandangnya sebentar lalu beralih ke arah Kenniro dengan seringai yang tercetak jelas di wajahnya
"Tuan, apa anda yakin akan memberikan racun itu ke anak ini?" Tanya salah satu bawahannya dengan ragu
"Kau pikir?" Alisnya ia angkat sebelah sambil menatap lawan bicaranya
"Tidak tuan, hanya saja—"
"Aku bukan orang yang berbelas kasih. Demario harus menderita, dan itu lewat anak ini" ujarnya sambil terkekeh menyeramkan
"Stop!" Lalu para bawahannya pun berhenti memukuli Kenniro. Dan setelah itu mengkode untuk kembali menyiram tubuh Kenniro dengan air seperti sebelumnya
'byurr'
"Shh.."
Dugh!
Brak!
Belum kesadarannya kembali penuh. Kursi yang didudukinya ditendang oleh Darwin membuat Kenniro tersungkur dengan keadaan masih terikat di kursi itu. Punggungnya terasa nyeri akibat hantaman antara kulit dan lantai. Belum lagi luka di kepalanya sebelumnya darah sudah berhenti mengalir sekarang kembali keluar lagi karena terbentur tiang didekatnya
"Arkhh!!"
"Pergi!" Darwin meminta para bawahannya pergi dari ruangan kumuh itu
Darwin mencengkeram pipi Kenniro, memaksa mulut putra Demario agar terbuka
"Hmmttt!! Hmmttt!!"
Sedangkan Kenniro berusaha mati-matian agar mulutnya tak terbuka. Entah apa yang akan dimasukkan pria di depannya ini nantinya, pasti sesuatu hal yang buruk.
"Buka mulutmu bocah!!" Marah Darwin hingga kuku panjangnya melukai pipi Kenniro
Dugh!
Kenniro berhasil menendang Darwin, tangannya yang sedari tadi berusaha melepaskan ikatan tali pun terlepas. Berdiri dengan tertatih-tatih berusaha meraih pintu yang sedikit jauh darinya
Tapi Darwin tak akan kalah begitu saja. Tangannya meraih kaki Kenniro yang akan melangkah pergi yang membuatnya tersungkur
"Hahahaha!!" Darwin tak segera melepas genggamannya pada kaki Kenniro. Ia malah menyeret Kenniro menuju penyangga kayu bangunan itu lalu kembali mengikatnya dengan posisi duduk
"Lepas" Kenniro sudah tak memiliki tenaga lagi. Darah disekitar wajahnya bahkan sudah mengering, tubuh dan bajunya penuh debu karena berkali-kali terjatuh di lantai yang kotor
"Kau hanya perlu menurut, dan minum ini!" Desis Darwin sambil menunjukkan botol kecil ditangannya
Kenniro menggeleng lemah dengan nafas yang tersengal-sengal. Ia kembali meringis saat mulutnya dipaksa untuk terbuka
Tak ingin kehilangan kesempatan, Darwin langsung menjejalkan cairan berwarna hitam pekat itu ke mulut Kenniro dengan paksa dan setelahnya tersenyum miring
Ukhuk!
Ukhuk!
.
.
.
"APA KAU TIDAK BISA CEPAT!!" Teriak Demario dengan keras
Setelahnya, bunyi tangan yang menari di atas keyboard kembali terdengar. Sang pelaku lebih memfokuskan perhatiannya pada layar dihadapannya saat ini
Kemudian hening, apalagi dengan aura Demario yang membuat ruangan luas ini seketika menjadi sesak padahal hanya dihuni beberapa orang saja
Suara ketikan pada keyboard terus-menerus terdengar mengisi hening yang melanda dan semakin menciptakan ketegangan di antara mereka
Srettt
Bugh!
"Enyah kau dari sini!! Dasar tidak berguna!!"
Orang itu pun langsung pergi dari sana setelah diusir paksa oleh Demario
Carlos yang ada disana menggantikan orang tadi. Duduk di sebuah kursi dengan komputer di hadapannya untuk melacak keberadaan Kenniro
.
.
.
Kenniro memegang lehernya, rasa panas dan sakit yang terasa membuatnya tersiksa. Berkali-kali terbatuk-batuk dengan dada yang kian sesak
Darwin tertawa, membalikkan tubuh Kenniro yang semula telungkup menjadi terlentang menggunakan kakinya
"Sakit" lirih Kenniro. Karena tenggorokan nya sakit, suaranya hampir tak terdengar
Kenniro menangis sejadi-jadinya, melampiaskan sakit yang dirasakan tubuhnya. Entah bagaimana ia mendeskripsikan rasa sakitnya saat ini, semuanya benar-benar sakit dari kepala sampai ke kakinya
Dugh!
"ARKHH!!"
Kenniro berteriak, kala dadanya diinjak oleh Darwin. Orang itu semakin menekan, menghentakkan beberapa kali membuat Kenniro meringkuk merasakan sakit
"Tuan"
Seseorang masuk dengan tergesa-gesa, membuat Darwin menghentikan aksinya sebelum berbalik melihat orang yang mengganggu aktivitas nya
Orang itu sempat bergetar ketakutan saat Darwin menatap tajam kearahnya
"Daimon menuju kesini, tuan"
Bukannya marah karena tempat persembunyian nya ketahuan, Darwin malah tersenyum mengerikan sambil menatap Kenniro yang masih menangis
"Lalu tunggu apa lagi? Sambut tamu kita" ujarnya dengan seringai yang tercetak jelas di wajahnya
"Baik, tuan"
Demario lalu beralih ke Kenniro mengangkat tubuh anak itu dan mengikatnya kembali di kursi
"Tidak seru, Ayah mu terlalu cepat menemukanmu. Tapi tak apa, aku ingin segera melihat bagaimana reaksi Demario saat melihat keadaan mu"
"Menyedihkan" lanjutnya dan pergi dari sana
"Pa-pa"
"Pa-pa to-long"
Ukhuk!
Ukhuk!
Ukhuk!
Entah apa yang di masukkan Darwin pada tubuhnya. Yang jelas, sekarang tubuhnya terasa mati rasa. Sakit yang dirasakannya terus menghujami nya seolah-olah tak mau pergi
Tak lama, terdengar suara ribut dari luar. Suara pelatuk yang di tembakan disusul teriakan kesakitan. Kenniro hanya bisa diam mendengarkan, sambil terisak dan memanggil nama Demario berulang-ulang.
Brak!
"HUAAAAA.... Papa!!" Tangisnya begitu kencang saat yang membuka pintu itu adalah Demario, Papanya.
See you next time
🍄🍄🍄